Anda di halaman 1dari 32

Waham dapat di klasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu:

Jenis Waham Pengertian Perilaku Klien


Keyakinan secara “ Saya ini pejabat di
berlebihan bahwa dirinya kementrian Semarang!”
memiliki kekuatan “Saya punya perusahaan
khusus atau kelebihan paling besar lho”.
Waham Kebesaran yang berbeda dengan
orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan
kenyataan.
Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah Tuhan
agama secara berlebihan, yang bisa menguasai dan
Waham Agama diucapkan berulang- mengendalikan semua
ulang tetapi tidak sesuai makhluk”.
dengan kenyataan.
Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang menghancurkan saya,
mau merugikan atau karena iri dengan
Waham Curiga mencederai dirinya, kesuksesan saya”.
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Keyakinan seseorang “ Saya menderita
bahwa tubuh atau kanker”. Padahal hasil
sebagian tubuhnya pemeriksaan lab tidak
Waham Somatik terserang penyakit, ada sel kanker pada
diucapkan berulang- tubuhnya.
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Keyakinan seseorang “ Ini saya berada di alam
Waham Nihlistik bahwa dirinya sudah kubur ya, semua yang ada
meninggal dunia, disini adalah roh-rohnya.
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

2.3 Faktor Predisposisi


a. Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

b. Faktor Sosial Budaya

Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.

c. Faktor Psikologis

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.

d. Faktor Biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau
perubahan pada sel kortikal dan limbic.

e. Faktor Genetik

2.4 Faktor Presipitasi


a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses imformasi dan
abnormalisasi yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk menanggapi rangsangan.
b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapakan ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi denga
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif yang berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu seperti gizi buruk, kurang tidur, infeksi,
kelebihan rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalan berhubungan
interpersonal, kesepian, kemiskinan, tekanan pekerjaan dan sebagainya.
d. Stressor Sosial-Budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
e. Faktor Biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen
diduga berkaitan dengan orientasi realita
f. Faktor Psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata. Perasaan bersalah dan
berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-
dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakandirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan
perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang
meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa
atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Menurut Kaplan dan shadok( 1997):
1. Status Mental

a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,kecuali bila ada sistem
waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri,
mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan
f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap., kecuali pada klien
dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi
dengar.
2. Sensorium dan kognisi

a. Pada waham,tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki wham spesifik
tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya, keputusan yang
terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa
lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):

Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “saya ini pejabat
departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya tambang emas”.Contoh : “ Saya ini titisan Bung
Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai negara dan bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit”.

Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapitidak sesuai kenyataan.
Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan saya”. Contoh lain, “ Banyak Polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya “.

Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “kalau saya mau masuk
surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”.

Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh,
“saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker.). Contoh : “ Sumsum
Tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran,tubuh saya
telah membusuk, tubuh saya menghilang”.
Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meniggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan keadaan nyata. Misalnya, “Ini kanalam
kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”. Contoh: “Saya sudah menghilang dari dunia
ini ,semua yang ada di sini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”

Tanda dan gejala lain (Azis R dkk, 2003) :

a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
c. Curiga.
d. Bermusuhan.
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan).
f. Takut, sangat waspada.
g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas.
h. Ekspresi wajah tegang.
i. Mudah tersinggung.
Adapun tanda dan gejala yang lainnya meliputi :

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)


Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara
(tangensial, neologisme, sirkumtansial)
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c. Fungsi emosi
Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan,
ambivalen
d. Fungsi motorik
Imfulsif, gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik à gerakan yang diulang-ulang,
tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan
isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

2.6 Proses Terjadinya Masalah


Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase Lack of Human Need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti
dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal External

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi
menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar,
tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan


klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :

1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi
gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh “Food and Drug
Administration” (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam
menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang
dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan
efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh
karena itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk
menentukan kadar litium.

2) Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-
3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
3) Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari,
sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis
litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan
respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis
total harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L.
dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per hari dalam dosis
berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L
4) Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam serum.
Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan,
poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
5) Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled release.
6) Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor dopamine.

b. Haloperidol
1) Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan
butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
2) Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang
sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek,
pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah
laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak
tahan frustasi.
3) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari

Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang diperlukan dosis
yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2 atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap
menunjukkan gejala yang berat atau adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai
100mg mungkin diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang
sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat yang resisten.
Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun. Pada anak-anak
dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai diberikan dengan dosis terkecil
(0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi
yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari. Kelainan psikotik : 0,05-
0,15mg/kg/hari.

4) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal, diskinesia Tardif,
distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi, hipertensi/hipotensi,
kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia.
Sedangkan pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati
Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform, dermatitis
kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran
payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara,
hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata :
Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi
urin.
5) Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit
Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat,
koma.
6) Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan
pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS)
sehingga mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.
c. Karbamazepin
1) Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia
trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain
maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
2) Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :
a) Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus temporalis) pasien dengan
jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan jenis yang lain.
b) Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun kejang umum yang lain.
Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan karbamazepin.
c) Neuralgia trigeminal
Karbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia trigeminal murni. Obat
ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3) Dosis
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense (400mg sehari).
Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg
sehari pada diatas 15tahun.
b) Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari. Untuk suspense
(200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1
hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai
200mg sehari dengan peningkatan sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah
sendok teh) 4x 1 hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi
dosis 1200mgx 1 hari.
4) Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan kardivaskular.
Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada awal terapi adalah pusing,
ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh obat: Tegritol (ciba), Temporal (orion), Karbamazepin (generic).
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen sediaan,
depresi sumsum tulang belakang.
6) Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai
antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik, antidepresif dan
antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah stimulasi
temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang
menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi pelepasan
ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik
.
2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan
pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. Dimana
pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
a. Tentukan target symptom
b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama 4-6 minggu
d. Hindari polifarmasi
e. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:

a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).


Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip Parkinson,
distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien), neuroleptic malignant
syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk menghilangkan gejala negatif.

3. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya
sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high
potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat
sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.

4. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati
otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi
otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT
bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan
katatonik episode.
5. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga
penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat
untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk
dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

2.8 Asuhan Keperawatan


2.8.1 Pengkajian
a. Identifikasi Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan Utama
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan
yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
1. Konsep Diri.
Citra tubuh : Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri sendiri.
dentitas diri : Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang polisi padahalkenyataan nya
tidak benar.
Peran Klien : berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
deal diri : Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah lama di RSJ.
Harga diri : Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan negatif terhadapdiri
sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
2. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak haramonis.
3. Spiritual.
Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini agamanya secara berlebihan.
badah : Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.
f. Status Mental.
1. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia
rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
2. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke wahamnya,bicara
cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.
3. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang berlebihan.
4. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan melukai dan
mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau dirinya
sudah meninggal.
5. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang lain.
6. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai keyakinan yang
berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
7. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of ideas,pengulangankata-
kata.
8. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik.
2.8.2 Analisa Data
NO Data Masalah
1. S: Risiko gangguan
Klien mengungkapkan sesuatu yang komunikasi verbal
tidak realistis bahwa dia adalah anggota
DPR yang baru terpilih pada pemilu
kemarin.
O:
Kehilangan asosiasi, pengulangan kata-
kata yang didengar dan kontak mata
kurang
2. S: Perubahan proses
Klien mengungkapkan sesuatu yang pikir : waham
diyakininya mengenai kebesaran
(menjadi anggota DPR) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
O:
Setiap pagi klien selalu berpakaian rapi,
bersepatu kinclong seperti layaknya
anggota DPR.
3. S: Gangguan harga diri
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak rendah
tahu apa-apa, bodoh dan mengkritik diri
sendiri.
O:
Klien tampak lebih suka sendiri, ingim
mencederai diri dan ingin mengakhiri
hidup.

2.8.3 Pohon Masalah


Proses terjadinya waham menurut Stuart dan Sundeen dapat dirangum dalam pohon masalah
sebagai berikut:

Resiko tinggi gangguan komunikasi verbal

Effect:

Gangguan isi pikir: Waham

Core problem:

Harga diri rendah kronis

Causa:

Koping individu tidak efektif

2.8.4 Intervensi
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya
TUK :
1. Membantu orientasi realita.
2. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan.
3. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Indah, saya perawat yang dinas pagi ini di
Ruang Angkasa. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak
hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang anggota DPR, saya sulit mem
percayainya karena setahu saya bapak adalah pegawai kelurahan?”
“Bisakah pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan saat ini?”
“Oooo, jadi pak R merasa kecewa karena keluarga bapak tidak menyetujui keputusan
bapak untuk menjadi anggota DPR?”
“Menurut bapak kenapa keluarga pak R membawa anda kemari?”
“Oh begitu ya pak, lalu bagaimana sikap bapak terhadap keputusan dari keluarga bapak?”
“dalam waktu dekat ini apa kegiatan yang ingin bapak lakukan?
TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau pak R coba membuat jadwal kegiatan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang hal-hal yang senang pak R lakukan?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”

2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.


TUK:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah pak R sudah mengingat-ingat apa saja kegiatan yang sering pak R lakukan?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan kegemaran pak R tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

KERJA :
“Apa saja kegiatan yang pak R senangi? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya pak R suka menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan di masyarakat.”
“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali bapak memimpin sebuah kegiatan?”
“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bapak memimpin acara tersebut?”
“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita ikut kegiatan senam rutin di tempat ini?”
“Apa pak R mau unutk memimpin kegiatan senam ini?”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang kegemaran pak R?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju
pak?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minum, setuju?”

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.


TUK
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal kegiatan harian

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R.”
“Bagaimana pak setelah memimpin senam tadi pagi? Bagus sekali.”
“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R
minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”
“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?”
KERJA:
“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”
“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu mengatasinya
pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”
“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama pak
R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.
Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
TERMINASI :
“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat!”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“Sampai besok ya pak.”

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA


KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga


TUK
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menjelaskan proses terjadinya masalah
3. Menjelaskan obat pasien.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Indah, saya perawat yang dinas di ruang
Angkasa ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nama ibu siapa?
Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat pak
R dirumah.”
“Dimana ibu mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit saja?”
KERJA :
“Bu J, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R
lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi seorang
anggota DPR tetapi nyatanya bukan, hanya merupakan salah satu gangguan proses berpikir.
Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa
ia seorang anggota DPR, pak R dan ibu bersikap dengan mengatakan;
Pertama: Ibu J mengerti bahwa pak R merasa seorang anggota DPR, tapi sulit bagi ibu
untuk mempercayainya karena setahu kita Pak R tidak terpilih dalam pemilu.
Kedua: Ibu J harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang baik”
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan pak
R. Ibu dan anak dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang diinginkan oleh
pak R, misalnya; ibu percaya kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada kami, R kan punya kemampuan”
Keempat: Ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk memimpin
dengan baik bisa dipraktekan dengan memimpin shalat” dan kemudian setelah dia
melakukannya ibu harus memberikan pujian.
Ibu jangan lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.”
“Obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia
minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara merawat
pak R dirumah nanti?”
“Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung
kerumah sakit.”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”
“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan ibu
lagi kita ketemu ditempat ini ya,bu.”

SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.


TUK:
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham

ORIENTASI:
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu
lagi. Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat pasien seperti yang telah kita
bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya
bu.”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”
KERJA:
“Sekarang anggap saja saya pak R yang sedang mengaku anggota DPR, coba ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas
kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !”
“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan positifnya
sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata ibu sudah mengerti cara merawata Pak R.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”
“Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali ibu membesuk pak
R!”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali ke sini dan kita akan mencoba
lagi cara merawat pak R sampai ibu lancar melakukannya?”
“Jam berapa ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya,bu.”

SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.


TUK
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien

ORIENTASI:
“Assalamualaikum bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka kita bicarakan
jadwal pak R selama dirmah.”
“Bagaimana bu, selama ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat pak R?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari ibu ikut saya”
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 30 menit saja?
Sebelum ibu menyelesaikan administrasinya”
KERJA:
“Bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia tetap melaksanakannya
dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakannya).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh pak R
selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang anggota DPR terus menerus dan
tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas rumah sakit, agar petugas
rumah sakit dapat memantaunya.”
TERMINASI:
“Apa yang ingin ibu tanyakan? Bagaimana perasaan ibu? Sudah siap untuk melanjutkan
dirumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-apa bapa
dan ibu segera menghubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan mohon maaf
bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas
kerjasamanya bu.”
“Silahkan ibu untuk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor depan!”

BAB III
KASUS dan PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Tn. R adalah orang yang terpandang di desanya dan beliau berambisi untuk menjadi
anggota DPR. Keluarga Tn.R tidak mendukungnya untuk menjadi anggota DPR dengan alasan
biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan belum tentu berhasil, tetapi Tn.R tetap bersihkeras
untuk mencalonkan diri dan yakin akan menang. Tn.R sangat bekerja keras untuk meyakinkan
warga agar semua memilihnya.
Tiba saatnya pemilihan, ternyata hasil perolehan suara Tn.R lebih sedikit dibandingkan
dengan saingannya, yaitu Ny.W. Tn.R merasa sangat kecewa dan keluarga Tn.R
menyalahkannya, karena tidak mau mendengarkan pendapat dari keluarganya.
Setelah kejadian tersebut Tn.R menjadi murung dan selalu mengunci diri di kamar,
tidak mau makan dan mandi. Lama kelamaan Tn.R selalu mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang pejabat penting. Setiap pagi selalu berpakaian rapi, bersepatu kinclong seperti anggota
DPR. Karena keluarga merasa khawatir dengan perilaku Tn. R dan malu dengan tetangga,
maka keluarga membawa Tn.R ke rumah sakit jiwa.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Alamat : Pasuruan
Pekerjaan : Pegawai Kelurahan
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM : 066839xxxx
Tanggal dirawat : 12-05-2014
Tanggal pengkajian : 13-05-2014
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Berdasarkan pengkajian (menurut klien):
Klien mengatakan bahwa ia bertengkar dengan keluarganya
b. Menurut status:
Murung, diam, terkadang marah-marah
3. Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Prisipitasi
Sejak 1 minggu yang lalu klien murung dan mengunci diri di kamar. 3 hari terakhir klien mulai
marah-marah dan berteriak-teriak di dalam kamar
4. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Penyakit Lalu
Pada tahun ini klien mencoba mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Namun ternyata hasil
dari pemilu tidak memuaskan klien, Tn.R gagal menjadi anggota DPR. Hal ini membuat klien
menjadi rendah diri dan cenderung murung. Sehari-hari klien menghabiskan waktu dengan
berdiam diri di kamar. Beberapa hari terakhir klien berteriak-teriak di dalam kamar, dan klien
mengatakan bahwa ia adalah seorang pejabat penting dalam pemerintahan.
b. Pengobatan Sebelumya
Klien belum mendapatkan pengobatan karena keluarga merasa takut mendekati ketika klien
marah-marah
c. Riwayat Trauma
Klien gagal menjadi anggota DPR dan menghabiskan banyak biaya
d. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan:
Tidak ada
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa
5. Status Mental
a. Penampilan: Pasien tampak rapi, bersih,memakai pakaian dengan sopan.
b. Kesadaran:
c. Kesadaran klien berubah secara:
1. Limitasi: Pasien tidak bisa membedakan kenyataan dibuktikan dengan pasien menyatakan
dirinya merupakan salah satu pejabat penting dalam pemerintahan
2. Relasi: Pasien mengatakan tidak pernah berkumpul dengan teman yang lain karena waktunya
dihabiskan dengan mengurung diri di kamar.
d. Disorientasi
1. Waktu: Klien mengatakan masih bisa mengenali waktu
2. Tempat: Klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila katanya
3. Orang: Klien mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya adalah teman kerjanya di gedung
DPR
e. Pembicaraan
Pasien bicara cepat, nada bicara cepat, pasien sering mengulang pembicaraan, mengatakan
tentang kehebatan dirinya, pembicaraan awal terarah sesuai pertanyaan, lama kelamaan
nglantur klien menyombongkan jabatannya.
f. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan teman atau orang lain,karena
tidak punya waktu untuk berkenalan.
g. Afek dan Emosi
Emosi klien sering berubah-ubah kadang wajar kadang menyendiri (diam), kadang marah-
marah.
h. Persepsi – sensori
1. Tidak ada halusinasi
2. Tidak ada ilusi
3. Tidak ada depersonalisai
4. Tidak ada realisasi
5. Tidak ada gangguan somatosensorik
i. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien mengatakan secara berulang-ulang
bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting.
2. Isi Pikir
Klien mengatakan bahwa setiap hari ia disibukkan dengan berbagai urusan pemerintahan
3. Bentuk Pikir
Bentuk pikir klien non realistis, pembicaraan klien tidak sesuai dengan kenyataan
j. Interaksi Selama Wawancara
Klien kooperatif, mau bercakap-cakap, mau tersenyum, pembicaraan klien selalu
mempertahankan pendapatnya,kalau dirinya orang hebat
k. Memori
1. Jangka Panjang: Klien mampu mengingat keluarganya
2. Jangka Menengah: Klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu masih dirumah dan bekerja di
kelurahan
3. Jangka Pendek: Klien mampu mengingat hari ini bangun pagi, mandi dan sarapan.
l. Tingkat Konsentasi dan Berhitung
Saat ditanya “jika bapak belanja habis 5000,untuk beli tempe dan uang ibu 10.000 maka
kembalinya berapa? “klien menjawab Rp.5000
m. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai dengan baik
n. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita: Klien mengatakan dia tidak sakit jiwa tetapi orang-orang
menganggap dia gila

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Cukup
b. Tanda-tanda Vital:
TD : 120/70mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5c
RR : 20x/menit
c. Antropometri : TB: 171 cm, BB: 65 kg
d. Tidak ada keluhan fisik: Klien mengatakan tidak merasakan sakit apapun
e. Pemeriksaan Fisik:
f. Kepala
Inspeksi: bersih, rambut pendek warna hitam
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
g. Mata
Inspeksi: Konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan normal, tidak kabur, tidak ada
peradangan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
h. Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak ada polip (bersih)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
i. Mulut
Inspeksi : bersih, tidak ada karies gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada
pembesaran tonsil
j. Telinga
Inspeksi: simetris, bersih, pendengaran tidak terganggu
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
k. Leher
Inspeksi: tidak ada luka, JVP tidak ada, tidak kaku kuduk
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

l. Dada
Inspeksi: normal chest, tidak ada retraksi intercosta
Auskultasi: normal
m. Abdomen
Inspeksi: bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
n. Genetalia:
Bersih
Tidak ada hemoroid
Tidak ada gangguan pola eliminasi
o. Ekstrimitas
Kekuatan otot: 5 5 5 5
Rentang gerak maksimal
Tidak ada luka
p. Integumen
Kulit bersih
Lembab
Tidak ada lesi

7. Pengkajian Psikososial
a. Genogram

Keterangan:
= Laki- laki = Meninggal

= Perempuan = Klien
= Tinggal serumah

b. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena ini adalah pemberian
Allah kepadanya.
2. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang bapak yang baik, selain itu dia juga
seorang pegawai di kelurahan
3. Peran
Di rumah klien mengatakan dia adalah seorang bapak yang baik, ia juga sebagai pegawai di
kelurahan.
4. Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa harapannya ia bisa menjadi pemimpin buat rakyat.
5. Harga Diri
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia adalah seorang pejabat
penting di gedung DPR, tetapi sekarang ia harus tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit
jiwa, klien mengatakan malu.
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti atau terdekat
Klien mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah istrinya jika ada masalah ceritanya
langsung ke istrinya
2. Peran serta kegiatan kelompok
Klien mengatakan sebelum disini dia mengikuti rapat di gedung DPR
3. Hambatan dan hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan saat ini waktunya kurang, malah tidak ada waktu untuk berkomunikasi
dengan teman karena waktunya lebih banyak untuk rapat dengan anggota DPR lainnya
d. Spritual
1. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri pada Tuhan karena Allah yang
memberikan segalanya, dan klien mengatakan takut pada Tuhan
2. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih banyak dan rajin
beribadah, tetapi saat disini jarang karena belum beradaptasi dengan lingkungan, saat ini klien
sering menyendiri dan diam

8. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan
Klien makan sendiri dengan bimbingan perawat, makan 3x1 hari, 1 porsi tidak dihabiskan
b. BAK /BAK
Klien dapat BAB/BAK secara mandiri
c. Mandi
Klien mandi tidak harus dimotivasi perawat terlebih dahulu
d. Berpakaian atau berhias
Klien dapat berpakaian atau berhias sendiri, menggunakan pakaian yang sesuai seragam pada
hari itu dan ganti baju 1 x sehari
e. Istirahat dan tidur
1. Tidur siang 13.00 – 15.30
2. Tidur malam 18.00 – 05.00
3. Aktivitas sebelum tidur: duduk – duduk, nonton tv
4. Klien tidak mengalami gangguan tidur

f. Penggunaan Obat
Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan : Sistem pendukung
h. Aktivitas dalam rumah
Klien mengatakan sering didalam kamar dengan mengurung diri
i. Aktivitas diluar rumah
Klien jarang keluar rumah

9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping tidak efektif karena ia mengganggap dirinya orang lain

10. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan tidak ada waktu bergaul dengan yang lain, karena pasien lebih senang
mengurung diri di dalam kamar

11. Pengetahuan Kurang


Klien mengatakan orang gila itu ya orang yang mengalami penyakit gangguan jiwa, saya tidak
sakit jiwa tapi dibawa kesini.

12. Aspek Medis


a. Diagnosa medis: F.25.0 (skizoafektif)
b. Terapi Medik:
Haloperidol 5 mg 1-0-1
Clopramazine 100 mg 0-1-1
Defakene 2 x 1 sdm
B.komplek 1-0-1
13. Analisa Data
Nama : Tn. R
Usia : 30 tahun
No RM : 066839xxxx
No. Data Masalah
1. DS : Resiko gangguan komunikasi verbal
Klien mengatakan waktunya tidak
ada untuk berkomunikasi dengan
teman karena lebih banyak sibuk
dengan urusannya sendiri.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Aktivitas klien menurun.
Klien kurang berkomunikasi
dengan orang lain.
2. DS : Gangguan proses pikir : waham
Klien mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang pejabat DPR.
Klien mengatakan tidak ada yang
bisa mengalahkan dirinya karena
dia memiliki kedudukan yang
tinggi di gedung DPR.
DO :
Klien terus membicarakan
kehebatannya.
Setiap pagi klien selalu berpakaian
rapi dan bersepatu kinclong seperti
pejabat.
3. DS : Harga diri rendah
Klien mengatakan bahwa klien
merasa kecewa dengan sikap
keluarganya yang sepertinya tidak
bahagia padahal dia telah terpilih
menjadi anggota DPR.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Klien tidak mau bergaul dengan
orang lain.
3.2.2 Pohon Masalah
Resti gangguan komunikasi verbal

Effect:

Gangguan proses pikir: Waham

Core problem:

Harga diri rendah

Causa:

Koping individu tidak efektif

3.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan waham kebesaran.
2. Gangguan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

3.2.4 Intervensi Keperawatan


Masalah prioritas: Perubahan proses pikir : waham kebesaran
KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
HASIL
TUM: Setelah 1 kali 1. Bina hubungan Dengan membina
Secara bertahap interaksi klien saling percaya. hubungan saling
pasien mampu menunjukkan tanda- 2. Ciptakan percaya pasien akan
lingkungan yang merasa aman dan
berhubungan tanda percaya tenang, buat kontrak bersedia
dengan realitas kepada perawat: yang jelas berinteraksi dengan
1. Mau menerima 3. Jangan membantah perawat
TUK 1: kehadiran perawat dan mendukung
Pasien dapat disampingnnya waham klien
membina 2.Mengatakan mau 4. Observasi apakah
hubungan saling menerima bantuan waham klien
percaya perawat. menganggu aktivitas
3.Tidak menunjukan sehari- hari dan
tanda-tanda curiga perawatan diri.
4.Mengizinkan duduk
di samping.

TUK 2 : Setelah 1 kali 1. Diskusikan dengan Untuk


Pasien dapat interaksi klien pasien kemampuan meningkatkan
mengidentifikasi menunjukan: yang dimiliki pada Harga diri pasien
kemampuan Klien menceritakan waktu lalu dan saat terhadap dirinya
yang di miliki. ide-ide dan perasaan ini yang realistis. sendiri dan realita
yang muncul secara 2. Tanyakan apa yang
berulang dalam bisa dilakukan dan
pikirannya. anjurkan untuk
melakukanya.
3. Jika pasien selalu
berbicara tentang
waham nya
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada

TUK 3 : Setelah 2 kali 1. Observasi Untuk memenuhi


Pasien dapat interaksi klien: kebutuhan pasien kebutuhan pasien
mengidentifikasi sehari-hari. yang belum terpe
kebutuhan yang 1. Dapat menyebutkan 2. Dikusikan
tidak dapat kejadian-kejadian kebutuhan pasien
terpenuhi. sesuai dengan yang tidak terpenuhi
urutan waktu serta selama di rumah
kebutuhan dasar maupun di rumah
yang tidak terpenuhi sakit.
2.Dapat menyebutkan 3. Hubungan
hubungan antara kebutuhan yang
kejadian traumatis tidak terpenuhi
atau kebutuhan tidak dengan timbulnya
terpenuhi dengan waham.
wahamnya. 4.Tingkatkan aktivitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan pasien,
memerlukan waktu
dan tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
dengan wahamnya.

Anda mungkin juga menyukai