PENDAHULUAN
1
dengan sampel sebanyak 200 orang dimana didapatkan hasil bahwa 27% responden berperilaku
seksual beresiko berat, 73% responden berperilaku seksual beresiko ringan, dan 2.5% telah
melakukan hubungan seksual. Penelitian serupa dilakukan oleh Nursal (2008) terhadap 350
pelajar SMA Negeri di Sumatera Barat. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sebanyak 58
orang (16.6%) pelajar SMA Negeri Suamtera Barat berperilaku seksual beresiko, dan 15 orang
(4.3%) diantaranya telah melakukan hubungan seksual. Penelitian tentang perilakus seks
dilakukan secara lebih rinci oleh kamelia (2007) terhadap 182 pelajar SMA di Sumatera Barat
yang menemukan berbagai bentuk perilakuseksual seperti bergandengan tangan, berpelukan,
cium kering, cium basah, onani, masturbasi, bercumbu, sampai kepada berhubungan seks.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahredi (2010) juga memperlihatkan bahwa perilaku seksual
siswa SMA di Sumatera Barat sekitar 40% sudah tergolong tidak baik/menyimpang.
Pengetahuan tampaknya memiliki hubungan terbalik dengan perilaku seksual beresiko
pada remaja karena berdasarkan penelitian-penelitan diatas masalah kesehatan reproduksi lebih
banyak dimiliki oleh remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang reproduksi.
Sebagai contoh, remaja yang beperilaku seksual tidak baik lebih banyak ditemukan pada
mereka yang tidak tahu bahwa kehamilan dapat terjadi dengan satu kali berhubungan seksual
atau yang tidak tahu mengenai gejala IMS dan cara penularannya.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi remaja, khususnya mengenai kesehatan
reproduksi maka dirasakan perlunya pendekatan secara komprehensif dan multidisiplin. Orang
tua, teman sebaya, sekolah atau lembaga pendidikan, pemuka agama maupun pemuka
masyarakat turut berpengaruh terhadap upaya peningkatan kesadaran reproduksi remaja. Untuk
mewujudkan peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi tersebut
dibutuhkan suatu tindakan nyata. Oleh karena itu, kami dokter internsip periode 18 Mei - 18
September 2017 melaksanakan kegiatan berupa penyuluhan dan sesi tanya jawab mengenai
kesehatan reproduksi kepada remaja, khususnya remaja di nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
karena masih tinggi nya angka pernikahan dini disana, sekitar 65 % masyarakatnya menikah
di umur 17 tahun. Ini terjadi karena kurang pengetahuan tentang masalah kesehatan remaja.
Bahkan sebagian masyarakat beranggapan wanita diatas 20 tahun sudah terlalu tua untuk
menikah sehingga meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal yang diakibatkan oleh kehamilan diusia remaja.
I.3. Tujuan
Tujuan Umum
Mensosialisasikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya sebagai upaya agar remaja mampu menjaga dan mempertahankan kesehatan
reproduksi secara mandiri.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya tentang kesehatan reproduksi.
2. Membentuk kader remaja retaseli “remaja takwa sehat dan peduli” di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya.
3. Memberikan seminar kepada kader remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
tentang kesehatan reproduksi dan cara memelihara kesehatan organ reproduksi.
4. Melakukan kegiatan promotif dengan pembuatan poster tentang kesehatan reproduksi
dan penyakit menular seksual serta kegiatan penyuluhan lain kepada seluruh remaja di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya.
5. Melakukan evaluasi terhadap program dan bekerja sama dengan kader retaseli untuk
memantau (monitoring) perkembangan perilaku kesehatan reproduksi remaja di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya.
6. Melaksanakan tugas program dokter internsip tahun 2017.
I.4. Manfaat
Program ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai gambaran umum
perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya tentang
kesehatan reproduksi sehingga dapat digunakan sebagai data acuan untuk melaksanakan
3
tindakan pencegahan dan penanggulangan perilaku menyimpang yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya.
Mini project ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas
promosi kesehatan remaja Puskesmas Koto Baru terutama dalam bidang kesehatan reproduksi
remaja. Dengan meningkatnya kualitas promosi kesehatan remaja, maka kualitas pelayanan
Puskesmas Koto Baru pun akan bertambah baik pula.
4
BAB II
ANALISIS SITUASI
5
Gambar: Peta Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
6
- SMA 2, SMKN 1dan MAN 1
- Pondok Pesantren 6
- Perguruan Tinggi 1
Kantor atau Dinas (lintas sektoral ) yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Koto
Baru:
1. Kantor Camat Koto baru
2. Polsek Koto Baru
3. Koramil Koto Baru
4. UPTD Pendidikan
5. UPTD Pertanian
6. Kantor Urusan Agama
7
- Poskesri : 5 buah
- Polindes :1 buah
- Mobil Ambulance : 2 buah
- Kendaraan roda dua : 5 buah
- Rumah Dinas : 6 buah
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem
reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-
mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural.
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam
terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.
Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup
10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka
yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang
penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling
berat. Menurut Bisri (1995), remaja adalah mereka yang telah meningalkan masa kanak-kanak
yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.
a. Dimensi Biologis
9
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki
kemampuan untuk bereproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi,
sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan
fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh
rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam
suara,tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul
jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal
pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations).Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Sosial
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif
10
lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
11
1. Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan
klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian
mengalami atrofi. Dibagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih
saja.
2. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur di
tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang
setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
3. Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di kanan
kirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan
aktifitas seksual.
4. Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil
dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai
tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu
mengelupas setelah menstruasi.
5. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai tempat
melintasnya sel telur/ovum.
6. Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen
dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.
12
Fungsi Organ:
Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia
10- 14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai berpengaruh
kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Hormon
ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap
bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan
menuju uterus lewat tuba uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa
menopause, kemudian tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon
ini sehingga payudara akan membesar.
b. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin
pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat
aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada
bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut
uretra.
2. Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan,
berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
Organ reproduksi bagian dalam:
1. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-kecil
membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
2. Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa, berjumlah 2 buah.
3. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental yang
memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.
4. Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk kehidupan sel
spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi
produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.
13
Gambar: anatomi organ reproduksi pria
Fungsi Organ:
Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai saat pubertas
sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut antara lain:
1. Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
2. Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh
hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig dalam testis.
14
4. Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat menyebabkan iritasi.
Gunakan pantyliner hanya saat mengalami keputihan saja.
5. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan kering sehingga tak
menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali
karena darah yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman.
6. Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan
mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan
membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur.
Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.
7. Cukur rambut kemaluan secara berkala.
8. Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan
konsumsi makanan bergizi seimbang.
a. Ciri primer
Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi. Menstruasi pertama disebut
menarche. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu saat lapisan endometrium
terlepas dari uterus. Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu
memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama yaitu testosterone.
Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu dengan mengalami mimpi basah. Mimpi
basah merupakan peristiwa alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya.
b. Ciri sekunder
Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu:
1. Sel-sel lemak didistribusikan keseluruh tubuh
2. Payudara mulai menonjol
3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar
4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin
5. Muka cenderung tumbuh jerawat
6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak ejakulasi
Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:
1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar
2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian wajah tertentu
3. Suara memberat, tumbuh jakun
4. Betis memanjang
5. Pinggul menyempit
Kehamilan
16
Kehamilan diawali dengan fertilisasi yaitu proses dimana sel telur dan sperma bersatu
membentuk zigot. Implantasi (penempelan embrio di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah
ovulasi. Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan
siklus menstruasi terakhir.
Tanda-tanda tak pasti kehamilan:
1. Terlambat haid
2. Perubahan pada payudara (membesar dan tegang)
3. Ngidam
4. Mual dan muntah
5. Sering kencing
6. Pigmentasi kulit
7. Konstipasi atau obstipasi
Tanda pasti kehamilan:
1. Adanya gerakan janin dalam rahim
2. Denyut jantung janin
3. Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama.Tahap
pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan pembukaan serviks
sempurna.Tahap kedua adalah pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah
bayi keluar dengan sempurna.
Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan salah satu
faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko
dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu
hamil lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40
tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan
dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau
terlalu tua.
17
a. Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam
merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah,
maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur.Remaja perempuan
lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena
organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
18
salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri
dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga
menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak
aman. Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan
dalambuku Facts of Life yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahanhebat pada saat kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya
rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak
histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan bunuh diri.
19
Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore, vaginosis
bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole,
granuloma inguinale,dan Acquired immune deficiency syndrom (AIDS).
20
Kebutuhan riil remaja terkait hak mendapatkan informasi akurat tentang seksualitas
dan kesehatan reproduksi ini kadang juga dibedakan berdasarkan variasi kelompok. Misalnya,
kebutuhan remaja desa berbeda dengan remaja kota. Kerentanan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) antara ’remaja jalanan’ (anak jalanan) dan remaja sekolah juga berbeda. Remaja
yang bekerja sebagai buruh pabrik juga mempunyai karakteristik dan masalah- masalah yang
berbeda dengan remaja yang bekerja di sektor informal, dan sebagainya. Sehingga pemenuhan
kebutuhan ini butuh disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya yang dihadapi masing-
masing remaja.
Namun demikian, secara umum kebutuhan riil menyangkut hak dasar remaja akan
informasi terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi itu, antara lain sebagai berikut :
a. Penyediaan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi remaja, tanpa memandang
usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan situasi keuangan mereka.
b. Adanya dukungan terpenuhinya hak setiap remaja untuk menikmati seks dan ekspresi
seksualitas mereka dalam cara-cara yang mereka pilih sendiri.Penyediaan informasi dan
pemberian hak mendapatkan pendidikan mengenai reproduksi dan seksualitas.
Informasi dan pendidikan yang diberikan ini harus mendorong terjadinya independensi dan
keyakinan diri remaja, dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa membuat
keputusan sendiri terkait reproduksi dan seksual mereka.
c. Adanya jaminan kerahasiaan dalam relasi sosial dan seluruh aspek dari seksualitas
mereka.
d. Penyediaan informasi yang bisa diakses sesuai dengan perkembangan remaja.
e. Setiap remaja yang aktif secara seksual atau tidak; dan yang memiliki keragaman
orientasi seksual bisa mendapatkan informasi agar mereka merasa nyaman dengan
tubuh dan seksualitas mereka sendiri.
f. Setiap remaja mendapatkan persiapan untuk memiliki ketrampilan melakukan
negosiasi dalam relasi sosialnya, termasuk dalam masa pacaran dan dalam melakukan
tindakan seks yang lebih aman (bagi yang seksual aktif).
21
b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini adalah
perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.
c. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja dan
setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.
d. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan
perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi yang memadai tersebut.
e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas dari
penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yang
dapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk mendesak
pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi menjadi
prioritas kebijakan negara.
g. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anak-anak dan
remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan,
penyiksaan, dan kekerasan seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak mendapatkan
pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat diterima.
i. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
j. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti setiap
individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan
keluarga, reproduksi, dan seksual.Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya,
mereka berhak merencanakan, membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk
menikah atau tidak menikah).
k. Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan seksual dan
reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-
KB dan sterilisasi.
BAB IV
22
METODE MINI PROJECT
23
2 Minggu Pembentukan dan peresmian dr. Ridia Dityarika
keempat Juni klinik PKPR serta pelantikan dr. Ariani Zaltin
2017 kader remaja Retaseli. dr. Wiriana Joanisty
Omawanides, S.ST
Kepala dinas kesehatan
Camat
Kepala jorong
Masyarakat umum dan remaja
3 Minggu kedua Pelatihan konseling kepada dr. Wiriana Joanisty
Juli 2017 kader remaja retaseli tentang Omawanides, S.ST
kesehatan reproduksi remaja. Kader remaja retaseli
4 Minggu pertama Survei tentang gambaran dr. Wiriana Joanisty
Agustus 2017 perilaku dan tingkat Omawanides, S.ST
pengetahuan remaja di Nagari Kader remaja retaseli
Koto Padang Jorong Aur Jaya Seluruh remaja di Nagari
terhadap kesehatan reproduksi. Koto Padang Jorong Aur Jaya
Penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi remaja.
Publikasi melalui media tentang
kesehatan reproduksi remaja.
5 Minggu akhir Evaluasi dan monitoring dr. Wiriana Joanisty
Agustus 2017 laporan kegiatan PKM Kotobaru
Kader remaja retaseli
24
Metode :Pertemuan dan diskusi bersama dengan kepala jorong, masyarakat dan
remaja
Tempat :Ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu ketiga Juni 2017
Kriteria keberhasilan :Kepala jorong, masyarakat dan remaja antusias menerima program
PKPR yang terintegrasi didalamnya kesehatan reproduksi remaja
25
Waktu :Minggu kedua Juli 2017
Kriteria keberhasilan :Terdapat peningkatan pengetahuan kader remaja Retaseli yang
diketahui dari hasil pre-test dan post-test
26
Metode :Pembuatan dan penempelan poster tentang kesehatan reproduksi
remaja
Tempat :Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu pertama Agustus 2017
Kriteria keberhasilan :Sudah terlaksana penempelan poster tentang kesehatan reproduksi di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Pelaksanaan mini project sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya dibagi kedalam 5 tahapan kegiatan sesuai dengan perencanaan
program yang diajukan. Tahapan yang pertama dari keseluruhan rangkaian kegiatan ini yaitu
sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga remaja mampu menjaga dan
mempertahankan kesehatan reproduksi secara mandiri.
Tahapan kedua proyek ini adalah pembentukan klinik PKPR dan pelantikan kader
remaja retaseli “Remaja Takwa Sehat dan Peduli” yang bertujuan untuk menyediakan
pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas, tempat konseling/ curhat masalah kesehatan dan
berbagai masalah remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin) serta meningkatkan
keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan kesehatan remaja
khususnya kesehatan reproduksi remaja.
Tahapan ketiga dari proyek ini adalah pelatihan kader remaja retaseli dalam bentuk
penyampaian materi dan diskusi interaktif. Materi yang diberikan adalah tentang anatomi dan
fungsi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, pubertas dan
seksualitas, penyakit menular seksual, kehamilan.
Tahapan keempat dari proyek ini adalah survei tentang gambaran perilaku dan tingkat
pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya terhadap kesehatan reproduksi,
mengadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja serta publikasi melalui media
tentang kesehatan reproduksi remaja.
Tahapan kelima dari proyek ini adalah monitoring dan evaluasi program. Pada tahap
ini, diharapkan kader remaja retaseli dapat bekerja sama dengan puskesmas Kotobaru dalam
hal pelaporan perkembangan dan tingkat keberhasilan program yang sudah terlaksana sehingga
akan menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan selanjutnya.
Rincian kegiatan mini project yang dilaksanakan di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya beserta detail hasil pelaksanaannya akan dijelaskan dalam setiap tahapan kegiatan. Data-
data yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan diantaranya: hasil olah data kuesioner dari
surveilans remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, data primer profil masyarakat di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, dan beberapa foto kegiatan dari setiap tahapan mini
project.
Pelaksanaan Sosialisasi
28
Sosialisasi tentang kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan pada minggu ketiga Juni
2017 bertempat di ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, pada pelaksanaan
sosialisasi ini dihadiri oleh kepala jorong, masyarakat, dan ikatan pemuda di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya serta perwakilan dari Puskesmas Kotobaru yang terdiri atas Pimpinan
Puskesmas dr. Ridia Dityarika, pemegang program PKPR Omawanides, S.ST, pemegang
program promkes Hj. Indrawati, Amd.Keb SKM dan dokter internsip dr. Wiriana Joanisty.
Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara dari salah satu perwakilan
remaja, pembacaan ayat suci al-quran beserta sari tilawah oleh perwakilan remaja. Setelah itu
dilanjutkan dengan pidato yang berisi penyampaian maksud dan tujuan sosialisasi Puskesmas
Kotobaru, dalam hal ini disampaikan langsung oleh Pimpinan Puskesmas dr. Ridia Dityarika.
Inti pidato yang disampaikan adalah akan dibentuknya program PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja) yaitu suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan,peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien
memenuhi kebutuhan remaja, dalam hal ini juga tercakup mengenai kesehatan reproduksi
remaja.
Setelah penyampaian pidato oleh pimpinan puskesmas, dilanjutkan dengan sambutan
dari kepala jorong dan perwakilan ikatan remaja, dalam sambutan tersebut mereka sangat
antusias dan menerima adanya program PKPR yang akan dibentuk di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya.
29
Pembentukan dan peresmian klinik PKPR serta pelantikan kader dilaksanakan pada
minggu keempat Juni 2017 bertempat di ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya, pada pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya dr. Rahmadian S, Camat, kepala jorong, masyarakat dan ikatan pemuda di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya serta perwakilan dari puskesmas Kotobaru yang terdiri dari
Pimpinan Puskesmas dr. Ridia Dityarika, dr Ariani Zaltin, dr. Wiriana Joanisty, Omawanides,
S.ST.
Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara dari salah satu perwakilan
remaja, pembacaan ayat suci al-quran beserta sari tilawah oleh perwakilan remaja. Setelah itu
kata sambutan dari Pimpinan Puskesmas Kotobaru diikuti sambutan dari Camat, dan sepatah
kata dari perwakilan remaja. Terakhir sambutan sekaligus peresmian klinik PKPR beserta
pelantikan kader dan pemasangan pin kader remaja oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya.
Semua pihak yang hadir pada kegiatan ini berharap bahwa klinik PKPR yang sudah
terbentuk di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya dapat membantu remaja agar terhindar dari
perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi
menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang energi kronik (KEK),
obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
Kader remaja yang telah dibentuk dan diikrarkan namanya RETASELI “Remaja Takwa
Sehat Peduli” dapat berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai
agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Selain itu kader remaja Retaseli nantinya akan
diberikan pelatihan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling
sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.
30
dan pemasangan pin kader remaja Retaseli:
31
7 Sarah Miftahul Jannah 12 tahun Perempuan 50 90
8 Putri Agustiono 13 tahun Peremp uan 40 100
9 Devi Purnama Sari 15 tahun Perempuan 60 100
10 Salma Nur’aini 12 tahun Perempuan 60 100
11 Dewi Novita Sari 13 tahun Perempuan 80 100
12 Dika Afril Yanti 14 tahun Perempuan 70 100
13 Marsela Mailani 13 tahun Perempuan 50 100
14 M. Alghazel Zulfi 14 tahun Laki-laki 40 90
15 Uci Nurbaeti 17 tahun Perempuan 70 100
Pelaksanaan surveilans
Surveilans dilaksanakan pada minggu pertama agustus 2017 bertempat di ruang
serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tentang pengetahuan, sikap dan tindakan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya terhadap kesehatan reproduksi.
Peneliti mendapatkan data primer profil masyarakat di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya yang berisi tentang data geografis, jumlah dan persebaran penduduk, tingkat pendidikan,
serta data terkait usia remaja. Berikut data profil masyarakat di Nagari Koto Padang Jorong
Aur Jaya yang diberikan:
PP Aur Jaya terletak di jorong Aur Jaya II Kenagarian Koto Padang , Kecamatan Koto Baru
Kabupaten Dharmasraya dengan luas Wilayah Kerja 17000 m2 dan berbatasan dengan :
Sebelah barat berbatasan dengan Nagari Gunung Medan
Sebelah timur Berbatasan dengan Nagari Ampang Kuranji
Sebelah Utara berbatasan dengan Bukit Gading
Sebelah Selatan Berbatas dengan Jorong Pinang Gadang
Data demografis:
No Jorong Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah KK
laki-laki perempuan Penduduk
1 Aur Jaya 1 311 316 627 165
2 Aua Jaya 2 316 335 651 143
3 Aur Jaya 3 383 391 774 201
Jumlah 1010 1042 2052 509
Data tingkat pendidikan:
32
No Tingkat Aur Jaya 1 Aur Jaya 2 Aur Jaya 3
pendidikan
1 Tidak pernah sekolah 12 14 15
2 Tidak atau belum tamat SD 200 185 300
3 Tamat SD sederajat 310 345 300
4 SLTP sederajat 46 53 77
5 SLTA sederajat 40 37 62
6 Perguruan Tinggi 19 17 20
Adat Istiadat:
Minang 20%
Sunda 38%
Jawa 40%
Lainnya 2%
Mata pencaharian:
Bertani 60%
Buruh 30%
Pedagang 5%
Pegawai negeri/ swasta 5%
33
No Tahun Tingkat Jumlah %
Pendidikan
1 2014 Tidak sekolah 7/432 1.6
Tidak tamat SD 40 9.2
SD/ sederajat 345 79.8
SMP sederajat 42 9,7
SMA Sederajat 12 2,7
Perguruan tinggi 7 1,6
2 2015 Tidak sekolah 6/454 1,3
Tidak tamat SD 38 8,3
SD/ sederajat 346 76,2
SMP sederajat 43 9,4
SMA Sederajat 13 2,8
Perguruan tinggi 8 1,7
3 2016 Tidak sekolah 4/412 0.9
Tidak tamat SD 32 7,7
SD/ sederajat 346 83,9
SMP sederajat 43 10,4
SMA Sederajat 15 3,6
Perguruan tinggi 8 1,9
34
Perkelahian pribadi 12 kasus
Geng motor ugal-ugalan 20 kasus
Perampokan 3 kasus
Lainnya 5 kasus
3 2105 Kecelakaan 17 kasus
Narkoba 9 kasus
Bentrok antar geng 8 kasus
Perkelahian pribadi 8 kasus
Geng motor ugal-ugalan 35 kasus
Perampokan 5 kasus
Lainnya 5 kasus
35
penelitian ini menggunakan pertimbangan eror standar dalam pengukuran yang mengacu pada
pendapat Azwar (2007).
Kurang baik jika skor jawaban responden < mean - Zά/z(Se)
Cukup baik jika mean - Zά/z(Se) <skor jawaban responden <mean + Zά/z(Se)
Baik jika skor jawaban responden > mean + Zά/z(Se)
Keterangan:
Zά/z: nilai statistik Z (deviasi normal)
Se: eror standar dalam pengukuran
mean - Zά/z(Se) = 4,5 – 1,5 = 3
mean + Zά/z(Se) = 4,5 + 1,5 = 6
Laki-laki
Perempuan
36
Karakteristik responden Frekuensi Persentase
(umur)
10 – 14 thn 16 50
15 – 19 thn 13 40,62
20 – 24 thn 3 9,38
Jumlah 32 100
Berdasarkan karakteristik umur, diperoleh data terdapat remaja yang berumur 10-14
tahun sebanyak 16 orang (50%), berumur 15-19 tahun sebanyak 13 orang (40,62%) dan
berumur 20-24 tahun sebanyak 3 orang (9,38%).
Karakteristik Umur
10-14 thn
15-19 thn
20-24 thn
37
informasi dari guru yaitu sebanyak 14 orang (43,75%). Sedangkan sumber informasi yang
paling sedikit digunakan oleh remaja adalah orang tua (6,25%).
Orangtua
Teman
Guru
Media Cetak
Media Elektronik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 responden remaja di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya diperoleh data yaitu sebanyak 15 orang (46,87%)
berpengetahuan rendah, 13 orang (40,63%) berpengetahuan sedang dan 4 orang (12,5%)
berpengetahuan baik.
38
Gambaran Pengetahuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 responden remaja di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya diperoleh data yaitu sebanyak 1 orang (3,12%) berperilaku
kurang baik, sebanyak 7 orang (21,88%) berperilaku cukup baik dan sebanyak 24 orang (75%)
berperilaku baik.
Gambaran Perilaku
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Pelaksanaan penyuluhan
39
Penyuluhan dilaksanakan pada minggu pertama Agustus 2017 bertempat di ruang
serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya. Pada pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh
seluruh remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, dr. Wiriana Joanisty, dan Omawanides,
S.ST. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja
mengenai kesehatan reproduksi.
Penyuluhan disampaikan melalui presentasi oleh narasumber dan dilanjutkan dengan
sesi diskusi interaktif. Kegiatan penyuluhan ini berjalan cukup baik, hal ini terlihat dari adanya
keaktifan siswa dalam diskusi interaktif yang dilaksankan setelah penyampaian materi oleh
narasumber.
40
Foto pelaksanaan publikasi melalui media
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
41
VI.1. Kesimpulan
Dari segi informasi, pada penelitian 32 responden remaja di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi paling
banyak adalah dari guru (43,75%). Guru memberikan informasi kepada remaja
melalui proses belajar saat mereka dalam proses menempuh suatu pendidikan.
Sementara sumber informasi yang paling sedikit digunakan oleh remaja adalah
orang tua (6,25%). Hal ini terjadi karena ketidaktahuan orang tua akan masalah
reproduksi maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai masalah reproduksi dengan anak.
Pada perhitungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di Nagari koto
Padang Jorong Aur Jaya didapatkan hasil yang belum memuaskan karena masih
banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Dari hasil
penelitian pada 32 responden diperoleh data yaitu sebanyak 15 orang (46,87%)
berpengetahuan rendah, 13 orang (40,63%) berpengetahuan sedang dan 4 orang
(12,5%) berpengetahuan baik.
Berdasarkan data perilaku seksual remaja di Nagari koto Padang Jorong Aur Jaya
sebagian besar berperilaku baik (75%). Remaja yang berperilaku baik merupakan
remaja yang tidak pernah melakukan perilaku seksual menyimpang seperti
berpegangan tangan, berangkulan, berpelukan, berciuman pipi atau bibir dan
meraba alat kelamin lawan jenis. Namun masih ada remaja yang berperilaku kurang
baik (3,12%) dan cukup baik (21,88%) yaitu remaja yang pernah melakukan
perilaku seksual menyimpang. Dari data didapatkan perilaku menyimpang
terbanyak yang pernah dilakukan adalah berpegangan tangan dan berangkulan, hal
tersebut dikarenakan anggapan mereka bahwa itu adalah sesuatu hal yang biasa dan
wajar untuk dilakukan sebagai wujud ungkapan rasa kasih sayang.
VI.2. Saran
Bagi puskesmas
42
Diharapkan puskesmas Koto Baru dapat terus melakukan pembinaan kepada remaja
di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya melalui klinik PKPR yang sudah terbentuk
berupa:
Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan
masalah kesehatan khusus remaja
Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan kesehatan remaja
Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog
interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya
(dan kerahasiaannya dijamin)
Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut
membantu teman yang sedang punya masalah
Bagi remaja dan orang tua
Remaja sebaiknya lebih selektif lagi dalam mencari teman bergaul agar tidak
terpengaruh serta terjerumus pada pergaulan bebas yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu ekspresikan rasa kecintaan pada seseorang seperti pacar melalui hal yang
lebih positif seperti membuat lagu atau puisi. Dipihak lain, orang tua sebaiknya
dapat lebih mendekatkan diri dengan anak-anaknya sehingga akan lebih mudah
dalam memberikan pendidikan serta pemahaman mengenai masalah seksual.
DAFTAR PUSTAKA
43
1 Atun, dkk. 2004. IMS atau Penyakit Kelamin, dalam Kesehatan Reproduksi Remaja,
Kerjasama Jaringan Khusus Kesehatan untuk Anak Jalanan Perempuan di Yogyakarta,
bersama PKBI-DIY. Yogyakarta.
2 Caesarina Ancah. 2009. Kespro Remaja, disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas
dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris. Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
3 Eriyani Linda Dwi. Kesehatan Reproduksi Remaja: Menyoal Solusi. 2006, disampaikan
pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris,
Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
4 Habsjah, dkk. 1995. Peranan Ayah vis-a-vis Ibu dan Pranata Sosial Lainnya dalam
Pendidikan Seks Remaja. The Population Council and The Atma Jaya Research Centre,
Jakarta.
5 Khisbiyah, dkk. 1996. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja, Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
6 Mukhatib MD. 2009. Problem Kesehatan Reproduksi Remaja: Tawaran Solusi,
disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP.
Nuris, Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
7 Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media, Jakarta.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung
Seto.Jakarta.
8 Tim Mitra Inti. 2009. Mitos Seputar Masalah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi,
Yayasan Mitra Inti. Jakarta.
9 Utomo Iwu Dwisetyani. 2009. Panduan Materi Dasar untuk Guru, dapat Menjadi Dasar
untuk Dikembangkan dan Disesuaikan dengan Keadaan dan Kondisi Kebudayaan Lokal.
Australian Demographic and Social Research Institute, Australian National University,
Konsultan Kesehatan Reproduksi Remaja UNFPA. Jakarta.
10 Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.
11 Widaninggar. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skills Education) untuk Pencegahan HIV dan AIDS. Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
44