Anda di halaman 1dari 27

ASKEP PADA PASIEN DENGAN KETUBAN

PECAH DINA
(KPD)

Kelompok : 3

Anggota kelompok :

 NI MADE FEBRY SUARDIAN TINI


 KADEK DWI PRATIWI
 I MADE DWI WIDIANA JUWITA
 NI NYOMAN JANRIAS PURMADEWI
 GANGGA PUTRA LASMANA
 DEDEN RAHMATULLAH
 MUHAMAD HASANAIN
 SATRIONO HADI
 HARSONO
 MUHAMAD JAELANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.makalah yang berjudul “Asuhan keperewatan
Ketuban Pecah Dini ”. Makalah ini bertujuan untuk membantu dan menjelaskan tentang ketuban
pecah dini pada masa kehamilan.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh karena itu, kami sangat berharap masukan
berupa kritik dan saran dari dosen pembimbing agar makalah ini menjadi lebih baik.

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii
BAB 1 PENDAHULIAN………………………………………………………………. 1
A. Latar belakang…………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2
C. Tujuan…………………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………... 3

A. Anatomi fisiologi ……………………………………………………………… 3


B. Definisi ……………………………………………………………………………. 4
C. Etiologi ……………………………………………………………………….. 5
D. Tanda dan gejala …………………………………………………………….... 6
E. Patofisiologi ………………………………………………………................. 6
F. Pathway ……………………………………………………………………….…… 7
G. Manefestasi klinis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . 8
H. Komplikasi ……………………………………………………...………….……. .. 9
I. Penatalaksanaan …………………………………………………………………… 10
J. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………………….. 11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………….. 12
Analisa data…………………………………………………………………….. 17
Diagnose ……………………………………………………………………….. 18
Perencanaa keperawatan ………………………………………………………. 18
Implementasi …………………………………………………………………… 22

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………… 23
Kesimpulan …………………………………………………………………………. 23
Saran…………………………………………………………………………………. 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Prawirohardjo, 2008).

Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian
ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan
pasca persalinan,sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%)
komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya
(8%) (Wikjosastro, 2008).

Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% -
55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan
KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari KPD ?
b. Apakah penyebab KPD ?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari KPD ?
d. Bagaimana Anatomi Fisologi KPD?

1
e. Bagaimana Patofisologi KPD?
f. Bagaimana penatalaksanaan KPD?
g. Bagiamana asuhan keperawatan pada klien dengan KPD?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa
kehamilan.

2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada
masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestas iklinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Asuhan keperawatan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Fisiologi

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc
1) Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya
agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya
albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam
anorganik.Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui
apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin
pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-
paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin
atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena
telah bercampur dengan mekonium.

 Fungsi Air Ketuban


1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira
350-500 cc.
 Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion

3
4. Asal campuran (mixed origin)

A. DEFINISI

Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onsetof
labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum permulaan
persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar (1998) mengatakan bahwaKPD
adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primikurang dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003) mendefinisikanKPD sebagai
ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan.Ketuban Pecah
Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi
pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu(Cunningham, McDonald, Gant, 2003).

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan


berlangsung(Manuaba, 2003).Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruanganyang berada
diantara amnion korion(Constance Sinclair, 2010). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadilebihdari 12 jam
sebelumwaktunyamelahirkan.Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan.70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan.KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

4
B. ETIOLOGI

Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekaninfeksi(Mochtar, 2002).Penyebab
ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau meningkatnya tekanan
intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan membran disebabkan
adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).

Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :


1. Servik inkompetenyaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanyapeningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri
internumpada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangitekanan terhadap membrane bagian bawah.kemungkinan kesempitan
panggul, perut gantung, sepalopelvik,disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya ketuban pecah dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI RSCM(2012),


penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion

5
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:


1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi (hidramnion,
kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang, sunsang, atau
pendular abdomen(Manuaba, 2009).

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
"mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering dan terjadi Inspekulo yaitu tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan ketuban sudah kering.

D. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksikontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganismeservikovaginal, menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat
6
meningkatkankonsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan
pelepasan PGE2dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium.
Pada infeksi jugadihasilkan produk sekresi akibat aktivasi monosit/ makrofag, yaitu
sitokin, interleukin 1,factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor
yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan
amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk
ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sesl-sel desidua untuk memproduksi
sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lainterjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkankelemahan dan ruptur kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal komensal
dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan. Kekuatan tegangan kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapatmemecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada
kulitketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.Enzim hidrolitik
lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase yangdihasilkan netrofil dan
makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasimanusia juga menguraikan
aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi penyebab
ketuban pecah dini

7
E. PATHWAY

8
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.

G. KOMPLIKASI
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan bayi adalah meningkatnya mortalitas
dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :
1. Terhadap janinWalaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkinsudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan
mortalitasdan morbiditas perinatal. Janin yang mengalami takhikardi mungkin
mengalamiinfeksi intrauterin.
2. Terhadap ibuKarena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bilaterlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis(nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry ± labor. Ibu akan merasa lelah

9
karenaterbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan
nampaklahgejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian dan
angkamorbiditas pada ibuKetuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara
dunia luar danruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden.
Salahsatu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar
dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama
periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas
dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibudan bayi atau janin
dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya infeksi bila suhuibu 38oC, air ketuban
yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3

H. PENATALAKSANAAN
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan


tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar
peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).

10
4. Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin
cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan
kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
5. Menghadapi KPD, diperlukan KIM(Komunikasi, Informasi, Motivasi) terhadap ibu
dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
6. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal
dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan
paru melalui perbandingan L/S
7. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24
jam, bila tidak terjadi his spontan.

I . PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
1. USG
2. Leukosit dan suhu badan (37,5 derajat celsius)
untuk menilai adanya infeksi
(leukositosis). (6,7,9)
3. Pemantauan kesejahteraan janin
4. Pemeriksaan laboratorium, contoh : TORCH,

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa
keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan
yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 1 hari ganti pembalut 2-3 kali
Lama haid : 7 hari

Riwayat kehamilan

12
Hamil yang pertama.
Riwayat hamil ini
H.P.H.T : 12 Desember 2013
H.P.L : 17 September 2014
Umur Kehamilan : 40 Minggu
Riwayat laktasi
Ibu mengatakan belum pernah menyusui sebelumnya.
Riwayat KB
Sebelum hamil ibu tidak KB karena ini adalah anak pertama rencananya setelah
melahirkan menggunakan KB suntik.

Riwayat Kebiasaan sehari-hari


NO POLA – POLA SEBELUM MASUK RS. SELAMA DI RS.
1. Pola Nutrisi
v Makan 3 x sehari (porsi sedang, nasi, Belum makan
sayur, lauk, tempe, telur, pindang) apapun.

v Minum + 6 gelas / hari : air putih. Teh. minum


secukupnya

2. Pola Eliminasi
v BAK 7-8 sehari warna kuning, bau khas 1x saat di lakukan
amoniak. pengkajian
v BAB 2x sehari, warna kuning, lembek, Belum BAB
bau khas.
3. Istirahat Tidur
v Tidur Malam tidur siang 8 jam Hanya tidur 6 jam
dan terkadang
terbangun
v Tidur Siang tidur malam 1 jam Tidak bisa tidur
4. Pola Personal Hygiene Mandi 2x sehari, gosok gigi, ganti Hanya di sibin

13
baju 2x sehari. oleh keluarganya
5. Pola Aktivitas Pasien menjalankan pekerjaannya Klien hanya
sebagai ibu rumah tangga. berbaring di
tempat tidur

3. Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita
takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
14
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga
aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

8. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses
menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
e. Hidung

15
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan
papila mamae.Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran,
putting susu menonjol, tidak ada pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada,
aerola berwarna kehitaman.colostrum keluar sejak usia kehamilan 8 bulan
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
a) Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan
b) Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold I : Tinggi fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus xypodseus
atau 32 cm dari simpisis pubis sampai procesus xypoideus.
Leopold II : Letak janin punggung kanan ( PUKA )
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah letak kepala
Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya
sebagian kecil dari kepala turun kedalam rongga panggul.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta

16
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

ANALISA DATA
NO DATA DASAR PENYEBAB MASALAH
DS:
1 DS :
v Ibu selalu menanyakan bagaimana Cemas Kurang pengetahuan
keadaan bayinya dan kapan lahir. tentang KPD
DO DO:
v Ibu nampak putus asa. Tidak mengetahui
Didapatkan TTV akibat dan dampak
 TD : 120/80 mmHg KPD
 Suhu : 36,50C
 Nadi : 88x/menit
 RR : 22x/menit
2 DS :
v Ibu mengatakan nyeri perut bagian Adanya kontraksi Nyeri Akut
bawah yang menjalar ke pinggang uterus / his
DO :
v Ibu nampak kesakitan saat timbul his
v selalu memegangi perut ketika timbul Mengritasi nervus
nyeri pudendalis
 TFU : 32 cm
 Kontraksi : 2x/10menit Lama 20-
Menstimulus Nyeri
40 detik, sedang
 TD : 120/80 mmHg
 Suhu : 36,50
 Nadi : 88x/menit

17
 RR : 22x/menit

3 DS :
klien mengatakan usia kehamilan 9 Ketuban Pecah dini Resiko infeksi
bln, os mengatakan keluarnya cairan
pervaginam 18 jam sebelum di rujuk
ke rumah sakit Tidak ada pelindung
DO : di dalam rahim
keadaan umum lemah, pada
pemeriksaan dalam ketuban sudah
tidak ada, pembukaan 3-4 cm
 TD : 120/80 mmHg
 Suhu : 38.0C
 Nadi : 88x/menit
 RR : 22x/menit

B. DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim

2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

3. Kurang Pengetahuan Megenai KPD berhubungan dengan kurang terpajan


informasi

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1.Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan § Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri

18
Ketegangan otot rahim § pain control, secara komprehensif termasuk
DS: § comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan frekuensi, kualitas dan faktor
DO: keperawatan selama 2x24 presipitasi
- Posisi untuk menahan jam Pasien tidak mengalami Observasi reaksi nonverbal
nyeri nyeri, dengan kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
- Tingkah laku berhati- - Mampu mengontrol nyeri Bantu pasien dan keluarga
hati (tahu penyebab nyeri, untuk mencari dan
- Gangguan tidur (mata mampu menggunakan menemukan dukungan
sayu, tampak capek, sulit tehnik nonfarmakologi Kontrol lingkungan yang
atau gerakan kacau, untuk mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
menyeringai) mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
- Terfokus pada diri - Melaporkan bahwa nyeri pencahayaan dan kebisingan
sendiri berkurang dengan Kurangi faktor presipitasi
- Fokus menyempit menggunakan manajemen nyeri
(penurunan persepsi waktu, nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri
kerusakan proses berpikir, - Mampu mengenali nyeri untuk menentukanintervensi
penurunan interaksi dengan (skala, intensitas, frekuensi Ajarkan tentang teknik non
orang dan lingkungan) dan tanda nyeri) farmakologi: napas dala,
- Tingkah laku distraksi, - Menyatakan rasa nyaman relaksasi, distraksi, kompres
contoh : jalan-jalan, setelah nyeri berkurang hangat/ dingin
menemui orang lain - Tanda vital dalam rentang Berikan analgetik untuk
dan/atau aktivitas, aktivitas normal mengurangi nyeri: ……...
berulang-ulang) - Tidak mengalami Tingkatkan istirahat
- Respon autonom gangguan tidur Berikan informasi tentang
(seperti diaphoresis, nyeri seperti penyebab nyeri,
perubahan tekanan darah, berapa lama nyeri akan
perubahan nafas, nadi dan berkurang dan antisipasi
dilatasi pupil) ketidaknyamanan dari
- Perubahan autonomic prosedur
dalam tonus otot (mungkin Monitor vital sign sebelum

19
dalam rentang dari lemah dan sesudah pemberian
ke kaku) analgesik pertama kali
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
2.Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Megenai KPD v Kowlwdge : disease process · Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan dengan v Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
kurang terpajan informasi Setelah dilakukan · Jelaskan patofisiologi dari
DS: Menyatakan secara tindakan keperawatan penyakit dan bagaimana hal
verbal adanya masala selama …. pasien ini berhubungan dengan
DO: ketidakakuratan menunjukkan anatomi dan fisiologi, dengan
mengikuti instruksi, pengetahuan tentang cara yang tepat.
perilaku tidak sesuai proses penyakit dengan · Gambarkan tanda dan
kriteria hasil: gejala yang biasa muncul pada
v Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang
menyatakan pemahaman tepat
tentang penyakit, kondisi, · Gambarkan proses
prognosis dan program penyakit, dengan cara yang
pengobatan tepat
v Pasien dan keluarga mampu · Identifikasi kemungkinan
melaksanakan prosedur yang penyebab, dengan cara yang
dijelaskan secara benar tepat
v Pasien dan keluarga mampu · Sediakan informasi pada
menjelaskan kembali apa yang pasien tentang kondisi, dengan
dijelaskan perawat/tim cara yang tepat
kesehatan lainnya · Sediakan bagi keluarga

20
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
· Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
· Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
· Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepa
3. Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko : § Immune Status - Pertahankan teknik
- Prosedur Infasif § Knowledge : Infection aseptif
- Kerusakan jaringan control - Batasi pengunjung bila
dan peningkatan paparan § Risk control perlu
lingkungan Setelah dilakukan tindakan - Cuci tangan setiap
- Malnutrisi keperawatan selama…… sebelum dan sesudah tindaka
- Peningkatan paparan pasien tidak mengalami nkeperawatan
lingkungan patogen infeksi dengan kriteria hasil: - Gunakan baju, sarung
- Imonusupresi a. Klien bebas dari tanda dan tangan sebagai alat pelindung
- Tidak adekuat gejala infeksi - Ganti letak IV perifer
pertahanan sekunder b. Menunjukkan kemampuan dan dressing sesuai dengan
(penurunan Hb, untuk mencegah timbulnya petunjuk umum
Leukopenia, penekanan infeksi - Gunakan kateter
respon inflamasi) c. Jumlah leukosit dalam batas intermiten untuk menurunkan
- Penyakit kronik normal infeksi kandung kencing
- Imunosupresi d. Menunjukkan perilaku - Tingkatkan intake nutrisi
- Malnutrisi - hidup sehat - Berikan terapi
Pertahan primer tidak e. Status imun, antibiotik:.................................

21
adekuat (kerusakan kulit, gastrointestinal, genitourinaria - Monitor tanda dan gejala
trauma jaringan, gangguan dalam batas normal infeksi sistemik dan lokal
peristaltik - Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Monitor adanya luka
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

E. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawatdan harus menjunjung tinggi harkat
dan martabat sebagai manusia yang unik.

22
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan serviks(Saifudin,
2000). Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan
pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan
sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan
gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.

B. SARAN
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan
yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.(1998).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma,Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko


Tinggi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta : Media


Aesculapius

24

Anda mungkin juga menyukai