Anda di halaman 1dari 35

0

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) MURID KELAS IV
SD INPRES 25 LISU KABUPATEN BARRU

PROPOSAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti ujian


skripsi pada Jurusan pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :
HARMITA NINGSIH
10540 934614

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

karena pendidikan merupakan wahana dalam proses peningkatan kualitas sumber

daya manusia secara menyeluruh. Menyadari pentingnya proses peningkatan

kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah telah berupaya mewujudkan

amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih

berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,

perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta

pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan demikian potensi-

potensi yang dimiliki siswa dapat dikembangkan secara nyata sehingga melalui

pendidikan akan terbentuk manusia-manusia yang cerdas terampil dan memiliki

tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 3 (2003:

7), dinyatakan Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.Menggunakan model pembelajaran cooperative

tipe Team Assisted Individualization diharapkan proses belajar mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dapat meningkatkan hasil belajar murid. Proses belajar

megajar berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan murid seolah-olah bermain

dan murid tidak merasa bosan, bukan transfer pengetahuan dari guru ke murid .

1
2

Mereka saling bekerja sama dalam beberapa kelompok. Dan dengan

menggunakan model pembelejaran cooperative tipe Team Assisted

Individualization murid akan merasa senang belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) dan termotivasi untuk belajar dan mampu bekerja sama dengan kelompok.

Melalui cooperative tipe Team Assisted Individualization dapat memberi

kesempatan kepada murid untuk bekerja sama dengan murid yang lain. Namun

kenyataan di lapangan selama ini dalam memberikan pembelajaran guru kurang

kreatif sehingga siswa merasa jenuh mengikuti proses belajar dan lebih banyak

bermain. Ilmu Pegetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian tentang manusia dan

dunia dan sekelilingnya, yang menjadi pokok kajiannya adalah hubungan antar

manusia, latar belakangnya adalah kehidupan nyata manusia.

Salah satu pelajaran yang dikembangkan pada tingkat sekolah dasar adalah

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya, yang menjadi pokok

kajiannya adalah hubungan antar manusia, latar belakangnya adalah kehidupan

nyata manusia.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam

proses pambelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada murid kelas IV SD

Inpres 25 Lisu Kabupaten Barru Di temukan beberapa kelemahan yang

mempengaruhi hasil belajar murid pada tanggal 10 Juni 2017, bahwa dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kuarang aktif dalam proses

pembelajaran, guru juga kurang memberikan kesempatan kepada murid untuk

belajar secara berkelompok, guru memberikan pertanyaan hanya sebatas

pertanyaan ingatan dan bersifat hafalan sajar, sehingga murid hanya memperoleh

pengetahuan dari guru bukan berdasarkan pengalaman murid secara langsung di


3

lapangan. Sehingga ditemukan pada kondisi awal pada kelas IV SD Inpres 25

Lisu Kabupaten Barru pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ditemukan

bahwa rata-rata hasil belajar murid adalah 50,2 dengan jumlah murid yang

mencapai rata-rata sebanyak 16 orang dan yang tidak mencapai rata-rata

sebanyak 22 orang murid dari 38 jumlah murid secara keseluruhan. Angka

terendah adalah 15 dan angka tertinggi adalah 70.

berdasarkan urain diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui

Model Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) murid

Kelas IVSD Inpres 25 Lisu kabupaten barru”.

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang,peneliti mengidentifikasi masalah

terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

sosial(IPS).

1). Kurangnya keaktifan murid dalam kegiatan belajar mengajar.

2). Model pembelajaran masih monoton (tradisional).

3). Penjelasan guru sulit dipahami murid

4). Guru kurang melibatkan murid dalam pembelajaran.

2. Alternatife Masalah

Untuk memecahkan masalah tentang rendahnya hasil belajar pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial murid Kelas IV SD Inpres 25 Lisu Kabupaten

Barru, diterpkan Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI)..
4

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

pada penelitian yaitu bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar murid pada

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD Inpres 25 Lisu Kabupaten

Barru.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial pada murid kelas IV SD Inpres 25 Lisu Kabupaten Barru

melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan keilmuan

tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization dalam meningkatkan kemampuan belajar murid kelas IV SD

Inpres 25 Lisu Kabupaten Barru.

Sebagai bahan informasi bagi guru SD dalam mengembangkan model

pembelajaran tersebut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari hasil penelitian ini, adalah

memberikan sumbangan teori kepada para pengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial serta sebagai bahan bandingan yang akan dipedomani dalam

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran


5

kooperatif tipe Team Assiested Individualization dalam meningkatkan

kemampuan belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi murid, dapat meningkatkan kemampuan belajar setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.

2) Bagi peneliti, bermanfaat sebagai salah satu alternatif dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.

3) Sebagai bahan masukan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

dalam meningkatkan keaktifan murid tugas mandiri maupun kelompok.

4) Bagi sekolah, dapat menentukan masukan pembelajaran yang terbaik

dalam proses pembelajaran.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Secara umum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang

mempelajari mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang

mengkaji berbagai displin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia

yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman

yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah.

Istilah pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam menyelenggarakan

pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan padanan dari sosial studies.Mata pelajaran

pengetahuan sosial diberikan kepada murid khususnya di sekolah dasar yang

mengacu kepada kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2005, dan

berpedoman pada undang-undang pendidikan nasional sebab pendidikan nasional

kita berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia serta undang-undang dasar 1945

mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar

pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran

nasoinal yang diatur dengan undang-undang.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan satu mata pelajaran

yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Melalui mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial, anak diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, bertanggung jawab.Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

6
7

harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak

dalam kelompok usia 7-11 berada dalam perkembangan kemampuan

intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang

dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang

sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka perdulikan adalah sekarang

(kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal

bahan materi Ilmu Pengetahuan Sosial penuh dengan pesan-pesan yang bersifat

abstrak.Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata

angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,

permintaan atau kelangkaan, adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program

studi Ilmu Pengetahuan Sosial harus dibelanjakan kepada murid SD.

a. Pengertian Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Para Ahli

Istilah ilmu pengetahuan social sebagaimana dirancang dalam draft

kurikulum pendidikan dasar Tahun 1993 (Susanto, 2013: 139) memang

membingungkan untuk dicari definisinya, dilihat dari sisi keberlakuannya Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) disebut sebagai bidang studi “baru”, karena cara

pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil

perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu pilitik, ilmu hokum,

sejarah, antropologi, psikologi dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata

pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 424) menjelaskan

pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial adalah Ilmu pengetahuan yang merupakan

fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial seperti sejarah, ekonomi, dan
8

geografi.Sedangkan Maryani (Susanto, 2013: 140) misalnya, memberi batasan

pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bahan kajian yang terpadu yang

merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep

dan keterampilan disiplin sejarah, geografis, sosiologi, antropologi, politik dan

ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan

pembelajaran.Menurut Banks, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau

yang dia sebut social studies merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang

bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa agar dapat mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai berpartisispasi di dalam

masyarakat, bangsa negara, bahkan di seluruh dunia. Menurut Jarolimek (Susanto,

2013: 141) yang mengemukakan bahwa pada dasarnya pendidikan Ilmu

pengetahuan Sosial (IPS) berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa yang berperan serta dalam

kelompok masyarakat di mana ia tinggal.Menurut Nurhadi melalui pembelajaran

IPS siswa dapat mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, untuk

mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizenship).Selanjutnya,

menurut Alma (Susanto.2013: 141) mengemukakan pengertianj Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu program

pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya

mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan

sosialnya dan bahannya diambil dari berbagai ilmu social, seperti: geografi,

sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan

sosial adalah ilmu pengetahun tentang manusia dalam lingkungan hidupnya,yaitu


9

mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok yang di sebut masyarakat

dengan menggunakan berbagai disiplin sosial, sepertinya: sosiologi, geografi,

ekonomi, sejarah, antrofologi , pisiologo sosial,dan sebagianya.

b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai program

pendidikan

Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak lain menyangkut

kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks

social. Selanjutnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai program pendidikan,

ruang lingkupnya sama yakni berhubungan dengan manusia sebagai anggota

masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai yang menjadi karakteristik program

pendidikannya. Oleh karena itu, kita wajib menelaah satuan-satuan manusia

sebagai kelompok masyarakat. Satuan kelompok yang paling mendasar tidak lain

adalah keluarga yang terbentuk oleh ayah, ibu dan anak.

Jika di telaah lebih lanjut, ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) di sekolah dasar memiliki karakteristik,yaitu:(1)Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hokum dan

politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan bidang humaniora pendidikan dan

agama (Sumanto,2013: 160), (2)Standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) berasal dari struktur geografi, sejarah, ekonomi, dan

sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasa atau

topic (tema) tertentu, (3)Standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) juga menyangkut berbagai masalah social yang

dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner., (4)Standar

kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan


10

kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan

pengolahan lingkungan, struktur, proses dan masalah social serta upaya-upaya

perjuangan hidup yang survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,

keadilan, dan jaminan keamanan, (5)Standar kompetensi dan kompetensi dasar

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan

memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan arah

yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS), yaitu; (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial, ( 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-

nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja

sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,

nasional, dan global.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar

Menurut Trianto (2013:176) Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah

mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan

yang terjadi dan tampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan

tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di sekolah diorganisasikan dengan baik. Dari rumusan tujuan

tersebut dapat dirincikan sebagai berikut Awan Mutakin, dalam (Trianto,


11

2013:176). (a) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan

masyarakat. (b) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu memahami

dan menggunakan model yang diadaptasi dan ilmu-ilmu sosial yang kemudian

dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, (c) Mampu

menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk

menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat. (d) Menaruh

perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat

analisis kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. (e) Mampu

mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangu1n diri sendiri agar

survives yang kemudian bertanggung jawab terhadap masyarakat. (f) Memotivasi

seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. (g) Fasilitator didalam suatu

lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi. (h) Menekankan

perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.Di samping itu, juga bertujuan bagaimana

sikap siswa terhadap pelajaran berupa: penerimaan, jawaban atau sambutan,

penghargaan, pengorganisasian, karakteristik nilai, dan menceritakan.

Maka dari itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu upaya

untuk membawa kesadaran terhadap ruang, waktu dan lingkungan sekitar bagi

anak. beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial yaitu bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa tentang

bagaimana cara mengenal lingkungan sekitar, saling berinteraksi, dan dapat

bersosialisasi dengan masyarakat.


12

d. Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai fungsi utama

yang sangat mulia, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djahiri (Susanto, 2013:

148) memanusiakan manusia dan memasyaratkan secara fungsional, dan penuh

rasa kebersamaan serta rasa tanggung jawab, hendaknya mampu menampilkan

harapan-harapan,yaitu;(1) Mampu memberikan pembekalan pengetahuan tentang

manusia dan seluk beluk kehidupan dalam astagarata kehidupan. (2) Membina

kesadaran keyakinan, dan sikap pentingnya hidup bermasyarakat dengan penuh

kebersamaan, bertanggung jawab, dan manusiawi. (3) Membina keterampilan

dalam bermasyarakat dalam Negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila .(4)

Membina pembekalan dan kesiapan murid untuk belajar lebih lanjut atau

melanjutkan jenjang yang lebih tinggi.

e. Keterkaitan Antara Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan

Pembelajaran Cooperatif Tipe Team Assisted Individualization

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lebih menekankan pada aspek

pendidikan, karena dalam pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS), siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan

mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya

berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Keterkaitan antara pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model pembelajaran Cooperative Tipe Team

Assisted Individualization, bahwa kterkaitan antara IPS dengan penerapan

pembelajaran Cooperative Team Assisted Individualization adalah IPS diperlukan

penggunaan metode berkelompok yang mampu meningkatan semangat belajar,


13

disamping itu dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab, kejujuran, kerjasama,

persaingan sehat dan keaktifan belajar.

1. Pengertian Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran

tentang “belajar”. Seringkali perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain.

Menurut Hamalik (2013:36) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.

Secara sederhana Anthony Robins (dalam Trianto, 2013:15)

mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu

(pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari

definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan

hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, di

sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi

merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan

yang baru.Pandangan Anthony Robins senada dengan apa yang dikemukakan oleh

Jerome Brunner (dalam Trianto, 2013:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif

dimana murid membangun (mengkostruk) pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman/ pengatahuan yang sudah dimiliki.

M. Sobry Sutikno (dalam Fathurrohman & Sobry Sutikno, 2011:5)

mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
14

untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalaman sendiri

dengan interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, dan kemampuan yang lain (Thursam Hakim, 2008:1).

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu

kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku

pada dirinya berupa pengetahuan ,sikap,dan keterampilan .

Ciri-ciri belajar diungkapkan oleh Baharuddin dan wahyuni (dalam

Thobroni & Arif Mustafa, 2013:19), yaitu :(a)Belajar ditandai dengan adanya

perubahan perubahan tingkah laku,(b)Perubahan prilaku relatif

permane,(c)Perubahan prilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.(d)Perubahan

prilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman,(e)Pengalaman atau latihan itu

dapat memberi pengetahuan.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Suprijono (2013:4-5), prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal.

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;(a)Sebagai hasil tindakan rasional instrumental,

yaitu perubahan yang didasari, (b) Kontinu atau berkesinambungan dengan

perilaku lainnya, (c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup,(d)Positif

atau berakumulasi, (e)Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (f)

Permanen atau tetap, (g) Bertujuan dan terarah,(h)Mencakup keseluruhan potensi

manusia.
15

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang

dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dan

berbagai fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dan lingkungannya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara umum ada dua faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan

seseorang dalam melakukan aktifitas belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam

subjek belajar (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar subjek belajar

(faktor eksternal).

Ahmadi dan Joko (dalam zhalabe, 2011) membedakan faktor internal

menjadi dua, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologis

adalah kondisi yang berhubungan dengan fisik. Kondisi fisik yang tidak normal,

misalnya kondisi badan yang lemah, keadaan fisik yang cacat (fungsi mata dan

pendengaran tidak berfungsi dengan baik), kurang gizi, dan sebagainya akan

menyebabkan proses dan hasil belajar tidak maksimal. Seseorang yang kondisi

fisiknya normal, misalnya tidak kekurangan gizi, penglihatan, dan

pendengarannya berfungsi dengan baik, dan kondisi fisik lainnya normal akan

sangat membantu keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Ini berarti bahwa

kondisi fisik seseorang yang akan belajar sangat mempengaruhi proses dan hasil

belajarnya. Sedangkan kondisi psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan

dengan (1) minat, kecerdasan, (3) motivasi, (4) bakat, dan kemampuan kognitif,

misalnya persepsi, ingatan, dan kemampuan berpikir.


16

Faktor eksternal pun akan sangat menentukan tingkat dan pencapaian hasil

belajar seseorang. Beberapa yang termasuk faktor eksternal (lingkungan) tersebut

Faktor keluarga yaitu,Situasi dan suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh

pada keberhasilan seseorang. Misalnya, pendidikan orangtua, keadaan, ekonomi,

rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan

orangtua, sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang.sedangkan Faktor sekolah

yaitu,Secara tidak langsung keadaan sekolah seseorang tempat melaksanakan

kegiatan belajar juga ikut mempengaruhi hasil belajar seseorang. Seperti gedung

sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah siswa

per kelas.dan Faktor masyarakat yaitu,Apabila kondisi masyarakat sekitar adalah

masyarakat yang berpendidikan dan memiliki moral yang baik, terutama anak-

anak mereka.Hal ini dapat menjadi pemicu seseorang untuk melakukan belajar.

4. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

kegiatan proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat

menjadi indikator tentang batas kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang

pengetahuan keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh orang itu dalam

suatu pelajaran. Dalam kaitanya dengan usaha hasil belajar ditunjukkan oleh

tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa terhadap materi yang diajarkan

setelah kegiatan belajar berlangsung dalam kurun waktu tertentu.

Sudjana (2009:22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki murid setelah memperoleh kemampuan belajarnya jika

dikaitkan dengan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, maka dalam hal ini hasil

belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mempelajari Ilmu

Pengetahuan Sosial.
17

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dapat dicapai

murid dalam mengusai pelajaran, biasa digunakan alat ukur yang berupa tes. Hasil

pengukuran dengan menggunakan tes merupakan sala satu indikator keberhasilan

murid yang dapat dicapai dalam usaha belajarnya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah skor

yang dicapai oleh musid terhadap materi pembelajaran

5. Pendekatan kooperatif

a. Pembelajaran kooperatif

Menurut Rusman (2013:202) pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

menurut Artz & Newman (dalam Trianto, 2009:56) menyatakan bahwa

dalam belajar kooperatif murid belajar bersama sebagai suatu tim dalam

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Keberhasilan belajar menurut model belajar ini buka semata-mata

ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar

ituakan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-

kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran secara berkelompok yang melibatkan

murid secara langsung untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama, selain

itu pembelajaran kooperatif akan mengembangkan keterampilan murid dalam

berhubungan dengan murid lainnya yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan

diluar sekolah.
18

b.Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan

pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki efek

penting dalam penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya dan agama, strata sosial, kemampuan atau ketidakmampuan. Pembelajaran

kooperatif juga memberi peluang kepada murid yang berbeda latar belakang dan

kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama,dan

melalui penggunaan struktur penghargaan koopertaif, belajar untuk menghargai

satu sama lain Ibrahim dkk(Trianto, 2009:60).

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization.

Team Assisted Individulizaion, termasuk dalam pembelajaran kooperatif,

model ini dikembangkan oleh Slavin dan Robert (2005). Seta oleh Slavin dan

Kraweit (1985).Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap murid secara individual

belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar

individual di bawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas

oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas

keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Terjemahan bebas dari

TAI adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karaktristik

bahwa (Driver,1980) tanggung jawab belajar adalah pada murid. Oleh karena itu

siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru.Pola

komunikasi guru adalah negoisasi dan bukan imposisi-intruksi Dalam model

pembelajaran TAI, murid ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4-5

murid) yang heterogen dan selanjutnya diikuti pemberian bantuan secara individu
19

bagi murid yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan

para murid dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa

sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, murid diajarkan bagaimana

bekerja sama dalam suatu kelompok. Murid diajari menjadi pendengar yang baik,

dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong

teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.

Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual.Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar

murid secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak

digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap

murid secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh

guru.Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan

dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok

bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Sintak BidaK menurut Slavin (2005) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan

berikan bahan ajar berupak modul,(2) murid belajar kelompok dengan dibantu

oleh murid pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban,

saling berbagi sehingga terjadi diskusi,(3) penghargaan kelompok dan refleksi

serta tes formatif.

Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk

bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota

dalam kelompok memiliki tugas yang setara karena pada pembelajaran kooperatif

keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka murid yang pandai ikut

bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.


20

Dengan demikian, murid yang pandai dapat mengembangkan keterampilannya,

sedangkan murid yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang

diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Tujuan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization

adalah:(1)Meminimalkan keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan

rutin,(2)Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar

kelompok-kelompok kecil,(3)Para murid akan termotivasi untuk mempelajari

materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat,(4)Para murid dapat

melakukan pengecekan satu sama lain.

Dengan membuat para murid bekeja dalam kelompok-kelompok

kooperatif, dengan status yang sejajar, akan terbentuknya sikap positif terhadap

para murid yang kurang pandai. Adapun manfaat model pembelajaran kooperatif

Team Assisted Individualization adalah:(1)Kesulitan yang dialami murid dapat

dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru,(2)Murid yang

memiliki kekurangan secara akademis di bantu oleh murid yang memiliki

kemampuan akademis lebih,(3)Tejadi interaksi sosial antar kelompok, dengan

adanya kerja sama tiap anggota kelompok murid dapat berpartisipasi dalam

kegiatan pembelajaran,(4)PembelajaranTeam Assisted Individualization, membuat

para murid mengejakan sebagian tugasnya sehingga meringankan beban guru.

Menurut Slavin (2005: 246)pada tipe TAI mempunyai kekurangan dan

kelebihan yaitu; Kelebihan Tipe Team Assisted Individulization ( TAI),yaitu

sebagai berikut; (a)murid aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-

sama berhasil,(b)Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok,(c)Terjalin komunikasi yang baik antar sesama

murid,(d)Memudahkan guru untuk membimbing secara kelompok.kelemahan


21

Tipe Team Assisted Individulization(TAI),yaitu sebagai berikut ;(a)Banyak murid

tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan siswa yang lain,(b)Adanya

perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau

keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan

kelompok,(c)Banyak murid takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Time Assisted

Individualization (TAI) adalah sebagai berikut :

1. Guru menentukan pokok bahasan yang akan disajikan kepada murid dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI), adapun pokok bahasan yang akan disajikan kepada para murid yaitu

tentang perkembangan wilayah indonesia pada murid kelas IV SD Inperes 25

Lisu Kabupaten Barru.

2. Guru menjelaskan kepada seluruh murid tentang akan diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), sebagai suatu

variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada murid tentang bagaimana

pola kerja sama antar murid dalam suatu kelompok, agar murid dapat lebih

memahami makna bekerjasama dalam berkelompok.

3. Guru memberikan tugas kepada murid untuk mempelajari materi pembelajaran

secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru sebagai placement test , agar

guru dapat mengukur kemampuan masing-masing murid atau guru dapat melihat

dari rata-rata nilai harian murid untuk melihat kelemahan masing-masing murid.

4. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 5-6

murid dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan

rendah).Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama, suku
22

yang berbeda serta kesetaraan jender. Dengan membentuk kelompok secara

heterogen, dapat mengajarkan anak untuk tidak mengenal kata perbedaan.

5. Guru menugasi masing-masing kelompok yang telah dibentuk dengan memberi

bahan ajar yang sudah disiapkan. Dalam hal ini, jika guru belum siap, guru dapat

memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dengan buku paket Lembar Kerja

siswa, melalui kerja kelompok, murid mengisi isian LKS (menerapkan komponen

student creative).

6. Masing-masing ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau

melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Jika diperlukan, guru dapat

memberikan bantuan secara individual (menerapkan komponen team study).

7. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota kelompoknya

telah memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap untuk diberi

ulangan oleh guru (menerapkan komponen teams scores dan team recognition).

Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan

kelompok terbaik sampai kelompok kurang berhasil.

8. Menjelang akhir pembelajaran, guru memberikan latihan pendalaman materi

untuk menuntaskan pemahaman murid yang belum memahami materi yang

diajarkan dengan menekankan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI).Sekaligus dengan memberikan tesformatif, sesuai dengan

kompetensi yang ditentukan.


23

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara murid dengan guru dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, baik

guru maupun murid dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal

tersebut diatas, dibutuhkan sebuah model pembelajaran kooperatif tipe Time

Assisted Individualization yang dapat memberikan kesempatan kepada murid

untuk bekerja sama dengan orang lain.

