Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah penelitian merupakan daerah yang termasuk di dalam zona serayu

utara dimana zona ini terdiri dari satu jalur pegunungan yang berorientasi barat –

timur. Salah satu gunungapi Kuarter yang berdekatan dengan daerah penelitian

adalah Gunungapi Slamet yang terletak di ujung barat zona serayu utara.

Dari tinjauan geologi, daerah penelitian merupakan daerah yang

mempunyai litologi, morfologi, dan struktur geologi serta potensi geowisata yang

cukup menarik. Hal ini dapat diketahui dari hasil interpretasi peta geologi

regional dan survei geologi pendahuluan yang telah dilakukan.

Pada daerah penelitian yaitu Kecamatan Bobotsari, terdapat Curug

Penisihan di Desa Palumbungan. Curug ini memiliki ketinggian 8 meter, dan

aliran airnya membentuk kolam sekitar 25 meter. Air Curug Penisihan merupakan

aliran Sungai Klawing, sungai terbesar yang membelah wilayah Purbalingga yang

letaknya hampir mendekati hulu sungai. Sedangkan di Desa Talagening, ada

Curug Ciputut. Panoramanya cukup indah untuk dipandang. Air terjun ini

berketinggian 30 meter dan tidak pernah kering sepanjang tahun. Banyak

dikunjungi remaja-remaja pada saat libur dan mereka yang gemar berpetualang

karena medannya cukup memadai dengan dinding dan lereng yang terjal.

(Liputan6.com, 2016)

Banyaknya potensi geowisata berupa Curug atau air terjun di Kabupaten

Purbalingga khususnya pada Daerah penelitian di Desa Talagening, Kecamatan

1
2

Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah menjadi studi kasus

yang menarik untuk dibahas karena diduga penyebab utama terbentuknya potensi

geowisata berupa Curug Ciputut ini dikontrol oleh struktur geologi yang bekerja

pada daerah penelitian.

Berdasarkan hal di atas, maka penyusun tertarik untuk mengangkat tema

khusus di Daerah Talagening dan sekitarnya, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten

Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah, dengan judul “Pengaruh Struktur Geologi

Terhadap Pengembangan Geowisata Curug Ciputut di Desa Talagening

Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat penyusun meliputi permasalahan geologi

secara umum, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Geologi regional, geomorfologi stratigrafi, struktur geologi, sejarah

geologi dan geologi lingkungan daerah penelitian.

2. Permasalahan khusus yang diangkat oleh penyusun adalah

mengidentifikasi pengaruh struktur geologi terhadap pengembangan

geowisata Curug Ciputut di Desa Talagening, Kecamatan Bobotsari,

Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari pemetaan geologi ini adalah untuk memenuhi persyaratan

kurikulum tingkat Sarjana (S1) pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
3

Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, dimana setiap

mahasiswa di Jurusan Teknik Geologi diwajibkan melakukan pemetaan geologi

untuk mencapai jenjang Sarjana.

Tujuan pemetaan geologi ini adalah untuk mengetahui dan memetakan

daerah penelitian, sehingga diperoleh data geologi yang meliputi geomorfologi,

urutan stratigrafi, struktur geologi, geologi lingkungan, dan geologi sejarah. Hasil

dari pemetaan meliputi peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geomorfologi

dan peta geologi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

positif maupun negatif struktur geologi terhadap pengembangan geowisata di

Curug Ciputut.

1.4 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian

Secara administratif, daerah penelitian terletak kurang lebih 180 km ke arah

Barat dari pusat kota Yogyakarta yang dapat ditempuh dengan waktu ± 5 jam

dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua, terletak pada

Kabupaten Purbalingga, Propinsi Daerah Jawa Tengah. Daerah penelitian

mempunyai skala peta 1 : 25.000 dengan luas daerah penelitian adalah 9 km × 9

km atau sama dengan 81 km². Secara astronomis daerah penelitian terletak pada

posisi 07°15’00’’ - 07°20’00’’ LS dan 109°17’30” - 109°22’30” BT (Gambar

1.1).
4

Gambar 1.1 Lembar peta lokasi (Bakosurtanal, 2000)

1.5 Asumsi dan Hipotesis

Dari hasil penelitian, penyusun mengasumsikan bahwa daerah Talagening

dan sekitarnya, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa

Tengah tepatnya pada Curug Ciputut sangat berpotensi untuk dikembangkan

sebagai kawasan geowisata karena pada daerah penelitian terdapat fenomena

geologi air terjun Curug Ciputut yang memiliki kenampakan struktur sesar turun

pada batuan lava basalt. Disamping itu masyarakat sekitar harus diberikan edukasi

tentang potensi geologi yang terjadi pada Curug Ciputut tersebut baik potensi

positif maupun potensi negatif agar kedepannya potensi geowisata tersebut dapat

dikembangkan dengan baik serta menjamin keamanan bagi para wisatawan dari

bahaya longsor, rockfall dan lain-lain.

1.6 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas dalam studi kasus kali ini hanya

menentukan pengaruh geologi struktur terhadap pengembangan geowisata Curug

Ciputut di Desa Talagening Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga


5

Provinsi Jawa Tengah baik dari sisi positif maupun negatif untuk dimanfaatkan

sebaik-baik mungkin oleh masyarakat sekitar agar geowisata yang ada di daerah

tersebut menjadi destinasi tujuan wisata yang indah dan aman di masa yang akan

datang.

1.7 Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian di

lapangan maupun di laboratorium adalah:

a. Peta topografi, skala 1 : 25.000 daerah penelitian

b. Peta RBI Lembar 1308-623 (Bobotsari)

c. Peta DEM (Digital Elevation Model)

d. Peta geologi Gunungapi Slamet

e. Peta geologi regional

f. Kompas geologi tipe Brunton sistem azimut 0°-360°.

g. Palu geologi batuan sedimen dan batuan beku merek Estwing.

h. Loupe dengan pembesaran 10x dan 20x.

i. Kamera digital.

j. Pita ukur 50 m.

k. GPS Garmin

l. Alat tulis lengkap.

m. Kantong sampel batuan dan karung.


6

Peralatan yang digunakan dalam analisis laboratorium terdiri dari:

a. Mikroskop binokuler dengan pembesaran 40 kali, untuk analisis fosil.

b. Mikroskop polarisasi dan kamera dengan pembesaran 40 kali, untuk

analisis petrografi.

c. Mesh 40, 60, 80, 100, 150, 200 dan kuas cat untuk mengayak fosil

mikro.

d. Seperangkat komputer atau laptop.

1.8 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun dapat digunakan oleh

pemerintah setempat maupun untuk kalangan akademik antara lain :

1. Untuk pemerintah setempat dapat dimanfaatkan sebagai acuan dan sumber

data untuk mengembangan objek wisata geologi yang berwawasan keilmuan

sebagai meningkatkan kondisi perekonomian di daerah di Daerah Curug

Ciputut dan sekitarnya, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga,

Provinsi Jawa Tengah.

2. Untuk kalangan akademik dapat dijadikan sumber bacaan dan acuan data

untuk lokasi penelitian di Daerah Curug Ciputut dan sekitarnya, Kecamatan

Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah bagi pembaca

yang ingin mengetahui kondisi geologi daerah tersebut dan bagaimana cara

pengembangan geowisata yang baik pada daerah struktur.


7

1.9 Waktu Penelitian

Proses waktu penelitian menghabiskan sekitar ± 5 bulan yaitu berlangsung

dari bulan Maret-Juli 2018, dimana tahapan tersebut meliputi, pra pemetaan

geologi permukaan, pemetaan geologi permukaan, analisis studio, analisis

laboratorium, pengolahan data geologi permukaan, pembahasan studi khusus,

pembuatan peta, pengecekan lapangan, penyusunan laporan dan presentasi

laporan penelitian.

1.10 Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah

dalam penelitian yaitu pengambilan data lapangan dengan cara pemetaan geologi

permukaan, dengan pengamatan secara langsung unsur-unsur geologi, seperti

litologi, geomorfologi, struktur geologi, dan geologi lingkungan, disertai dengan

analisis studio dan analisis laboratorium. Dalam penelitian ada beberapa tahapan

penelitian yaitu: pra pemetaan geologi permukaan, pemetaan geologi permukaan

(pengamatan dan pencatatan data geologi serta pengambilan sample batuan),

pengolahan data geologi, penyusunan laporan dan presentasi (Gambar 1.2).

1.10.1 Tahap pra pemetaan geologi permukaan

Pada tahapan ini dilakukan pencarian bahan serta data yang berhubungan

dengan daerah penelitian. Tahapan ini dilakukan pencarian data sekunder yang

dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah geologi, interpretasi data citra daerah

penelitian, interpretasi peta topografi dan pola pengaliran daerah penelitian.

Penelitian ini tetap memperhatikan hasil dari peneliti-peneliti terdahulu yang telah
8

ada di daerah penelitian untuk mempermudah dalam melaksanakan pemetaan

geologi permukaan secara cepat dan tepat.

1.10.2 Tahap pemetaan geologi permukaan

Pada tahap pemetaan geologi permukaan terbagi menjadi dua kegiatan,

anatara lain sebagai berikut :

1. Pengamatan dan pencatatan data geologi

Kegiatan ini melakukan pengamatan dan pengambilan data geologi

permukaan yang terdapat di daerah penelitian berupa data geomorfologi,

data litologi, data struktur geologi, data sesumber dan data bencana geologi.

Data yang telah dicatat dilapangan selanjutnya dianalisis studio hingga

menghasilkan peta lintasan dan lokasi pengamatan, kolom litologi dan data

struktur geologi.

2. Pengambilan contoh batuan

Dalam pengambilan contoh batuan ini terbagi menjadi dua jenis kegunaan

pengambilan sampel yaitu analisis petrografi dan analisis

mikropaleontologi. Contoh batuan yang telah diambil di preparasi sesuai

keperluan selanjutnya dianalisis di laboratorium sumberdaya mineral dan

sumberdaya energi untuk analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi.

1.10.3 Tahap pengolahan data geologi

Dalam tahap pengolahan data geologi ini diambil dari data analisis studio

dan data analisis laboratorium sehingga digabungkan seluruh data dengan


9

menginterpretasi data berupa geomorfologi, data stratigrafi, data struktur geologi,

dan data geologi lingkungan untuk mengetahui kejadian geologi masa lampau

hingga sekarang serta pembahasan tentang studi khusus. Sehingga hasil dari

pengolahan data geologi tersebut berupa peta geologi, peta geomorfologi dan hasil

pembahasan studi kasus.

1.10.4 Penyusunan laporan

Pada tahapan ini adalah penyusunan laporan berdasarkan hasil dari

pengolahan data geologi yang telah diambil dari lapangan dan disusun menjadi

draft laporan pemetaan geologi serta studi kasus yang dibahas.

1.10.5 Presentasi

Tahapan terakhir ini akan dilakukan presentasi serta diskusi untuk

menjelaskan hasil pemetaan geologi.


10

Gambar 1.2 Bagan alur penelitian (Penyusun, 2017)

1.11 Peneliti Terdahulu

Daerah penelitian merupakan daerah komplek Serayu Utara. Beberapa

peneliti yang telah melakukan penelitian di daerah tersebut antara lain:


11

1. Bemmelen (1949), peneliti berkebangsaan Belanda yang pertama kali

membuat uraian fisiografi Pulau Jawa dalam penelitiannya Bemmelen

banyak memberikan gambaran fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur

secara umum.

2. Pratomo, dkk (2012) dalam penelitiannya tentang karakteristik erupsi

Gunung Slamet menyimpulkan bahwa Gunung Slamet merupakan

gunungapi Tipe Aktif Tipe A bersusunan basalan dengan karakteristik

letusan eksplosif lemah (vulcanian) dan juga efusif (strombolian) yang

dicirikan oleh letusan-letusan abu, dengan atau tanpa lelehan lava. Potensi

ancaman bahaya letusan gunung api ini terbatas pada lontaran material pijar

dalam radius kurang dari 3 kilometer dari pusat erupsi, hujan abu lebat yang

tersebar menurut arah angin dominan saat erupsi dan banjir lahar di

sepanjang aliran sungai yang berhulu di kawasan Puncak Gunung Slamet.

3. Pratomo, dkk (2012) hasil dari penelitiannya tentang keanekaragaman

kompleks vulkanik Gunung Slamet bahwa breksi aneka bahan yang

tersingkap di daerah Plencing adalah breksi coignimbrite. Proses

pembentukan satuan batuan tersebut berasosiasi dengan erupsi eksplosif

gunung api tipe Plini yang dihasilkan oleh runtuhan kolom erupsi, diduga

diinterpretasikan sangat dekat dengan sumbernya. Walaupun kenampakan

fisiknya mirip dengan anggota Formasi Nglanggeran, namun secara

stratigrafi merupakan bagian dari satuan breksi pumis Formasi Semilir

bagian bawah, dan berhubungan menjari dengan breksi batuapung dan tuf.

Pusat erupsi berada di daerah Plencing (Gunung Gede). Letusan eksplosif


12

tersebut diawali dengan fasa pembentukan kerucut gunungapi, yang

menghasilkan basalt berstruktur bantal, yang singkapannya tidak jauh dari

breksi coignimbrite.

4. Widagdo, Brahmantyo (2014) hasil penelitian tentang geodiversitas di

Sungai Klawing Kabupaten Purbalingga menyimpulkan bahwa struktur

geologi utama yang berkembang di daerah penelitian adalah kemiringan

lapisan batuan. Struktur ini menghasilkan pola sebaran potensi jasper

primer pada batuan beku lava serta potensi tambang yang khas. Jajaran

perbukitan homoklin sebagai obyek keindahan geologi juga dikontrol oleh

struktur geologi ini. Struktur geologi pada batuan muda di daerah penelitian

adalan berupa perlapisan horisontal. Struktur ini mengontrol persebaran

endapan jesper sekunder pada endapan undak di sekitar sungai.

Anda mungkin juga menyukai