FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR INVESTASI ASING DI INDONESIA
1. Jenis-jenis Investasi asing
1.1 Penggolongan investasi asing dilihat dari tujuannya Menurut Hady ditinjau dari tujuannya, investasi dapat digolongkan ke dalam dua jenis investasi: 1. Jenis investasi yang pertama adalah portofolio investment, yaitu investasi dalam bentuk aset-aset keuangan seperti saham (stock), obligasi (bond) dan bentuk-bentuk surat berharga lainnya. Sifat pergerakan arus portofolio investmen dari dan keseluruh penjuru dunia melalui pasar uang internasional relatif cepat. 2. Jenis investasi yang kedua adalah Direct investment yaitu investasi secara nyata dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, lahan, bahan baku. Dalam hal ini investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengintrol aktivitas penanaman modal tersebut. Direct investment biasanya dimulai dengan pendirian cabang perusahaan atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan domestik. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan aktivitas investasi umumnya dibidang manufaktur, ekstrasi dan eksplorasi sumber daya alam, industri jasa dan sebagainya.
1.2 Penggolongan investasi asing dilihat dari bentuknya
Dilihat dari bentuknya menurut Ongwamuhana (1991:46-47) penanaman modal asing dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk yakni : 1. Pendirian subsidiary company (pendirian anak perusahaan) didirikan di negara tempat investasi dan biasanya sepenuhnya dimiliki serta berada dibawah pengawasan induk perusahaan dinegara tempat asal investor. Bentuk subsidiary ini dapat juga dioperasikan sebagai perusahaan asing terdaftar dengan izin berusaha yang dikeluarkan oleh negara tempat investasi dan tunduk pada ketentuan. 2. Pembentukan cabang perushaan luar negeri atau melakukan montrak keagenan dengan perushaan lokal. Investasi berbentuk cabang perusahaan dan bentuk keagenan akan lebih efektif dari segi biaya apabila skala usaha relatif masih kecil atau penanaman modal yang dilakukan bersifat sementara atau untuk jangka pendek. 3. Melakukan kerja sama (joint venture) dengan perusahaan lokal. Investasi yang dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan lokal dimaksudkan untuk menghindari resiko karena belum dipahaminya kondisi pasar di negara tempat investasi. Di negara yang iklim sosial dan politiknya mudah berubah, bentuk investasi ini lebih aman bagi investor asing. 4. Perikatan kontrak pemberian jasa (service contract). Investasi bentuk ini adalah berupa pemberian jasa teknik atau jasa manajemen dari perusahaan asing kepada perusahaan lokal dengan imbala pembayaran royalti, komisi jasa manajemen, imbalan jasa konsultasi, dan jasa tenaga ahli. Pembayaran tersebut biasanya dikenakan pajak yang dilakukan secara pemotongan dimuka (withholding tax) 5. Investasi bentuk lainnya. Bentuk lainya dari usaha penanaman modal asing biasanya dapat berupa perjanjian untuk pemakaian merek dagang atau lisensi, atau perjanjian pendanaan dalam rangka menjualkan atau membelikan barang dan jasa untuk pasar lokal.
2. Investasi asing yang berifat langsung (Foreign Direct Investment)
Gunadi dalam bukunya menyebutkan bahwa FDI dapat dilakukan dengan 2 cara : 1. Mengoperasikan anak perusahaan (Subsidiary company) Anak perusahaan dapat terjadi dengan pendirian badan baru yang dikenal dengan nama PT PMA (penanaman modal asing) atau dengan pembelian sebagian besar saham badan indonesia yang sudah berjalan. Dilihat dari persfektif hukum antara anak perusahaan dan induk perusahaan merupakan entitas legal terpisah, dengan demikian secara fiskal antara anak dan induk perusahaan dapat melakukan transaksi bisnis sepanjang nilai transaksi digunakan wajar. Hal tersebut didasarkan atas alasan bahwa anak perusahaan dengan induk perusahaan memiliki hubungan istimewa. 2. Mengoperasikan cabang perusahaan Cabang perusahaan asing pada dasarnya merupakan divisi yang didirikan di wilayah geografis yang terpisah. Dilihat dari perspektif hukum,cabang merupakan komponen dari kantor pusatnya atau bukan merupakan entitas yang terpisah. Menurut kaca mata pajak hubungan dengan kantor pusat dengan cabang merupakan entitas tunggal. Pengoperasian perusahaan cabang luar negeri di indonesia akan memunculkan bentuk usaha tetap (BUT) dan berstatus wajib pajak luar negeri (WPLN), sedangkan oengoperasian anak perusahaan luar negeri di indonesia akan menimbulkan wajib pajak dalam negeri (WPDN)
3. Perbedaan perlakuan pajak antara anak perusahaan dengan cabang perusahaan
3.1 Anak perusahaan 1. Anak perusahaan dibentuk atas dasar penyertaan saham dari induk perusahaan diluar negeri 2. Anak perusahaan berstatus subjek pajak dalam negeri ( SPDN) karena telah memenuhi kreteria didirikan di indonesia sesuai pasal 2 ayat (3) Undang Undang Pajak Penghasilan 3. Penghasilan yang dikenakan pajak di indonesia meliputi penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun dsari luar negeri 4. Hubungan antara anak perusahaan didalam negeri dengan induk perusahaan diluar negeri bersifat entitas legal yang terpisah 5. Antara anak perusahaan didalam negeri dengan induk perusahaan diluar negeri dapat melakukan transaksi satu sama lain, sebagai konsekuensi dari separate entity antara anak perusahaan didalam negeri dengan induk perusahaan diluar negeri. Namun demikian transaksi tersebut harus memenuhi kreteria harga wajar, karena antara anak perusahaan dengan induk perusahaan terdapat hubungan istimewa sebagaimana memiliki saham lebih dari 25 persen pada anak perusahaan.
3.2 Cabang Perusahaan
1. Branch ( Cabang Perusahaan ) merupakan Kepanjangan tangan dari Kantor Pusat ( head Office) di luar negeri) 2. Cabang Perusahaan luar negeri di Indonesia berstatus Subjek pajak Luar Negeri ( SPLN) sesuai pasal 2 ayat (4) Undang – Undang Pajak Penghasilan 3. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia adalah hanya penghasilan yang bersumber dari dalam negeri 4. Hubungan antara cabang Perusahaan di dalam negeri dengan kantor Pusat di Luar Negeri bersifat single entity (Entitas Tunggal). 5. Antara anak cabang perusahaan di dalam negeri kantor pusat di luar negeri secara pajak tidak diperkenankan melakukan transaksi sebagai konsekwensi dari single entity. Kecuali transaksi pembayaran bunga pinjaman dari cabang perusahaan di dalam negeri kepada kantor pusat di luar negeri pada bisnis perbankan.
6. Pengertian Tax Planning
Perencanaan pajak adalah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak dalam melakukan manjemen perpajakan usaha atau penghasilannya, namun perlu diperhatikan bahwa perencaan pajak yang dimaksud adalah perencanaan pajak tanpa melakukan pelanggaran konstitusi atau Udang-Undang Perpajakan yang berlaku. Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP) untuk menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat pengeluaran (beban) pajak yang minimal. secara teoritis, tax planning dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan (Hoffman, 1961). Perencanaan pajak selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangin jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak yang dimaksud dapat ditunda pembayaran dan lain sebagainya. Akhir dari prosedur perpajakan adalah pembayaran pajak. Tentu lebih menguntungkan jika perusahaan membayar pajak pada saat terakhir dari pada penyetoran dilakukan jauh sebelumnya.
Jenis-jenis Tax Planning.
Tax planning dibagi menjadi dua: 1. Tax planning domestic nasional (national tax planning) National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang Domestik, pemilihan atas dilaksanakan atau tidak suatu transaksi dalam national tax planning bergantung pada transaksi tersebut, artinya untuk menghindari/mengurangi pajak, wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan hokum pajak yang ada, misalnya akan terkena tarif pajak khusus final atau tidak?. 2. International tax planning International tax planning selain memperhatikan Undang-Undang Domestik, juga harus memperhatikan undang-undang atau perjanjian pajak (tax treaty) dari negara-negara yang terlibat.
7. Skema Tax Planning pada anak perusahaan
Pada FDI yang berbentuk subsidiary company, upaya efisiensi pajak secara global pada umumnya digunakan dengan menggunakan dua skema yakni : a. Skema pre tax, dilakukan manakala tarif pajak dinegara tempat investasi lebih tinggi dari pada tarif pajak yang berlaku di negara domisili investor. Skema ini dilakukan dengan memaksimalkan biaya-biaya yang dibayarkan kepada induk perusahaan diluar negeri. Dengan demikian penghasilan kena pajak host contry menjadi kecil b. Skema post tax, dilakukan dengan menunda pemberian deviden dari anak perusahaan kepada induk perusahaan diluar negeri. Pemberian deviden dari anak perusahaan kepada induk perusahaan di luar negeri dilakukan pada saat penghasilan kena pajak induk perusahaan diluar negeri kecil.
1. Bentuk – bentuk Usaha Awal Sebelum Mendirikan Anak Perusahaan
Mendirikan anak perusahaan Asing (Subsidiary Company) di Indonesia memerlukan biaya yang sangat tinggi. Bagi perusahaan Manufaktur sebelum mendirikan anak perusahaan dan mendirikan pabrik di Indonesia, perusahaan dapat mengoperasikan bentuk-bentuk usaha awal untuk memperkenalkan produknya terlebih dahulu dan mengetahui apakah produk tersebut diminati oleh masyarakat Indonesia. 2. Mendirikan Kantor Perwakilan Dagang Asing Kantor ini semata-mata hanya melakukan promosi produk, pameran, iklan dan riset awal, berupa riset-riset persiapan sebelum mendirikan pabrik di Indonesia. Kantor ini tidak melakukan transaksi jual beli produk. Apabila konsumen di Indonesia berminat untuk membeli barang tersebut , maka konsumen langsung bertransaksi dengan kantor pusat perusahaan asing tersebut di luar negeri. Perlakuan perpajakan atas pendirian Kantor Perwakilan Dagang Asing adalah : a. Jika kantor Pusatnya merupakan penduduk ( resident) Negara Treaty partner, maka sesuai ketentuan article 5 paragraph (3) Tax treaty yang bersangkutan. TRO bukan merupakan bentuk usaha tetap ( BUT), sehingga sesuai ketentuan artikel Bussiness profit tax treaty, Indonesia sebagai Negara sumber tidak memiliki hak pemajakan atas penghasilan yang diterima kantor pusat dari hasil penjualan produk di Indonesia. b. TRO tidak mempunyai kewajiban melaporkan SPT PPh Badan Tahunan, melainkan hanya berkewajiban membuat List of Expense c. TRO terutang PPh potong pungut apabila terdapat transaksi yang merupakan objek PPh potong pungut d. Penghasilan yang diterima / diperoleh karyawan-karyawan TRO, baik asing maupun lokal, merupakan objek PPh pasal 21/26 3. Mengikat kontrak keagenan dengan perusahaan local di Indonesia, kontrak keagenan yang dibentuk sebaiknya adalah keagenan bebas ( Independent Agent) Dalam hal ini yang menjualkan produk perusahaan luar negeri tersebut adalah pihak agen transaksi jual beli produk dilakukan antara konsumen dengan agen, agen akan menerima komisi keagenan bebas, maka perusahaan luar negeri tersebut tidak dianggap sebagai memiliki BUT di Indonesia, sehingga Indonesia tidak mempunyai hak pemajakan yang diterma/ diperoleh agen bebas tersebut 4. Mengikat kontrak dengan perdagangan perantara lokal Dalam hal ini perusahaan pedagang perantara tersebut hanya membantu melakukan promosi atas produk kantor pusat agar dapat dijual di Indonesia. Apabila ada konsumen di Indonesia yang berminat, maka konsumen dapat langsung melakukan transaksi dengan kantor pusat di luar negeri. Dengan cara ini Indonesia tidak memiliki hak perpajakan atas penghasilan kantor pusat dari hasil penjualan produk di Indonesia.