Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

PERMASALAHAN DI KAB BANJAR TERKAIT DEMOKRASI TENTANG SIKAP


APATIS MASYARAKAT TERHADAP JALAN NYA PEMILU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Demokrasi (MPBC-615)

Dosen Pengampu :
Siti Mauliana Hairini, S.IP, MA

Disusun Oleh :

Ramadhani (D1B115227 )

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
Sikap apatis masyarakat terhadap jalannya pemilu menjadi tantangan bagi panwaslu
pada pemilu legislatif 2019 mendatang. Masyarakat yang cuek terhadap calon legislatif
yang jujur tetapi sebaliknya mendukung calon yang melakukan pelanggaran pemilu
diantaranya dengan memberikan barang bahkan uang sangat mungkin meningkat pada
pemilu 2019 mendatang. Hal itu diungkapkan Komisioner Panwaslu Banjar M Syahrial
Fitri saat sosalisasi pengawasan partisipatif pemilu DPR, DPRD I, DPRD II serta Pemilu
Presiden dan Wapres di Hotel Rodhita. Menurutnya, sikap apatis masyarakat ini, sangat
dimungkinkan membuat jalannya pemilu yang luber dan Jurdil sulit dicapai. Kondisi itu,
juga menyulitkan calon yang pemimpin yang terbaik muncul menjadi pemimpin daerah.

"Karena itulah kami akan memerangi sikap apatisme seperti ini dimasyarakat. Kita
harus jauhkan sikap apatisme ini dari masyarakat sehingga mereka turut aktif mengawasi
jika terjadi ke kecurangan atau politik uang dimasyarakat, " ujar Komisioner Syahrial.
Ketua Panwaslu Banjar, Ramli mengatakan sosialisasi pengawasan pemilu partisifatif ini
memang bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk aktif melakukan pengawasan
terhadap dugaan terjadinya pelanggaran pemilu 2019 Diharapkan, masyarakat peduli
terhadap pelaksnaan pemilu yang demokratis sehingga aktif terlibat melakukan pengawasan
dan menyampaikan laporan pelanggaran kepada pengawas pemilu. Tekait dengan apatis
masyarakat, itu memang harus dihindarkan. Artinya, jika masyarakat apatisme mereka
menyerahkan pemilu kepada penyelenggara. Padahal, pemilu adalah hajatan seluruh
masyarakat bukan hanya penyelenggara. Itu sebabnya, sosialisasi diharapkan
menumbuhkan kesadaran untuk turut serta aktif mengawal jalannya pemilu yang jurdil dan
aamanah "Dengan pemilu yang jurdil akan melahirkan pemimpin atau wakil rakyat yang
amanah menjalankan tugas negara," katanya.

Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten Banjar berharap


partisipasi masyarakat dalam pemilu akan dating bisa lebih meningkat. Masyarakat
diharapkan tidak hanya berpartisipasi saat pencoblosan, namun juga pada fase awal yakni
saat pendaftaran dan verifikasi partai politik dan peserta pemilu. Harapan tersebut
diungkapkan oleh Ketua Panwaslu Kabupaten Banjar, Ramliannor saat rapat koordinasi
panwaslu Kabupaten Banjar bersama stakeholder, di Hotel Rodhita Banjarbaru, pekan
lalu.“Kita coba untuk menyamakan persepsi dalam menyukseskan pemilu tahun 2019,
termasuk bagaimana kita berupaya untuk mendorong masyarakat agar lebih berperan dan
berpartisipasi dalam fase-fase kegiatan pemnilu,” ujar Ramli, di hadapan para peserta yang
terdiri dari pejabat di SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Banjar, perwakilan partai
politik, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan tinggi setempat. Dijelaskannya, bahwa pada
Tahun 2019 mendatang akan digelar pemilu presiden dan pemilu legislatif secara
bersamaaan. Saat ini, KPU dan panwaslu masih bekerja pada fase verifikasi faktual partai
politik. “Semula verifikasi dilakukan untuk seluruh parpol peserta, namun ada surat dari
KPU pusat bahwa verifikasi hanya pada dua parpol baru saja, ya kerja kami jadinya lebih
ringan,” tandas Ramli.

Erna Kasfiah, komisionir badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Kalimantan


Selatan yang menjadi narasumber mengatakan, Pemilu sarat dengan trik dan intrik,
sehingga sering terjadi pelanggaran-pelanggaran. “Pelanggaran yang banyak terjadi adalah
perihal alat kampanye,” jjelasnya Pihaknya terus berupaya untuk melakukan pencegahan
pelanggaran dengan banyak melalkukan sosialisasi baik kepada parpol maupun masyarakat.
Jika dulu pencegahan sebatas strategi, menurut Erna, sekarang sudah dimasukkan dalam
UU. “Jadi sebelum dilakukan penindakan dan pemutusan sengketa, kita lebih dahulu
diharuskan melakukan pencegahan,” tandas ddia Saat ini lanjut Erna, Bawaslu melakukan
berbagai cara pengawasan pemilu. Bawaslu sudah ada pengawasan berbasis IT, ada juga
pojok pengawasan, forum warga, pramuka pengawas pemilu ada juga pengabdian
masyarakat pengawasan pemilu.

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi sebagai wahana
perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis.
Pemerintahan yang dihasilkan dari Pemilu diharapkan menjadi pemerintahan yang
mendapat legitimasi yang kuat dan amanah. Pemilu pun menjadi tongak tegaknya
demokrasi, di mana rakyat secara langsung terlibat aktif dalam menentukan arah dan
kebijakan politik negara untuk lima tahun ke depan. Sehingga, diperlukan upaya dari
seluruh komponen bangsa untuk menjaga kualitas Pemilu. Hal ini sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD harus dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil (LUBER dan JURDIL). Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
mengatakan bahwa semangat Pemilu itu dapat terwujud apabila seluruh komponen bangsa
saling bahu-membahu mendukung pelaksanaan Pemilu sesuai aturan perundang-undangan
dan penghormatan hak-hak politik setiap warga negara. upaya untuk memperbaiki kualitas
pelaksanaan Pemilu merupakan bagian dari proses penguatan demokrasi serta untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang efektif dan efisien. Suksesnya Pemilu bukan hanya
bersandar pada integritas penyelenggaraan Pemilu dan peserta Pemilu semata. Namun,
harus didukung pula oleh seluruh pemangku kepentingan Pemilu demi terciptanya
sinergitas yang kuat dan saling berkesinambungan.Terkait dengan hal tersebut, kiranya
pemilu 2019 diharapkan menjadi lebih baik di bandingkan pemilu 2014. Menciptakan para
pemimpin bangsa berkarakter negarawan tanpa mental korupsi dan gemar menghambur-
hamburkan uang rakyat. Untuk itu, setidaknya terdapat 4 (emat) komponen yang
bertangung jawab dalam mensukseskan pemilu 2019 yaitu, penyelenggara Pemilu (KPU
dan Panwaslu), partai politik, pers dan masyarakat. KPU dan Panwaslu merupakan lembaga
independen yang bertanggung jawab penuh dalam membentuk dan mengawasi
penyelenggaraan pemilu yang berkualitas dan profesional. Partai politik merupakan
lembaga politik yang bertangggung jawab dalam memberikan pendidikan politik pada
masyarakat melalui berbagai programnya dan kader-kader dengan kualitas dan mental yang
tangguh.

Media merupakan lembaga yang bertangung jawab memberikan pengawasan


terhadap penyelenggaran pemilu yang bersih, jujur adil, transparan dan profesional. Melalui
pemberitaan yang dilakukan oleh media, masyarakat akan memperoleh gambaran umum
terkait penyelenggaran pemilu. Termasuk menginformasikan rekam jejak calon-calon
legislatif. Dengan demikian, masyarakat memiliki pengetahuan dan lebih mengenal calon
wakil-wakil mereka. Media memegang peran penting untuk mengawal pelaksanaan pemilu
2019 sehingga dapat berjalan dengan baik dan berkualitas. Selain itu, media sebagai
pemberi informasi harus dapat memberikan pendidikan politik kepada masyarakat,
sehingga dapat menggugah partisipasi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Untuk itu,
lembaga-lembaga ini bertanggung jawab dalam meningkatkan angka partisipasi masyarakat
dan menekan golput pada pemilu 2019. Motivasi tersebut dapat diberikan dalam bentuk
pendidikan politik. Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 02 tahun 2008 dalam pasal 3
disebutkan bahwa partai politik melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai
dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan
gender.

Di sadari bahwa Pemilu baik Pileg, Pilpres, maupun Pilkada peran serta masyarakat
menjadi sangat penting. Sukses tidaknya pelaksanaan Pemilu salah satunya ditentukan
bagaimana partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Partisipasi merupakan
proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat dalam suatu kegiatan. Di Indonesia
berpartisipasi politik dijamin oleh negara. Hal ini tercantum dalam UUD 1945 pasal 28
yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Selain itu, di atur pula dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-
poin hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak
memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan
keadilan, dll.

Menurut Budiardjo (2009:367) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang


atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain
dengan jalan memilih pimpinan negara yang secara langsung atau tidak langsung,
memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Dengan demikian partisipasi politik
erat kaitanya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah,
orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah.

Sedangkan menurut Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of The


Social Sciences (Budiardjo,1996:183) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukkan
kebijakan umum

keterlibatan secara maksimal partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak


politiknya (memilih) menjadi tanggung jawab semua pihak, untuk itu mari manfaatkan
momentum Pemilu 2019 untuk memilih dan menghukum kandidat dan parpol berdasarkan
track record kontribusi terhadap Bangsa dan negara. Semoga lahir pemimpin-pemimpin
negarawan yang tidak mengedepankan kepentingan semata kelompok dan golongannya
saja, tetapi mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, terutama kesejahteraan dan
Keutuhan Rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai