Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut George Pickett dan John J. Hanlon (2009:5), Kesehatan adalah

bebas dari penyakit atau rasa sakit. Konstitusi WHO mendefinisikan kesehatan

sebagai keadaan sempurna secara fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari

penyakit atau ketidakmampuan. Akan tetapi, semakin banyak disadari bahwa

kesehatan hanya memiliki nilai sejauh kesehatan tersebut meningkatkan efisiensi

dan memungkinkan pencapaian pengalaman hidup yang memuaskan sepanjang

hidup. Kualitas hidup yang membawa arti, bukan hanya kuantitas. Kesehatan itu

sendiri hanya sesuatu yang kecil. Nilai yang sebenarnya dari kesehatan terletak

dalam aktivitas bermanfaat yang dimungkinkan oleh kesehatan itu.

Menurut Wahid Iqbal Mubarok (2009:2), Upaya kesehatan yang semula

dititik beratkan pada upaya penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur

berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena

itu pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan penyakit (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan serta dilaksanakan bersama antara pemerintah

danmasyarakat. Salah satu upaya kesehatan yang optimal adalah dengan

melakukan proses asuhan keperawatan.

1
2

Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2008:3), Keperawatan adalah suatu

bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi

kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) yang dapat

ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat-sakit.

Keperawatan memandang bahwa bentuk pelayanan pelayanan keperawatan yang

diberikan pada klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah

dalamkeadaan tidak mampu, tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan

kebutuhan dasar.Pemberian asuhan keperawatan ditujukan pada individu,

keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Munculnya

masalah kesehatan bisa disebabkan oleh keadaan ekonomi yang kurang dan

tingkat pendidikan yang sangat rendah akan berdampak terhadap kemampuan

daya beli khususnya keluarga terhadap bahan makanan pokok yang semakin

melonjak harganya. Hal tersebut berbengaruh baik secara langsung maupun tidak

langsung pada anak-anak yang dapat menyebabkan kekurangan gizi.

Menurut Anik Maryunani (2010:341),Sampai sekarang masih sering

diberitakan tentang masalah anak-anak yang mengalami kurang gizi. Kurang gizi

pada anak, bisa terjadi di usia balita (bawah lima tahun) pedoman untuk

mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat badan yang kurang dari

normal. Gizi merupakan unsur yang sangat penting didalam tubuh. Gizi yang

baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktifitas dengan baik. Gizi harus

dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting

untukpertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Orang tua


3

harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi anak agar anak tidak mengalami gizi

kurang. Orang tua juga harus mengetahui apa dan bahaimana kurang gizi itu.

Menurut(http://www.antaranews.com/berita/53287/kasus-gizi-kurang-

40%) WHO : Tahun2015 menunjukkan 60 % kematian bayi dan balita terkait

dengan kasus gizi kurang.Masalah kekurangan gizi umumnya ditemukan pada

daerah rawan pangan, daerah dengan jumlah penduduk miskin tinggi, serta daerah

yang belum mempunyai akses memadai terhadap sarana air bersih dan pelayanan

kesehatan.Gizi buruk dan gizi kurang pada balita terjadi melalui proses yang

panjang dan utamanya sangat ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

masa emas dan masa kritis pertumbuhan balita yakni sejak janin masih dalam

kandunganhingga bayi dilahirkan dan berusia dua tahun.Hasil Riset Kesehatan

Dasar 2010 mengungkapkan bahwa faktor pengetahuan, perilaku masyarakat

sangat berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang di masyarakat. Data lain

menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang juga dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan.

Menurut(http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id).Departemen

Kesehatan RI, telah membuat berbagai program guna mengatasi masalah gizi

buruk dan kurang serta menargetkan menurunkan kasus gizi buruk menjadi 5%

dan gizi kurang menjadi berturut-turut 20% pada tahun2009. Sedangkan,

ditahun2010 jumlah balita yang mengalami kurang gizi turun menjadi 0,93%, ada

beberapa daerah di Jawa Barat yang rawan kasus balita kurang gizi yaitu

:karawang, Sukabumi, Cianjur, Garut, Sumedang, Majalengka, Kuningan, dan

Cirebon. Dinkes Jawa Barat sendiri, menargetkan pada 2016 angka masalah
4

kurang gizi di Jawa Barat bisa ditekan menjadi 15% dan kondisi saat ini sekitar

23,3 %.

Berdasarkan data gizi kurang dari Puskesmas Karang Sembung pada tahun

2015-2016 selama enam bulan terakhiradalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 : Jumlah penderita gizi kurang di Puskesmas Karang Sembung


Kabupaten Cirebon Tahun 2015-2016.

Tahun 2015-2016 Jumlah


Bulan 0-11 bulan 12-59 bulan Total
1. September 20 24 44
2. Oktober 17 30 47
3. November 27 18 45
4. Desember 30 22 52
5. Januari 26 24 50
6. Februari 16 20 36

Jumlah 136 138 274


Sumber : UPTD Puskesmas Karang Sembung Kabupaten Cirebon

Berdasarkan tabel diatas, jumlah klien penderita Gizi Kurang diwilayah

kerja UPTD Puskesmas Karang Sembung Kabupaten Cirebon selama 6 bulan

terakhir Tahun 2015-2016 kejadian terbanyak terjadi pada bulan Desember

dengan jumlah 52.

Berdasarkan uraian diatas dan jumlah keluarga dengan kejadian Gizi

Kurang baik secara internasional, nasional dan khususnya di Puskesmas Karang

Sembung Kabupaten Cirebon, maka penulis merasa tertarik untuk dilakukan

asuhan keperawatan pada klien dengan Gizi Kurang yang telah penulis

laksanakan dan penulis menuangkan dalam bentuk laporan study dengan judul :
5

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. H DENGAN GIZI

KURANG PADA An. NA Rt 01 Rw 07 DI DESA KARANG TENGAH

KECAMATAN KARANG SEMBUNG DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KARANG SEMBUNG KABUPATEN CIREBON.”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga dengan gizi kurang

secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan

spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga secara langsung dan

komprehensif pada anak gizi kurang, diharapkan penulis dapat :

a. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. H dengan Anak gizi kurang

pada An. An dan An. Ai Desa Mertapada Wetan Blok pahing Rt 03/02

Wilayah Kerja Puskesmas Astanajapura Kecamatan Astanajapura

Kabupaten Cirebon.

b. Merumuskan diagnose keperawatan pada keluarga Tn. H dengan Anak

gizi kurang pada

c. MenyusunrencanaasuhankeperawatanpadakeluargaTn. H

denganAnakgizikurangpada

d. Melaksanakantindakan keperawatan pada keluarga Tn. H

denganAnakgizikurangpada
6

e. MelakukanEvaluasihasiltindakan yang telahdilakukanpadakeluargaTn. H

denganAnakgizikurangpada

f. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan pada keluarga

Tn. H denganAnakgizikurangpada

C. Metode Penulisan

Penyusunan laporan studi kasus ini penulis mengunakan metode deskriptif

berbentuk studi kasus.

Menurut Isti Handayaningsih (2009 : 38-42), ada beberapa teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Komunikasi yang efektif

Teknik komunikasi terapetik merupakan suatu teknik dimana usaha mengajak

klien dan keluarga untuk bertukar pikiran, perasaan, yang mencakup

keterampilan verbal dan non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

Metode pengumpulan data dengan komunikasi adalah melakukan wawancara

sesuai dengan tahap-tahap proses wawancara yang tepat.

2. Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh

data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Kegiatan observasi

meliputi : 2S HFT (sight, smell, hearing, feeling, taste)

a. Sight : kelainan fisik, perdarahan, terbakar, menangis, dst

b. Alkohol, darah, feces, medicine, urine, dst

c. Hearing : Tekanan darah, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dst

3. Pemeriksaan fisik
7

Fokus pengkajian fisik yang dilakukan perawat adalah pada

kemampuan fungsional klien. Pengkajian fisik dilaksanakan untuk

memperoleh data obyektif, sebaiknya dilakukan dengan wawancara.

Tujuan pengkajian fisik didalam keperawatan adalah untuk

menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan dan

mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan perawatan.

a. Metode atau teknik P.E (physical Examination)

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi,

Auskultasi)

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat untuk

mengumpulkan data. Cahaya yang adequat diperlukan agar perawat

dapat membedakan warna, bentuk, dan kebersihan tubuh. Dalam

inspeksi perlu perbandingan dengan hasil yang normal.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba. Palpasi

adalah proses memeriksa dengan menggunakan tangan atau ajri

tangan pada permukaan eksternal tubuh untuk mendeteksi adanya

bukti abnormalitas pada berbagai organ. Tangan dan jari-jari adalah

suatu isntrument yang sensitive dan diguankan untuk mengumpulkan

data.
8

3) Perkusi

Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh

dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk

mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi jaringan.

Perawat menggunakan kedua tangannnya sebagai alat untuk

menghasilkan suara.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan denga jalan mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

4. Studi dokumentasi/catatan perawat

Pencatatan atau dokumentasi keperawatan “DAR” merupakan sistem

pencatatan keperawatan yang berorientasi pada proses (Proses Oriented

System) atau FOCUS. Pencatatan focus adalah suatu proses-orientasi dan

klien – fokus.

Proses keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan,

meliputi:

a. Data : berisi tentang data subyektif dan obyektif yang mendukung

dokumentasi fokus

b. Action : merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan

dilakukan berdasarkan pengkajian/evaluasi keadaan klien


9

c. Response : menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis

atau keperawatan

5. Studi Literatur

Menurut (https://yuriena.wordpress.com/2011/11/04/studi-

literatur/).Studi literatur dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan

gambaran yang menyeluruh tentang apa yang sudah dikerjakan orang lain

dan bagaimana orang mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda penelitian

yang akan kita lakukan. Penting karena untuk menghindari usaha yang

sebenarnya sudah pernah dilakukan orang lain dan bisa digunakan pada

penelitian kita untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya. Penting juga untuk

memberi arah penelitian selanjutnya yang perlu dilakukan untuk melanjutkan

misi penelitian.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan studi kasus ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN, Terdiri dari empat sub bab yang terdiri dari Latar

Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, terdiridarikonsepdasarkeluarga yaitu

pengertian Gizi Buruk, Penyebab Gizi Buruk, Anatomi Fisiologi

Sistem Pencernaan, Etiologi Kurang Gizi, Patofisiologi, Manifestasi

Klinis, Klasifikasi Gizi Kurang, Penatalaksaan, Komplikasi, serta

dampak Gizi Buruk pada fungsi keluarga. Dan asuhan keperawatan


10

secara teoritis mencangkup pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi serta evaluasi.

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari laporan

kasus, meliputi: pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan

catatan perkembangan, serta perbahasan meliputi: pembahasan,

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB IV PENUTUP, terdiridarikesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai