Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Masalah Kepastian Kebenaran Ilmiah


Dalam empat macam kebenaran, melahirkan 2 pandangan yang berbeda, yaitu pandangan
kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional, dan pandangan kaum empirisis
yang menekankan kebenaran empiris.
Kebenaran kaum rasionalis bersifat sementara, terlepas dari seberapa tinggi tingkat
kepastiannya karena kebenaran sebagai keteguhan dari suatu pernyataan atau kesimpulan
sangat tergantung pada kebenaran teori atau pernyataan lain. padahal, teori atau pernyataan
lain sangat mungkin salah.
Sedangkan bagi kaum empirisis, ilmu pengetahuan tidak akan pernah memberikan suatu
formulasi final dan absolute tentang seluruh universum. Pengakuan ini dalam filsafat ilmu
pengetahuan disebut falibilisme. Falibilisme tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan salah
sama sekali, melainkan bahwa ilmuwan harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah
dicapainya. Bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam
agama.

2. Falibilisme dan Metode Ilmu Pengetahuan


Falibilisme ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber yaitu sebagai konsekuensi dari
metode ilmu pengetahuan, dan dari objek ilmu pengetahuan yaitu universum alam. Indikasi
metodologis sebagai alasan dari falibilisme moderat :
a. Peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang dicapainya sendiri.
b. Fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verifikasi dan hipotesis.
c. Karena metode induksi.
d. Setiap hipotesis pada dasarnya tidak pasti.
Maka dengan keempat alasan ini kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah itu tidak
luput dari kekeliruan dan selalu terbuka pada kritik dan perbaikan.

3. Falibilisme dan Objek Ilmu Pengetahuan


Objek ilmu pengetahuan adalah peristiwa-peristiwa alam. Alam tidak berada dalam kondisi
statis, melainkan selalu mengalami evolusi. Karena itu selalu saja ada hal yang baru dan tak
terduga, bahkan oleh hukum ilmiah yang sudah ditemukan.
a. Realitas objek
1) Objek pengetahuan dapat dikatakan real jika jika mengandung tiga arti berikut.
Pertama, yang nyata berarti lepas dari pikiran manusia. Yang berarti bahwa
realitas adalah sesuatu yang berada di luar diri sendiri.
2) Kedua, meskipun dunia real yang dipelajari ilmu pengetahuan bebas dari pemikira
manusia, namun realitas itu sendiri dapat dikatakan real jka memang dapat
dikenal. Maka, dunia yang real adalah dunia yang sekalipun berada lepas dari
pikiran manusia, namun sungguh-sungguh dapat dikenal oleh pemikiran manusia.
jika tidak, maka tidak aka nada ilmu pengetahuan.
3) Ketiga, realitas yang dibicarakan ilmu pengetahuan adalah realitas public yang
menjadi perhatian banyak orang. Yaitu bukan hanya apa yang dapat dipikirkan
oleh individu, melainkan juga yang memiliki dimensi sosial sebagai objek dari
penelitian bersama. Jika kebenaran pengetahuan ilmiah tidak dapat dilihat sebagai
kenyataan public, yang diterima dan disaksikan public, maka pengetahuan akan
menjadi pendapat pribadi yang tidak dapat dipercaya.
a) Dalam hal ini, komunikasi dan bahasa memainkan peranan penting, karena:
dengan komunikasi para ilmuwan bisa saling membagi informasi dan
penemuan mereka
b) Dengan komunikasi mereka bisa saling berdiskusi, saling mengafirmasi dan
saling membantah
c) Dengan komunikas ilmu pengetahuan, baik metode maupun hasilnya, dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dengan demikian, jika
ilmu pengetahuan hanya menjadi milik pribadi tanpa bisa dikomunikasikan,
maka belum bisa diterima sebagai ilmu pengetahuan dalam arti yang
sesungguhnya.
Jika kebenaran pengetahuan ilmiah tidak dapat dilihat sebagai kenyataan
publik, yang diterima dan didiskusikan publik, maka pengetahuan akan menjadi
pendapat pribadi yang pada akhirnya bisa tidak dapat dipercaya oleh siapapun.

b. Evolusi objek pengetahuan ilmiah


Pengertian mengenai evolusi objek menyangkut dua aspek, yaitu
1) Objek pengetahuan ilmiah selalu berubah-ubah sehingga pengetahuan yang
kita capai, sekalipun sangat akurat, harus ditinjau kembali
2) Objek dari pengetahuan kita selalu berkembang kepada regularitas.
Maka dengan dua alasan tersebut, pengetahuan kita selalu rentan terhadap
kesalahan, tetapi tetap ada harapan akan tercapainya suatu pemahaman yang lebih
baik tentang alam semesta, asalkan penelitian terus dilakukan dari generasi ke
generasi
Falibilisme adalah suatu sikap kritis terhadap kebenaran ilmu pengetahuan, namun
sekaligus juga menganggap bahwa metode ilmu pengetahuan adalah yang paling dapat
dipercaya sebagai sebuah metode yang dapat menjelaskan suatu pengetahuan secara benar.
Alasan adanya falibilisme ini yaitu disebabkan oleh metode ilmiah yang bersifat tidak pasti
dan dikarenakan objek ilmu pengetahuan yang real ini selalau berubah-ubah. Namun,
sekalipun kita harus mempunyai kesadaSran akan falibilisme ini, kita harus tetap optimis dan
memandang kesalahan ilmu pengetahuan dengan cara yang lebih moderat. Yakni, sebagai
sebuah tantangan untuk terus mencari kebenaran yang baru. Dengan demikian akan tercipta
sutu falibilisme moderat yang akan semakin membawa kita kepada kebenaran.

BAB III
PENUTUP

Falibilisme adalah suatu sikap kritis terhadap kebenaran ilmu pengetahuan,


namun sekaligus juga menganggap bahwa metode ilmu pengetahuan adalah yang
paling dapat dipercaya sebagai sebuah metode yang dapat menjelaskan suatu
pengetahuan secara benar. Alasan adanya falibilisme ini yaitu disebabkan oleh
metode ilmiah yang bersifat tidak pasti dan dikarenakan objek ilmu pengetahuan
yang real ini selalau berubah-ubah. Namun, sekalipun kita harus mempunyai
kesadaSran akan falibilisme ini, kita harus tetap optimis dan memandang kesalahan
ilmu pengetahuan dengan cara yang lebih moderat. Yakni, sebagai sebuah tantangan
untuk terus mencari kebenaran yang baru. Dengan demikian akan tercipta sutu
falibilisme moderat yang akan semakin membawa kita kepada kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:
Kanisius

Anda mungkin juga menyukai