Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Program Keluarga Berencana adalah sarana untuk mencapai penurunan

tingkat kelahiran. Menurut BKKBN (2005), Pasangan usia subur (PUS) adalah

pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau

pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri

berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan). Berdasarkan hasil

Susenas tahun 2008, persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin

dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup besar adalah 0-2 orang (49,72%) dan 3-5

orang (35,83%) untuk daerah perkotaan dan pedesaan. masa subur seorang wanita

memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita biasanya

antara 15-49 tahun. oleh karna itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau

menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih diperioritaskan untuk

menggunakan alat atau cara ber KB (Depkes, 2014).

Jumlah penduduk dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Hal ini

merupakan masalah yang mencakup serius, karena pertumbuhan penduduk yang

tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha

mengembangkan dan meningkatkan kehidupan warga negaranya seperti indonesia

dan negara – negara lainnya. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2005 yang

berjumlah 220.000.000 jiwa meningkat menjadi 270.000.000 jiwa pada tahun 2015.

untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar, dengan laju pertumbuhan

1 Universitas Sari Mutiara Indonesia


penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah merancang suatu program keluarga

berencana. (KepMenkes, 2016).

Program keluarga berencana nasional dan program pembangunan bidang

kesehatan adalah bagian dari upaya mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh

masyarakat Indonesia melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, di

dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak. Program

KB yang dimaksud adalah berbagai macam cara atau metode dan alat kontrasepsi

yang dapat digunakan oleh suami atau istri Salah satu alat kontrasepsi yang bisa

digunakan oleh ibu adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Bkkbn, 2015).

Kontrasepsi yang bersifat sementara namun memiliki jangka panjang salah

satunya adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman dan nyaman bagi banyak

wanita. Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang reversibel yang paling sering

digunakan diseluruh dunia. Masalah paling umum terhadap pemakaian metode

IUD/AKDR adalah perdarahan menstruasi sering disertai nyeri merupakan masalah

paling umum yang berkaitan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim.

Sehingga wanita pasangan usia subur enggan memakai alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) dan lebih memilih metode kontrasepsi lain (Surya, 2015).

Lebih dari 10% Akseptor AKDR/IUD melaporkan gangguan yang mereka

rasakan selama memakai alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR). Beberapa hal yang

sering dikeluhkan terutama akibat peningkatan banyaknya darah menstruasi, nyeri

dan bercak merah, Selain itu ekspulsi juga merupakan efek samping dari pemasangan

2 Universitas Sari Mutiara Indonesia


AKDR/IUD. Ekspulsi adalah keluarnya AKDR/IUD dengan sendirinya. Keluar

cairan berlebih dari vagina (keputihan) dan sebagian besar akseptor mengalami nyeri

saat melakukan senggama (dispareuni). Efek samping kontrasepsi merupakan

masalah bagi seorang akseptor yang memakainya. Sekitar 15% wanita pemakai IUD

meminta alat ini dikeluarkan. Dalam satu tahun setelah pemasangan karena masalah-

masalah yang berkaitan dengan yang mereka rasakan (Surya, 2015).

Peserta IUD/AKDR menempati urutan keempat. Ironisnya, jumlah peserta KB

aktif IUD/AKDR menurun dari tahun ke tahun. Pemakaian metode IUD/AKDR.

cenderung menurun dari waktu ke waktu. Salah satu faktor yang mempengaruhi

peningkatan atau penurunan penggunaan metode IUD/AKDR adalah Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE) yang intensif dan efektif baik pada kelompok

masyarakat maupun perorangan (Dinkes, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi

telah meningkat banyak dibagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan

terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah

meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun

2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan

penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir.

Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi

61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%.

Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau

3 Universitas Sari Mutiara Indonesia


menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan

alasan sebagai berikut, terbatasnya pilihan metode kontrasepsi, pengetahuan dan

pengalaman efek samping. Namun kebutuhan yang belum terpenuhi untuk

kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidak adilan didorong oleh pertumbuhan populasi

(WHO, 2014).

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk

sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km dan kepadatan

penduduk sebesar 131,76 jiwa. Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju

pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan

2013 sebesar 248,8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%.

Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan

pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat

kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah

penduduk dengan menggalakkan program Keluarga Berencana (Depkes RI, 2014).

Menurut survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2014, bahwa

kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik (31,9%), pil (13,6%), AKDR

(3,2%), MOW (3,9%), kondom (1,8%), dan MOP (0,2%). Dan dapat dilihat

presentase peserta KB MKJP masih tergolong rendah yang berrti pencapaian target

program dan kenyataan dilapangan masih rendah. Terutama prevalensi peserta

AKDR cenderung menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13,3% pada tahun 1996

menjadi 4,9% pada tahun 2014 (BKKBN, 2015).

4 Universitas Sari Mutiara Indonesia


Sejalan dengan hasil Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan

bahwa pada tahun 2014 wanita usia 15-49 tahun dengan status kawin sebesar

59,3%PUS menggunakan KB modern (Implan, MOW, MOP, IUD/AKDR, Kondom,

Suntik dan pil), dan 0,4% menggunakan KB tradisional (MAL, Kalender dan

Senggama terputus). Selain itu sebanyak 24,7% PUS pernah melakukan KB dan 15,5

tidak melakukan KB. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta

KB baru ialah suntik sebanyak 48,56% (Kemeskes RI, 2014).

Provinsi sumatera utara merupakan provinsi keenam dengan jumlah penduduk

terbanyak diindonesia dan provinsi berpenduduk terbesar diluar pulau jawa.Pada

tahun 2014 di Kecamatan padangsidimpuaan tenggara, jumlah PUS 4.123.

Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang digunakan adalah pil (1,6%), suntik

(40,1%), IUD (1,3%), MOP/MOW (1,3%), implant (1,9%),Pencapaiannya hanya

47,5% dan 52,5% (Sensus penduduk, 2015)

Data dari BKKBN provinsi Sumatera Utara tahun 2015 menunjukkan cakupan

penggunaan alat kontrasepsi IUD (4,2). Data tersebut tidak sesuai dengan target

nasional. berdasarkan data yang didapat dari BKKBN ( Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional) 2015, tercatat kalau penggunaan IUD/AKDR di

Indonesia masih terbilang rendah dengan hanya 4.07% peserta KB aktif IUD/AKDR.

Angka ini berbanding jauh dengan peserta KB aktif PIL dan KB Suntik yang

memiliki presentase lebih dari 70% peserta KB aktifnya. Metode alat kontrasepsi

IUD/AKDR masih rendah salah satu faktor yang menyebabkannya adalah

5
Universitas Sari Mutiara Indonesia
kesimpangsiuran informasi yang tersebar di masyarakat mengenai IUD/AKDR.

(BKKBN, 2015).

Rendahnya pencapaian peserta metode alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR)

dikecamatan padangsidimpuan tenggara, hal ini dikarenakan oleh faktor pengetahuan,

sikap dan faktor pendukung lainnya seperti dukungan keluarga yang tidak ada dan

informasi yang kurang dari pelayanan KB sehingga masyarakat beranggapan salah

mengenai metode alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR) ini. Seperti kepercayaan

metode alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang tidak bisa dibawa mati, jika

seketika waktu ibu meninggal dan lupa mengeluarkan KB tersebut maka tubuh ibu

tersebut haram untuk dikuburkan, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan nilai

budaya tersebut berpandangan banyak anak banyak rezeki, budaya yang lebih

cenderung menjadikan acuan perilakunya dengan meniru perilaku dari orang

sekitarnya. Demikian juga dengan pemilihan alat kontrasepsi, karena masyarakat

lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi non MKJP dan akan cenderung

mengikuti hal tersebut (Retno, 2014).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan maret 2018. Pada data

tahun 2017 dipuskesmas pijorkoling kecamatan padangsidimpuan tenggara bahwa

diantara 229 wanita pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) hanya 38 wanita pasangan usia subur (PUS). Peneliti menemukan 9 PUS

dan dengan melakukan wawancara, 2 ibu tidak memilih AKDR karena kurangnya

pengetahuan ibu tentang AKDR, 1 ibu tidak memilih AKDR karena ibu tidak ada

6
Universitas Sari Mutiara Indonesia
respon dan minat untuk memakai AKDR, 2 ibu tidak memilih AKDR karena takut

efek samping dari pemakaian kontrasepsi AKDR, Seperti perdarahan, haid yang tidak

teratur, keputihan, dan perubahan berat badan, dan 2 ibu tidak memilih AKDR

karna ibu mengatakan pelayanan dipuskesmas tersebut kurang bagus karena

kurangnya kepedulian tenaga kesehatan terhadap masyarakat, dan 2 ibu tidak memilih

AKDR karena tidak mendapatkankan dukungan dari suami, karena suami takut jika

ibu memakai AKDR akan membuat kenyaman saat berhubungan seksual berkurang.

1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah

determinan apa yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

dipuskesmas pijorkoling tahun 2018.

1.3.Tujuan penelitian

1.3.1.Tujuan umum

Untuk mengetahui determinan apa yang mempengaruhi pemilihan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pada wanita pasangan usia subur dipuskesmas

pijorkoling kecamatan padangsidimpuan tenggara tahun 2018.

1.3.2.Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemilihan alat kontrasepsi

dalam rahim dipuskesmas pijorkoling kecamatan padangsidimpuan tenggara

tahun 2018.

7 Universitas Sari Mutiara Indonesia


2. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap pemilihan alat kontrasepsi dalam

rahim dipuskesmas pijorkoling kecamatan padangsidimpuan tenggara tahun

2018.

3. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap pemilihan alat

kontrasepsi dalam rahim dipuskesmas pijorkoling kecamatan padang

sidimpuan tenggara tahun 2018.

4. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan KB terhadap pemilihan alat

kontrasepsi dalam rahim dipuskesmas pijorkoling kecamatan padang

sidimpuan tenggara tahun 2018.

5. untuk mengetahui determinan yang paling dominan dalam mempengaruhi

pemilihan terhadap pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim dipuskesmas

pijorkoling kecamatan padang sidimpuan tenggara tahun 2018.

1.4.Manfaat Penelitian
1. Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi puskesmas

untuk memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap wanita pasangan usia

subur dalam memilih metode kontrasepsi.

2. Petugas KB

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan program

KB khususnya metode kontrasepsi dalam rahim.

Universitas Sari Mutiara Indonesia


8
3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini sebagai upaya untuk menambah wawasan dan

pengetahuan khususnya tentang alat kontrasepsi dalam rahim.

4. Bagi masyarakat

Sebagai bahan masukan kepada masyarakat untuk menambah wawasan dan

pegetahuan tentang alat kontrasepsi dalam rahim.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, Khususnya yang

terkait dengan alat kontrasepsi dalam rahim.

Anda mungkin juga menyukai