Pada tahap awal, guru mengadakan pembelajaran dengan metode ceramah

atau bercerita.Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, guru menggunakan

metode ceramah atau bercerita hasil belajar murid minim.Hal ini ditunjukkan

dengan perolehan nilai ulangan dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan pengalaman diatas, penulis ingin melaksanakan pembelajaran

menggunakan metode atau strategi pembelajaran kooperatif tipe Time Assisted

Individualization. Pada pembelajaran Time Assisted Individualization ini, murid

belajar dengan cara dibantu oleh kelompok atau tim, sehingga mendorong teman

lain untuk bekerjasama


24

KERANGKA PIKIR

Kondisi
Aspek guru
awal
Cenderung dalam proses pembelajaran
masih bersifat konvensional.

Aspek murid

Kurangnya pemahaman dalam


pembelajaran IPS serta cenderung pasif
dalam menerima pelajaran.

Menerapkan model pembelajaran


Tindakan
TAI(teams assisted individualization)
melalui

Siklus I

Siklus II

1. Hasil belajar murid meningkat.


Kondisi akhir 2. Aktivitas belajar murid
yang meningkat.Siklus
diharapkan 3. Respon belajar murid meningkat.

Gambar 1. Bagan kerangka pikir


25

C. Hipotesis Tindakan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization dapat meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI SD Inpres 25 Lisu Kabupaten Barru.


26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action

research. Arikunto (2012:3) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian terletak di SD Inpres 25 Lisu Kabuapaten Barru

Kecamatan Tanete Riaja ,Kabupaten Barru. .

2. Subjek penelitian

subjek penelitian adalah murid kelas IV SD Inpres 25 Lisu Kabupaten

Barru yang aktif dan terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran

2016/2017,sebanyak 36 orang murid yang terdiri dari 19 orang perempuan

dan 17 orang laki - laki.

C. Faktor yang Diselidiki

faktor-faktor yang diselidiki dan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Keaktifan murid dalam melaksanakan proses belajar mengajar,

perubahan sikap, daya ingat, partisipasi, serta interaksi antara guru dan

murid selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Hasil belajar murid yang diperoleh dari tes akhir pada setiap

siklus,setelah diterpkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Assisted Individualiztion.

26
27

D. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus dan setiap

siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

Perencanaan

Refleks SIKLUS I Tindakan


i
Observasi

Perencanaan

Refleks SIKLUS II Tindakan


i
Observasi

Gambar 3.2. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2012:16)


28

Secara rinci, prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Siklus I

a. Tahap perencanaan

1) Menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pelajaran.

2) Membuat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar-

mengajar di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.

4) Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah pemahaman konsep telah

dimengerti dengan baik oleh murid.

b. Pelaksanaan tindakan

Adapun langkah-langkah pada tindakan ini adalah sebagai berikut:

a. Guru mengadakan presentasi terhadap kehadiran murid.

b. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar murid

dalam suatu kelompok.

c. Guru menyiapkan bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok.

d. Guru memberikan pre-test kepada murid tentang materi yang akan

diajarkan.

e. Guru menjelaskan materi baru secara singkat.

f. Guru membentuk kelompok kecil dengan anggota 4-5 murid.

g. Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan bahan yang sudah

disiapkan.
29

c. Tahap observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat catatan-catatan

tentang situasi yang terjadi didalam kelas selama tindakan berlangsung.

d. Tahap refleksi

Dari hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini.Dari hasil

yang didapatkan peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil observasi

apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar murid.

Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan bahan pertimbangan untuk

membuat perencanaan pada siklus II sedangkan hal-hal yang sudah baik akan

dipertahankan.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

1. Melanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus I, membenahi

kelemahan pada siklus I.

2. Memperbaiki dan membenahi kelemahan siklus I.

3. Merencanakan kembali kegiatan pembelajaran merujuk dari hasil refleksi

siklus I.

4. Melaksanakan tindakan perbaikan.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini tindakan yang dilakukan sesuai dengan perbaikan

berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah yang dilakukan relatif sama


30

dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada model

pembelajaran yang diterapkan.

c. Tahap observasi

Pada prinsipnya observasi yang dilaksanakan pada siklus II hampir sama

dengan observasi yang dilakukan pada siklus I.

d. Tahap refleksi

Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisis.

Dari hasil yang didapatkan penulis dapat membuat kesimpulan atas pembelajaran

Team Assisted Individualization yang dilakukan selama dua siklus.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan

tes. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan murid

selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan tes digunakan untuk

memperoleh data tentang hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial .

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini ditempuh dengan menggunakan teknik

tes,observasi, dan dokumentasi.

1. Teknik Tes

Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang

dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi

penetapan skor angka.


31

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh hasil

belajar murid setelah diajar dengan model Team Assisted Individualization.Tes

diberikan kepada murid sebanyak 2 kali, yaitu pada akhir siklus pertama dan

kedua.

2. Teknik Observasi

Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan

pembelajaran Ilmu Pegetahuan Sosial oleh guru bidang studi Ilmu Pengetahuan

Sosial di kelas IV SD Inpres 25 Lisu Kabupaten Barru, mulai dari kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi murid dalam

proses pembelajaran Ilmu Pengtahuan Sosial melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

data tentang jumlah murid kelas IV SD Inpres 25 Lisu Kabupaten Barru dan

berfoto bersama murid-murid untuk diambil sebagai dokumentasi nantinya.

G. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul akan diadakan analisis dengan menggunakan teknik

analisis kuantitatif dan kualitatif. Untuk data hasil observasi, dianalisis secara

kualitatif, sedangkan data hasil tes (evaluasi) dianalisa secara kuantitatif dengan

menggunakan statistika deskriptif yang terdiri atas rataan (mean), nilai maksimum

yang diperoleh murid pada setiap siklus disetiap pokok bahasan.


32

Kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan kategorisasi skala lima

berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan yang dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor

No. Interval Nilai Kategori


1. 0 – 34 Sangat Rendah
2. 35 – 54 Rendah
3. 55 – 64 Sedang
4. 65 – 84 Tinggi
5. 85 – 100 Sangat Tinggi

H. Indikator Keberhasilan

Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi tingkat keberhasilan murid : (1)

Aspek ketuntasan individu atau perorangan yaitu, apabila murid memperoleh skor

minimal 65, (2) Aspek ketuntasan kelas atau klasikal yaitu, apabila minimal 75%

murid yang memperoleh skor minimal 65 (KKM).

Hasil belajar murid dikategorikan berhasil apabila terdapat 75% dari jumlah
75
36 murid =100 x 36 = 27. Apabila 27 murid memperoleh skor minimal 70 pada

mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization,

maka kelas dianggap tuntas secara klasikal.


33

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alafbeta

Huda Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Malang:


Pustaka Pelajar
Rahmiati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI pada Murid Kelas V SD Negeri 178 Inpres Bontoa
Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh

Riyanto,Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai referensi bagi


Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas.Jakarta: Kencana Prenada Media.

Rusman.2013. Model-Model pembelajaran: Mengembangkan Propesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Badung: Kencana

Slavin Robert.2005.Cooperative Learning ,model pembelajaran


koopratif.London: Allymand Bacon.

Solihatin, Etin & dkk.2007.Cooperatif Learning Analisis Model pembelajaran


IPS. Jakarta:Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Sumanto. 2013 , pengertian, ruanglingkup ,tujuan ,fungsi pembelajaran ips

Sutisna Sanjaya. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing


Terhadap Aktifitas Guru Dan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran
Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. http: // Sutisna. com. Dikutip pada 06
Mei pukul 19.15 WITA
34

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajran Inovatif-Progresif:
Kosep,Landasan, dan Implementasinya pada kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Tiro, 2004. Pengenalan Biostatika. Andira Publisher. Makassar.
Wiriatmadja R, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zhalabe.2011. Contoh Proposal Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui
Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses, (Online),

Anda mungkin juga menyukai