Anda di halaman 1dari 6

IMUNISASI DASAR LENGKAP

Disusun Oleh :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


IMUNISASI DASAR LENGKAP

Imunisasi Dasar Lengkap


A. Pengertian
Menurut Dewi (2013), Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan
yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan
imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
poliomielitis dan campak dapat dicegah.
B. Tujuan Imunisasi
Menurut Depkes RI, Tujuan imunisasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencegah penyakit infeksi tertentu
2. Apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah & dapat mencegah gejala
yang dapat menimbulkan cacat/kematian
3. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
C. Dampak tidak melakukan imunisasi secara lengkap
1. Penyakit akan mudah menyerang
2. Mudah tertular orang yang sakit
3. Ada efek samping
D. Imunisasi dasar lengkap
Jenis imunisasi ada beberapa yaitu :
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG merupakan imunisasi aktif buatan artinya dimana tubuh
ikut membentuk antibodi. Menurut IDAI (2000) Vaksin BCG diberikan
pada umur sebelum 2 bulan, menurut DepKes 0-11 bulan. Dosis untuk bayi
1 bulan adalah 0,05 ml, dan anak adalah 0,10 ml diberikan intracutan (IC)
didaerah insersio muskulus deltoideus kanan.
Menurut Dewi (2013) Vaksin ini berisi suspensi Mycobacterium bovis
hidup yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi
tuberculosis, tetapi mengurangi resiko tuberculosis berat, seperti meningitis
tuberkulosa dan tuberkulosis milier. Efek proteksi timbul 8-12 minggu
setelah penyuntikkan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80%. Hal ini
mungkin tergantung pada jenis vaksin yang dipakai, lingkungan dengan
Mycobacterium atipik atau faktor penjamu (umur, keadaan gizi, dll).
Efek samping dari penyuntikan ada 2 yaitu :
a. Reaksi normal
Bakteri dalam tubuh bekerja sangat lambat. Setelah 2 minggu terjadi
pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah
10 mm. Luka tersebut akan sembuh sendiri & meninggalkan jaringan
parut (scar) bergaris tengah 3 mm – 7 mm.
b. Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abses yang lebih
dalam. Kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher
& ketiak. Penyebabnya adalah kesalahan penyuntikan yang terlalu
dalam.

2. Imunisasi Hepatitis B
Menurut Dewi (2013) Jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B adalah:
a. Vaksinasi awal atau primer diberikan sebanyak 3 kali. Jarak antara
suntikan I dan II adalah 1-2 bulan, sedangkan untuk suntikan III
diberikan dengan jarak 6 bulan dari suntikan I.
b. Pemberian booster dilakukan 5 tahun kemudian, namun masih belum ada
kesepakatan
Efek samping yang terjadi pascaimunisasi hepatitis B pada umumnya ringan,
hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot.

3. Imunisasi Pentavalen (DPT, HB, Hib)


Menurut Kemenkes (2013), vaksin digunakan untuk pencegahan
terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi
Haemophilus Influenzae tipe b dengan cara simultan.
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap
dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk bentuk reaksi sejenis
lainnya, merupakan kontra indikasi absolute terhadap dosis berikutnya.
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf
serius lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam
hal ini tidak boleh diberikan bersama vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT
harus diberikan sebagai pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan
secara terpisah.
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi rutin yang diberikan
kepada sasarann pada usia 0-11 bulan. Imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib dan
Campak, diberikan kepada batita (Bawah Tiga Tahun).
Jadwal pemberian imunisasi DPT-HB,Hib merupakan bagian dari
pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak tiga dosis. Vaksin DPT-
HB,Hib merupakan pengganti vaksin DPT-HB sehingga memiliki jadwal
yang sama dengan DPT-HB. Pada tahap awal DPT-HB,Hib hanya diberikan
pada bayi yang belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila
sudah pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB dosis pertama atau kedua,
tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis
ketiga. Pemberian imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan pada anak usia
1,5 tahun (18 bulan) yang sudah melakukan imunisasi DPT-HB maupun
DPT-HB,Hib tiga dosis. Bagi anak batita yang belum mendapat DPT-HB tiga
dosis dapat diberikan DPT-HB,Hib pada usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan
DPT-HB,Hib diberikan minimal 12 bulan dari DPT-HB,Hib dosis ketiga.

4. Imunisasi Polio Oral


Vaksin ini beirisi virus polio tipe 1,2,3 serta merupakan bagian dari
suku sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan. Vaksin ini dibuat
dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. Tiap dosis
(2 tetes= 0,1 ml). Virus ini diberikan secara rutin sejak bayi lahir dengan
dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus dan
memacu pembentukan antibodi, baik dalam darah maupun pada epitelium
usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang
datang masuk kemudian. Dengan cara ini, maka frekuensi polio virus liar
dalam masyarakat dapat dikurangi.

5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak bertujuan untuk mencegah penyakit campak.
Vaksin campak diberikan 0,5 ml secara SC (sub-kutan). Pemberian pada usia
9 bulan. Imunisasi ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6
tahun).Vaksin campak dapat diberikan umur 6 bulan bila terjadi endemic.
Kontraindikasi : Demam >38ْC, riwayat kejang deman, tidak boleh
diberikan IV, vaksin yang dibuka >3 jam harus dibuang. Reaksi samping
vaksin campak : panas dan kemerahan 1-3 hari pasca penyuntikan, diikuti
bercak-bercak merah seperti penderita campak ringan.

E. Jadwal Pemberian Imunisasi


Menurut Buku KIA, jadwal pemberian imunisasi :
1. Hbo : pada saat lahir
2. BCG dan polio I : usia 1 bulan
3. Pentavalen I dan polio II : usia 2 bulan
4. Pentavalen II dan polio III : usia 3 bulan
5. Pentavalen III dan polio IV : usia 4 bulan
6. Campak : usia 9 bulan

F. Tempat Memperoleh Imunisasi


1. Rumah Sakit
2. Puskesmas
3. Rumah Bersalin
4. Posyandu
5. Praktek Dokter Anak ( Terutama Dokter Anak )
DAPUS

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Kementerian kesehatan RI.2010.Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes RI
Kementerian kesehatan RI.2010.Petunjuk Teknis Introduksi Imunisasi DPT-
HB,Hib (Pentavalen) pada bayi dan pelaksanaan Imunisasi lanjutan anak
batita.Jakarta: Kemenkes 2013
Narendra, M.S, dkk.2002.Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Edisi Pertama IDAI.Jakarta:Sagung Seto
Wafi nur. 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai