Anda di halaman 1dari 40

STRATEGI

KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU


DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
DI KABUPATEN MUARA ENIM

KABUPATEN MUARA ENIM


2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warah matullahi wa barakatuh

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas izin dan karunia-
Nya sehingga pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam
Percepatan Pencegahan Stunting dapat tersusun dan diterbitkan.

Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup


intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukan bahwa
penyelenggaraan intervensi terpadu yang melibatkan lintas sektor dan menyasar
kelompok prioritas dilokasi prioritas merupakan kunnci keberhasilan perbaikan
gizi dan tumbuh kembang anak, yang pada akhirnya membantu terhadap
pencegahan stunting.

Strategi Nasional percepatan Pencegahan Stunting terdiri dari lima pilar, yaitu : 1)
komitmen dan visi kepemimpinan; 2) Kampanye nasional dan komunikasi
perubahan perilaku; 3) Konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat,
daerah, dan desa; 4) Gizi dan ketahanan pangan; dan 5) Pemantauan dan evaluasi.
Strategi ini diselenggarakan di semua tingkatan pemerintah dengan melibatkan
berbagai institusi pemerintah yang terkait maupun pihak non pemerintah seperti
swasta, masyarakat madani dan komunitas.

Pedoman ini menjelaskan tentang Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam


Percepatan Pencegahan Stunting yang mencakup antara lain latar belakang
urgensi permasalahan stunting di Indonesia, tujuan umum dan tujuan khusus yang
ingin dicapai, kelompok sasaran, kerangka teori dan peta jalan sebagai panduan
pelaksanaan program, pesan – pesan kunci, indikator program, pengaturan
pembagian peran dan tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi, serta contoh
implementasi kegiatan yang dapat dilakukan.

Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting ini


disusun untuk memberikan arahan dan panduan kepada para pemangku
kepentingan terkait ditingkat kecamatan dan desa dalam menyusun dan
melaksanakan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting.

2
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
pedoman ini. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Muara Enim, Oktober 2019


Plt. BUPATI MUARA ENIM
WAKIL BUPATI

H. JUARSAH, SH

3
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Indikator Capaian
1.3 Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting
1.4 Dasar Hukum

BAB 2 Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku


2.1 Analisis Situasi
2.2 Menentukan Kelompok Sasaran
2.3 Menyusun Struktur Pesan Kunci
2.4 Mengembangkan Pendekatan Komunikasi
2.5 Mengelola Saluran Komunikasi
2.6 Mendesain Materi Komunikasi

BAB 3 Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku


3.1 Perencanaan
3.2 Pelaksanaan
3.3 Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku

BAB 4 Pemantauan dan Evaluasi


Lampiran 1 : Matriks 1 Masalah perilaku dan praktik
Lampiran 2 : Matriks 2 Analisis saluran/kanal komunikasi

4
Daftar Singkatan

KAP : Komunikasi Antar Pribadi


HPK : Hari Pertama Kehidupan
PDB : Produk Domestik Bruto
TTD : Tablet Tambah Darah
Baduta : Bayi Dua Tahun
MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
KEK : Kurang Energi Kronik
Advokasi : Merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap untuk mencapai tujuan yang
diharapkandengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
SDM : Sumber Daya Manusia
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
ANC : Ante Natal Care
Bimtek : Bimbingan Teknis
Pokjanal : Kelompok Kerja Operasional
1000 HPK : 1000 Hari Pertama Kehidupan
Kronis : Terus menerus berlangsung; tahan dalam waktu yang lama
Konseling : Pemberian bimbingan oleh tenaga terlatih kepada seseorang
dengan menggunakan pendekatan psikologis
Pilar : Dasar, induk
Publik : Umum
Pesan Kunci : Pesan utama
Regulasi : Peraturan
Terintegrasi : Pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat
Terpadu : Disatukan, dilebur menjadi satu
Orientasi : Pandangan yang mendasari pikiran, perhatian dan kecenderungan

5
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat
kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang
terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak
berusia dua tahun.1 Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya
berada di bawah minus dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya.2

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1000 HPK tidak hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit, tetapi jugamengancam perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa dewasanya.
Kerugian ekonomi akibat stunting pada angkatan kerja di Indonesia saat ini
diperkirakan mencapai 10,5%dari produk domestik bruto (PDB), atau setara
dengan Rp386 triliun.3

Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir 4 menunjukkan bahwa stunting


merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita menderita stunting.
Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9%), Berat Bayi Lahir Rendah atau
BBLR (6,2%), balita dengan status gizi buruk (17,7%) dan anemia pada balita.

Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child


Undernutrition”5, “The Underlying Drivers of Malnutrition”6, dan “Faktor Penyebab
Masalah Gizi Konteks Indonesia” 7 penyebab langsung masalah gizi pada anak
termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan
stuntingmenitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor
yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan
bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian
makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk
pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan
yangmeliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat

1 Setwapres. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2012 – 2024
2Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
3Galasso and Wagstaff (2017). The Economic Costs of Stunting and How to Reduce Them. Policy Research Note, World Bank

Group, Development Economics. Diakses dari: http://pubdocs.worldbank.org/en/536661487971403516/PRN05-


March2017-Economic-Costs-of-Stunting.pdf
4 Kementerian Kesehatan (2007, 2011, 2013). Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes: Jakarta.

5UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF: New York.
6 International Food Policy Research Institute. (2016). From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030. IFPRI:

Washington DC.
7 Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting: Jakarta.

6
faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak.
Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah
masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.

Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup


intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di
lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh
kembang anak, serta pencegahan stunting.8

Pada tahun 2018 dilakukan pengukuran terhadap 7988 anak Balita dan ditemukan
1152 anak Balita (14,42%) mengalami stuntingyang tersebar di 255 desa dalam
Kabupaten Muara Enim. Sampai dengan bulan Juni 2019 ditemukan 131 anak
Balita mengalami stunting.

Berbagai hasil analisa yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Muara
Enim menunjukan berbagai perilaku di masyarakat ditemukan belum optimal :
a. Asupan makanan ibu hamil yang dipengaruhi oleh keluarga baik suami atau
orangtua/mertua sebagai orang yang mengambil keputusan mengenai
makanan apa yang akan dibeli dan dikomsumsi.
b. IMD (Inisiasi Menyusui Dini) belum menjadi norma; hanya sekitar setengah
dari ibu melahirkan melakukan inisiasi menyusui dini dalam satu jam
kelahiran.
c. Pengenalan kepada makanan tambahan yang terlalu dini, setengah dari anak
yang mendapatkan ASI sudah menerima makanan padat atau semi padat
pada umur empat atau lima bulan.
d. Status ekonomi dan pantangan makanan masih menjadi faktor yang sangat
berpengaruhi bagi masyarakat Indonesia.
e. Perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, memasak atau saat
member makan masih rendah.
f. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas juga mempengaruhi
kepatuhan masyarakat, khususnya ibu hamil dan ibu menyusui untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai jadwal.
g. Akses air minum dan sanitasi masih kurang, terutama daerah yang berada
dekat sungai.
h. Faktor status sosial atau kemiskinan masih menjadi penyebab stunting.

Dengan mengacu kepada kondisi yang telah dipaparkan di atas, diperlukan


Pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku di Kabupaten Muara Enim yang
terpadu agar terjadi pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing
pemangku kepentingan untuk mendukung komunikasi perubahan perilaku
pencegahan stunting. Kombinasi elemen advokasi kebijakan, kampanye,

8 Levinson, F.J., and Y. Balarajan. (2013). Addressing malnutrition multisectorally: what have we learned from recent
international experience, UNICEF Nutrition Working Paper, UNICEF and MDG Achievement Fund, New York.

7
Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan mobilisasi sosial akan saling melengkapi dan
meneguhkan untuk memperkuat proses pengambilan keputusan, koordinasi,
kualitas dan akuntabilitas program yang akan diimplementasikan.

1.2 Tujuan dan Indikator Capaian

Mengacu pada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku


Percepatan Pencegahan Stunting, maka Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten Muara Enim memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus, yaitu:

Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran publik dan mengubahperilaku kunci untuk mencegah
stunting melalui strategi komunikasi perubahan perilaku yang komprehensif di
Kabupaten Muara Enim.

Tabel 1 Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting


di Kabupaten Muara Enim

Tujuan Khusus Target Indikator


1. Terlaksananya peningkatan Sebanyak 80% tenaga kesehatan di
kapasitas Komunikasi Antar puskesmas mendapat
Pribadi bagi tenaga kesehatan pelatihan/orientasi komunikasi
(utamanya bidan, perawat, antarpribadi (utamanya bidan, perawat,
petugas gizi, petugas promosi petugas gizi, petugas promosi
kesehatan, petugas sanitasi) di kesehatan, petugas sanitasi) pada tahun
puskesmas di area intervensi 2024.
Kabupaten Muara Enim.

2. Terlaksananya peningkatan Sebanyak 80% kader posyandu


kapasitas komunikasi mendapatkan orientasi komunikasi
antarpribadi bagi kader antarpribadi pada tahun 2024.
posyandu di area intervensi
Kabupaten/kota Muara Enim

3. Terlaksananya komunikasi Sebanyak 80% tenaga kesehatan


antarpribadi oleh tenaga puskemas melakukan komunikasi
kesehatan puskesmas kepada antarpribadi kepada kelompok sasaran
kelompok sasaran pada saat pada saat memberikan pelayanan
memberikan pelayanan kesehatan pada tahun 2024 terutama
kesehatan di area intervensi melalui platform program PIS-PK dan
Kabupaten Muara Enim Posyandu.

8
1. Terlaksananya Kabupaten Muara Enim melaksanakan
kampanye terkait 22 kampanye pencegahan stunting
stunting area intervensi sesuai strategi komunikasi perubahan
Kabupaten Muara Enim perilaku pencegahan stunting pada
tahun 2024.

2. Terjadinya peningkatan  Sebanyak 100% ibu hamil di


perubahan perilaku daerah lokus prioritas minum
dalam upaya minimal 90 Tablet Tambah Darah
pencegahan stunting (TTD).
pada semua kelompok  Sebanyak 60% ibu hamil
sasaran
mengikuti kelas ibu hamil di lokus
prioritas.
 Sebanyak 75% rumah tangga
yang telah mempunyai akses
pada jamban sehat di lokus
prioritas, menggunakan fasilitas
ini.
 Sebanyak 70% bayi usia 0-6 bulan
di lokus prioritas mendapat ASI
Eksklusif.
 Sebanyak 100% Rumah Tangga
yang memiliki Baduta di daerah
lokus prioritas mendapat
konseling MP ASI.
 Sebanyak 80% bayi usia 6-24
bulan di lokus prioritas mendapat
MPASI dan makanan lokal.
 Sebanyak 100% baduta di daerah
lokus prioritas terpantau status
gizi dan perkembangannya dan
lingkar kepala 3 bulan sekali
 Sebanyak 100% balita usia 24
bulan – 59 bulan terpantau
pertumbuhannya 8 kali dan
perkembangannya 2 kali setahun.
 Sebanyak 80% balita di lokus
prioritas mendapatkan
pengukuran panjang badan dan
tinggi badan sedikitnya dua kali
per tahun.

9
 Sebanyak 80% balita di lokus
prioritas mendapat pemantauan
perkembangan per tahun.
 Sebanyak 40 % remaja putri
mengonsumsi tablet tambah
darah di lokasi sasaran program
pemberian tablet tambah darah.
 Sebanyak 50% rumah tangga di
lokus prioritas mendapatkan
akses air minum layak.
 Sebanyak 95% bayi di lokus
prioritas mendapat Imunisasi
Dasar Lengkap.
 Sebanyak 95% baduta (1-24
bulan) di lokus prioritas
mendapat imunisasi lanjutan
DPT-HB-Hib dan Campak/MR.
 Sebanyak 100% ibu hamil KEK di
lokus prioritas mengonsumsi
makanan tambahan ibu hamil per
tahun.
 Sebanyak 100% anak usia 1-4
tahun didaerah endemis
kecacingan mengonsumsi obat
cacing sesuai standar.
 Sebanyak 100% anak usia 0-59
bulan dilokus prioritas
mengonsumsi vitamin A per
tahun sesuai standar.

1.3 Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan


Pencegahan Stunting

Strategi komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan stunting di


Kabupaten Muara Enimmengacu kepada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stuntingdimana strategi ini meliputi:
1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan
berkelanjutan, dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran
komunikasi, dan pengukuran dampak komunikasi yang efektif, efisien, tepat
sasaran, konsisten, dan berkelanjutan. Di samping itu, kampanye yang

10
dilakukan akan dilaksanakan/dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai
budaya lokal (kontekstual).
2. Komunikasi antarpribadi sesuai konteks sasaran, dengan memastikan
pengembangan pesan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran seperti
Posyandu, kunjungan rumah, konseling pernikahan, konseling reproduksi
remaja, dan sebagainya dengan mempertimbangkan konteks lokal.
3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil keputusan, dengan memastikan
terselenggaranya penjangkauan yang sistematis terhadap para pengambil
keputusan seperti Bupati Muara Enim, Camat dan Kades untuk mendukung
percepatan pencegahan stunting melalui penyediaan alat bantu, dan
pengembangan kapasitas penyelenggara kampanye dan komunikasi
perubahan perilaku.
4. Pengembangan kapasitas pengelola program, dengan memberikan
pengetahuan dan pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi
perubahan perilaku yang efektif dan efisien kepada Tenaga Kesehatan
Puskesmas seperti Perawat, Bidan, Kesehatan Lingkungan, dll dengan
mempertimbangkan konteks lokal.

Dokumen Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan


Stunting ini disusun untuk memberikan arahan dan panduan kepada para
pemangku kepentingan untuk melakukan implementasi percepatan penurunan
stunting di seluruh wilayahKabupaten Muara Enim yang menjadi area prioritas
percepatan penurunan stunting.

Secara rinci, dokumen ini menjelaskan tentang target penerima dan penyampain
pesan terkait perubahan perilaku, dan elemen-elemen teknis lainnya seperti
platform yang dapat dipakai untuk melakukan komunikasi antarpribadi, pilihan
kanal komunikasi yang dapat digunakan untuk setiap kelompok sasaran, usulan
kegiatan untuk mengimplementasikan komunikasi antarpribadi, kampanye, dan
advokasi kebijakan dan gambaran indikator capaian dari seluruh kegiatan
tersebut.

1.4 Dasar Hukum


Berikut adalah beberapa landasan hukum yang mendasariPedoman Nasional
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal.
4. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional

11
5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas).
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2018
tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Puskesmas.
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/577/2018 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Stunting Kementerian Kesehatan.
16. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
18. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun
2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2018
tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
20. Surat Edaran Bupati Muara Enim Nomor 02 Tahun 2019 tentang
Implementasi Komunikasi Perubahan Perilaku Masyarakat Untuk Mencegah
Stunting.

12
Bab 2
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku

Elemen-elemen penting untuk menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku di


Kabupaten Muara Enim meliputi: (1) Analisis situasi; (2) kelompok sasaran; (3) stuktur dan
dimensi pesan kunci; (4) pendekatan komunikasi yang diperlukan; (5) pengelolaan saluran
komunikasi, dan (6) desa/kelurahan materi komunikasi.

Berikut adalah enam elemen penting yang telah diidentifikasi dalam pengembangan
strategi komunikasi perubahan perilaku tersebut.

2.1. Analisis Situasi

Jumlah penduduk Kabupaten Muara Enim menempati urutan keenam terbanyak dari 17
Kabupaten/Kota diprovinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk
kabupaten Muara Enim berjumlah 567.450 jiwa. Penduduk terbesar Kabupaten Muara
Enimn terdapat di Kecamatan Lawang Kidul yaitu 67.785 jiwa dan terkecil terdapat di
Kecamatan Muara Belida yaitu 7.859 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Muara Enim
tahun 2017 terdiri dari 289.908 laki – laki atau 51.09% dan 277.542 perempuan atau
48.91% dengan jumlah Kepala Keluarga 157.789 jiwa. Jumlah penduduk produktif tahun
2017 tergolong tinggi, hal ini terdaftar dari jumlah penduduk kelompok umur 15-64 tahun
yang menduduki peringkat tertinggi yaitu 390.633 jiwa. Bertani dan berkebun merupakan
mata pencarian utama masyarakat Kabupaten Muara Enim. Kelapa sawit,karet,kopi dan
jeruk menjadi pilihan yang paling banyak diusahakan. Sebagian lainnya bekerja sebagai
buruh, pegawai negeri dan swasta, berdagang dan pengusaha.

Pada tahun 2017 angka kematian bayi mengalami peningkatan yaitu menjadi 65 kasus
kematian bayi dari 39 kasus kematian bayi di tahun 2016. Sebanyak 78 % jumlah kematian
bayi tahun 2017 terjadi pada usia neonatal. Penyebab kematian bayi pada usia tersebut
mayoritas karena asfiksia (26,79%), penyebab lainnya adalah BBLR (25%), Prematur
(17,86%) serta kelainan bawaan dan lain – lainnya (30,36%). Sedangkan kematian bayi
pada usia post-neonatal disebabkan karena Meningitis, Pneumonia, kelainan pencernaan,
kelainan jantung dan lain-lain. Keterlambatan keluarga mengambil keputusan untuk
merujuk dan perawatan bayi menjadi salah satu faktor eksternal yang mendukung
terjadinya kematian. Dan untuk kematian ibu maternal pada tahun 2017 disebabkan oleh
hipertensi pada kehamilan (50,00%) dan perdarahan (50.00%), keterlambatan keluarga
mengenali tanda bahaya ibu hamil dan keterlambatan mengambil keputusan untuk
merujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap menjadi faktor penyebab kematian ibu
lainnya.
Sarana kesehatan di Kabupaten Muara Enim sampai tahun 2017 terdiri dari 2 Rumah
Sakit, 14 Puskesmas non perawatan, 7 Puskesmas perawatan, 84 Pustu, 237 Poskesdes,
87 Posbindu dan 431 Posyandu yang tersebar di 20 Kecamatan. Ratio Posyandu 1 per 100
balita dengan 54.52 Posyandu yang tergolong aktif. Sedangkan ketenagaan kesehatan di
Kabupaten Muara Enim secara umum masih belum memenuhi rasio ideal. Selain itu,
sebaran petugas di tiap fasilitas kesehatan milik pemerintah masih belum merata. Hal ini
mempengaruhi tingkat pencapaian cakupan target – target kesehatan.
Untuk target SPM pada tahu 2017 pada upaya pelayanan kesehatan dasar terhadap
masyarakat Kabupaten Muara Enim 60 % berhasil tercapai. Indikator SPM yang belum
memenuhi target antara lain 1). Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4; 2). Cakupan
komplikasi kebidanan yang tertangani; 3). Cakupan Kunjungan Bayi; 4). Cakupan
Desa/Kelurahan Universal Child Immunization; 5). Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa
SD dan setingkat; 6). Cakupan Penemuan Penderitaa TB paru BTA+; 7). Cakupan
Pelayanan Kesehatan Dasar pasien masyarakat miskin; 8). Cakupan Pelayanan Kesehatan
rujukan masyarakat miskin.

Akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dijamin dengan beberapa program
jaminan kesehatan antara lain BPJS PBI, BPJS Non PBI.

Salahsatu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang


dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat adalah Posyandu. Selain berfungsi untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan bagi ibu, bayi dan anak balita, Posyandu menjadi salahsatu sarana pemantauan
pada bayi, Balita dan ibu (Bumil, Bufas, Busui dan WUS). Posyandu di Kabupaten Muara
Enim berjumlah 407 Posyandu dengan tingkat perkembangan sebagai berikut: Posyandu
Pratama sebanyak 8 Pos (1,96%),Posyandu Madya sebanyak 170 Pos (41,76%), Posyandu
Purnama sebanyak 200 Pos (49,14%) dan Posyandu Mandiri sebanyak 29 Pos (7,12%).

Kondisi lingkungan yang ada di Kabupaten Muara Enim saat ini seperti akses air bersih,
penduduk Muara Enim sebagian besar telah mengakses sarana air bersih namun masih
ada yang belum mengakses air bersih, hal ini dikarenakan sarana air bersih yang belum
tersedia atau mencukupi, perilaku masyarakat setempat yang masih membudayakan
melakukan aktivitas seperti mandi, mencuci dan buang air disungai dan masih ada
masyarakat yang kurang memahami tentang sarana air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan. Dan di kabupaten Muara Enim sudah 80 % masyarakat memiliki SPAL dan
rumah yang telah memenuhi syarat, dan selebihnya 20 % masyarakat Muara Enim belum
memiliki SPAL dan rumah yang memenuhi syarat karena masih ada masyarakat yang
belum memahami tentang rumah sehat.

Tingkat kesakitan suatu kabupaten juga mencerminkan situasi derajat kesehatan


masyarakat yang ada didalamnya. Data morbiditas yang tercatat selama sepuluh tahun
terakhir (2008-2017) menunjukkan penyakit menular masih merupakan masalah utama
kesehatan di kabupaten Muara Enim disamping meningkatnya masalah penyakit tidak
menular. Keadaan ini disebabkan kondisi ekonomi, tingkat pengetahuan dan pola hidup

14
masyarakat yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Upaya
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu dan masyarakat terhadap
program dan kegiatan bidang kesehatan dilakukan melalui promosi kesehatan antara lain
dan penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Keterjangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan sangat diharapkan oleh masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan.

2.2. Menentukan Kelompok Sasaran

Pembagian kelompok sasaran mengacu dan memodifikasi dari Pedoman Nasional Strategi
Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2019-2024. Pembagian kelompok adalah
berdasarkan pesan yang disampaikan, sehingga pembagian kelompok tidak dimaksudkan
untuk memprioritaskan kelompok sasaran tertentu. Semua kelompok sasaran ini saling
terkait dan memengaruhi satu sama lain.

2.2.1. Kelompok Primer

Kelompok primer adalah kelompok yang tergabung dalam rumah tangga dengan 1000
HPK dan tenaga kesehatan serta kader:
a. Ibu hamil
b. Ibu menyusui
c. Anak usia 0-23 bulan
d. Tenaga kesehatan: bidan, perawat,sanitarian, tenaga gizi, tenaga promosi
kesehatan
e. Kader

2.2.2. Kelompok Sekunder


Kelompok sekunder adalah kelompok yang berpotensi untuk melahirkan, mencegah,
dan mengoreksi anak stunting di masa mendatang dan kelompok penyedia layanan
kesehatan:
a. Wanita usia subur
b. Remaja
c. Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah)
d. Pemuka masyarakat, pemuka agama
e. Jejaring sosial (PKK, grup pengajar, dan lain-lain)

2.2.3. Kelompok Tersier


Kelompok tersier adalah pihak-pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung bagi
upaya percepatan pencegahan stunting, yang terdiri dari:
a. Pengambil kebijakan/keputusan di kabupaten/kota, kota, dan desa/kelurahan
b. Organisasi Perangkat Daerah
c. Dunia usaha
d. Media massa

15
2.3. Menyusun Struktur Pesan Kunci
Struktur dan dimensi pesan yang akan menjadi panduan utama materi komunikasi dalam
implementasi percepatan penurunan stunting di Kabupaten Muara Enim mengacu pada
Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting.

Berikut adalah struktur pesan kunci Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Stunting di
Kabupaten Muara Enim(Matriks 3)

Keterangan
Kelompok
Kelompok Pesan
Sasaran
Sasaran
Pesan : Minum TTD
Primer Semua Ibu hamil mendambakan bayi lahir normal dan sehat,
Ibu Hamil terhindar dari stunting. Stunting dapat dicegah saat kehamilan,
konsultasikan hal ini dengan layanan kesehatan terdekat
Jangan lupe minum TTD supaye anak sehat ibu sehat....

Wanita usia “Jaga kesehatan dan gaya hidupmu sejak kini untuk
subur dan menghindarkan anakmu dari stunting dengan minum TTD. Ini
Skunder Remaja akan menentukan kualitas kesehatan dan kecerdasannya.”
Dengan minum TTD tubuh sehat prestasi meningkat

Tenaga Ingatkan ke Ibu Hamil, bahwa tiap hari harus minum TTD. supaya calon bayi lahir
Kesehatan dengan sehat, berat badan normal dan terhindar dari stunting."
(Bidan,
Sanitarian, Ingatkan selalu untuk minum TTD.
Tenaga Gizi,
Dokter,
Perawat)

Pembuat "Perlu komitmen dan kerjasama dari seluruh OPD untuk memastikan program
Tersier percepatan pencegahan stunting berjalan dengan baik dan sesuai perencanaan
Kebijakan
Tingkat daerah yang telah disepakati."
Daerah
(Kabupaten/
kota/Kota)

Pesan : Posyandu

“Semua Ibu ingin fisik dan kecerdasan anaknya tumbuh optimal.


Ibu dengan
Bebaskan anak dari stunting, yang dapat dicegah dan dapat
Primer anak 0-23
dikoreksi hingga anak usia 2 tahun. Konsultasikan hal ini
bulan
dengan layanan kesehatan terdekat.”

Payo ajak anak kite ke Posyandu .....

16
Tenaga “Tenaga kesehatan perlu berkomitmen dan memprioritaskan
Kesehatan pencegahan stunting. Berikan informasi lengkap dan layanan
(Bidan, pencegahan stunting kepada Ibu dengan bayi/anak yang
Sanitarian, berada pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan-nya.”
Tenaga Gizi,
Dokter, Petugas semangat masyarakat sehat.....Mari kita cegah
Perawat) dan stunting
Kader
“Menyongsong generasi emas, anak-anak kita harus bebas
stunting. Pastikan mereka menjadi generasi yang produktif dan
kompetitif. Ambil peran Anda untuk mewujudkan tumbuh
Jejaring kembang anak yang sehat dan cerdas.”
Sekunder Sosial (PKK)
Dengan semangat dan gerak PKK, bantu penurunan
stunting

Pembuat “Perkuat dukungan lintas pihak dan lintas sektor melalui aktivasi Kelompok
Kebijakan Kerja Operasional (PokJaNal) sebagai wadah koordinasi pembinaan Posyandu
Tingkat yang sadar stunting.”
Tersier
Daerah
(Kabupaten/
kota/Kota)
Pesan : Kurang Tenaga
Kesehatan
Perimer Tenaga kesehatan perlu berkomitmen dan memprioritaskan
Tenaga pencegahan stunting dan ptimalkan tenaga kehatan yang ada
kesehatan

Sekunder Kader perlu berkomitmen dan memprioritaskan pencegahan


Kader stunting dan ptimalkan tenaga kehatan yang ada

Tersier Pembuat Perlu adanya komitmen pemenrintah kabupaten dan desa


kebijakan dalam penempatan tenaga kesehatan dan kader

Pesan : Masih banyak Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

“Pakai jamban, agar selalu bersih, dan terhindar dari penyakit


Ibu, anak
yang dapat mengganggu kesehatan Ibu dan anak.”
dan seluruh
keluarga
“Sudah jamannya pakai jamban, karena anak yang sehat dan
cerdas berawal dari lingkungan yang bersih”
Primer Tenaga “Anjurkan ibu dan seluruh keluarga untuk menggunakan
Kesehatan jamban sehat, sebagai upaya mencegah kekurangan gizi pada
(Bidan, baduta/balita.”
Sanitarian,
Tenaga Gizi,
Dokter,
Perawat) dan
Kader

17
“Menjaga kebersihan dan kesehatan merupakan perintah
agama. Bantu hapus kebiasaan warga BAB sembarangan
dengan memanfaatkan jamban sehat, demi generasi yang sehat
dan cerdas.”
Jejaring
Sekunder
Sosial (PKK)
“Jadilah teladan bagi masyarakat dalam menggunakan jamban
sehat sebagai wujud masyarakat yang berbudaya, demi
generasi yang sehat dan cerdas.”

OPD terkait “Program jamban sehat perlu terus digalakkan demi pencegahan stunting.
(Dinas Dukunglah dengan penyediaan dana pembangunan, bantuan teknis,
Tersier
Perkim, keterbukaan akses, hingga pendampingan bagi perubahan perilaku.”
DPMD)
Pesan : Masih banyak
belum melakukan CTPS
Perimer “Cegah diare, biasakan cuci tangan pakai sabun agar anak tidak
kekurangan gizi.”
Ibu, anak
dan seluruh “Ibu yang bersih dan wangi adalah dambaan keluarga. Makanya,
keluarga selalu cuci tangan pakai sabun. Tangan yang bersih adalah awal dari
keluarga sehat.”

“Ajarkan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir secara
tepat pada ibu hamil dan ibu dengan baduta/balita. Ingatkan mereka
untuk tidak lalai melakukan CTPS di waktu-waktu yang tepat.”
Tenaga dan
kader “Praktikkan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir
kesehatan secara tepat, di waktu-waktu yang tepat, sebagai teladan bagi ibu
hamil dan ibu dengan baduta/balita.”

Sekunder “Menjaga kebersihan dan kesehatan merupakan perintah agama.


Promosikan kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air
mengalir di wilayah kita, agar terhindar dari stunting.”
Jejaring
Sosial (PKK)
“Jadilah teladan untuk hidup sehat melalui kebiasaan cuci tangan
pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir secara tepat, sebagai
wujud masyarakat yang menjaga kebersihan.”
Tersier Organisasi “Prioritaskan akses dan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung
Perangkat kegiatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir, sebagai
Daerah (OPD) bagian

2.4. Mengembangkan Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan untuk menjangkau kelompok sasaran


komunikasi perubahan perilaku adalah:
1. Advokasi kebijakan
Deskripsi Pendekatan Komunikasi

18
 Upaya strategis yang terorganisir untuk menginformasikan dan memotivasi para
pembuat kebijakan untuk menciptakan lingkungan social politik pendukung guna
mencapai tujuan percepatan pencegahan stunting.
 Fokus pada lingkungan sosial politik pembuat kebijakan untuk membuat atau
mengubah regulasi, kebijakan, dan praktik administrasi terkait pencegahan
stunting.
 Bekerja melalui pembentukan koalisi, mobilisasi komunitas, dan komunikasi
berbasis bukti.
Kelompok sasaran : Kelompok Tersier
2. Kampanye publik
Deskripsi Pendekatan Komunikasi
 Proses dialog yang dilakukan secara rutin antara para pemangku kepentingan
terkait secara partisipatif untuk mengidentifikasi permasalahan, aset- aset yang
dimiliki dan upaya kolaborasi terkait pencegahan stunting agar terjadi pembagian
tugas yang baik diantara para pemangku kepentingan tersebut.
 Menekatkan pada dialog para pemangku kepentingan untuk mengubah perilaku
di skala besar, termasuk perubahan norma social dan struktur masyarakat yang
tidak berimbang.
 Bekerja melalui komunikasi antar pribadi, dialog masyarakat dan kampanye media
massa/social media
Kelompok Sasaran : Kelompok Primer, Kelompok Skunder dan Kelompok Tersier.

3. Komunikasi antarpribadi
Deskripsi Pendekatan komunikasi
 Pemanfaatan komunikasi individu dan antar pribadi secara strategis untuk
mempromosikan keluaran perilaku pencegahan stunting yang diharapkan.
 Strategi komunikasi tersebut berbasis teori dan riset, serta proses intereaksi
kelompok sasaran agar terbentuk pesan kunci dan pendekatan komunikasi yang
paling cocok untuk memotivasi pengetahuan, sikap dan perilaku individu secara
konsisten dan berkelanjutan.
 Bekerja melalui komunikasi antar pribadi, serta dukungan oleh kampanye media
massa/social media.
Kelompok Sasaran : Kelompok Primer, Kelompok Skunder dan Kelompok Tersier.
4. Mobilisasi sosial/masyarakat
Deskripsi Pendekatan Komunikasi
 Proses yang berlangsung secara terus menerus yang melibatkan dan memotivasi
para pemangku kepentingan terkait di tingkat nasional dan daerah untuk
meningkatkan kesadaran terhadap stunting dan semua upaya terkait untuk
pencegahannya.

19
 Fokus untuk menyatukan pemangku kepentingan terkait ditingkat nasional dan
tingkat masyakarat untuk tujuan bersama, yaitu peningkatan kesadaran dan
perubahan perilaku pencegahan stunting.
 Menekankan pada upaya kolektif dan pemberdayaan untuk menciptakan
lingkungan sosial politik yang mendukung tujuan program.
 Bekerja melalui dialog , pembentukan koalisi dan kegiatan organisasi/kelompok
Kelompok Sasaran : Kelompok Tersier.

2.5. Mengelola Saluran Komunikasi


Saluran komunikasi yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada kelompok
sasaran adalah:
1. Pertemuan tatap muka, antara lain forum pertemuan, pertemuan koalisi, pemberian
konseling antarpribadi, sosialisasi, edukasi kelompok besar hingga kecil, rembuk
stunting, rapat koordinasi dan sebagainya.
2. Menggunakan medium perantara, yang dapat dibedakan sebagai berikut:
 Paid media, yaitu informasi yang disebarluaskan dengan cara membayar slot dari
media terpilih – media cetak (Koran,majalah), media broadcast (televisi,radio),
maupun media digital (online dan social media).
 Owned media, yaitu saluran informasi yang dikelola oleh aset milik institusi
tertentu, misalnya : situs institusi, media sosial tokoh – tokoh berpengaruh,
pembuatan video yang diunggah di youtube dan sebagainya.
 Earned media, yaitu informasi yang dipublikasikan dan cara – cara kehumasan
(public relation), misalnya : peliputan dari sebuah kegiatan bersama media,
wawancara tokoh tertentu, penulisan dikolom opini, kunjungan ke kantor
redaksimedia dan sebagainya.

2.6. Mendesain Materi Komunikasi


Materi komunikasi adalah alat yang dipakai untuk menyampaikan pesan pencegahan
stunting kepada kelompok sasaran. Isi materi dan metode komunikasi yang digunakan
bias berbeda tergantung kelompok sasaran yang dituju dan disesuaikan dengan konteks
lokal.
 Materi komunikasi sangat beragam bentuknya, mulai dari materi cetak, audio
(bersuara) dan visual (bergambar).
 Isi materi komunikasi yang baik adalah yang dapat dipahami oleh kelompok
sasarannya, misalnya : jika ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya ASI
eksklusif, maka posisikan diri sebagai ibu, suami, kakek, nenek, serta kader yang
ingin menerima informasi penting seputar dukungan untuk melakukan ASI
ekslusif karena anggota keluarga dan kader bias berkontribusi mendukung
implementasi ASI ekslusif.

20
 Dalam menyusun materi komunikasi diperlukan pihak – pihak kreatif yang bias
mengemas pesan kunci menjadi menarik (kata–kata maupun terlampir).

21
Bab 3
Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
3.1. Perencanaan
 Melakukan analisis situasi kondisi status stunting di wilayah Muara Enim, serta
menetapkan akar permasalahan, faktor penyebab dan faktor resiko dilanjutkan
dengan ;
1. Identifikasi perilaku prioritas yang akan diangkat.
2. Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan prioritas.
3. Identifikasi kelompok sasaran primer, skunder dan tersier yang akan dituju.
4. Menyusun pesan kunci komunikasi perubahan perilaku untuk kelompok sasaran
yang dituju.
5. Mengembangkan materi komunikasi perubahan perilaku disesuaikan dengan
konteks lokal dan pemanfaatannya bagi advokasi, kampanye, sosialisasi pada
kelompok tertentu, materi pelatihan bagi tenaga kesehatan dan kader.
6. Menganalisis saluran dan aset komunikasi serta sumber daya yang dimiliki dalam
melaksanakan rencana strategi perubahan perilaku dalam mendukung percepatan
pencegahan stunting.
 Menyusun rencana kegiatan/program komunikasi perubahan perilaku (disesuaikan
dengan tujuan khusus, alat dan saluran komunikasi, platform yang tersedia, indikator
capaian dari masing – masing kegiatannya).
 Menyusun pembagian peran dan tanggung jawab para pemangku kepentingan terkait
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
 Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi dengan mengacu pada strategi
komunikasi perubahan perilaku nasional.
 Menerbitkan regulasi lokal terkait implementasi komunikasi perubahan perilaku yang
mencantumkan strategi komunikasi perubahan perilaku sesuai konteks lokal.

3.2. Pelaksanaan
Pemerintah Kabupaten Muara Enim menyelenggarakan intervensi gizi spesifik dan sensitif
secara konvergen dengan menggunakan pendekatan perubahan komunikasi dan perilaku
dan melayani kelompok sasaran secara tepat dengan cara :

 Merumuskan dan menghasilkan kebijakan daerah yang mendukung upaya percepatan


pencegahan stunting dengan pendekatan komunikasi perubahan perilaku.
 Mensosialisasikan kebijakan terkait upaya percepatan pencegahan stunting sebagai
salah satu prioritas pembangunan nasional, khususnya kepada kecamatan dan desa.
Sosialisasi pada kecamatan lokus secara berkala.
 Meningkatkan :
 Peran Camat dalam mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian percepatan pencegahan stunting diwilayahnya.

22
 Kapasitas OPD Kabupaten Muara Enim terkait dan aparat desa dalam
melaksanakan Aksi Konvergen/Aksi integrasi pencegahan stunting dengan
memasukan pendekatan komunikasi perubahan perilaku.
 Serta membangun system manajemen data yang terkait dengan pencegahan
stunting.
 Koordinasi dengan kementerian/lembaga, provinsi, desa dan pihak lainnya
yang terkait dalam pelaksanaan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi pencegahan
stunting.
 Memastikan :
 Rencana program/kegiatan untuk intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif yang
telah disepakati pada hasil rembuk stunting dimuat dalam RKPD/Renja OPD.
 Penyelenggaraan rembuk stunting setiap enam bulan dengan melibatkan
unsur OPD provinsi terkait, desa, masyarakat dan pihak lainnya untuk upaya
pencegahan stunting.
 Teralokasinya dana bantuan khusus bagi desa-desa yang kurang mampu dari
aspek pendanaan, dalam upaya pencegahan stunting.
 APB-Desa telah sesuai dengan kebijakan Bupati tentang upaya percepatan
pencegahan stunting, serta serasi dan sinergi dengan program/kegiatan
dalam RKPD Kabupaten Muara Enim. Peran ini dilaksanakan pada saat
evaluasi rancangan peraturan desa APB-Desa.
 Optimalisasi pemanfaatan APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
program layanan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif, melalui proses
penetapan DPA OPD.
 Bantuan dari masyarakat, dunia usaha, donor serta pihak lainnya yang terkait
dalam upaya pencegahan stunting kekelompok sasaran dan lokasi desa
terorganisir dengan baik.
 Melakukan pemantauan dan evaluasi :
 Pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting yang dilakukan oleh desa.
 Kinerja desa dalam pencegahan stunting sebagai tugas pembinaan dan
pengawasan, serta
 Bertanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan intervensi gizi sensitif
kepada kelompok sasaran dan mempublikasikan hasil capaian kinerja
pencegahan stunting diwilayahnya.

23
3.3. Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku

Pendekatan Kelompok Saluran Bentuk Materi Indikator Alokasi Sumber Data Penanggung Frekuensi
Komunikasi Sasaran Komunikasi Kegiatan Komunikasi Capaian Anggaran Jawab
Advokasi Pemda audiensi Rapat Aturan ASN Regulasi APBD Data Dinkes tahunan
Kebijakan tentang kepegawaian
penempatan Dinkes
ASN
Mobilisasi
Sosial

Kampanye Kelompok Penyuluhan Kelas Materi Cakupan ADD,DD, Laporan DPMD,Din bulanan
Publik ibu yang Parenting Tumbuh kunjungan APBD/N kunjungan kes,
mempunyai Kembang Posyandu Posyandu/BK DPPKB
anak umur 0 Anak B
– 23 bulan

Ibu, anak dan Penyuluhan Kelompok Jamban Sehat Persentase ADD, DD Laporan Dinkes Triwulan
seluruh Masyarakat Meningkatnya APBD/N Puskesmas
keluarga Jamban Sehat

Ibu, anak dan Penyuluhan Kelompok Penurunan Persentase ADD, DD Laporan Dinkes Triwulan
seluruh Masyarakat kasus diare Meningkatnya APBD/N Puskesmas
keluarga melalui Sarana CTPS
CTPS
Komunikasi Ibu Hamil Penyuluhan Kelas Ibu Manfaat TTD Cakupan ibu Dana Laporan Dinas bulanan
Perubahan hamil Hmil minum Desa, Puskesmas Kesehatan
Perilaku TTTD DAK Non

24
Melalui Fisik,
komunikasi APBD
antar
pribadi Suami / Kunjungan Pengawasan Persentase - Laporan Dinas bulanan
keluarga Rumah minum TTD TTD yng di Puskesmas Kesehatan
serumah konsumsi

Diskusi Orientasi Materi Peran Persentase DD Laporan Desa DPMD tahunan


PKK/Kader Kelompok dan Fungsi Peningkatan
kader kegiatan
Dasawisma

Ibu, anak dan Pemicuan Kelompok Pendekatan Masyarakat APBD/N Laporan Dinkes Triwulan
seluruh Masyarakat Masyarakat Akses Jamban Puskesmas
keluarga

25
Bab 4
Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan yang harus dilakukan secara rutin oleh pihak-pihak terkait:
1. Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi di kabupaten/kota.
2. Sumber informasi pemantauan adalah dokumen rencana kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi di tingkat kabupaten/kota; termasuk didalamnya adalah
target kegiatan, alokasi pendanaan, dan indikator komunikasi antarpribadi dalam
program pencegahan stunting.
3. Pelaksana pemantauan di tingkat kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Bidang
Kesehatan Masyarakat yang mendapat penugasan dari pimpinan institusi.
4. Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali kepada bupati/walikota secara
terpadu melalui laporan secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program/sektor
dan pembinaan terbaru.
5. Umpan balik (feedback) hasil monitoring dapat disampaikan melalui mekanisme
persuratan. Dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut yang
memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi.
6. Hasil monitoring akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya
komunikasi dalam pencegahan stunting secara keseluruhan.

Kegiatan evaluasi yang harus dilakukan secara rutin oleh pihak-pihak terkait:
1. Materi yang dievaluasi di tingkat kabupaten/kota adalah hasil pelaksanaan kegiatan
strategi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi.
2. Sumber informasi evaluasi adalah dokumen rencana kegiatan strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan komunikasi
antarpribadi yang termasuk di dalamnya adalah target kegiatan, alokasi pendanaan,
dan indikator komunikasi perubahan perilaku dalam program pencegahan stunting.
3. Pelaksana evaluasi di tingkat kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Bidang
Kesehatan Masyarakat atau penanggungjawab yang ditugaskan oleh institusi yang
berwenang.
4. Waktu evaluasi dilakukan 1 tahun sekali, melalui laporan pada rapat koordinasi forum
komunikasi lintas program pada akhir tahun.
5. Hasil evaluasi dilaporkan ke Gubernur oleh Bupati dan akan dilaporkan kepada
Menteri Kesehatan.

26
LAMPIRAN

27
MATRIKS 1
MASALAH PERILAKU DAN PRAKTIK
Kabupaten/kota : Muara Enim
Provinsi : Sumatera Selatan

ALTERNATIF PENYELESAIAN
SASARAN MASALAH (PERILAKU) PENYEBAB MASALAH
MASALAH
Kelompok Primer
1. Kurangnya pengetahuan ibu 1. KIE/Konseling Ibu Hamil
1. Ibu Hamil Tidak Semua Ibu hamil hamil akan pentingnya TTD tentang manfaat TTD
mengkonsumsi TTD sesuai 2. Keluarga tidak berperan dalam 2. Libatkan keluarga dalam
standar mengingatkan minum TTD pengawasan konsumsi TTD

1. Ibu bekerja 1. Libatkan keluarga terdekat


2. Ibu dengan anak 0-23 2. Anggapan ibu tentang 2. Sosialisasi tentang
bulan Posyandu sekedar untuk pentingnya manfaat
Ibu tidak membawa balita ke imunisasi posyandu
posyandu
1. Tingkat pengetahuan tentang 1. Penyuluhan
3. Ibu, anak dan seluruh manfaat jamban masih rendah 2. Advokasi ke DPMD tentang
keluarga 2. Tidak memiliki jamban pemicuan
3. Pemicuan
4. Pengadaan cetakan jamban

Masih banyak Ibu, anak dan 1. Tingkat pengetahuna tentang 1. Kampanye CTPS
4. Ibu, anak dan seluruh seluruh keluarga Buang Air Besar manfaat cuci tangan pakai 2. Advokasi ke Pemerintah Desa
keluarga Sembarangan (BABS) sabun (CTPS) dengan air tentang Pengadaan sarana
mengalir. CTPS
2. Tidak mempunyai sarana
CTPS

1. Banyak tenaga kesehatan yang 1. Regulasi mutasi tenaga


5. Tenaga Kesehatan mengajukan mutasi kesehatan
Masih banyak Ibu, anak dan
seluruh keluarga belum cuci tangan
pakai sabun (CTPS) dengan air 1. Pendekatan terhadap kades
mengalir. 1. Kader berganti karena alasan
6. Kader Politik (sesuai dengan kades agar memberdayakan kader
terpilih) yang sudah ada

28
Kurangnya tenaga kesehatan
yang menyampaikan informasi
terkait stunting

Kurangnya tenaga kesehatan


yang menyampaikan informasi
terkait stunting

Kelompok Sekunder
1. Dasawisma tidak aktif 1. Diberikan intensif
2. Tidak ada insentif kader menggunakan dana desa
1. Jejaring Sosial (PKK) PKK belum terlibat dalam PKK 2. Revitalisasi dasawisma
pemberian informasi tentang
Stunting termasuk

1. Melakukan mutasi tanpa 1. Banyaknya petugas yang 1. Membuat regulasi


3. Kelompok Tersier rekomendasi mengjukan mutasi tanpa
1. Pengambil kebijakan prosedural
2. Masyarakat masih banyak 2. Belum adanya PERDES 2. Di buat PERDES
BABS 3. Belum adanya satgas 3. Di Bentuk Tim Pemantau
2. Organisasi Perangkat pemntau BABS BABS
Daerah (OPD)

29
* PRIORITAS diurutkan berdasarkan: [1] besaran dan tingkat keparahan dari masalah, [2] sumber daya yang ada (SDM,material,finansial), [3]
kurun waktu untuk penyelesaian masalah, [4] jangkauan wilayah

30
MATRIKS 2
ANALISIS SALURAN/KANAL KOMUNIKASI
Kabupaten/kota : Muara Enim
Provinsi : Sumatera Selatan

SALURAN KOMUNIKASI JENIS YANG ADA KENDALA SARAN JENIS YANG DIMINATI

MEDIA CETAK Leaflet  Bahasa sulit dipahami  Menyusun materi Poster


masyarakat daerah leafleat dengan bahasa Lembar balik
 Gambar kurang menarik lokal
 Uji coba media sebelum
di cetak

 Pesan terlalu banyak


 Tulisan terlalu kecil  Menyusun pesan
Poster  Dipasang hanya di sederhana yang mudah
Puskesmas terlihat.
 Tulisan disesuaikan
untuk dibaca pada jarak
5m
 Dipasang di tempat
berkumpul orang,
misalnya Posyandu,
Poskampling, pasar, dll

 Menyusun lembar balik


dengan tulisan dan
gambar menarik
 Tulisan terlalu kecil,
gambar kurang menarik

31
Lembar balik  Gambar kurang menarik  Membuat lembar balik
 Jumlah lembar balik dengan kualitas lebih
tidak memadai tebal
 Halaman mudah sobek

 Data mutasi susah di


dapat
 Mutasi harus
trasnsparan
 Ada aturan terkait
mutasi pegawai
Lembar Fakta

MEDIA AUDIO DAN AUDIO Video  Waktunya terbatas  Menyusun topik dan Video
VISUAL  Gambar tidak gambar agar menarik
jelas/kurang menarik
 Topiknya terbatas

 Menyusun kata – kata


Radio  Suara tidak jelas
yang mudah dimengerti

32
MEDIA BROADCAST DAN Televisi  Tidak semua wilayah  Menyusun Topik atau Televisi
DIGITAL terjangkau siarannya Gambar yang menarik Internet
 Waktu yang terbatas dan seuai dengan batas Media sosial
 Biaya yang mahal waktu yang disepakati

 Membuat tulisan yang


Surat Kabar/Majalah  Gambar dan Topik yang menarik
kurang menarik
 Membuat pesan atau
Internet dan media  Tidak semua pengguna tulisan yang simple dan
sosial dapat terjangkau (sinyal menarik
lemah)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI Tatap Muka /  Perbedaan Budaya  Melakukan komunikasi Tatap muka
DAN KELOMPOK KECIL Wawancara  Tidak adanya tanggapan sesuai dengan adat
dari lawan bicara budaya tersebut
 Memberikan
pertanyaan terkait
informasi yang
diberikan dan
mengulang kembali
informasi terkait.

 Kesulitan penjadwalan
mengumpulkan  Membuat strategi
masyarakat dengan Melibatkan
pemuka
Pemicuan

33
 Persepsi masyarakat masyarakat, dunia
bahwa pemicuan usaha.
mendapat bantuan
 Membuat strategi
 Kesulitan penjadwalan dengan Melibatkan
mengumpulkan pemuka
masyarakat masyarakat
Penyuluhan

34
Matriks 3
Menyusun Struktur Pesan Kunci

Kabupaten/kota : Muara Enim


Provinsi : Sumsel

Kelompok
Keterangan Kelompok Sasaran Pesan
Sasaran
Pesan : Minum TTD
Primer Semua Ibu hamil mendambakan bayi lahir normal dan sehat, terhindar dari
Ibu Hamil stunting. Stunting dapat dicegah saat kehamilan, konsultasikan hal ini dengan
layanan kesehatan terdekat
Jangan lupe minum TTD supaye anak sehat ibu sehat....

“Jaga kesehatan dan gaya hidupmu sejak kini untuk menghindarkan anakmu dari
Wanita usia subur dan Remaja stunting dengan minum TTD. Ini akan menentukan kualitas kesehatan dan
Skunder kecerdasannya.”
Dengan minum TTD tubuh sehat prestasi meningkat

Ingatkan ke Ibu Hamil, bahwa tiap hari harus minum TTD. supaya calon bayi lahir dengan sehat, berat
Tenaga Kesehatan (Bidan, Sanitarian, badan normal dan terhindar dari stunting."
Tenaga Gizi, Dokter, Perawat)
Ingatkan selalu untuk minum TTD.

Tersier Pembuat Kebijakan Tingkat Daerah "Perlu komitmen dan kerjasama dari seluruh OPD untuk memastikan program percepatan pencegahan
(Kabupaten/kota/Kota) stunting berjalan dengan baik dan sesuai perencanaan daerah yang telah disepakati."

Pesan : Posyandu

35
“Semua Ibu ingin fisik dan kecerdasan anaknya tumbuh optimal. Bebaskan anak
Ibu dengan anak 0-23 bulan dari stunting, yang dapat dicegah dan dapat dikoreksi hingga anak usia 2 tahun.
Konsultasikan hal ini dengan layanan kesehatan terdekat.”

Primer Payo ajak anak kite ke Posyandu .....


“Tenaga kesehatan perlu berkomitmen dan memprioritaskan pencegahan stunting.
Berikan informasi lengkap dan layanan pencegahan stunting kepada Ibu dengan
Tenaga Kesehatan (Bidan, Sanitarian,
bayi/anak yang berada pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan-nya.”
Tenaga Gizi, Dokter, Perawat) dan
Kader
Petugas semangat masyarakat sehat.....Mari kita cegah stunting

“Menyongsong generasi emas, anak-anak kita harus bebas stunting. Pastikan


mereka menjadi generasi yang produktif dan kompetitif. Ambil peran Anda untuk
mewujudkan tumbuh kembang anak yang sehat dan cerdas.”
Jejaring Sosial (PKK)
Sekunder
Dengan semangat dan gerak PKK, bantu penurunan stunting

“Perkuat dukungan lintas pihak dan lintas sektor melalui aktivasi Kelompok Kerja Operasional
Pembuat Kebijakan Tingkat Daerah (PokJaNal) sebagai wadah koordinasi pembinaan Posyandu yang sadar stunting.”
Tersier
(Kabupaten/kota/Kota)

Pesan : Kurang Tenaga Kesehatan

Perimer Tenaga kesehatan perlu berkomitmen dan memprioritaskan pencegahan stunting dan
Tenaga kesehatan ptimalkan tenaga kehatan yang ada

Sekunder Kader perlu berkomitmen dan memprioritaskan pencegahan stunting dan ptimalkan
Kader tenaga kehatan yang ada

Tersier Pembuat kebijakan Perlu adanya komitmen pemenrintah kabupaten dan desa dalam penempatan
tenaga kesehatan dan kader

Pesan : Masih banyak Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

36
“Pakai jamban, agar selalu bersih, dan terhindar dari penyakit yang dapat
mengganggu kesehatan Ibu dan anak.”
Ibu, anak dan seluruh keluarga
Primer
“Sudah jamannya pakai jamban, karena anak yang sehat dan cerdas berawal dari
lingkungan yang bersih”
Tenaga Kesehatan (Bidan, Sanitarian, “Anjurkan ibu dan seluruh keluarga untuk menggunakan jamban sehat, sebagai
Tenaga Gizi, Dokter, Perawat) dan upaya mencegah kekurangan gizi pada baduta/balita.”
Kader
“Menjaga kebersihan dan kesehatan merupakan perintah agama. Bantu hapus
kebiasaan warga BAB sembarangan dengan memanfaatkan jamban sehat, demi
generasi yang sehat dan cerdas.”
Sekunder Jejaring Sosial (PKK)
“Jadilah teladan bagi masyarakat dalam menggunakan jamban sehat sebagai
wujud masyarakat yang berbudaya, demi generasi yang sehat dan cerdas.”

“Program jamban sehat perlu terus digalakkan demi pencegahan stunting. Dukunglah dengan
Tersier OPD terkait (Dinas Perkim, DPMD) penyediaan dana pembangunan, bantuan teknis, keterbukaan akses, hingga pendampingan bagi
perubahan perilaku.”

Pesan : Masih banyak belum melakukan CTPS

Perimer “Cegah diare, biasakan cuci tangan pakai sabun agar anak tidak kekurangan gizi.”
Ibu, anak dan seluruh keluarga “Ibu yang bersih dan wangi adalah dambaan keluarga. Makanya, selalu cuci tangan pakai
sabun. Tangan yang bersih adalah awal dari keluarga sehat.”

“Ajarkan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir secara tepat pada ibu hamil
dan ibu dengan baduta/balita. Ingatkan mereka untuk tidak lalai melakukan CTPS di waktu-
waktu yang tepat.”
Tenaga dan kader kesehatan “Praktikkan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir secara tepat, di waktu-
waktu yang tepat, sebagai teladan bagi ibu hamil dan ibu dengan baduta/balita.”

37
Sekunder “Menjaga kebersihan dan kesehatan merupakan perintah agama. Promosikan
kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir di wilayah kita, agar
terhindar dari stunting.”
Jejaring Sosial (PKK)
“Jadilah teladan untuk hidup sehat melalui kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS)
dengan air mengalir secara tepat, sebagai wujud masyarakat yang menjaga
kebersihan.”
Tersier Organisasi Perangkat Daerah (OPD) “Prioritaskan akses dan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan cuci tangan
pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir, sebagai bagian

38
Matriks 4
Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku

Kabupaten : Muara Enim


Provinsi : Sumatera Selatan

Pendekatan Kelompok Saluran Bentuk Materi Indikator Alokasi Sumber Data Penangg Frekuensi
Komunikasi Sasaran Komunikasi Kegiatan Komunikasi Capaian Anggaran ung
Jawab
Advokasi Pemda audiensi Rapat Aturan ASN Regulasi APBD Data Dinkes tahunan
Kebijakan tentang kepegawaian
penempatan Dinkes
ASN
Mobilisasi
Sosial

Kampanye Kelompok Penyuluhan Kelas Materi Cakupan ADD,DD, Laporan DPMD,D bulanan
Publik ibu yang Parenting Tumbuh kunjungan APBD/N kunjungan inkes,
mempunyai Kembang Posyandu Posyandu/BKB DPPKB
anak umur 0 Anak
– 23 bulan

Ibu, anak dan Penyuluhan Kelompok Jamban Sehat Persentase ADD, DD Laporan Dinkes Triwulan
seluruh Masyarakat Meningkatnya APBD/N Puskesmas
keluarga Jamban Sehat

Ibu, anak dan Penyuluhan Kelompok Penurunan Persentase ADD, DD Laporan Dinkes Triwulan
seluruh Masyarakat kasus diare Meningkatnya APBD/N Puskesmas
keluarga melalui Sarana CTPS
CTPS

39
Komunikasi Ibu Hamil Penyuluhan Kelas Ibu Manfaat TTD Cakupan ibu Dana Desa, Laporan Dinas bulanan
Perubahan hamil Hmil minum DAK Non Puskesmas Kesehata
Perilaku TTTD Fisik, APBD n
Melalui Suami / Kunjungan Pengawasan Persentase - Laporan Dinas bulanan
komunikasi keluarga Rumah minum TTD TTD yng di Puskesmas Kesehata
antar serumah konsumsi n
pribadi
Diskusi Orientasi Materi Peran Persentase DD Laporan Desa DPMD tahunan
PKK/Kader Kelompok dan Fungsi Peningkatan
kader kegiatan
Dasawisma

Ibu, anak dan Pemicuan Kelompok Pendekatan Masyarakat APBD/N Laporan Dinkes Triwulan
seluruh Masyarakat Masyarakat Akses Jamban Puskesmas
keluarga

40

Anda mungkin juga menyukai