1. LOOK
Kesadaran “the talking patient” : pasien yang bisa bicara berarti airway bebas, namun
tetap perlu evaluasi berkala.
Agitasi
Nafas cuping hidung
Sianosis
Retraksi
Accessory respiratory muscle
2. LISTEN
Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan nafas setinggi faring
Gurgling (suara berkumur), menunjukkan adanya cairan / benda asing
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan nafas jalan nafas setinggi laring
(stridor inspirasi) atau setinggi trakea (stridor ekspirasi)
Hoarnes, akibat sumbatan sebagian jalan nafas setinggi faring
Afoni, pada pasien sadar merupakan pertanda buruk, pasien yang membutuhkan nafas
pendek untuk bicara menandakan telah terjadi gagal nafas
3. FEEL
Aliran udara dari mulut / hidung
Posisi trakea terutama pada pasien trauma, krepitasi
Catatan : pada kasus henti jantung, RJP berdasarkan AHA 2010, Look, Listen, Feel dihilangkan
Pada kasus trauma, Look, Listen, Feel tetap dilakukan
Pada pasien tidak sadar, penyebab tersering terjadi sumbatan jalan nafas adalah akibat hilangnya
tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini lidah jatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas
ada di bagian faring
Indikasi
- Nafas spontan
- Tidak ada reflek muntah
- Pasien tidak sadar
Komplikasi
- Obstruksi jalan nafas
- Laringospasme
- Muntah
- Aspirasi
Cara pemilihan OPA
Pangkal OPA pada sudut mulut, ujung OPA pada angulus mandibula. Apabila terlalu
kecil maka tidak dapat mendorong lidah semakin kebelakang. Apabila terlalu besar akan
melukai epiglotis, merangsang muntah dan laringospasme.
INTUBASI ENDOTRAKEA
Adalah proses memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea pasien. Bila pipa dimasukkan
melalui mulut disebut intubasi orotrakea, bila melalui hidung disebut nasotrakea.
INDIKASI
1. Henti jantung, bila ventilasi kantong napas tidak memungkinkan atau tidak efektif
2. Pasien sadar dengan gangguan pernapasan dan pemberian oksigen yang tidak adekuat
dengan alat-alat ventilasi yang tidak invasif
3. Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan napas (pasien koma)
Penderita yang mempunyai Skor GCS lebih rendah harus segera diintubasi. Penting
untuk memastikan ada tidaknya fraktur ruas tulang leher, tetapi pengambilan foto servikal
tidak boleh mengganggu atau memperlambat pemasangan airway definitif bila indikasinya
telah jelas. Apabila tidak diperlukan intubasi segera, pemeriksaan foto servikal dapat
dilakukan. Tetapi, foto servikal lateral yang normal tidak menyingkirkan adanya cedera ruas
tulang leher.
C. Spuit 20 cc.
D. Stylet (bila perlu).
E. Handsgloves steril.
F. jelly.
G. Forcep Magill (bila perlu).
H. AMBU Bag dengan kantung reservoir dihubungkan dengan sumber oksigen.
I. Plester untuk fiksasi ETT.
J. Oropharngeal Airway.
K. Alat suction dg suction catheter
L. Stetoscope.
M. Bengkok
2. Obat Emergency
- Sulfas Atropin (SA) dalam spuit
- Adrenaline dalam spuit.
3. Pasien
Informed consent mengenai tujuan dan resiko tindakan. Ingat resiko/komplikasi intubasi bisa
berakibat fatal !!!
d) Kebocoran antara kantong napas dan sungkup muka tidak akan terjadi bila
kantong napas dihubungkan dengan alat-alat bantu napas seperti pipa trakea, sungkup
laring, dan pipa esofagotrakea.
7. Posisikan pasien : ‘sniffing the morning air position’, Leher sedikit fleksi, kepala ekstensi. 1
bantal diletakkan di bawah kepala.
8. Lepaskan OPA (jika pada langkah 4 sudah terpasang). Tangan kiri memegang
laringoskop. Masukkan secara gentle pada sisi kanan mulut di atas lidah, Singkirkan
lidah ke kiri cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah di valekula.
9. Dengan elevasi laringoskop, hindari mengungkit gigi bagian atas. Hal ini akan
mengangkat epiglotis sehingga plica vocalis terlihat (warna lebih pucat), dapat juga
mematahkan gigi. Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten untuk lakukan BURP
manuver (Back, Up, Right Pressure) pada kartilago krikoid sampai terlihat plika vokalis
(menurut AHA 2010 sudah tidak direkomendasikan lagi)
10. Masukkan ETT melalui sisi kanan mulut, bimbing ujungnya masuk trakea sampai cuff
ETT melewati plika vokalis (kedalaman 23 cm pada laki-laki dan 21 cm pada wanita
dewasa)
11. Hubungkan pipa ET dengan alat ventilasi seperti bag-valve mask yang terhubung
dengan oksigen (flow 10-12 L/menit).
12. Kembangkan cuff ETT secukupnya (sampai tidak ada kebocoran udara )dengan spuit
20 cc berisi udara
13. Evaluasi pemasangan dengan mendengarkan melalui stetoskop pengembangan ke-2
paru, bila hanya terdengar suara pada salah satu paru berarti masuk ke salah satu
bronkus kempeskan cuff & tarik ET, ulangi evaluasi (jika terdengar sama pada kedua
paru, berarti sudah benar, kembangkan cuff). Bila dada tidak terlihat mengembang dan
pada auskultasi terdengar gurgling di epigastrium berarti terjadi intubasi esofagus maka
kempeskan cuff & tarik ET, ulangi pemasangan ETT.
14. Pasang OPA dengan cekungan menghadap ke atas lebih dahulu, kemudian putar 180 derajat
menyentuh palatum molle
15. Setelah yakin ET masuk dalam trakea & suara nafas terdengar sama pd kedua paru
kemudian Fiksasi ETT dengan plester
CHEKLIST AIRWAY MANAGEMENT
No Tindakan
A Fase Praorientasi
1 Mengecek catatan medis pasien
2 Persiapan alat
- Laryngoscope
- Endotracheal Tube (ETT)
- Spuit 20 cc
- Stylet (bila perlu)
- Handsgloves steril
- jelly.
- Forcep Magill (bila perlu).
- AMBU Bag dengan kantung reservoir dihubungkan dengan sumber oksigen.
- Plester untuk fiksasi ETT dan gunting
- OPA / NPA
- Alat suction dg suction catheter
- Stetoscope.
- Bengkok
3 Mencuci tangan
B Tahap Interaksi
1 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
3 Jaga privacy pasien (tutup ruangan atau tirai ruangan)
C Tahap Kerja
1 Mencuci tangan
2 Memakai alat-alat proteksi diri meliputi : topi, amsker, apron, sarung tangan,
tambahan (google, sepatu tidak tembus air)
3 Mengenali problem airway (look, listen, feel) dengan kemungkinan cedera C-spine.
Apabila terdapat suspect C-spine injury, maka pengelolaan jalan napas dasar dan
lanjut dengan C-spine protection yang meliputi manual in line stabilization atau
pemasangan cervical collar
4 Membuka jalan nafas (head tilit, chin lift, jaw trust)
Jika gagal gunakan alat bantu jalan napas dasar (OPA) perhatikan indikasi serta
kontraindikasi
5 Dilakukan pemasangan oxymetri (SPO2) bila ada kemudian berikan ventilasi tekanan
positif dan oksigenasi
- Dengan tetap melakukan ekstensi kepala, ibu jari dan jari telunjuk membentuk
huruf “C” menekan pinggir sungkup muka ke wajah pasien , sedangkan tiga
jari sisanya membentuk huruf “E” mengangkat rahang bawah. Tangan yang
lain menekan kantong napas dengan lembut dalam waktu lebih dari 1 detik
setiap ventilasi
- Satu penolong memegang sungkup dengan 2 tangan yang masing-masing
membentuk huruf “C” dengan ibu jari dan jari telunjuk, dan membentuk huruf
“E” dengan 3 jari sisanya untuk mengangkat rahang bawah. Penolong kedua
menekan kantong napas dalam waktu lebih dari 1 detik setiap ventilasi, sampai
dada terangkat.
6 Posisikan pasien : “sniffting the morning air position” leher sedikit fleksi, kepala
ekstensi. 1 bantal diletakkan di bawah kepala (bila tidak ada cidera spinal)
7 Lepaskan OPA (jika pada langkah 4 sudah terpasang), tangan kiri memegang
laringoskop. Masukkan secara gentle pada sisi kanan mulut diatas lidah, singkirkan
lidah kekiri cari epiglottis.
8 Dengan elevasi laringoskop, hindari mengungkit gigi bagian atas. Hal ini akan
mengangkat epiglottis sehingga plica vocalis terlihat (warna lebih pucat).
Bila tidak terlihat, minta bantuan aisten untuk lakukan BURP maneuver (back, up,
right pressure) pada kartilago krikoid sampai terlihat plika vokalis
9 Masukkan ETT (yang telah dilubrikasi) melalui sisi kanan mulut, bimbing ujungnya
masuk trakea sampai cuff ETT melewati plika vokalis (kedalaman 23 cm pada laki-
laki dan 21 cm pada wanita dewasa)
10 Masukkan ETT, bimbing ujungnya masuk trakea sampai cuff ETT melewati plika
vokalis, tarik stylet
11 Hubungkan pipa ETT dengan alat ventilasi seperti bag valve mask yang terhubung
dengan oksigen (flow 10-12 L/mnt)
Kembangkan cuff ETT dengan spuit 20cc berisi udara
12 Evaluasi pemasangan dengan mendengarkan melalui stetoskop pengembangan kedua
paru :
- Jika terdengar sama pada kedua paru, berarti sudah benar, kebangkan cuff
- Bila hanya terdengar suara pada salah satu paru berarti masuk ke salah satu
bronkus, tarik ETT, ulangi evaluasi
- Bila dada tidak terlihat mengembang dan pada auskultasi terdengar gurgling di
epigastrium berarti terjadi intubasi esophagus maka tarik ETT, ulangi pemasangan
ETT
13 Pasang OPA dengan cekungan menghadap ke atas lebih dahulu, kemudian putar 180
derajat menyentuh palatum molle
14 Setelah yakin ETT masuk dalam trakea dan suara nafas terdengar sama pada kedua
paru kemudian fiksasi ETT dengan plester.
D Tahap Terminasi
1 Berikan reinforcement positif
2 Dokumentasi