ID Peserta :-
No. ID Wahana :-
Obyektif Presentasi
2. Riwayat kesehatan/penyakit :Riwayat DM (-), Hipertensi (+) dengan amlodipin 1x10mg namun
tidak teratur, sakit jantung (+), asma (-), sakit ginjal (-), sakit kuning (-)
Alergi (-), Riwayat batuk-batuk dan pilek sebelumnya(-)
3. Riwayat alergi : -
5. Riwayat psikososial : -
6. Lain – lain : -
Hasil Pembelajaran :
Subyektif : Perempuan 48 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari diperberat dengan
aktifitas berat dan posisi terlentang. Sesak napas diperingan dengan posisi duduk. Pasien kadang
terbangun malam hari karena sesak. Pasien tidak pernah ada bengkak di tubuhnya, nyeri dada
disangkal, pasien batuk tidak berdahak. Anggota keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan
serupa.
1. Objektif :
a. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran / GCS : CM / E4V5M6
Vital Sign
Tekanan darah : 200/150 mmHg
Denyut Nadi : 120x / menit, teratur, kuat angkat
Pernafasan : 40 kali/ menit, teratur
Suhu aksila : 37,0 oC
Kepala : normochepali
Rambut : warna hitam
Wajah : simetris
Kulit : turgor baik, petekie (-), ekimosis (-)
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokhor, RCL / RCTL : +/+, ptosis (-)
Telinga : normotia
Hidung : sekret -/-, hiperemis -/-, darah (-)
Mulut : perdarahan gusi (-), mukosa lembab
Leher : trakea lurus di tengah, KGB tidak membesar
Paru :
Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonkii+/+, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas kiri : dua jari dari ICS V linea midklavikularis sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-) , CRT < 2, Nyeri tekan (+/-)
Hematokrit 41.8 % 37 – 46
Interpretasi:
- Trakea di tengah, terbuka
- Jantung : CTR lebih dari 50% , aorta baik
- Paru : tampak kranialisasi,, tidak ditemukan infiltrat
- Tulang-tulang dan jaringan lunak dinding dada tampak baik
- Diafragma tidak mendatar, sinus kostofrenikus tumpul, fisura minor tervisualisasi
Kesan: Kardiomegali, edema paru, efusi pleura
2. Assessment :
Edema paru adalah peningkatan cairan di paru yang disebabkan oleh ekstravasasi cairan dari pembuluh
darah pulmonal menuju ruang interstisial dan alveoli paru. Adanya cairan tersebut akan menyebabkan
gangguan pertukaran udara di alveoli secara progresif dan mengakibatkan hipoksia. Edema paru terjadi
dikarenakan aliran cairan dari pembuluh darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli
paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik 1,3.
Edema paru terjadi ketika cairan yang disaring ke paru lebih cepat dari cairan yang dipindahkan.
Penumpukan cairan menjadi masalah serius bagi fungsi paru karena efisiensi perpindahan gas di alveoli
tidak bisa terjadi. Struktur paru dapat menyesuaikan bentuk edema dan yang mengatur perpindahan
cairan dan protein di paru menjadi masalah yang klasik 3.
Peningkatan tekanan edema paru disebabkan oleh meningkatnya keseimbangan kekuatan yang
mendorong filtrasi cairan di paru. Fitur penting dari edema ini adalah keseimbangan aliran cairan dan
protein ke dalam paru utuh secara fungsional. Peningkatan tekanan edema sering disebut kardiogenik,
tekanan tinggi, hidrostatik, atau edema paru sekunder tapi lebih efektifnya disebut keseimbangan edema
paru terganggu karena tahanan keseimbangan pergerakan antara cairan dan zat terlarut di dalam paru
1,4
.
2.2 Patofisiologi
Edema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika cairan dari bagian
dalam pembuluh darah merembes kedalam jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini
dapat terjadi karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup protein dalam
aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak mengandung sel-sel
darah) 3,4.
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru. Area yang ada diluar
pembuluh darah kapiler paru ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut
alveoli. Ini adalah tempat dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan
karbondioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli
normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan
biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya. Edema paru
terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan cairan yang merembes keluar dari pembuluh darah dalam paru
sebagai ganti udara. Ini dapat menyebabkan persoalan pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida),
berakibat pada kesulitan bernapas dan oksigenasi darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk
sebagai “air di dalam paru” ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien 3,4.
Faktor-faktor yang membentuk dan merubah formasi cairan di luar pembuluh darah dan di dalam
paru di tentukan dengan keseimbangan cairan yang dibuat oleh Starling.
Qf = Kf ⌠(Pmv – Ppmv) – σ(πmv - πpmv)⌡
dimana Qf = aliran cairan transvaskuler; Kf = koefisien filtrasi; Pmv = tekanan hidrostatik pembuluh
kapiler; Ppmv = tekanan hidrostatik pembuluh kapiler intersisial; σ = koefisien refleksi osmosis; πmv
= tekanan osmotic protein plasma; πpmv = tekanan osmotic protein intersisial 4.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru dapat terjadi pada Peningkatan tekanan vena paru
tanpa adanya gangguan fungsi ventrikel kiri (stenosis mitral); Peningkatan tekanan vena paru sekunder
oleh karena gangguan fungsi ventrikel kiri; Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh karena
peningkatan tekanan arteri pulmonalis 4.
Penurunan tekanan onkotik plasma pada hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal,
hati, atau penyakit nutrisi 4.
Peningkatan tekanan negatif interstisial pada pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi
pleura (unilateral); Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi saluran napas akut
bersamaan dengan peningkatan volume akhir ekspirasi (asma) 4.
2.3 Klasifikasi
Edema paru dapat disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan dengan
gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema (edema paru kardiak), atau dihubungkan pada
sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema (edema paru nonkardiak) 1,4.
Secara patofisiologi penyakit dasar penyebab edema paru kardiak dibagi menjadi 3 kelompok :
Peningkatan afterload (Pressure overload) : terjadi beban yang berlebihan terhadap ventrikel pada saat
sistolik. Contohnya ialah hipertensi dan stenosis aorta; Peningkatan preload (Volume overload) : terjadi
beban yang berlebihan saat diastolik. Contohnya ialah insufisiensi mitral, insufisiensi aorta, dan penyakit
jantung dengan left-to-right shunt (ventricular septal defect); Gangguan kontraksi otot jantung primer :
pada infark miokard akut jaringan otot yang sehat berkurang, sedangkan pada kardiomiopati kongestif
terdapat gangguan kontraksi otot jantung secara umum 2,4.
Penyebab edema paru non kardiak secara patofisiologi dibagi menjadi : Peningkatan permeabilitas
kapiler paru (ARDS) : tenggelam, inhalasi bahan kimia, dan trauma berat; Peningkatan tekanan kapiler paru
: pada sindrom vena kava superior, pemberian cairan berlebih, dan transfusi darah; penurunan tekanan
onkotik plasma : sindrom nefrotik dan malnutrisi 5.
Gambaran klinis dapat dicari dari keluhan, tanda fisik dan perubahan radiografi (foto toraks).
Gambaran dapat dibagi 3 stadium, meskipun kenyataannya secara klinik sukar dideteksi dini 6.
Stadium 1 ditandai dengan distensi pembuluh kapiler paru yang prominen akan memperbaiki
pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini
mungkin hanya berupa sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan,
kecuali ronki pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi 6.
Pada stadium 2 terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur,
demikian pula hilus juga menjadi kabur. Garis-garis yang memanjang dari hilus ke arah perifer (garis
Kerley A), septa interlobularis (garis Kerley B) dan garis-garis yang mirip sarang laba-laba pada bagian
tengah paru (garis Kerley C) menebal. Penumpukan cairan di jaringan intersisial, akan lebih
memperkecil saluran napas bagian kecil, terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi.
Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat takipnea. Meskipun hal ini merupakan
tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga
penumpukan cairan intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit
perubahan saja 6.
Pada stadium 3 terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi hipoksemia dan
hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan
volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt 6.
Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia
dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin harus digunakan dengan hati-hati 6.
Efek dari sumbatan pembuluh darah dan edema pada fisiologi dan mekanis paru 1,6
Sumbatan vaskuler
Peningkatan kapasitas difusi
Peningkatan PO2 arteri
± penurunan komplians paru
Bronkokonstriksi
Edema intersisial
Peningkatan volume akhir
Penurunan aliran ekspirasi maksimal
Peningkatan kesalahan ventilasi dan perfusi
Penurunan PO2 arteri
Edema alveolar
Peningkatan volume akhir (udara terjebak)
Peningkatan tahanan pembuluh darah
Penurunan volume paru (kapasitas vital dan inspirasi)
Penurunan komplians paru
Penurunan kapasitas difusi
Gangguan fungsi sistolik dan/atau diastolik ventrikel kiri, stenosis mitral atau keadaan lain yang
menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri dan kapiler paru yang mendadak tinggi akan
menyebabkan edema paru kardiak dan mempengaruhi pemindahan oksigen dalam paru sehingga
tekanan oksigen arteri menjadi berkurang. Di lain pihak rasa seperti tercekik dan berat pada dada
menambah ketakutan penderita sehingga denyut jantung dan tekanan darah meningkat yang
menghambat lebih lanjut pengisian ventrikel kiri. Kegelisahan dan napas yang berat semakin
menambah beban jantung yang selanjutnya lebih menurunkan fungsi jantung oleh karena adanya
hipoksia. Apabila lingkaran setan ini tidak segera diputus penderita akan meninggal 6.
Posisi penderita biasanya lebih enak duduk dan terlihat megap-megap. Terdapat napas yang
cepat, pernapasan cuping hidung, tarikan otot interkostal dan supraklavikula saat inspirasi yang
menunjukkan tekanan intrapleura yang sangat negatif saat inspirasi. Penderita sering berpegangan pada
samping tempat tidur atau kursi supaya dapat menggunakan otot pernapasan sekunder dengan balk.
Penderita mengeluarkan banyak keringat dengan kulit yang dingin dan sianotik menunjukkan isi
semenit yang rendah dan peningkatan rangsang simpatik 6.
Auskultasi pada permukaan terdengar ronki basah basal halus yang akhimya ke seluruh paru,
apabila keadaan bertambah berat: mungkin terdengar pula wheezing. Auskultasi jantung mungkin sukar
karena suara napas yang ramai, tetapi sering terdengar suara 3 dengan suara pulmonal yang mengeras
6
.
Rontgen dada, foto polos dada merupakan pemeriksaan laboratorium yang praktis untuk
mendeteksi edema paru. Kerugiannya adalah kurang sensitif dalam mendeteksi perubahan kecil cairan
paru dan hanya bersifat semikuantitatif 6,7.
Gambaran radiologi yang ditemukan : Pelebaran atau penebalan hilus (pelebaran pembuluh darah
di hilus); Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral); Kranialisasi vaskuler; Hilus suram (batas
tidak jelas); fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul milier); gambaran air
bronchogram terlihat pada beberapa kasus edema paru 6,7.
Bat edema sayap mengacu pada distribusi, pusat nongravitational edema alveolar. Hal ini terlihat dalam waktu
kurang dari 10% kasus edema paru dan umumnya terjadi dengan cepat mengembangkan gagal jantung parah
seperti terlihat pada insufisiensi mitral akut (berhubungan dengan ruptur otot papilaris, infark miokard besar,
dan katup leaflet kehancuran akibat endokarditis septik ) atau gagal ginjal. Pada edema sayap kelelawar, korteks
paru bebas dari cairan alveolar atau interstisial. Kondisi patologis berkembang begitu cepat bahwa itu awalnya
diamati sebagai alveolar yang menyusup, dan fase interstisial sebelumnya yang biasanya terlihat pada edema
paru tidak terdeteksi radiologis 12.
Edema paru dengan asma akut adalah suatu kondisi patologis jarang terjadi karena udara terperangkap terkait
cenderung mempertahankan tekanan intraalveolar positif, sehingga menurunkan gradien tekanan hidrostatik.
Patogenesis dapat dikaitkan dengan tingkat keparahan dari manuver Müller (yaitu, inspirasi paksa sebagai
pasien berjuang untuk menghirup). Edema paru dengan asma akut telah dilaporkan dalam satu seri dari delapan
anak 14. Selama inspirasi pasang surut, anak-anak dengan episode asma akut telah terbukti memiliki sangat
tinggi tekanan negatif inspirasi puncak (rata-rata -29 cm air) dibandingkan dengan mereka pada subyek sehat
(rata-rata -7 cm). Selanjutnya, telah menunjukkan bahwa tekanan pleura mean nyata menurun selama respirasi
pasang seluruh, mencapai -25,5 cm air dibandingkan dengan -5 cm pada subyek sehat (14 ). Tekanan pleura
negatif yang tinggi selama episode asma akut membantu mempertahankan patensi saluran udara menyempit.
Figure 4. Pulmonary edema with acute asthma in a 3-year-old child. Chest radiograph demonstrates
heterogeneous pulmonary edema associated with peribronchial cuffing, ill-defined vessels, enlarged and ill-
defined hila, and alveolar areas of increased opacity.
Figure
7a,b. Heroin-induced pulmonary edema in a 19-year-old male addict with ARDS. (a) Chest radiograph reveals
massive diffuse pulmonary edema. (b) Chest radiograph obtained 27 hours later reveals substantial resolution
of the pulmonary edema, which is only possible in the absence of DAD. Intubation and positive pressure
ventilation may have partially influenced the edematous change.
Kesimpulan diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
2. Hipertensi Emergensi
3. Hipokalemia
4. Plan :
Diagnosis
Edema Paru Akut sudah dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
Pengobatan
Diagnosis Kerja
1. Edema paru akut ec CHF
2. old miocard infarct anterior
3. Hipertensi emergensi
4. Hipokalemia
Penatalaksanaan
UGD
Medika mentosa:
- O2 nasal kanul 3 lpm
- captopril 12,5 mg p.o
- furosemid 2 x 40 mg iv
ICU
Medika mentosa
- amlodipin 1x10 mg p.o
- captopril 2x25 mg p.o
- aspar-K 3x1 tab p.o
- bisoprolol 1x2,5 mg p.o
- furosemid 2x 40 mg ampul iv
Non-medika mentosa
- O2 nasal kanul 3 lpm
- posisi 1/2 duduk
- restriksi cairan maksimal 1000 cc/24 jam
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam