Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CLOSE FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR

A. PENGERTIAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia
luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,
dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 2008 : 1138).
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya komtinuitas tulang
pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis ( Arif, M, 2008 ).
Fraktur intertrochanter femur adalah putusnya kontinuitas tulang pada area di
antara trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsular (
Apley, 2007 ).
B. ETIOLOGI FRAKTUR
1. Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tiba-tiba dan
berlebihan.
a. Trauma langsung
Trauma langsung dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan, benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat tersebut. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat
yang terkena, jaringan lunak juga pasti rusak.
b. Trauma tidak langsung
Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di
tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Kompresi
Retak bisa terjadi pada tulang, sama halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang ulang. Keadaan ini oaling sering di temukan pada tibia atau
fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penar, dan calon tentatra yang jalan
berbaris dalam jarak jauh.
a. Compresion force : klien yang melompat dari tempat ketinggiam dapat
mengkibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
b. Muscle (otot) : akibat injuri / sakit terjadi peregangang otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal ; elektrik shock dan tetani).
3. Patologi
Fraktur dapat terjadi karena tekanan yang normal apbila itu lemah ( misalnya oleh
tumor ) atau apabila tulang itu sangat rapuh ( misalnya pada penyakit paget ).
Proses penyakit : kanker dan riketsia.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri hebat di tempat fraktur
2. Tak mampu menggerakan ekstremitas bawah
3. Rotasi luar dari kaki lebih pendek
4. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
D. PATOFISIOLOGI ( Patway )

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologi

Fraktur
Diskontinuitas tulang Pergerakan frakmen tulang nn Nyeri
Perubahan jaringan sekitar Kerusakan frakmen tulang
Pergeseran Fragmen tulang Laserasi kulit Spasme otot Reaksi stress klien
deformitas Kerusakan
putus vena/arteri Peningkt tek kapiler Melepaskan katekolamin
gg fungsi Intergritas perdarahan Pelepasan histrami Memobilisasi asam lemak
kulit
kehil vol cairan Protein plasma hilang Bergabung dengan trombosit
Edema Emboli
Gangguan Shock
mobilitas hipivolemik
Penekanan pem darah Menyumbat pembuluh darah
fisik
Penurunan perfusi jaringan

gg. perfusi jaringan


E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
b) Fistulae.
c) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
d) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal).
e) e. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
f) f. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2. Palpasi
a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema
terutama disekitar persendian.
c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal,tengah, atau distal).
d) Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Lab, Rontgen, EKG dll )
1. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
2. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel), Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah
trauma.
4. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
G. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Bedah fiksasi adalah pembedahan untuk memasangkan pelat gamma ( khusus
untuk tulang ) dan sekrup untuk menyatukan kembali tulang yang patah pada
posisi semula, atau paling tidak, pada posisi paling memungkinkan, dan
dengan bantuan obat-obatan, sehingga pada akhirnya tulang yang patah
tersebut akan bersatu kembali setelah jangka waktu tertentu, 3 sampai 12
bulan menurut data statistic.
2. Traksi kulit sementara untuk mereduksi spasme otot, untuk mengimobilisasi
ekstrimitas dan mengurangi nyeri.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( fraktur ).
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, dan
tekanan.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive.
5. Keruskan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya berhubungan dengan
kurang paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitif
I. NURSING CARE PLANNING ( NCP )

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b/d agen injuri Setelah dilakukan asuhan Kaji nyeri secara komprehensif
fisik, fraktur keperawatan 30 menit termasuk lokasi, karakteristik,
tingkat kenyamanan klien durasi, frekuensi, kualitas dan
meningkat, timgkat nyeri factor presipitasi.
terkontrol dengan criteria
hasil : Observasi reaksi nonverbal dari
 Klien melporkan ketidak nyamanan.
nyeri berkurang
dengan skala 2-3 Control factor lingkungan yang
 Ekpresi wajah tenang mempengaruhi nyeri seperti
 Klien dapat istirahat suhu ruangan, pencahayaan,
dan tidur kebisingan

Ajarkan tehknik non


farmakologis ( relaksasi,
diktraksi, dll ) untuk mengatasi
nyeri

Kolaborasi dengan dokter bila


ada complain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil
2 Resiko terhadap cidera b/d Setelah dilakukan asuhan Berikan posisi yang aman untuk
kerusakan neuromuskuler keperawatan selama 30 pasien dengan meningkatkan
dan tekanan menit terjadi obsevasi pasien, beri pengaman
penimgkatan status tempat tidur
keselamatan injuri fisik
dengan criteria hasil : Periksa sirkulasi periper dan
 Bebas dari cidera status neurologi
 Pencegahan cidera Menilai ROM pasien
Menilai integritas kulit pasien
Libatkan banyak orang dalam
memindahkan pasien, atau
posisi
3 Defisit self care b/d Setelah dilakukan asuhan Monitor kemampuan pasien
kelemahan, fraktur keperawatan 30 menit terhadap keperawatan diri
kebutuhan ADLs
terpenuhi dengan kriteria Monitor kebutuahan akan
hasil : personal hygene, berpakain,
 Melakukan aktivitas toleting dan makan
sehari – hari
 Kebersihan diri Beri bantuan sampai pasien
pasien terpenuhi mempunyai kemampuan untuk
merawat diri

Bantu pasien dalam memenuhi


kebutuhan

Anjurkan pasien untuk


melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kemampuannya

Pertahankan aktivitas perawatan


diri secara rutin
4 Resiko infeksi b/d imunitas Setelah dilakukan asuhan Batasi pengunjung bila perlu
tubuh primer menurun, keperawatan 30 menit
prosedur invasive, fraktur tidak terdapat factor Intruksikan kepada
resiko infeksidan infeksi pengunjunguntuk mencuci
terdeteksi dengan kreteria tangan saat berkunjung dan
hasil : sesudahnya
 Tidak ada tanda-
tanda infeksi Pertahankan tekhnik aseptic
untuk setiap tindakan

Lakukan perawatan luka,


dainage, dressing infus dan
kateter setiap hari

Tingkatkan intake nutrisi dan


cairan

Beri antibiotic sesui program

Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan local

Monitor kerentanan terhadap


infeksi

Inspeksi kulit dan membrane


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

Dorong istirahat yang cukup


5 Kerusakan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Kaji kemampuan pasien dalam
b/d patah tulang keperawatan 30 menit melakukan ambulasi
terjadi peningkatan
ambulasi : tingkat Kolaborasi dengan fisioterapi
mobilisasi, perawatan untuk perencanaan ambulasi
diri dengan kriteria hasil :
 Peningkatan aktivitas Latih pasien ROM pasif – aktif
fisik sesuai kemampuan

Evaluasi pasien dalam


kemampuan ambulasi
6 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Kaji pengetahuan klien
tentang penyakit dalam keperawatan 30 menit
perawatannya b/d kurang pengetahuan klien Jelaskan proses terjadimya
paparan informasi, meningkat dengan penyakit, tanda gejala serta
keterbatasan kognitif kreteria hasil : komplikasi yang mungkin
 Klien dapat terjadi
mengungkapkan
kembali apa yg Berikan informasi pada klien
dijelaskan keluarga klien tentang tindakan
 Klien kooperatif saat yang akan dilakukan.
dilakukan tindakan
Diskusikan pilihan terapi

Berikan penjelasan tentang


pentingnya ambulasi dini

Jelaskan komplikasi kronik


yang mungkin akan muncul
DAFTAR PUSTAKA

http://drkurniawanspot.blogspot.com/2012/04/bedah-fiksasi-pada-fraktur-

trochanter.htmlhttp://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/fraktur-femoral-

neck-dan-fraktur.htmlhttp://nsloviandatusskep.blogspot.com/2011/06/fraktur-

hip.htmlhttp://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-

keperawatan-fraktur-dengan-

nanda.htmlhttp://mualimrezki.blogspot.com/2011/03/fraktur.html15
LAPORAN PENDAHULUAN
CLOSE FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR
DI RUANG ORTOPEDI DI RSUD ULIN BANJARMASIN

OLEH :
RIZAL
NIM. 17.31.1003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
CLOSE FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR

OLEH :
RIZAL
NIM. 17.31.1003

Banjarmasin, Februari 2018


Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Fadhil Almahdi S. kep Ns, MM) (Abdul Wahab, S.Kep, Ns)

Anda mungkin juga menyukai