Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental,
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi, bukan hanya terbebas dari suatu penyakit ataupun kecacatan. Pemeliharaan
kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting dan sebaiknya dilakukan sejak dini yaitu
pada usia remaja.
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dengan dewasa yang relatif
belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial. Pada masa ini, remaja mulai memasuki
tahap kematangan biologis disertai adanya dorongan seks meningkat yang dapat menempatkan
remaja pada kondisi yang rawan seperti kebiasaan berperilaku seksual berisiko tinggi, apabila
mereka tidak dibekali dengan informasi yang benar.
Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar
remaja (individu usia 10-19 tahun) di seluruh dunia yang mana jumlah ini merupakan yang
terbesar dalam sejarah manusia. Kelompok usia ini diestimasi akan terus meningkat jumlahnya
sampai tahun 2040 menjadi 1.23 miliar. Ini berarti bahwa remaja merupakan komponen yang
substansial dan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang mereka alami tidak hanya akan
menimbulkan bahaya serius terhadap kesehatan, namun juga memiliki implikasi terhadap masa
depan pendidikan dan ekonomi dunia.
Survey yang dilakukan di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012
menunjukkan bahwa sebanyak 4.5% remaja laki-laki dan 0.7% remaja perempuan usia 15-19
tahun telah melakukan seks pranikah, sedangkan seks pranikah pada remaja usia 20-24 tahun
jumlahnya lebih tinggi lagi yaitu 14.6% pada remaja laki-laki dan 1.8% pada remaja
perempuan. Proporsi kehamilan pada usia 15-19 tahun berdasarkan data tahun 2013 adalah
1.97%. Pada tahun 2014 kasus infeksi HIV kedua terbanyak di Indonesia ditemukan pada
kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 3587 orang. Sebanyak 46% kasus aborsi pada
tahun 2000 ditemukan pada perempuan usia 20-29 tahun dan 33% berstatus belum menikah.
Provinsi Sumatera Barat yang memiliki adat dan agama yang kuat juga tidak terlepas
dari maraknya perilaku seks remaja yang beresiko. ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Mohanis (2003) pada beberapa siswa Sekolah Menengah Atas di Sumatera Barat

1
dengan sampel sebanyak 200 orang dimana didapatkan hasil bahwa 27% responden berperilaku
seksual beresiko berat, 73% responden berperilaku seksual beresiko ringan, dan 2.5% telah
melakukan hubungan seksual. Penelitian serupa dilakukan oleh Nursal (2008) terhadap 350
pelajar SMA Negeri di Sumatera Barat. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sebanyak 58
orang (16.6%) pelajar SMA Negeri Suamtera Barat berperilaku seksual beresiko, dan 15 orang
(4.3%) diantaranya telah melakukan hubungan seksual. Penelitian tentang perilakus seks
dilakukan secara lebih rinci oleh kamelia (2007) terhadap 182 pelajar SMA di Sumatera Barat
yang menemukan berbagai bentuk perilakuseksual seperti bergandengan tangan, berpelukan,
cium kering, cium basah, onani, masturbasi, bercumbu, sampai kepada berhubungan seks.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahredi (2010) juga memperlihatkan bahwa perilaku seksual
siswa SMA di Sumatera Barat sekitar 40% sudah tergolong tidak baik/menyimpang.
Pengetahuan tampaknya memiliki hubungan terbalik dengan perilaku seksual beresiko
pada remaja karena berdasarkan penelitian-penelitan diatas masalah kesehatan reproduksi lebih
banyak dimiliki oleh remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang reproduksi.
Sebagai contoh, remaja yang beperilaku seksual tidak baik lebih banyak ditemukan pada
mereka yang tidak tahu bahwa kehamilan dapat terjadi dengan satu kali berhubungan seksual
atau yang tidak tahu mengenai gejala IMS dan cara penularannya.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi remaja, khususnya mengenai kesehatan
reproduksi maka dirasakan perlunya pendekatan secara komprehensif dan multidisiplin. Orang
tua, teman sebaya, sekolah atau lembaga pendidikan, pemuka agama maupun pemuka
masyarakat turut berpengaruh terhadap upaya peningkatan kesadaran reproduksi remaja. Untuk
mewujudkan peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi tersebut
dibutuhkan suatu tindakan nyata. Oleh karena itu, kami dokter internsip periode 18 Mei - 18
September 2017 melaksanakan kegiatan berupa penyuluhan dan sesi tanya jawab mengenai
kesehatan reproduksi kepada remaja, khususnya remaja di nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
karena masih tinggi nya angka pernikahan dini disana, sekitar 65 % masyarakatnya menikah
di umur 17 tahun. Ini terjadi karena kurang pengetahuan tentang masalah kesehatan remaja.
Bahkan sebagian masyarakat beranggapan wanita diatas 20 tahun sudah terlalu tua untuk
menikah sehingga meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal yang diakibatkan oleh kehamilan diusia remaja.

I.2. Rumusan Masalah


2
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas maka masalah yang
diajukan pada mini project ini adalah:
 Bagaimana gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya tentang kesehatan reproduksi?
 Bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam tindakan pencegahan dan
penanggulangan perilaku meyimpang yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya?

I.3. Tujuan
 Tujuan Umum
Mensosialisasikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya sebagai upaya agar remaja mampu menjaga dan mempertahankan kesehatan
reproduksi secara mandiri.
 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya tentang kesehatan reproduksi.
2. Membentuk kader remaja retaseli “remaja takwa sehat dan peduli” di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya.
3. Memberikan seminar kepada kader remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
tentang kesehatan reproduksi dan cara memelihara kesehatan organ reproduksi.
4. Melakukan kegiatan promotif dengan pembuatan poster tentang kesehatan reproduksi
dan penyakit menular seksual serta kegiatan penyuluhan lain kepada seluruh remaja di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya.
5. Melakukan evaluasi terhadap program dan bekerja sama dengan kader retaseli untuk
memantau (monitoring) perkembangan perilaku kesehatan reproduksi remaja di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya.
6. Melaksanakan tugas program dokter internsip tahun 2017.

I.4. Manfaat
Program ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai gambaran umum
perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya tentang
kesehatan reproduksi sehingga dapat digunakan sebagai data acuan untuk melaksanakan

3
tindakan pencegahan dan penanggulangan perilaku menyimpang yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya.
Mini project ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas
promosi kesehatan remaja Puskesmas Koto Baru terutama dalam bidang kesehatan reproduksi
remaja. Dengan meningkatnya kualitas promosi kesehatan remaja, maka kualitas pelayanan
Puskesmas Koto Baru pun akan bertambah baik pula.

4
BAB II
ANALISIS SITUASI

II.1 Data Geografis


Puskesmas Koto Baru terletak di Simpang Tiga Koto Baru, Jorong Seberang Piruko
Timur, Kecamatan Koto Baru. Luas wilayah kerja puskesmas koto baru adalah 251,35 Km2
yang terdiri dari 4 Nagari dan 26 Jorong.
Wilayah kerja puskesmas koto baru berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatas dengan wilayah kerja Sitiung I dan Tiumang
2. Sebelah Selatan berbatas dengan wilayah krja HC Sungai Rumbai
3. Sebelah Timur berbatas dengan wilayah kerja HC Sitiung II
4. Sebelah Barat berbatas dengan wilayah kerja HC Koto Besar
Letak posisi geografis 101°35’10” - 101°46’35” BT dan 1°02’58” - 1°11’42” LS dari
permukaan laut dengan suhu rata-rata 26-33 derajat celsius dan dengan curah hujan sekitar
234.33 mm/bulan sedangkan luas nagari sebagai berikut :

No Nagari Luas wilayah( km² )

1 Koto Baru 51,75 km²

2 Sialang Gaung 35,60 km²

3 Ampang Kuranji 99,60 km²

4 Koto Padang 54,01 km²

Jumlah 251,35 km²

Tabel: Luas Nagari Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru

5
Gambar: Peta Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru

II.2 Data Demografi


Wilayah kerja puskesmas koto baru pada tahun 2015 memiliki 27642 jiwa penduduk.
Terdiri dari: 13576 Laki laki, dan 14066 Perempuan. Pada umumnya memeluk agama islam
dengan berbagai mata pencarian seperti, bertani 53,9%, PNS/POLRI/TNI 10,4%, Wiraswasta
8%, swasta 7,67% dan lain-lain 20,03%. Tingkat ekonomi diwilayah kerja Puskesmas Koto
Baru pada umumnya menengah (27,2%), rendah (64%) dan tinggi(12,1%), suku suku yang ada
di wilayah kerja puskesmas koto baru kebanyakan minang, jawa. Dan ada juga suku batak dan
lain lain.
Tingkat Pendidikan diwilayah kerja Puskesmas Koto Baru terdiri dari :
- Sarjana 4%
- SMA 30%
- SMP 25%
- SD 19%
- Tidak tamat sekolah 18%
- Belum sekolah 14%
Sarana pendidikan yang terdapat diwilayah Puskesmas Koto Baru:
- Taman Kanak-kanak 18
- Sekolah Dasar 17 dan MI 1
- SMP 4 dan MTsN 1

6
- SMA 2, SMKN 1dan MAN 1
- Pondok Pesantren 6
- Perguruan Tinggi 1
Kantor atau Dinas (lintas sektoral ) yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Koto
Baru:
1. Kantor Camat Koto baru
2. Polsek Koto Baru
3. Koramil Koto Baru
4. UPTD Pendidikan
5. UPTD Pertanian
6. Kantor Urusan Agama

II.3. Sumber Daya Kesehatan


Sumber Daya Ketenagaan tenaga kesehatan Puskesmas Koto Baru:
- Dokter Umum : 4 orang
- Dokter Gigi : 3 orang
- SKM : 1 orang
- Apoteker : 1 orang
- Keperawatan : 35 orang
- Kebidanan : 23 orang
- Kesehatan Lingkungan : 1 orang
- Rekam Medis : 4 orang
- Kesehatan Gigi : 3 orang
- Farmasi : 2 orang
- Kesehatan Mata : 2orang
- Gizi : 2 orang
- Sopir Ambulance : 2 orang
- CS : 2 orang

II.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Koto Baru


Sarana Fisik Kesehatan :
- Puskesmas Induk : 1 buah
- Puskesmas Pembantu : 5 buah

7
- Poskesri : 5 buah
- Polindes :1 buah
- Mobil Ambulance : 2 buah
- Kendaraan roda dua : 5 buah
- Rumah Dinas : 6 buah

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem
reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-
mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural.
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam
terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.
Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup
10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka
yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang
penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling
berat. Menurut Bisri (1995), remaja adalah mereka yang telah meningalkan masa kanak-kanak
yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.

Perubahan Pada Masa Remaja


Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara
lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial.

a. Dimensi Biologis

9
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki
kemampuan untuk bereproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi,
sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan
fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh
rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam
suara,tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul
jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal
pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations).Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan.

c. Dimensi Sosial
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif

10
lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.

Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi


a. Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ
reproduksi bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1. Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora, labia
minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan
minor, serta orificium vaginae.
2. Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan
memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.
3. Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis.
Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola
tertentu.
4. Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.

Gambar: anatomi organ reproduksi wanita bagian luar

Organ reproduksi bagian dalam:

11
1. Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan
klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian
mengalami atrofi. Dibagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih
saja.
2. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur di
tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang
setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
3. Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di kanan
kirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan
aktifitas seksual.
4. Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil
dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai
tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu
mengelupas setelah menstruasi.
5. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai tempat
melintasnya sel telur/ovum.
6. Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen
dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.

Gambar: anatomi organ reproduksi wanita bagian dalam

12
Fungsi Organ:
Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia
10- 14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai berpengaruh
kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Hormon
ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap
bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan
menuju uterus lewat tuba uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa
menopause, kemudian tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon
ini sehingga payudara akan membesar.

b. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin
pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat
aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada
bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut
uretra.
2. Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan,
berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
Organ reproduksi bagian dalam:
1. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-kecil
membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
2. Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa, berjumlah 2 buah.
3. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental yang
memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.
4. Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk kehidupan sel
spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi
produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.

13
Gambar: anatomi organ reproduksi pria

Fungsi Organ:
Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai saat pubertas
sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut antara lain:
1. Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
2. Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh
hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig dalam testis.

Cara memelihara kesehatan organ reproduksi


a. Memelihara organ reproduksi wanita
1. Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil atau buang air besar.
Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Kemudian keringkan
menggunakan tisu sekali usap sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ
dibiarkan lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.
2. Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang mudah menyerap keringat,
misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot
vagina dan membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.
3. Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang mengalir. Karena
kemungkinan air yang berada di tempat penampungan mengandung bakteri dan jamur.

14
4. Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat menyebabkan iritasi.
Gunakan pantyliner hanya saat mengalami keputihan saja.
5. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan kering sehingga tak
menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali
karena darah yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman.
6. Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan
mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan
membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur.
Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.
7. Cukur rambut kemaluan secara berkala.
8. Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan
konsumsi makanan bergizi seimbang.

b. Memelihara organ reproduksi pria


1. Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan berbahan menyerap
keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali sehari. Celana dalam yang tidak higienis
atau kotor terkena keringat dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang
biak yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain.
2. Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak
ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar
kemaluan, sehingga tidak baik untuk dicukur habis.
3. Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air.
4. Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran pada lipatan
luar penis.
5. Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup sensitive sehingga perlu
waspada untuk tidak sering melakukan rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan
kebiasaan yang merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman mengandung
alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan sebagainya.
6. Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada pada lingkungan
panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas
kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti
memangku laptop di paha dekat alat kelamin.

Pubertas dan seksualitas


15
Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana seorang individu yang
belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu
bereproduksi. Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun
lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak
laki-laki, begitu pubertas dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak
perempuan berhenti.Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki lebih tinggi dari
kebanyakan orang dewasa perempuan.

a. Ciri primer
Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi. Menstruasi pertama disebut
menarche. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu saat lapisan endometrium
terlepas dari uterus. Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu
memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama yaitu testosterone.
Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu dengan mengalami mimpi basah. Mimpi
basah merupakan peristiwa alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya.

b. Ciri sekunder
Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu:
1. Sel-sel lemak didistribusikan keseluruh tubuh
2. Payudara mulai menonjol
3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar
4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin
5. Muka cenderung tumbuh jerawat
6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak ejakulasi
Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:
1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar
2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian wajah tertentu
3. Suara memberat, tumbuh jakun
4. Betis memanjang
5. Pinggul menyempit

Kehamilan
16
Kehamilan diawali dengan fertilisasi yaitu proses dimana sel telur dan sperma bersatu
membentuk zigot. Implantasi (penempelan embrio di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah
ovulasi. Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan
siklus menstruasi terakhir.
Tanda-tanda tak pasti kehamilan:
1. Terlambat haid
2. Perubahan pada payudara (membesar dan tegang)
3. Ngidam
4. Mual dan muntah
5. Sering kencing
6. Pigmentasi kulit
7. Konstipasi atau obstipasi
Tanda pasti kehamilan:
1. Adanya gerakan janin dalam rahim
2. Denyut jantung janin
3. Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama.Tahap
pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan pembukaan serviks
sempurna.Tahap kedua adalah pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah
bayi keluar dengan sempurna.
Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan salah satu
faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko
dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu
hamil lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40
tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan
dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau
terlalu tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi


Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat
genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular
seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya.

17
a. Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam
merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah,
maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur.Remaja perempuan
lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena
organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.

b. Akses terhadap pendidikan kesehatan


Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya
dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
\ reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja
mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di
sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum
pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-
organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai
upaya pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara
benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang
kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya
untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual,
aborsi, kanker mulut rahim,kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan
yang suram dari remaja tersebut.

c. Hubungan seksual pranikah


Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar
pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang
berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian dibandingkan dengan
wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor
lain. Kegawatdaruratanyang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja
yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan
tubuhnya secara umum.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi.
Banyak Survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60%
kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau

18
salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri
dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga
menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak
aman. Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan
dalambuku Facts of Life yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahanhebat pada saat kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya
rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak
histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan bunuh diri.

d. Penyakit menular seksual


Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi
dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit
kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra
genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung
dengan alat-alat handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual
dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan.

19
Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore, vaginosis
bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole,
granuloma inguinale,dan Acquired immune deficiency syndrom (AIDS).

e. Pengaruh media massa


Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti
untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan
mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan
reproduksinya.

f. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi


Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan
kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan
tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan
kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan
reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja
juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular
seksual.

g. Hubungan harmonis dengan keluarga


Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku
remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang
dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak
sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi
yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam
menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu
dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang
menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.

Kebutuhan Riil Remaja

20
Kebutuhan riil remaja terkait hak mendapatkan informasi akurat tentang seksualitas
dan kesehatan reproduksi ini kadang juga dibedakan berdasarkan variasi kelompok. Misalnya,
kebutuhan remaja desa berbeda dengan remaja kota. Kerentanan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) antara ’remaja jalanan’ (anak jalanan) dan remaja sekolah juga berbeda. Remaja
yang bekerja sebagai buruh pabrik juga mempunyai karakteristik dan masalah- masalah yang
berbeda dengan remaja yang bekerja di sektor informal, dan sebagainya. Sehingga pemenuhan
kebutuhan ini butuh disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya yang dihadapi masing-
masing remaja.
Namun demikian, secara umum kebutuhan riil menyangkut hak dasar remaja akan
informasi terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi itu, antara lain sebagai berikut :
a. Penyediaan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi remaja, tanpa memandang
usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan situasi keuangan mereka.
b. Adanya dukungan terpenuhinya hak setiap remaja untuk menikmati seks dan ekspresi
seksualitas mereka dalam cara-cara yang mereka pilih sendiri.Penyediaan informasi dan
pemberian hak mendapatkan pendidikan mengenai reproduksi dan seksualitas.
Informasi dan pendidikan yang diberikan ini harus mendorong terjadinya independensi dan
keyakinan diri remaja, dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa membuat
keputusan sendiri terkait reproduksi dan seksual mereka.
c. Adanya jaminan kerahasiaan dalam relasi sosial dan seluruh aspek dari seksualitas
mereka.
d. Penyediaan informasi yang bisa diakses sesuai dengan perkembangan remaja.
e. Setiap remaja yang aktif secara seksual atau tidak; dan yang memiliki keragaman
orientasi seksual bisa mendapatkan informasi agar mereka merasa nyaman dengan
tubuh dan seksualitas mereka sendiri.
f. Setiap remaja mendapatkan persiapan untuk memiliki ketrampilan melakukan
negosiasi dalam relasi sosialnya, termasuk dalam masa pacaran dan dalam melakukan
tindakan seks yang lebih aman (bagi yang seksual aktif).

Hak-Hak Remaja Terkait Kesehatan Reproduksi


Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-hak mendasar
terkait kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai kebutuhan
dasar mereka. Hak-hak itu adalah :
a. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali remaja, untuk terbebas dari
resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi remaja perempuan.

21
b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini adalah
perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.
c. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja dan
setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.
d. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan
perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi yang memadai tersebut.
e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas dari
penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yang
dapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk mendesak
pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi menjadi
prioritas kebijakan negara.
g. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anak-anak dan
remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan,
penyiksaan, dan kekerasan seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak mendapatkan
pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat diterima.
i. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
j. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti setiap
individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan
keluarga, reproduksi, dan seksual.Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya,
mereka berhak merencanakan, membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk
menikah atau tidak menikah).
k. Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan seksual dan
reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-
KB dan sterilisasi.

BAB IV

22
METODE MINI PROJECT

IV.1. Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan survei dan penelitian tentang
gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
tentang kesehatan reproduksi. Setelah itu, kami melakukan pembinaan dan sosialisasi program
kesehatan reproduksi remaja didalam cakupan wilayah kerja Puskesmas Koto Baru, dalam hal
ini remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya

IV.2. Sasaran Kegiatan


Kegiatan ini diikuti oleh remaja usia 10-24 tahun khususnya di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya.

IV.3. Bentuk Kegiatan


 Melakukan sosialisasi dan koordinasi kepada kepala jorong dan remaja di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya
 Pembentukan klinik PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) yang terintegrasi
didalamnya kesehatan reproduksi remaja
 Pembentukan kader remaja retaseli “Remaja Takwa Sehat dan Peduli” dan pelatihan
konseling mengenai kesehatan reproduksi remaja
 Survei tentang gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja terhadap kesehatan
reproduksi
 Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja
 Sosialisasi dan publikasi melalui media tentang kesehatan reproduksi remaja
 Evaluasi dan monitoring

IV.4. Pelaksanaan Kegiatan


No Tanggal Kegiatan Pelaksana/ Pendukung
kegiatan
1 Minggu ketiga Sosialisasi mengenai pentingnya dr. Ridia Dityarika
Juni 2017 pengetahuan dan pemahaman dr. Wiriana Joanisty
remaja terhadap kesehatan Omawanides, S.ST
reproduksi. Hj. Indrawati, Amd.Keb SKM

23
2 Minggu Pembentukan dan peresmian dr. Ridia Dityarika
keempat Juni klinik PKPR serta pelantikan dr. Ariani Zaltin
2017 kader remaja Retaseli. dr. Wiriana Joanisty
Omawanides, S.ST
Kepala dinas kesehatan
Camat
Kepala jorong
Masyarakat umum dan remaja
3 Minggu kedua Pelatihan konseling kepada dr. Wiriana Joanisty
Juli 2017 kader remaja retaseli tentang Omawanides, S.ST
kesehatan reproduksi remaja. Kader remaja retaseli
4 Minggu pertama Survei tentang gambaran dr. Wiriana Joanisty
Agustus 2017 perilaku dan tingkat Omawanides, S.ST
pengetahuan remaja di Nagari Kader remaja retaseli
Koto Padang Jorong Aur Jaya Seluruh remaja di Nagari
terhadap kesehatan reproduksi. Koto Padang Jorong Aur Jaya
Penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi remaja.
Publikasi melalui media tentang
kesehatan reproduksi remaja.
5 Minggu akhir Evaluasi dan monitoring dr. Wiriana Joanisty
Agustus 2017 laporan kegiatan PKM Kotobaru
Kader remaja retaseli

 Sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi remaja


Tujuan :Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai
kesehatan reproduksi sehingga remaja mampu menjaga dan
mempertahankan kesehatan reproduksi secara mandiri
Pelaksana :dr. Ridia Dityarika, dr. Wiriana Joanisty, Hj. Indrawati, Amd.Keb
SKM, Omawanides, S.ST
Sasaran :Kepala jorong, masyarakat dan remaja di Nagari Koto Padang Jorong
Aur Jaya

24
Metode :Pertemuan dan diskusi bersama dengan kepala jorong, masyarakat dan
remaja
Tempat :Ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu ketiga Juni 2017
Kriteria keberhasilan :Kepala jorong, masyarakat dan remaja antusias menerima program
PKPR yang terintegrasi didalamnya kesehatan reproduksi remaja

 Pembentukan klinik PKPR dan pelantikan kader remaja Retaseli


Tujuan :Untuk menyediakan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas,
tempat konseling/ curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah
remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin) serta meningkatkan
keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan kesehatan remaja khususnya kesehatan reproduksi remaja
Pelaksana : Kepala dinas kesehatan, camat, dr. Ridia Dityarika, dr. Wiriana
Joanisty
Sasaran :Kepala jorong, masyarakat dan remaja yang ditunjuk sebagai
perwakilan masing-masing jorong
Metode :Pertemuan dan peresmian klinik PKPR, serta menunjuk perwakilan
remaja dari masing-masing jorong sebagai kader remaja Retaseli
Tempat :Ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu keempat Juni 2017
Kriteria keberhasilan :Terbentuknya klinik PKPR dan kader remaja Retaseli di Nagari Koto
Padang Aur Jaya

 Pelatihan kader remaja Retaseli


Tujuan :Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi remaja dan memberikan bimbingan konseling agar para
kader kesehatan remaja menjadi rujukan teman-temannya yang
memiliki masalah terkait kesehatan reproduksi sehingga permasalahan
yang ada dapat dipecahkan dikalangan mereka sendiri
Pelaksana : dr. Wiriana Joanisty, Omawanides, S.ST
Sasaran :Kader remaja Retaseli
Metode :Pemberian materi dan diskusi interaktif, pre-test dan post-test
Tempat :Ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya

25
Waktu :Minggu kedua Juli 2017
Kriteria keberhasilan :Terdapat peningkatan pengetahuan kader remaja Retaseli yang
diketahui dari hasil pre-test dan post-test

 Survei tentang kesehatan reproduksi remaja


Tujuan :Untuk mengetahui gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja
di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya terhadap kesehatan reproduksi
Pelaksana : dr. Wiriana Joanisty, Omawanides, S.ST, kader remaja Retaseli
Sasaran :Seluruh remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Metode :Pemberian kuesioner kepada remaja, pengelolaan data kuesioner dan
pembuatan laporan hasil penelitian
Tempat :Ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu pertama Agustus 2017
Kriteria keberhasilan :Didapatkan gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya terhadap kesehatan reproduksi

 Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi


Tujuan :Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai
kesehatan reproduksi
Pelaksana :dr. Wiriana Joanisty, Omawanides, S.ST
Sasaran :Seluruh remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Metode :Pemberian materi dan diskusi interaktif
Tempat :Ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu pertama Agustus 2017
Kriteria keberhasilan :Terdapat peningkatan pengetahuan remaja yang diketahui dari
diskusi interaktif berupa tanya jawab tentang materi penyuluhan yang
telah diberikan

 Publikasi melalui media tentang kesehatan reproduksi remaja


Tujuan :Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai
kesehatan reproduksi
Pelaksana :dr. Wiriana Joanisty, kader remaja Retaseli
Sasaran :Seluruh remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya

26
Metode :Pembuatan dan penempelan poster tentang kesehatan reproduksi
remaja
Tempat :Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
Waktu :Minggu pertama Agustus 2017
Kriteria keberhasilan :Sudah terlaksana penempelan poster tentang kesehatan reproduksi di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

27
Pelaksanaan mini project sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya dibagi kedalam 5 tahapan kegiatan sesuai dengan perencanaan
program yang diajukan. Tahapan yang pertama dari keseluruhan rangkaian kegiatan ini yaitu
sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga remaja mampu menjaga dan
mempertahankan kesehatan reproduksi secara mandiri.
Tahapan kedua proyek ini adalah pembentukan klinik PKPR dan pelantikan kader
remaja retaseli “Remaja Takwa Sehat dan Peduli” yang bertujuan untuk menyediakan
pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas, tempat konseling/ curhat masalah kesehatan dan
berbagai masalah remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin) serta meningkatkan
keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan kesehatan remaja
khususnya kesehatan reproduksi remaja.
Tahapan ketiga dari proyek ini adalah pelatihan kader remaja retaseli dalam bentuk
penyampaian materi dan diskusi interaktif. Materi yang diberikan adalah tentang anatomi dan
fungsi organ reproduksi, cara memelihara kesehatan organ reproduksi, pubertas dan
seksualitas, penyakit menular seksual, kehamilan.
Tahapan keempat dari proyek ini adalah survei tentang gambaran perilaku dan tingkat
pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya terhadap kesehatan reproduksi,
mengadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja serta publikasi melalui media
tentang kesehatan reproduksi remaja.
Tahapan kelima dari proyek ini adalah monitoring dan evaluasi program. Pada tahap
ini, diharapkan kader remaja retaseli dapat bekerja sama dengan puskesmas Kotobaru dalam
hal pelaporan perkembangan dan tingkat keberhasilan program yang sudah terlaksana sehingga
akan menjadi bahan evaluasi kinerja program dan kegiatan selanjutnya.
Rincian kegiatan mini project yang dilaksanakan di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya beserta detail hasil pelaksanaannya akan dijelaskan dalam setiap tahapan kegiatan. Data-
data yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan diantaranya: hasil olah data kuesioner dari
surveilans remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, data primer profil masyarakat di
Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, dan beberapa foto kegiatan dari setiap tahapan mini
project.

Pelaksanaan Sosialisasi

28
Sosialisasi tentang kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan pada minggu ketiga Juni
2017 bertempat di ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, pada pelaksanaan
sosialisasi ini dihadiri oleh kepala jorong, masyarakat, dan ikatan pemuda di Nagari Koto
Padang Jorong Aur Jaya serta perwakilan dari Puskesmas Kotobaru yang terdiri atas Pimpinan
Puskesmas dr. Ridia Dityarika, pemegang program PKPR Omawanides, S.ST, pemegang
program promkes Hj. Indrawati, Amd.Keb SKM dan dokter internsip dr. Wiriana Joanisty.
Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara dari salah satu perwakilan
remaja, pembacaan ayat suci al-quran beserta sari tilawah oleh perwakilan remaja. Setelah itu
dilanjutkan dengan pidato yang berisi penyampaian maksud dan tujuan sosialisasi Puskesmas
Kotobaru, dalam hal ini disampaikan langsung oleh Pimpinan Puskesmas dr. Ridia Dityarika.
Inti pidato yang disampaikan adalah akan dibentuknya program PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja) yaitu suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan,peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien
memenuhi kebutuhan remaja, dalam hal ini juga tercakup mengenai kesehatan reproduksi
remaja.
Setelah penyampaian pidato oleh pimpinan puskesmas, dilanjutkan dengan sambutan
dari kepala jorong dan perwakilan ikatan remaja, dalam sambutan tersebut mereka sangat
antusias dan menerima adanya program PKPR yang akan dibentuk di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya.

Foto pelaksanaan sosialisasi:

Pelaksanaan pembentukan dan peresmian klinik PKPR dan pelantikan kader

29
Pembentukan dan peresmian klinik PKPR serta pelantikan kader dilaksanakan pada
minggu keempat Juni 2017 bertempat di ruang serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya, pada pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya dr. Rahmadian S, Camat, kepala jorong, masyarakat dan ikatan pemuda di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya serta perwakilan dari puskesmas Kotobaru yang terdiri dari
Pimpinan Puskesmas dr. Ridia Dityarika, dr Ariani Zaltin, dr. Wiriana Joanisty, Omawanides,
S.ST.
Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara dari salah satu perwakilan
remaja, pembacaan ayat suci al-quran beserta sari tilawah oleh perwakilan remaja. Setelah itu
kata sambutan dari Pimpinan Puskesmas Kotobaru diikuti sambutan dari Camat, dan sepatah
kata dari perwakilan remaja. Terakhir sambutan sekaligus peresmian klinik PKPR beserta
pelantikan kader dan pemasangan pin kader remaja oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya.
Semua pihak yang hadir pada kegiatan ini berharap bahwa klinik PKPR yang sudah
terbentuk di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya dapat membantu remaja agar terhindar dari
perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi
menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang energi kronik (KEK),
obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
Kader remaja yang telah dibentuk dan diikrarkan namanya RETASELI “Remaja Takwa
Sehat Peduli” dapat berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai
agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Selain itu kader remaja Retaseli nantinya akan
diberikan pelatihan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling
sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.

Foto pelaksanaan peresmian klinik PKPR beserta pelantikan kader

30
dan pemasangan pin kader remaja Retaseli:

Pelaksanaan Pelatihan Kader


Pelatihan kader dilaksanakan pada minggu kedua Juli 2017 di bertempat di ruang
serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, pada pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh
kader remaja Retaseli, dr. Wiriana Joanisty, dan Omawanides, S.ST. Kegiatan ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi remaja dan
memberikan bimbingan konseling agar para kader kesehatan remaja menjadi rujukan teman-
temannya yang memiliki masalah terkait kesehatan reproduksi sehingga permasalahan yang
ada dapat dipecahkan dikalangan mereka sendiri.
Pelatihan ini dilakukan dalam bentuk penyampaian materi dan diskusi interaktif. Materi
yang diberikan adalah tentang anatomi dan fungsi organ reproduksi, cara memelihara
kesehatan organ reproduksi, pubertas dan seksualitas, penyakit menular seksual, kehamilan.
Untuk mengevaluasi kegiatan, dilakukan mini tes tentang materi pelatihan sebelum dan
sesudah pelatihan.

Hasil pre-test dan post-test pelatihan kader


No Nama Umur Jenis Pre-test Post-test
Kelamin
1 Abdi Kesuma 15 tahun Laki-laki 40 90
2 Triana Afrianti 17 tahun Perempuan 70 100
3 Rido Aprianse 15 tahun Laki-laki 40 90
4 Rensiana Roswati 14 tahun Perempuan 50 90
5 Ade Ajula Putri 18 tahun Perempuan 50 100
6 Ririn 15 tahun Perempuan 50 90

31
7 Sarah Miftahul Jannah 12 tahun Perempuan 50 90
8 Putri Agustiono 13 tahun Peremp uan 40 100
9 Devi Purnama Sari 15 tahun Perempuan 60 100
10 Salma Nur’aini 12 tahun Perempuan 60 100
11 Dewi Novita Sari 13 tahun Perempuan 80 100
12 Dika Afril Yanti 14 tahun Perempuan 70 100
13 Marsela Mailani 13 tahun Perempuan 50 100
14 M. Alghazel Zulfi 14 tahun Laki-laki 40 90
15 Uci Nurbaeti 17 tahun Perempuan 70 100

Pelaksanaan surveilans
Surveilans dilaksanakan pada minggu pertama agustus 2017 bertempat di ruang
serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tentang pengetahuan, sikap dan tindakan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya terhadap kesehatan reproduksi.
Peneliti mendapatkan data primer profil masyarakat di Nagari Koto Padang Jorong Aur
Jaya yang berisi tentang data geografis, jumlah dan persebaran penduduk, tingkat pendidikan,
serta data terkait usia remaja. Berikut data profil masyarakat di Nagari Koto Padang Jorong
Aur Jaya yang diberikan:
PP Aur Jaya terletak di jorong Aur Jaya II Kenagarian Koto Padang , Kecamatan Koto Baru
Kabupaten Dharmasraya dengan luas Wilayah Kerja 17000 m2 dan berbatasan dengan :
 Sebelah barat berbatasan dengan Nagari Gunung Medan
 Sebelah timur Berbatasan dengan Nagari Ampang Kuranji
 Sebelah Utara berbatasan dengan Bukit Gading
 Sebelah Selatan Berbatas dengan Jorong Pinang Gadang
Data demografis:
No Jorong Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah KK
laki-laki perempuan Penduduk
1 Aur Jaya 1 311 316 627 165
2 Aua Jaya 2 316 335 651 143
3 Aur Jaya 3 383 391 774 201
Jumlah 1010 1042 2052 509
Data tingkat pendidikan:

32
No Tingkat Aur Jaya 1 Aur Jaya 2 Aur Jaya 3
pendidikan
1 Tidak pernah sekolah 12 14 15
2 Tidak atau belum tamat SD 200 185 300
3 Tamat SD sederajat 310 345 300
4 SLTP sederajat 46 53 77
5 SLTA sederajat 40 37 62
6 Perguruan Tinggi 19 17 20

Adat Istiadat:
Minang 20%
Sunda 38%
Jawa 40%
Lainnya 2%

Mata pencaharian:
Bertani 60%
Buruh 30%
Pedagang 5%
Pegawai negeri/ swasta 5%

Gambaran permasalah remaja:


Tabel: Angka pernikahan dibawah umur dalam 3 tahun terakhir
No Tahun Jumlah Pernikahan Jumlah pernikahan %
dibawah umur
1 2014 8 6 75
2 2015 6 4 66,6
3 2016 8 5 62,5

Tabel: Tingkat pendidikan umur 10-25 dalam 3 tahun terakhir

33
No Tahun Tingkat Jumlah %
Pendidikan
1 2014 Tidak sekolah 7/432 1.6
Tidak tamat SD 40 9.2
SD/ sederajat 345 79.8
SMP sederajat 42 9,7
SMA Sederajat 12 2,7
Perguruan tinggi 7 1,6
2 2015 Tidak sekolah 6/454 1,3
Tidak tamat SD 38 8,3
SD/ sederajat 346 76,2
SMP sederajat 43 9,4
SMA Sederajat 13 2,8
Perguruan tinggi 8 1,7
3 2016 Tidak sekolah 4/412 0.9
Tidak tamat SD 32 7,7
SD/ sederajat 346 83,9
SMP sederajat 43 10,4
SMA Sederajat 15 3,6
Perguruan tinggi 8 1,9

Tabel: kejadian akibat kenakalan remaja dalam 3 tahun terakhir


N0 Tahun Kejadian Jumlah
1 2013 Kecelakaan 8 kasus
Narkoba 8 kasus
Bentrok antar geng 4 kasus
Perkelahian pribadi 10 kasus
Geng motor ugal-ugalan 25 kasus
Perampokan 3 kasus
Lainnya 5 kasus
2 2014 Kecelakaan 12 kasus
Narkoba 8 kasus
Bentrok antar geng 8 kasus

34
Perkelahian pribadi 12 kasus
Geng motor ugal-ugalan 20 kasus
Perampokan 3 kasus
Lainnya 5 kasus
3 2105 Kecelakaan 17 kasus
Narkoba 9 kasus
Bentrok antar geng 8 kasus
Perkelahian pribadi 8 kasus
Geng motor ugal-ugalan 35 kasus
Perampokan 5 kasus
Lainnya 5 kasus

Selanjutnya peneliti memberikan kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui


gambaran perilaku dan tingkat pengetahuan remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya
terhadap kesehatan reproduksi. Jumlah sample yang diteliti adalah 32 responden. Pada
penilaian tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diberikan kuesioner dengan model
checklist yang berisi 10 pernyataan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja berupa
anatomi dan fisiologi alat reproduksi pria dan wanita, menstruasi, mimpi basah, proses
terjadinya kehamilan,onani atau mastrubasi dan penyakit menular seksual. Responden
menjawab dengan cara memberikan tanda cek (√) sesuai dengan kebenaran yang diketahuinya.
Hasil akhir penilaian tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi menggunakan skala
ordinal yang dikategorikan dengan tingkatan pengetahuan baik, cukup dan kurang. Kriteria
penilaian dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Nursalam (2003).
 Berpengetahuan rendah (kurang) jika jawaban benar < 60 %.
 Berpengetahuan sedang (cukup) jika jawaban benar 60-70 %.
 Berpengetahuan tinggi (baik) jika jawaban benar 80-100 %.
Pada penilaian gambaran perilaku seksual, pengukuran juga menggunakan kuesioner
dengan model checklist yang berisi 10 pernyataan tentang perilaku seksual yang dilakukan oleh
remaja meliputi berpegangan tangan, berangkulan, berpelukan, berciuman pipi, berciuman
bibir, meraba-raba dada, meraba-raba alat kelamin, menggesek-gesekkan alat kelamin,
melakukan oral seks dan melakukan hubungan seksual. Responden menjawab dengan cara
memberikan tanda cek (√) sesuai dengan keadaan dirinya.
Hasil akhir penilaian perilaku seksual remaja menggunakan skala ordinal yang
dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang baik, sedang dan baik. Kriteria penilaian dalam

35
penelitian ini menggunakan pertimbangan eror standar dalam pengukuran yang mengacu pada
pendapat Azwar (2007).
 Kurang baik jika skor jawaban responden < mean - Zά/z(Se)
 Cukup baik jika mean - Zά/z(Se) <skor jawaban responden <mean + Zά/z(Se)
 Baik jika skor jawaban responden > mean + Zά/z(Se)
Keterangan:
Zά/z: nilai statistik Z (deviasi normal)
Se: eror standar dalam pengukuran
mean - Zά/z(Se) = 4,5 – 1,5 = 3
mean + Zά/z(Se) = 4,5 + 1,5 = 6

berikut hasil dari pengolahan data kuesioner:


A. Karakteristik responden
1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Tabel: distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden Frekuensi Persentase
(jenis kelamin)
Laki-laki 9 28,12
Perempuan 23 71,88
Jumlah 32 100

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh data terdapat remaja perempuan


sebanyak 23 orang (71,88%) dan remaja laki-laki sebanyak 9 orang (28,12%).
Diagram: karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan

2. Karakteristik berdasarkan umur


Tabel: distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur

36
Karakteristik responden Frekuensi Persentase
(umur)
10 – 14 thn 16 50
15 – 19 thn 13 40,62
20 – 24 thn 3 9,38
Jumlah 32 100

Berdasarkan karakteristik umur, diperoleh data terdapat remaja yang berumur 10-14
tahun sebanyak 16 orang (50%), berumur 15-19 tahun sebanyak 13 orang (40,62%) dan
berumur 20-24 tahun sebanyak 3 orang (9,38%).

Diagram: karakteristik responden berdasarkan umur

Karakteristik Umur

10-14 thn
15-19 thn
20-24 thn

3. Karakteristik berdasarkan sumber informasi pengetahuan kesehatan reproduksi


Tabel: distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
pengetahuan kesehatan reproduksi
Karakteristik responden Frekuensi Persentase
(sumber informasi)
Orang tua 2 6,25
Teman 3 9,37
Guru 14 43,75
Media cetak: buku pelajaran dan majalah 9 28,13
Media elektronik: internet dan televise 4 12,5
Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi pengetahuan kesehatan
reproduksi adalah remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya paling banyak mendapatkan

37
informasi dari guru yaitu sebanyak 14 orang (43,75%). Sedangkan sumber informasi yang
paling sedikit digunakan oleh remaja adalah orang tua (6,25%).

Diagram: karakteristik responden berdasarkan sumber informasi pengetahuan kesehatan


reproduksi

Karakteristik Sumber Informasi

Orangtua
Teman
Guru
Media Cetak
Media Elektronik

B. Pengetahuan kesehatan reproduksi


Tabel: distribusi frekuensi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
Tingkat pengetahuan kesehatan Frekuensi Presentase
reproduksi
Rendah 15 46,87
Sedang 13 40,63
Tinggi 4 12,5
Jumlah 32 100

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 responden remaja di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya diperoleh data yaitu sebanyak 15 orang (46,87%)
berpengetahuan rendah, 13 orang (40,63%) berpengetahuan sedang dan 4 orang (12,5%)
berpengetahuan baik.

Diagram: tingkat pengetahuan reproduksi

38
Gambaran Pengetahuan

Rendah
Sedang
Tinggi

C. Perilaku seksual remaja


Tabel: distribusi frekuensi perilaku seksual remaja
Perilaku seksual remaja Frekuensi Persentase
Kurang baik 1 3,12
Cukup baik 7 21,88
Baik 24 75
Jumlah 32 100

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 responden remaja di Nagari
Koto Padang Jorong Aur Jaya diperoleh data yaitu sebanyak 1 orang (3,12%) berperilaku
kurang baik, sebanyak 7 orang (21,88%) berperilaku cukup baik dan sebanyak 24 orang (75%)
berperilaku baik.

Diagram: gambaran perilaku seksual remaja

Gambaran Perilaku

Kurang Baik
Cukup Baik
Baik

Pelaksanaan penyuluhan

39
Penyuluhan dilaksanakan pada minggu pertama Agustus 2017 bertempat di ruang
serbaguna Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya. Pada pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh
seluruh remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya, dr. Wiriana Joanisty, dan Omawanides,
S.ST. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja
mengenai kesehatan reproduksi.
Penyuluhan disampaikan melalui presentasi oleh narasumber dan dilanjutkan dengan
sesi diskusi interaktif. Kegiatan penyuluhan ini berjalan cukup baik, hal ini terlihat dari adanya
keaktifan siswa dalam diskusi interaktif yang dilaksankan setelah penyampaian materi oleh
narasumber.

Foto pelaksanaan penyuluhan

Pelaksanaan publikasi melalui media


Publikasi dilaksanakan setelah kegiatan penyuluhan, yaitu penempelan poster tentang
cara memelihara kesehatan organ reproduksi, penyakit menular seksual dan poster tentang
penyakit HIV. Diharapkan dengan adanya publikasi melalui poster ini dapat meningkarkan
pengetahuan dan pemahaman remaja di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya tentang
kesehatan reproduksi.

40
Foto pelaksanaan publikasi melalui media

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

41
VI.1. Kesimpulan
 Dari segi informasi, pada penelitian 32 responden remaja di Nagari Koto Padang
Jorong Aur Jaya mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi paling
banyak adalah dari guru (43,75%). Guru memberikan informasi kepada remaja
melalui proses belajar saat mereka dalam proses menempuh suatu pendidikan.
Sementara sumber informasi yang paling sedikit digunakan oleh remaja adalah
orang tua (6,25%). Hal ini terjadi karena ketidaktahuan orang tua akan masalah
reproduksi maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai masalah reproduksi dengan anak.
 Pada perhitungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di Nagari koto
Padang Jorong Aur Jaya didapatkan hasil yang belum memuaskan karena masih
banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Dari hasil
penelitian pada 32 responden diperoleh data yaitu sebanyak 15 orang (46,87%)
berpengetahuan rendah, 13 orang (40,63%) berpengetahuan sedang dan 4 orang
(12,5%) berpengetahuan baik.
 Berdasarkan data perilaku seksual remaja di Nagari koto Padang Jorong Aur Jaya
sebagian besar berperilaku baik (75%). Remaja yang berperilaku baik merupakan
remaja yang tidak pernah melakukan perilaku seksual menyimpang seperti
berpegangan tangan, berangkulan, berpelukan, berciuman pipi atau bibir dan
meraba alat kelamin lawan jenis. Namun masih ada remaja yang berperilaku kurang
baik (3,12%) dan cukup baik (21,88%) yaitu remaja yang pernah melakukan
perilaku seksual menyimpang. Dari data didapatkan perilaku menyimpang
terbanyak yang pernah dilakukan adalah berpegangan tangan dan berangkulan, hal
tersebut dikarenakan anggapan mereka bahwa itu adalah sesuatu hal yang biasa dan
wajar untuk dilakukan sebagai wujud ungkapan rasa kasih sayang.

VI.2. Saran
 Bagi puskesmas

42
Diharapkan puskesmas Koto Baru dapat terus melakukan pembinaan kepada remaja
di Nagari Koto Padang Jorong Aur Jaya melalui klinik PKPR yang sudah terbentuk
berupa:
 Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan
masalah kesehatan khusus remaja
 Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan kesehatan remaja
 Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog
interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
 Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya
(dan kerahasiaannya dijamin)
 Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut
membantu teman yang sedang punya masalah
 Bagi remaja dan orang tua
Remaja sebaiknya lebih selektif lagi dalam mencari teman bergaul agar tidak
terpengaruh serta terjerumus pada pergaulan bebas yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu ekspresikan rasa kecintaan pada seseorang seperti pacar melalui hal yang
lebih positif seperti membuat lagu atau puisi. Dipihak lain, orang tua sebaiknya
dapat lebih mendekatkan diri dengan anak-anaknya sehingga akan lebih mudah
dalam memberikan pendidikan serta pemahaman mengenai masalah seksual.

DAFTAR PUSTAKA

43
1 Atun, dkk. 2004. IMS atau Penyakit Kelamin, dalam Kesehatan Reproduksi Remaja,
Kerjasama Jaringan Khusus Kesehatan untuk Anak Jalanan Perempuan di Yogyakarta,
bersama PKBI-DIY. Yogyakarta.
2 Caesarina Ancah. 2009. Kespro Remaja, disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas
dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris. Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
3 Eriyani Linda Dwi. Kesehatan Reproduksi Remaja: Menyoal Solusi. 2006, disampaikan
pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris,
Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
4 Habsjah, dkk. 1995. Peranan Ayah vis-a-vis Ibu dan Pranata Sosial Lainnya dalam
Pendidikan Seks Remaja. The Population Council and The Atma Jaya Research Centre,
Jakarta.
5 Khisbiyah, dkk. 1996. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja, Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
6 Mukhatib MD. 2009. Problem Kesehatan Reproduksi Remaja: Tawaran Solusi,
disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP.
Nuris, Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
7 Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media, Jakarta.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung
Seto.Jakarta.
8 Tim Mitra Inti. 2009. Mitos Seputar Masalah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi,
Yayasan Mitra Inti. Jakarta.
9 Utomo Iwu Dwisetyani. 2009. Panduan Materi Dasar untuk Guru, dapat Menjadi Dasar
untuk Dikembangkan dan Disesuaikan dengan Keadaan dan Kondisi Kebudayaan Lokal.
Australian Demographic and Social Research Institute, Australian National University,
Konsultan Kesehatan Reproduksi Remaja UNFPA. Jakarta.
10 Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.
11 Widaninggar. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skills Education) untuk Pencegahan HIV dan AIDS. Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

44

Anda mungkin juga menyukai