Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua

pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD)

yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru Sekolah Dasar (SD)

adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas yang dapat bersaing dijaman pesatnya perkembangan teknologi.Guru

Sekolah Dasar (SD) dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan,

strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami

materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di

lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan

waktu untuk mengajarkannya semua. Menurut pengamatan penulis, dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang

bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model

konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin

disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang

1
2

ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan

kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis KTSP yang mulai

diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang

kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang

berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan

siswa terlibat langsung dalam pembelajaran IPA. Disamping itu kurikulum

berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan

pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu

pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to

know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam

kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning

to be). Untuk itu guru perlumeningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan

rancanganpembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik

siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya

masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien
3

dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga

hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA

siswa kelas 5 di Sekolah Dasar (SD) N 3 Karang Bongkot yang dipaparkan pada

tabel berikut.
Tabel 1 Nilai rapor untuk mata pelajaran IPA Kelas V Tahun Ajaran
2012/2013 sampai dengan 2013/2014 Selokah Dasar (SD) 3 Karang Bongkot
Tahun Ajaran Nilai Nilai Nilai KKM
Tertinggi Terendah Rata-Rata
2011/2012 7,36 3,42 5,39 70
2012/2013 6,92 4,08 5,00 65

Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar

(SD)N 3 Karang Bongkot menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya

kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang

berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang

diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor

penyebab ketidak berhasilan siswa dalam pelajaran IPA.Sebagai guru yang baik

dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran interaktif

menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran IPA. Penelitian ini dilakukan peneliti dengan berkolaborasi dengan

guru-guru Sekolah Dasar (SD) di Sekolah Dasar kolaborasi ini, diharapkan


4

kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran akan lebih

baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif.

Disamping itu kolaborasi ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat

melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses

pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa.

Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan

pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian

menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen,

1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas,

pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur

sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk

mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke

dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan

menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan

pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai

pusatnya (Harlen, 1992:48-50).


5

Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa

belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba

menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan

observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis

dan aktif belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V

semester 1 di SDN 3 karang bongkot dengan menggunakan model pembelajaran

interaktif.

B. RUMUSAN MASALAH DAN CARA PEMECAHAN MASALAH

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Karang Bongkot Tahun 2013/2014 ?
6

2. Cara Pemecahan Masalah

Masalah kurangnya hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 karang bongkot

disebabkan belum efektifnya pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran

interaktif,akan dipecahkan dengan :

a. Mendesain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan model

pembelajaran interaktif.

b. Menggunakan media yang menarik bagi siswa.

c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP pembelajaran interaktif yang telah

didesain.

d. Mendesain dan menganalisis hasil pelaksanaan pembelajaran khususnya

peningkatan hasil belajar IPA siswa.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran interaktif

untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Karang Bongkot

tahun 2013/2014.
7

D. MANFAAT PENELITIAN

Bagi siswa pembelajaran interaktif memberikan pengalaman baru dan

diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Siswa

memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka

mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran sangat

ditentukan oleh siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini siswa terlatih untuk

dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan siswa didorong aktif

secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.

Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

profesional, dan pembelajaran interaktif menjadi alternatif pembelajaran IPA

untuk meningkatkan prestasi siswa.Memberikan kesadaran guru untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan

tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai

kemampuan dalam merancang model pembelajaran interaktif yang merupakan hal

baru bagi guru, dan menerapkannya dalam pembelajaran IPA.

Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan siswa dan

memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa juga meningkat,


8

sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai

daya tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru

dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat

dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar

mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar siswa serta perlunya

kerjasama yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah.
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. TEORI YANG RELEVAN

1. Variabel Harapan

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan

belajar.Ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem

pemrosesan masukan (input) berbagai masukan yang berupa informasi dan

merupakan fungsi dari masukan pribadi dan masukan yang berasal dari

lingkungan (Hutabarat,EP, 1988: 25).

Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak.Menurut

Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar

mendefinisikan, “Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”R. Gagne mengemukakan


10

bahwa hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku, melalui

stimulus respon dan hasil belajar bersyarat (Sudjana,1989:213 ).

Sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajara adalah

terjadinya perubahan perilaku tersebut misalnya dapat berupa; dan tidak tahu

sama sekali menjadi samar-samar, dan kurang mengerti menjadi mengerti, dan

tidak biasa menjadi terampil dan anak pembangkang menjadi penurut, dan

pembohong menjadi jujur, dan kurang takwa menjadi takwa,dan lain-lain. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari proses pembelajaran diri sendiri dan pengaruh lingkungan,

baik perubahan kognitif, afektif maupun psikomotor dalam diri siswa.

Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar, (Slameto. 2003:20), yaitu:

Faktor Internal dan

Fakter internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis (Kecerdasan

Intelegensi siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat)

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi faktor

lingkungan sosial (lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat) dan lingkungaan


11

non social (lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, dan faktor materi

pelajaran).

b. Teori Alat Peraga

Media pengajaran sebagai perantara dalam rangka memperlancar

pencapaian tujuan dari pelaksanaan pendidikan disekolah. Media pengajaran harus

yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,perasaan, dan

kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada

dirinya. Penggunaaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa)

untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performance mereka sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

Media pengajaran yang digunakan berupa peralatan yang efektif yaitu alat

peraga.Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan

fakta, konsep prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit.Tanpa

alat sukar rasanya dipercaya untur tercapainya tujuan yang diharapkan disuatu

lembaga pendidikan.Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya dipergunakan alat

nonmaterial dan alat material.Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan,

nasihat dan sebagainya. Sedangkan alat material atau alat bantu pengajaran berupa
12

globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide, video dan

sebagainya.

c. Pengertian model pembelajaran interaktif

Model pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran

yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran

utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara

guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam

menunjang tercapainya tujuan belajar.

d. Syarat model pembelajaran interaktif (Ahmad Sabari 2005;52)

- Dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa.

- Dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut

- Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya

terhadap materi yang disampaikan

- Dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa

- Dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh

pengetahuan melalui usaha pribadi.


13

- Dapat menanamkan dan mengembangkan nilai – nilai dan sikap siswa dalam

kehidupan sehari – hari.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut :

menurut Muhibbin Syah (2004: 92) menjelaskan bahwa belajar ditinjau secara

sinstitusional adalah proses validitasi atau pengabsahan terhadap penguasaan

siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Sedangkan belajar ditinjau dari

kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta

cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto (2004: 85) menjelaskan belajar

sebagai berikut :

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik

b. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

c. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif mantap, harus

merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai

aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.


14

Pengertian belajar juga diungkapkan oleh Slameto ( 2003 : 2) “Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pendapat lain tentang

belajar dijelaskan Winkel ( 2005 : 59 ) yaitu “ Belajar adalah aktivitas mental

(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu

bersifat konstan dan berbekas ” .

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan

tingkah laku yang relatif permanen yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap serta

ketrampilan sebagai hasil pengalaman, latihan dan interaksi dengan

lingkungannya.

Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal tergantung pada

penggunaan teori belajar yang baik pula. Teori belajar secara garis besar dapat

dibagi menjadi tiga golongan : 1). Teori belajar menurut ilmu jiwa daya. 2). Teori
15

belajar menurut teori asosiasi dan 3). Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt

(Slameto, 2002: 9)

Menurut Zainal Arifin (1990: 2-3), Kata “prestasi” berasal dari bahasa

Belanda yaitu prestatie.Kemudian di dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi”

yang berarti “hasil usaha”. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang

dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan. Prestasi

belajar merupakan suatu masalah yang cukup signifikan. Dalam proses

pembelajaran berhasil tidaknya proses pembelajaran selalu diukur dari prestasi

belajar siswa yang dihasilkan. Muhibbin Syah (2004: 118) berpendapat bahwa

“Prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu

perubahan yang khas yaitu hasil belajar”. Sedangkan dalam kamus umum Bahasa

Indonesia dikatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai

atau yang telah dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian “

(Lukman Ali, dkk, 1995: 768). Pendapat lain dikemukakan oleh Zainal Arifin

(1990: 3) “Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang

dalam menyelesaikan suatu hal”.


16

Dari pengertian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang dicapai.

Adapun tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa

yang memiliki prestasi belajar yang tinggi adapula yang memiliki prestasi belajar

yang rendah.

Dalam memperoleh prestasi belajar yang hendak dicapai dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2004:

132) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai

berikut: 1) Faktor Internal, 2) Faktor Eksternal, dan 3) Faktor Pendekatan Belajar.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi yang dilaksanakan

oleh guru.Dalam melaksanakan penilaiannya seorang guru dapat menggunakan

teknik tes dan teknik non tes. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Langkah-langkah Pembelajaran model interaktif tipe examples non

examples

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

3. Guru member petunjuk dan emmberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/ menganalisa gambar


17

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar

tersebut dicatat pada kertas

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

6. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai

tujuan yang ingin dicapai

7. Kesimpulan.:

2. Variabel Tindakan

Seperti yang tercantum dalam GBPP SD (1994 : 125) menjelaskan bahwa

“Ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,

gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,

penyusunan dan pengujian”.Sedangkan menurut Ensiklopedi Indonesia (1981 :

1382) dijelaskan; Ilmu-ilmu alam (realita dari bahasa latin realis) artinya nyata

adalah Ilmu Pengetahuan alam yang bertujuan merumuskan paham-paham dan

hukum-hukum alam serta menciptakan teori-teori secara sistematis berdasarkan

paham-paham dan hukum-hukum alam dibedakan antara lain Ilmu Alam

yang menyelidiki alam bernyawa meliputi ilmu-ilmu alam yang berpokok pada

ilmu hayat (biologi) dan ilmu alam yang menyelidiki alam yang tidak bernyawa

meliputi ilmu fisika ,ilmu kimia dan ilmu bintang.


18

Dalam internet dijelaskan science adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh

melalaui belajar dan latihan.Kata science dapat diartikan sebuah sistem untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan.<http://www.sience made simple.rom/20006).

Ruang Lingkup IPA yang Diajarkan Dalam Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mencoba pembelajaran dengan penggunaan

Model Pembelajaran Interaktif pada materi IPA Kelas V semester I yaitu

mengenai cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya . Materi ini

dipilih karena jika hanya disajikan dengan media gambar ataupun model biasa

kurang menarik anak, akan lebih bagus jika disajikan menggunakan Model

Pembelajaran Interaktif.

Dalam buku Sains Kelas V Handayani (2002:100) penyesuain diri mahluk

hidup terhadap lingkungannya merupakan proses hewan untuk memperoleh

makanan,melindungi diri,dan kelangsungan hidupnya.

Di dalam mempelajari IPA ada berbagai cara atau metode seperti yang

tercantum dalam buku metodik khusus pengajaran IPA di Sekolah Dasar (1996 :

7) yakni : 1) Metode Ceramah; 2) Metode Demonstrasi; 3) Metode Diskusi; 4)

Metode tanya jawab; 5) Metode Pemberian Tugas


19

Cara Mengukur Prestasi Belajar IPA

Pengertian evaluasi atau penilaian seperti tercantum dalam buku petunjuk

pelaksanaan penilaian (1990 : 31) bahwa “Penilaian adalah usaha mengumpulkan

berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh, tentang proses

belajar mengajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar

mengajar”. Dari pengertian tentang penilaian tersebut, diharapkan dapat

mengetahui sejauh mana penguasaan murid terhadap pelajaran yang telah

diberikan oleh guru serta akan dapat diketahui letak kesulitan yang akan dicapai

anak dalam belajar. Ini meliputi bidang-bidang kognitif, efektif, dan psikomotorik

yang dilakukan secara terus menerus”.

`Menurut Syamsu Yusuf (2002: 35) lingkungan adalah keseluruhan

fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi

atau dipengearuhi perkembangan siswa. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto

(2004 : 28).lingkungan adalah semua kondisi–kondisi dalam dunia ini yang

dalamn cara – cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,

perkembangan atau life processes. Sehingga lingkungan adalah keseluruhan


20

kondisi yang ada di sekitar manusia yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi

perkembangan siswa dalam mencapai tugas perkembangan dan pertumbuhannya.

Menurut Ngalim Purwanto (2004: 28 - 29) membagi lingkungan menjadi 3

bagian yaitu. 1) Lingkungan alam / luar (external or physical environment). 2)

Lingkungan dalam ( internal environment). 3) Lingkungan sosial / masyarakat

(social environment)

Adapun menurut Anggani Sudono (2000: 81- 94) jenis objek baik hidup

maupun benda mati di lingkungan alam kita yang dapat dimanfaat sebagai sumber

belajar antara lain : 1. Tanah pasir dan daun; 2. Tanaman – tanaman Bumbu

Dapur; 3. Tanaman Palawija; 4. Tanaman Padi dan 5.

Pepohonan;6.hewan;7.manusia

B. KERANGKA BERPIKIR

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa anggapan dasar/kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan alam merupakan segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang

bukan manusia seperti rumah, tumbuhan – tumbuhan, air, iklim, hewan dan

sebagainya yang dapat digunakan untuk kepentingan hidup manusia.


21

2. Sumber belajar adalah sarana yang memuat bahan-bahan belajar dan dapat

digunakan sebagai acuan dalam mengelola materi pelajaran, sehingga kegiatan

belajar - mengajar mencapai hasil yang optimal, sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

Dengan adanya sumber belajar dapat dimanfaatkan sebagai: (a) pengalaman

belajar yang konkret dan langsung kepada pengajarnya, (b) penyaji sesuatu yang

tidak mungkin diadakan, dikunjungi, maupun dibawa ke kelas, maka diganti

dengan model, denah, sketsa, foto, film dan lain-lain; (c) penambah dan

memperluas cakrawala sajian yang ada dalam kelas; (d) pemberi informasi yang

akurat dan yang terbaru; (e) pembantu memecahkan masalah pendidikan dan

pembelajaran; (f) perangsang motivasi siswa dalam belajar dan perangsang siswa

untuk berpikir, dan dapat berkembang lebih baik

Ketersediaan sumber belajar dari lingkungan alam sekitar akan dapat

membantu pengembangan kemampuan bercerita anak dalam menjalani tugas

perkembangannya demi menjadi manusia yang dapat menyelesaikan tugas

perkembangannya. Hal ini terjadi karena ketika belajar, anak membutuhkan

sarana atau sumber belajar untuk menunjang kegiatan belajarnya.


22

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan landasan teori dan pengertian hipotesis di atas serta kerangka

pemikiran maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai

berikut: jika Penerapan model pembelajaran interaktif dilaksanakan secara

maksimal maka hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Karang Bongkot Kabupaten

lombok barat tahun pelajaran 2013/2014 meningkat.


23

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

1. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Karang Bongkot Kabupaten

Labuapi.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014

yakni pada bulan Oktober 2013,

B. SUBJEK DAN OBSERVER PENELITIAN.

1. Subyek Penelitian

Yang menjadi Subjek tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

seluruh siswa kelas V SD Negeri 3 Karang bongkot Kecamatan Labuapi.

tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa yang diteliti ada 23 siswa. Adapun dari

23 siswa terdiri 17 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki.

2. Observer Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 1 Observer yaitu Pak H. Tarmizi,

S.Pdi. sebagai observer aktivitas siswa dan aktivitas guru.


24

C. FAKTOR YANG DITELITI

Untuk menjawab permasalahan peneliti tindakan kelas,ada beberapa faktor

yang diteliti :

1. faktor guru; mengetahui cara penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP),dan pembelajaran model interaktif

2. faktor siswa mengamati aktivitas pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dengan model pembelajaran interaktif. Peningkatan hasil

belajar ini meliputi aspek :

a. Motivasi.

b. Kebersamaan.

c. Pemecahan Masalah

d. Menyimpulkan.

D. VARIABEL PENELITIAN

1. Devinisi operasional variabel harapan

Variabel harapan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA. Dalam hal

ini, hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan bertanya pada siswa sehingga

apa yang ingin disampaikan dapat di pahami dan diterima dengan baik, yang
25

ditandai dengan kemampuan kelancaran , pelafalan, intonasi, gerak tubuh, dan

keberanian bertanya

E. RANCANGAN DAN LANGKAH –LANGKAH PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklus

berisi tentang; (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Observasi (4) Evaluasi dan (5)

Refleksi ,seperti yang digambarkan oleh Hopkins (dalam Rahim, 2013) sebagai

berikut:

Dalam model penelitian tindakan kelas, langkah pertama yang dilakukan adalah

melakukan perencanaan tindakan yang meliputi pembuatan skenario

pembelajaran, lembar observasi, menyiapkan media. Kemudian langkah

selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan.Pada tahap pelaksaanaan tindakan, di

dalamnya dilakukan pengamatan (observasi) yaitu mengobservasi aktifitas

mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi

yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan.Selanjutnya melakukan analisis dan

refleksi tindakan apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak.Apabila

model yang digunakan telah berhasil, dapat langsung ditarik kesimpulan.Akan

tetapi, apabila model yang digunakan masih perlu perbaikan maka dilakukan
26

rencana selanjutnya, demikian terus berulang sampai model yang digunakan

benar-benar berhasil.

Adapun rincian pertemuan dan materi dari masing-masing siklus dapat dilihat

pada tabel berikut:


Tabel 3.1 Rincian materi dan pertemuan tiap siklus.

No Siklus Pertemuan Materi Waktu


Mengamati cara penyusaian
I hewan untuk memperoleh 3 x 35 menit
makanan
1 I Mengamati cara penyusaian
II hewan untuk melindungi diri 3 x 35 menit
dari musuh.
III Evaluasi 2 x 35 Menit
Mengamati cara penyusaian
I hewan untuk memperoleh 3 x 35 menit
makanan
2 II Mengamati cara penyusaian
II hewan untuk melindungi diri 3 x 35 menit
dari musuh.
III Evaluasi 2 x 35 Menit

1. Perencanaan

Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah

sebagai berikut:

a. Menyusun RPP sesuai dengan Model pembelajaran Imteraktif IPA.

b. Menyediakan alat peraga untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran.

c. Menyiapkan lembar observasi guru


27

d. Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa.

e. Merancang instrumen evaluasi pembelajaran

2. Pelaksanaan

Jenis kegiatan yang dilaksanakan pada proses pembelajaran ini adalah

melaksanakan rencana yang telah disiapkan/disusun pada tahap

perencanaan.Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan tindakan ini adalah:

a. Pandahuluan

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran,

2) Memberikan motivasi,

3) Guru memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari,

4) Guru membentuk kelompok terdiri dari 5 orang yang memiliki kemampuan

heterogen serta jenis kelamin yang berbeda.

b. Pengembangan

1) Guru memberikan soal atau permasalahan lalu siswa diminta untuk memberikan

jawaban sementara dari permasalahan tersebut.


28

2) Guru membagikan LKS berbasis model interaktif kepada setiap kelompok lalu

siswa pada masing –masing kelompok diminta untuk mendiskusikan

konsep/hubungan yang akan dipelajari.

3) Guru memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk

berpendapat dan memecahkan masalah sambil membimbing dan mengawasi

jalannya diskusi.

4) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

mengemukakan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas dan mempersilahkan

kelompok lain untuk menanggapinya.

5) Guru memberikan evaluasi guna menyamakan persepsi siswa lalu guru

memberikan nilai dari hasil kerja kelompok siswa.

c. Penerapan

1) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi yang

dibahas dalam kelompok.

2) Guru merefleksi jawaban soal yang telah dikerjakan.

3) Guru membumbing siswa untuk memperbaiki jawaban yang salah.


29

4) Guru memberikan tugas yang akan dikerjakan secara individu untuk melihat daya

serap perseorangan siswa.

d. Penutup

1) Guru menympulkan materi yang sudah dipelajari.

2) Guru memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya.

3) Observasi

a) Oserver mengamati pelaksanaan model pembelajaran IPA interaktif oleh guru.

b) Guru mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran dengan model

pembelajaran interaktif IPA.

3. Evaluasi

Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan pada setiap siklus dengan

memberikan tes tertulis.

4. Refleksi

a. Teman sejawat (Observer) menyampaikan hasil pengamatan dari pelaksanaan

pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif IPA.

b. Tanya jawab seputar pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran

interaktif IPA dan peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran .


30

c. Merekomendasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Yang terjadi sumber data pada penelitian tindakan kelas ini adalah semua

siswa kelas V semester ganjil SDN 3 Karang Bongkot Tahun Pelajaran 2013-

2014.

2. Jenis Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan pada pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini meliputi:

a. Data hasil observasi aktivitas siswa

b. Data hasil observasi aktivitas guru

c. Data hasil evaluasi belajar siswa

G. Instrumen Pengumpulan Data

1. Data pelaksanaan pembelajaran yang diambil dari lembar observasi guru yang

dilakukan oleh teman sejawat (observer)

2. Data dari siswa


31

Kemampuan aktivitas belajar siswa yang diambil dari hasil observasi dan

hasil kerja siswa yang diambil dari lembar kerja siswa (LKS) pada proses

pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa yang diambil dari nilai tes evaluasi pada setiap akhir siklus.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis hasil penelitian dilakukan melalui analisis.Deskriptif

kualitatif melalui pendataan, analisis, dan pembahasan terhadap data yang

diperoleh dengan mencocokan tingkat keoptimalan terhadap capaian indikator

kinerja yang ada.

1. Data kualitatif

a. Data hasil belajar Siswa

1) Data hasil belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:

Menentukan skor hasil belajar siswa secara klasikal dilakukan dengan menilai

setiap deskriptor dari setiap indikatornya.setiap deskriptor pada penelitian ini

pemberian skornya mengikuti aturan sebagai berikut:

a. Skor 1diberikan jika x ≤ 25%

b. Skor 2 diberikan jika 25% < X ≤ 50%


32

c. Skor 3 diberikan jika 50% < X ≤ 75%

d. Skor 4 diberikan jika X > 75%

e. Dimana X = Prosentase siswa yang tampak menurut deskriptor

(Nurkancana,1990)

Menentukan skor maksimal ideal (SMI)

Banyaknya indikator = 6

Skor maksimal setiap indikator = 4

Skor maksimal ideal (SMI) = 6 x 4 = 24

Skor minimal indikator = 6

2) Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan MI (Mean Ideal) dan SDI

(Standar Deviasi Ideal)

MI = ½ x (Skor maksimal + Skor Minimal)

MI = ½ x (24+6) = 1/2 x 30 = 15

SDI = 1/3 x MI

= 1/3 x 15 = 3
33

Tabel 3.2 kriteria untuk menentukan aktifitas siswa berdasarkan skor standar.

Konversi Interval skor Kategori


19,6 - .... Sangat aktif
MI + 1,5 SDI 16,6 - 19,5 Aktif
MI + 0,5 SDI 13,6 - 16,5 Cukup aktif
MI-0,5 SDI 10,6 - 13,5 Kurang aktif
MI-1,5 SDI 0 - 10,5 Sangat kurang aktif

b. Data aktifitas guru

1) Indikator prilaku guru pada penelitian ini penilaian nya mengikuti aturan berikut:

a) Skor 4 diberikan jika semua(3) deskriptor yang tampak

b) Skor 3 diberikan jika (2) deskriptir yang tampak

c) Skor 2 diberikan jika (1) deskriptor yang tampak

d) Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang tampak

2) Analisis dan aktifitas guru menggunakan MI ( MEAN IDEAL) dan SDI (standar

defiasi ideal)

MI = 1/2x(24+6) =1/2 x 30 =15

SDI = 1/3 x MI

=1/3 x 15 =3
TABEL 3 :Ktiteria untuk menentukan aktifitas guru berdasrkan skor standar.
34

Konversi INTERVAL SKOR KATAGORI


19,6 - .... Sangat baik
MI+1,5 SDI 16,6 - 19,5 Baik
MI+0,5 SDI 13,6 - 16,5 Cukup baik
MI -0,5 SDI 10,6 - 13,5 Kurang baik
MI – 1,5 SDI 0 - 10,5 Sangat kurang baik

2. Data Kuantitatif

a. ketuntasan individu

Ketuntasan belajar secara individu dikatakan tuntas apabila siswa memperoleh

nilai ≥ 65 dengan rumus:

b. Ketuntasan klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan pelajar belajar siswa secara klasikal dianalisis

dengan rumus:

Keterangan:

KB : Prosentase Ketentuan Belajar

P : Banyak nya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

N : Banyak nya siswa yang hadir


35

I. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan

aktifitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Karang Bongkot dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Karang Bongkot meningkat dan tercapai

ketuntasan klasikal 85% dari siswa yang mendapat nilai ≥ 65.

Anda mungkin juga menyukai