Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Efek fotolistrik merupakan peristiwa terlepasnya elektron dari


permukaan logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah,
penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran
fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, kita
dihadapkan pada situasi dimana paham klasik yang selama puluhan tahun
diyakini sebagai paham yang benar, terpaksa harus dirombak. Paham yang
dimaksud adalah konsep cahaya sebagai gelombang tidak dirombak,
fenomena efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan secara baik. Paham yang baru
yang mampu menjelaskan secara teoritis fenomena efek fotolistrik adalah bahwa
cahaya sebagai partikel namun demikian, munculnya paham baru ini
menimbulkan polemik baru. Penyebabnya adalah bahwa paham cahaya
sebagai gelombang telah dibuktikan kehandalannya dalam menjelaskan
sejumlah besar fenomena yang berkaitan dengan fenomena difraksi,
interferensi, dan polarisasi. Sementara itu, fenomena yang disebutkan tadi
tidak dapat dijelaskan berdasarkan paham cahaya sebagai partikel. Untuk
mengatasi itu, para ahli sepakat bahwa cahaya memiliki sifat ganda : sebagai
gelombang dan sebagai partikel.
Mengacu pada teori cahaya sebagai partikel (teori kuantum cahaya),
energi kinetik maksimum dari elektron-foto hanya bergantung pada frekuensi
cahaya datang, tidak bergantung terhadap intensitasnya. Frekuensi yang lebih
tinggi bergantung terhadap intensitasnya. Frekuensi yang lebih tinggi
menghasilkan energi yang lebih tinggi.
Berbeda dengan paham klasik dari teori gelombang cahaya, bahwa
energi kinetik maksimum akan bergantung pada intensitas cahaya. Dengan
kata lain, semakin terang cahaya, semakin besar energinya. Hal itu mendorong
Einstein untuk mendalilkan bahwa teori elektromagnetik klasik tidak memberikan
penjelasan lengkap tentang sifat-sifat cahaya, dan bahwa kita juga harus
mengasumsikan bahwa energi dalam gelombang elektromagnetik 'terkuantisasi'
dalam bentuk paket-paket kecil, yang dikenal sebagai foton, masing-masing

1
membawa sejumlah energi yang sama dengan hν. Dengan postulat ini, kita dapat
melihat bahwa ketika cahaya terjadi pada logam, energi maksimum yang dapat
diperoleh elektron adalah yang dibawa oleh salah satu foton.
Keberadaan foton juga ditunjukkan oleh eksperimen yang melibatkan
hamburan sinar-x oleh elektron, yang pertama dilakukan oleh A. H. Compton.
Untuk memahami ini kita harus membuat postulat lebih lanjut bahwa foton
membawa kuantum energi, juga memiliki momentum yang pasti dan karenanya
dapat diperlakukan dengan banyak cara seperti partikel klasik.
Makalah ini memaparkan mengenai efek fotolistrik dan efek compton.
Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana sistem
fisika (seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan kelakuan
seperti-gelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak digunakan
oleh pencipta mekanika kuantum. Efek compton merupakan bukti paling langsung
dari sifat partikel dari radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan perbedaan konsep fisika klasik dengan konsep-konsep fisika
kuantum mengenai partikel dan gelombang.
2. Memaparkan kelemahan-kelemahan fisika klasik dalam penerapannya untuk
menjelaskan sistem fisika dalam skala mikroskopik.
3. Memaparkan kelebihan fisika kuantum sebagai upaya mengatasi kelemahan
fisika klasik.
4. Menguraikan teori Einsten mengenai efek fotolistrik.
5. Membuat skema percobaan compton.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fenomena yang mendasari lahirnya mekanika kuantum
Dasar dimulainya periode fisika kuantum adalah ketika fisika klasik tidak
bisa menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak
dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan
cara pandang yang berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika
tersebut.
Teori fisika klasik yang menganggap bahwa cahaya merupakan
gelombang ternyata tidak dapat menerangkan spektrum radiasi benda hitam. Max
Planck dalam rangka menemukan formula untuk menjelaskan spektrum radiasi
benda hitam menyatakan suatu anggapan yang radikal, yaitu bahwa cahaya dapat
dianggap sebagai partikel yang terdiri dari paket-paket energi yang disebut kuanta
atau foton. Teori ini diperkuat dengan adanya fenomena efek fotolistrik dan efek
compton yang hanya dapat dijelaskan jika cahaya dianggap sebagai partikel.
Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana
sistem fisika (seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan
kelakuan seperti-gelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak
digunakan oleh pencipta mekanika kuantum. Efek fotolistrik dijelaskan secara
matematis oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta yang dikembangkan oleh
Max Planck.
Teori kuantum yang menyatakan bahwa cahaya teradiasi dalam bentuk
paket-paket energi secara terpisah dan diserap oleh electron secara individual
berhasil menjelaskan efek foto listrik dengan baik yaitu pada intensitas cahaya
yang lemah pun bisa terpancarkan electron dari logam asalkan frekuensi cahaya
yang diberikan melebihi frekuensi ambang dari logam yang disinari. Hal ini tidak
bisa dijelaskan oleh teori gelombang yang dianut para fisikawan pada saat itu.
Namun, teori gelombang tentang cahaya ini juga dapat menjelaskan dengan baik
bagaimana terjadinya difraksi dan interferensi cahaya yang menganggap bahwa
cahaya teradiasikan dalam bentuk gelombang yang menjalar seperti riak air ketika
sebuah benda jatuh ke dalam air.

3
Paket-paket energi yang pada masa itu disebut dengan kuanta kemudian
disebut dengan foton, sebuah istilah yang dikemukakan oleh Gilbert & Lewis
pada tahun 1926. Ide bahwa tiap foton harus terdiri dari energi dalam bentuk
kuanta merupakan sebuah kemajuan. Hal tersebut dengan efektif merubah
paradigma ilmuwan fisika pada saat itu yang sebelumnya menjelaskan teori
gelombang. Ide tersebut telah mampu menjelaskan banyak gejala fisika pada
waktu itu.

2.2. Kelemahan fisika klasik


Mekanika klasik merupakan bagian dari ilmu fisika mengenai gaya yang
bekerja pada benda. Era mekanika klasik terjadi pada akhir abad ke-19. Mekanika
klasik didominasi oleh mekanika Newton dan elektromagnetika yang
digambarkan oleh persamaan Maxwell. Mekanika Newton memiliki ciri dengan
kehadiran partikel sebagai sesuatu yang terkurung di dalam ruang atau adanya
batas yang jelas antara materi dengan sesuatu diluar dirinya atau lingkungannya.
Sedangkan medan elektromagnetik Maxwell memiliki ciri dengan kuantitas
medan dari gelombang yang menyebar di dalam ruang seperti kabut dengan
ketebalan berbeda.
Ciri utama dari mekanika klasik adalah pada sifatnya yang deterministic
dan common sense. Maksud dari deterministic adalah gejala-gejala dapat diukur
dengan derajat kepastian yang cukup tinggi. Sehingga kejadian-kejadian yang ada
memiliki peluanng yang cukup tinggi. Sehingga kejadian-kejadian yang ada
memiliki peluang yang tetap. Sedangkan common sense adalah sesuai dengan
pengamatan atau pemikiran banyak orang. Para fisikawan pada masa mekanika
klasik belum mampu menjelaskan alasan mengapa benda dapat memancarkan
cahaya ketika dipanaskan sampai temperatur yang tinggi. Sama halnya dengan
kelemahan teori atom Rutherford yang bertentangan dengan teori mekanika
klasik. Karena menurut mekanika klasik, partikel yang terus bergerak akan terus
memancarkan energi sehingga akan jatuh ke inti. Fakta menunjukkan bahwa
elektron tetap berada pada lintasannya.

4
2.3. Kelebihan fisika kuantum
Ketika mekanika klaasik tidak bisa menjelaskan gejala-gejala fisika
bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan
cahaya kemudian muncul teori mekanika kuantum. Selanjutnya ada beberapa
kelebihan mekanika kuantum yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui dimana keboleh jadian menemukan elektron (orbital)
2. Mengetahui dimana posisi elektron yang sedang mengorbit
3. Dapat mengukur perpindahan energi eksitasi dan emisinya
4. Dapat mengidentifikasi bahwa pada inti terdapat proton dan netron kemudian
dikelilingi oleh elektron yang berputar diporosnya/ di orbitalnya.
Eksperimen yang mendasari perkembangan fisika kuantum yaitu sebagai
berikut :
1. Thomas Young dengan eksperimen celah ganda mendemonstrasikan sifat
gelombang cahaya pada tahun 1805.
2. Henri Becquerel menemukan radioaktivitas pada tahun 1896.
3. J.J. Thompson dengan eksperimen sinar katoda menemuka electron pada
tahun 1897.
4. Studi radiasi benda hitam antara 1850 sampai 1900 yang dijelaskan tanpa
menggunakan konsep mekanika kuantum.
5. Einstein menjelaskan efek foto listrik pada tahun 1905 dengan
menggunakan konsep foton dan partikel cahaya dengan energi terkuantisasi.
6. Robert Milikan menunjukan bahwa arus listrik bersifat seperti kuanta
dengan menggunakan eksperimen tetes minyak pada tahun1909.
7. Ernest Rutherford mengungkapkan model atom pudding yaitu massa dan
muatan postif dari atom terdistribusi merata dengan percobaan lempengan
emas pada tahun 1911.
8. Otti Stern dan Walther Gerlach mendemonstrasikan sifat terkuantisasinya
spin partikel yang dikenal dengan eksperimen Stern Gerlach pada tahun
1920.
9. Clinton Davisson dan Lester Germer mendemondtrasikan sifat gelombang
dari electron melalui percobaan difraksi electron pada tahun 1927.

5
10. Clyde L. Cowan dan Frederick Reines menjelaskan keberadaan neutrino
pada tahun 1955.
11. Clauss Jonsson dengan eksperimen celah ganda menggunakan electron pada
tahun 1961.
12. Efek Hall kuantum yang ditemukan oleh Klaus von Klitzing pada tahun
1980.
13. Eksperimental verivication dan quantum entanglement oleh Alain Aspect
pada tahun 1982.

2.4. Efek fotolistrik


2.4.1 Penemuan Hertz Gelombang Maxwell
Prediksi paling dramatis teori Maxwell elektromagnetisme, diterbitkan
pada tahun 1865, adalah adanya gelombang elektromagnetik bergerak pada
kecepatan cahaya, dan kesimpulan bahwa cahaya itu sendiri hanya seperti
gelombang. Eksperimentalis ini ditantang untuk menghasilkan dan mendeteksi
radiasi elektromagnetik menggunakan beberapa bentuk aparatus listrik.
Untuk membuktikan bahwa memang ada radiasi yang dipancarkan dan
harus terdeteksi. Hertz menggunakan sepotong kawat tembaga 1 mm tebal
membungkuk ke lingkaran diameter 7,5 cm, dengan lingkup kuningan kecil di
salah satu ujungnya, dan ujung kawat itu menunjuk, dengan titik dekat bola. Dia
menambahkan mekanisme sekrup sehingga titik bisa bergerak sangat dekat
dengan lingkungan secara terkendali. "Penerima" dirancang sehingga arus
berosilasi bolak-balik di kawat akan memiliki periode alami dekat dari
"pemancar". Adanya muatan berosilasi di penerima akan ditandai dengan percikan
di seluruh perbedaan (kecil) antara titik dan lingkungan (biasanya, kesenjangan ini
seratus milimeter.
Penelitian ini sangat sukses - Hertz mampu mendeteksi radiasi hingga lima
belas meter jauhnya, dan dalam serangkaian percobaan cerdik ditetapkan bahwa
radiasi tercermin dan membias seperti yang diharapkan, dan bahwa itu
terpolarisasi.

6
Hertz kemudian memulai investigasi yang sangat teliti. Ia menemukan
bahwa penerima percikan kecil lebih kuat jika terkena sinar ultraviolet dari
pemancar percikan. Butuh waktu lama untuk memeriksa beberapa jenis efek
elektromagnetik, ia menemukan selembar kaca efektif terlindung percikan. Dia
kemudian menemukan sepotong kuarsa tidak perisai percikan, dimana ia
menggunakan prisma kuarsa untuk memecah cahaya dari besar percikan ke dalam
komponen-komponennya, dan menemukan bahwa panjang gelombang yang
membuat percikan sedikit lebih kuat berada di luar terlihat yakni di ultraviolet.

Gambar 1. Rancangan alat untuk menyelidiki efek fotolistrik


Sebuah logam ketika diberi cahaya akan melepaskan elektron, yang akan
menghasilkan arus listrik jika disambung ke rangkaian tertutup. Jika cahaya
adalah gelombang seperti yang telah diprediksikan oleh Fisika klasik, maka
seharusnya semakin tinggi intensitas cahaya yang diberikan maka semakin besar
arus yang terdeteksi. Namun hasil eksperimen menunjukkan bahwa walaupun
intensitas cahaya yang diberikan maksimum, elektron tidak muncul juga dari plat
logam.

Gambar 2. Plat logam disinari cahaya pada eksperimen efek fotolistrik

7
Tetapi ketika diberikan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih
pendek (frekuensi lebih tinggi, ke arah warna ungu dari spektrum cahaya) dari
sebelumnya, tiba-tiba elektron lepas dari plat logam sehingga terdeteksi arus
listrik, padahal intensitas yang diberikan lebih kecil dari intensitas sebelumnya.
Berarti, energi yang dibutuhkan oleh plat logam untuk melepaskan elektronnya
tergantung pada panjang gelombang. Fenomena ini tidak dapat dijelaskan oleh
para Fisikawan pada waktu itu. Kalau cahaya itu memang benar-benar
gelombang, yang memiliki sifat kontinyu, bukankah seharusnya energi yang bisa
diserap darinya bisa bernilai berapa saja, tapi ternyata hanya jumlah energi
tertentu saja yang bisa diserap untuk melepaskan elektron bebas.
Untuk mengukur teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck,
kemudian Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang
kemudian disebut foton yang memiliki energi sebesar ℎ𝑓. Percobaan yang
dilakukan Einstein lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik. Peristiwa efek
fotolistrik merupakan peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan
logam (disebut elektron foto ) karena logam tersebut disinari cahaya. Efek
fotolistrik ini pertama kali diamati oleh Hertz pada tahun 1887 dan diselidiki
secara detail oleh Hallwachs dan Lenard pada tahun 1886-1900. Analisis yang
paling tepat dikembangkan oleh Albert Einstein.

Gambar 3. Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik.

8
Gambar 3. Menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk
mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang
dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber
tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap,
maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi, pada saat
permukaan katoda (A) dijatuhkan sinar, amperemeter menunjukkan adanya arus
listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini terjadi
karena adanya elektron yang terlepas dari permukaaan A (elektron foto) bergerak
menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus
listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya
negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-V0), amperemeter
menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak
ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial V0 disebut potensial henti, yang
nilainya tidak bergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini
menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari
permukaan adalah sebesar :

1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2 = 𝑒𝑉0
2

Dengan :

𝐸𝑘 = energi kientik elektron foto (J atau eV)


𝑚 = massa elektron (kg)
𝑣 = kecepatan elektron (m/s)
𝑒 = muatan elektron (C)
𝑉0 = potensial henti (V)

2.4.2 Penjelasan dan Keterangan Einsten


Berdasarkan hasil percobaan Einstein, ternyata tidak semua cahaya
(foton) yang dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek
fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu.
Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik
tergantung pada jenis logam yang dipakai. Selanjutnya, marilah kita pelajari

9
bagaimana pandangan teori gelombang dan teori kuantum (foton) untuk
menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua
besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan
intensitas.
Pada tahun 1905 Einstein memberikan penafsiran yang sangat sederhana
dari hasil Lenard's. Dia hanya menduga bahwa radiasi yang masuk harus dianggap
sebagai kuanta dari frekuensi hf, dengan f frekuensi. Dalam photoemission, satu
kuantum tersebut diserap oleh satu elektron. Jika elektron adalah beberapa jarak
menjadi bahan katoda, beberapa energi akan hilang ketika bergerak ke arah
permukaan. Akan selalu ada beberapa biaya elektrostatik dengan elektron
permukaan daun, ini biasanya disebut fungsi kerja, W. elektron yang paling
energik yang dipancarkan akan menjadi sangat dekat dengan permukaan, dan
mereka akan meninggalkan katoda dengan energi kinetik
E = hf - W

Pada tegangan negatif pada plat kolektor sampai arus berhenti, untuk itu
Vstop, elektron energi kinetik tertinggi harus memiliki eVstop energi ketika
meninggalkan katoda. Dengan demikian,

eVstop = hf – W

Dengan demikian teori Einstein membuat prediksi kuantitatif yang sangat


jelas: jika frekuensi cahaya insiden yang bervariasi, dan Vstop diplot sebagai
fungsi frekuensi, kemiringan garis harus h / e. Hal ini juga jelas bahwa ada
frekuensi cahaya minimum untuk suatu logam tertentu, bahwa untuk yang
kuantum energi sama dengan fungsi kerja. Cahaya di bawah ini frekuensi itu,
tidak peduli seberapa terang, tidak akan menyebabkan photoemission.
Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa energi yang dibutuhkan
oleh plat logam untuk melepaskan elektronnya tergantung pada panjang
gelombang, dan diungkap oleh Einsten bahwa hal ini dikarenakan ketika frekuensi
cahaya yang diberikan lebih tinggi, maka walaupun terdapat hanya 1 foton saja
(intensitas rendah) dengan energi yang cukup, foton tersebut mampu untuk
melepaskan 1 elektron dari ikatannya. Intensitas cahaya dinaikkan berarti akan

10
semakin banyak jumlah foton yang dilepaskan, akibatnya semakin banyak
elektron yang akan lepas. Einstein menjawab teka-teki mengenai fotolistrik.
Einstein menyelesaikan paper yang menjelaskan efek ini pada tanggal 17
Maret 1905 dan mengirimkannya ke jurnal Annalen der Physik, persis 3 hari
setelah ulang tahunnya yang ke 26. Di dalam paper tersebut Einstein untuk
pertama kalinya memperkenalkan istilah kuantum (paket) cahaya. Pada
pendahuluan paper ia berargumentasi bahwa proses-proses seperti radiasi benda
hitam, fotoluminesens, dan produksi sinar katode, hanya dapat dijelaskan jika
energi cahaya tersebut tidak terdistribusi secara kontinyu.
Ide Einstein memicu Louis de Broglie menelurkan konsep gelombang
materi. Konsep ini menyatakan benda yang bergerak dapat dianggap sebagai suatu
gelombang dengan panjang gelombang berbanding terbalik terhadap
momentumnya. Sederhananya, ide de Broglie ini merupakan kebalikan dari ide
Einstein. Kedua ide ini selanjutnya membantu melahirkan mekanika kuantum
melalui persamaan Schroedinger yang menandai berakhirnya masa fisika klasik.
Berdasarkan hasil percobaan ini, ternyata tidak semua cahaya (foton) yang
dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan
timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga
frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada
jenis logam yang dipakai. Selanjutnya, berikut pandangan teori gelombang dan
teori kuantum (foton) menjelaskan efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada
dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan
intensitas.

Gambar 4. Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti

11
Teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi
pada efek fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar
jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa
energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang
dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang
frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi, kenyataannyaefek
fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk
logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul
elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Akan tetapi, kenyataannya elektron terlepas
dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang dari
10−9 𝑠 setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori
kuantum bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar ℎ𝑓, sehingga
menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak
menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein, energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket,
sehingga energi ini jika diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap.
Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi
minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang
diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja
(W0) atau energi ambang. Besarnya W0 bergantung pada jenis logam yang
digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari
fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi
kinetik elektron. Akan tetapi, jika energi foton lebih kecil ari energi ambangnya
(hf< W0) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang
mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya,

12
panjang gelombvnag terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut
panjang gelombang ambang. Sehingga, hubungan antara energi foton, fungsi kerja
dan energi kinetik elektron foto dapat dinyatakan alam persamaan :

𝐸 = 𝑊0 + 𝐸𝑘

𝐸𝑘 = 𝐸 − 𝑊0

𝐸𝑘 = ℎ𝑓 − ℎ𝑓0

Dengan :

𝐸𝑘 = energi kinetik maksimum elektron foto (J atau eV)


ℎ = konstanta Planck
𝑓 = frekuensi foton (Hz)
𝑓0 = frekuensi ambang (Hz)

Gambar 5. Grafik hubungan antara Ek dan f

2.4.3. Aplikasi Efek Fotolistrik


Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek
fotolistrik berada dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat
itu suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran
keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek
fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung
sehingga menghasilkan film bersuara.

13
Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto-
pengganda (photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir
semua spektrum radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki
efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal
sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande
di Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah
Nobel pada tahun 2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama
photoelectron spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh
masyarakat. Ambil contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai
sensor cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik
transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang
10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode.
Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah
semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron
dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di
sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan
menghasilkan arus listrik.
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang
dilengkapi dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada
ponsel, kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai
kode-batang (barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya
memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki
menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer. Jadi,
tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internal mau pun
eksternal dalam kehidupan sehari-hari.

14
Contoh Soal 1 :
Sebuah logam mempunyai frekuensi ambang 4 𝑥 1014 𝐻𝑧. Jika logam tersebut
dihatuhi foton ternyata elektron foto yang dari permukaan logam memiliki energi
kinetik maksimum sebesar 19,86 𝑥 10−20 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒. Hitunglah frekuensi foton
tersebut !

(ℎ = 6,62 𝑥 10−34 𝐽𝑠)


Penyelesaian :
Besaran yang diketahui :
𝑓0 = 4 𝑥 1014 𝐻𝑧
𝐸𝑘 = 19,86 𝑥 10−20 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
ℎ = 𝐶 𝐽𝑠
Ditanyakan : f ?
Jawab :
𝑊0 = ℎ𝑓0
𝑊0 = 6,62 𝑥 10−34 (4 𝑥 1014 ) = 26,48 𝑥 10−20 𝐽
𝐸 = 𝐸𝑘 +𝑊0 = ℎ𝑓
𝐸𝑘 +𝑊0
𝑓 =

19,86 𝑥 10−20 + 26,48 𝑥 10−20
𝑓 = = 7 𝑥 1014 𝐻𝑧
26,48 𝑥 10−20
Jadi, frekuensi foto sebesar 7 𝑥 1014 𝐻𝑧.

2.5. Efek compton


Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton
tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa
efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada
tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara foton yang berasal
dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati hamburan foton dari sinar X
oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel
ℎ𝑓
dengan energi ℎ𝑓 dan momentum cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.
𝑐

Percobaan Compton cukup sederhana, yaitu sinar X monokromatik ( sinar X yang

15
memiliki panjang gelombang tunggal ) dikenakan pada keping tipis berlium
sebagi sasarannya. Kemudian, untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron
yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elekktron akan
kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan
sebesar 𝜃 terhadap arah semula. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata sinar X
yang terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih besar dari panjang
gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh
elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula ℎ𝑓 dan energi foton yang
terhambur menjadi (ℎ𝑓 − ℎ𝑓′) dalam hal ini 𝑓 > 𝑓′, sedangkan panjang
gelombang yang terhambur menjadi tambah besar yaitu 𝜆 < 𝜆′ .

Gambar 6. Skema percobaan Compton untuk menyelidiki tumbukan foton dan


elektron
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi,
Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton
terhambur dengan panjang gelombang semula memenuhi persamaan :


𝜆′ − 𝜆 = (1 − cos 𝜃)
𝑚0 𝑐

Dengan :

𝜆 = panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)


𝜆′ = panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)

16
ℎ = konstanta Planck (ℎ = 6,625 𝑥 10−34 𝐽𝑠)
𝑚0 = massa diam elektron (𝑚0 = 9,1 𝑥 10−31 𝑘𝑔)
𝑐 = kecepatan cahaya (𝑐 = 3 𝑥 108 𝑚/𝑠)
𝜃 = sudut hamburan sinar X terhadap arah semula ( derajat atau radian )


Besaran sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi,
𝑚0 𝑐

jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton
dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel,
sehingga memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai
dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai
partikel yang sering disebut sebagai dualisme gelombang cahaya.
Perumusan teori efek Compton dapat diuraikan sebagai berikut, misal
foton berenergi hf menumbuk sebuah elektron bebas dalam keadaan diam. Foton
terhambur akibat tumbukan mempunyai energi hf dan mempunyai sudut 
dengan arah foton dating, sedangkan elektron terpental (recoil) akibat tumbukan
tersebut dan mempunyai sudut  dengan arah foton datang.
Dari hukum kekekalan energi

hf = hf’ + Ek =hf’ +mc 2 –m0c2

1
2
dimana k = 1 v 2
c

hf = hf’ + m0c (k-1) ……………………………………………………………(.1.)

Dari hukum kekekalan momentum

hf hf '
Pada sumbu x ,  cos   km0 v cos 
c c ……………………………….. (2)

hf '
Pada sumbu y, 0  sin   km0 v sin 
c …………………………………... (3)

Momentum sebelum tumbukan sama dengan momentum sesudah tumbukan dan


momentum elektron diam = nol.

17
Dari persamaan (1)

hc hc
  km0 c 2  m0 c 2
 '

Lalu kedua sisi dikuadratkan

2
h h h h
    m 0 c  2 m 0 c    k m 0 c
2 2 2 2 2

   '     ' 

h2

h2

2h 2 h h
 
 2m0 c    m0 c 2 k 2  1
2

 2
   2
    '  ……………………….(4)

Dari persamaan (2)

h h
 cos   km0 v cos 
 '

h h
 cos   km0 v cos 
 ' ……………………………………………………(5)

Dari persamaan (3)

h
0 sin   km0 v sin 
'

h
sin   km0 v sin 
' ………………………………………………………..(6)

Kuadratkan persamaan (.5.) dan (.6.) lalu jumlahkan

h2 h2
2h 2 h2
 cos   cos   sin 2   k 2 m0 v 2 cos   k 2 m0 v 2 sin 2 
2 2 2

  '
2 2
 '  '2

h2 h2 2h 2
  cos   k 2 m0 v 2
2

2  '2  ' ………………………………………….(7)

18
Persamaan (4) dikurangi (7)

2h 2 h h
(cos   1)  2m0c(  )  0
 '  '
h(cos   1)  m0 c ( ' )

Sehingga selisih h panjang gelombang foton terhambur dengan foton datang

h
  (1  cos ) ………………………….……………………………..(8)
m0c

h h
disebut panjang gelombang Compton ;  0,0242 Å
m0 c m0c

Dari persamaan (8)

h
 '   (1  cos  )
m0 c
1 1 h  2   
   2sin  2  
f ' f m0 c 2   
1 1 hf  2   
 {1   2sin  2  }
f' f m0 c 2   

f
f ' ……………………………………………………..(9)
 
1  2 sin    
2

 2 

hf h
Dimana    dan Ek=hf-hf’ , sehingga energi kinetic elektron recoil
m0c 2
m0c

 2   
 2 sin  2  
Ek  hf     ………………………………………………(10)
1  2 sin 2    
  
 2 

Dari persamaan (.2.) dan (.3.)

mvccos   hf  hf ' cos …….…………………………………………(11)

19
mvcsin   hf ' sin  ………………………………………………………(12)

Persamaan (12) dibagi (11) dan melalui persamaan (9)

f sin 
 
1  2 sin 2  
hf 'sin  2
tan   
hf  hf 'cos   
 f cos  
f  
1  2 sin 2    
  
 2 

sin 
tan  
 
1  2 sin 2    cos 
2

     
2sin   cos   cot  
tan   2 2  2
     (1   )
2sin 2    2 sin 2  
2 2

Sehingga arah elektron recoil yaitu :

 
cot  
tan  2
 h  ………………………………………………………….(13)
 1  
  m0 c 

Kegagalan teori fisika klasik atau teori gelombang elektromagnet ,


menjelaskan peristiwa efek Compton sebagai berikut :

1. Menurut teori gelombang elektromagnet, sinar-X terhambur seharuysnya


,mempunyai panjang gelombang (  ) yang sama seperti sinar-X datang,
padahal menurut teori Compton panjang gelombang (  ) sinar-X
terhambur beda dengan sinar-X datang.
2. Intensitas radiasi sinar datang berfrekuensi f akan menyebabkan elektron-
elektron unsur ringan (Carbon) berosilasi dengan frekuensi sama, padahal

20
menurut teori Compton elektronunsur ringan berosilasi dengan frekuensi
beda.
3. Osilasi elektron-elektron ini kemudian akan meradiasikan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dan arah berbeda, padahal
menurut teori Compton osilasi elektron-elektron meradiasikan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi yang berbeda.

Dengan menggunakan teori Planck-Einstein, Compton membuat rumusan


teori yang didasarkan pada postulat-postulat berikut :
1. Radiasi sinar monokromatik dengan frekuensi f terdiri dari aliran foton-
foton yang masing-masing energinya hf dan momentumnya hf/c.
2. Hamburan sinar-X datang oleh atom sebuah unsur adalah hasil tumbukan
elastis antara foton dan elektron, sehingga terdapat kekekalan energi dan
momentum.

Kesimpulan dari hasil eksperimen hamburan Compton yaitu :


1. Panjang gelombang (  ) radiasi yang dihamburkan pada setiap sudut (  )
selalu lebih besar dari (  ) radiasi sinar datang.
2. Selisih panjang gelombang (  ) tidak tergantung (  )sinar-X datang dan
pada sudut tetap, hamburan adalah sama untuk semua unsur yang
mengandung elektron tidak terikat (bebas) pada keadaan lain.
3. Selisih panjang gelombang (  ) meningkat terhadap sudut hamburan (  )
dan mempunyai nilai maksimal pada  =180 derajat.

Keterbatasan-keterbatasan teori Compton :


1. Teori Compton tidak dapat menjelaskan keberadaan sinar-X dalam radiasi
terhambur yang mempunyai panjang gelombang sama dengan radiasi
sinar-X datang.
2. Teori Compton tidak dapat menjelaskan bahwa intensitas sinar-X
terhambur lebih besar dariapada sinar-X yang datang untuk unsur atom-
atom ringan, tetapi untuk unsur-unsur atom berat justru intensitas sinar-X
terhambur lebih kecil daripada sinar-X yang datang.

21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan
suatu zat (logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang
memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Agar
elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo atau Ek maksimum
elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang digunakan,
hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas cahaya yang
datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam. Aplikasi
pertama efek fotolistrik berada dalam dunia hiburan yaitu untuk menghasilkan
film bersuara. Selanjutnya, di kalangan akademis adalah tabung foto-pengganda
(photomultiplier tube), kamera pada ponsel, kamera digital, dll.
Percobaan Compton menguraikan beberapa simpulan sebagai berikut : (1)
setiap elektron berperan dalam proses menghamburkan suatu kuantum cahaya
yang utuh (foton), (2) kuantum-kuantum cahaya datang dari berbagai arah tertentu
dan dihamburkan dalam arah tertentu pula (tidak acak), (3) gumpalan radiasi
(foton) selain membawa energi juga memiliki momentum linier.

22
DAFTAR PUSTAKA

Gasiorowicz, S. 1976. Quantum Physics 3rd edition. USA : University of


Minnesota.

Kholifatul, A. 2015. Kegagalan Mekanika Klasik dan Munculnya Mekanika


Quantum. Dikutip dari http://anisakholifatul.web.unej.ac.id pada 20
Agustus 2018.

Rae, A. I. M. 2002. Quantum Mechanics 4th edition. USA : Departemen of


Physics Universitas of Birmingham UK.

Ramadhani, F., dkk. Tanpa Tahun. Efek Fotolistrik. Laboratorium Fisika Modern
Jurusan Fisika FMIPA. Universitas Negeri Makassar.

23

Anda mungkin juga menyukai