Anda di halaman 1dari 4

Undang- Undang Lembaga Bimbingan Belajar

Oleh : Drs. H. Teguh Sunaryo

Staff Ahli GM Primagama & Direktur PT. DMI INDONESIA

LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

Setiap fakta selalu ada fenomenanya, dan setiap fenomena selalu ada pro dan kontranya, tidak
terkecuali dengan adanya Lembaga Bimbingan Belajar. Ada yang melihat secara positif tetapi juga
ada yang melihat secara negatif. Pada akhirnya sepakat atau tidak sepakat, jika sesuatu yang
menjadi obyek pro dan kontra itu bermanfaat bagi publik maka kehadirannya akan selalu
dibutuhkan dan diharapkan dan sebaliknya apabila ia tidak memberikan manfaat atau nilai tambah
maka dengan sendirinya walau kita dorong-dorong maka ia akan punah juga. Nah dengan
demikian apa yang harus kita risaukan atas kehadiran “segala sesuatu” jika nyata-nyata hal tersebut
tidak membawa kemudharatan, dan nyata-nyata membawa manfaat bagi mereka yang telah
menggunakannya (maaf bagi yang tidak menggunakan tentu tidak bisa merasakan).
Dalam kesempatan ini ada beberapa pertanyaan yang harus kita sampaikan secara lebih obyektif
dengan adanya Lembaga Bimbingan Belajar :
1. Secara hukum legal atau tidak legal ? Sah atau tidak sah ?
2. Secara akademis, penyelenggara Lembaga Bimbingan Belajar itu orang akademis berpendidikan
atau bukan ? Punya nilai akademis tidak ?
3. Produk bimbel itu halal atau tidak ?
4. Lembaga Bimbingan Belajar itu bermanfaat atau tidak ?
Nah selama keempat pertanyaan itu bisa dijawab dengan jujur, baik dan benar maka tidak ada
alasan untuk mengatakan bahwa Lembaga Bimbingan Belajar itu adalah sebagai makhluk yang
menakutkan dan mengancam. Mari kita telusuri dan kita jawab pertanyaan tersebut satu persatu
dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih.

FAKTA HUKUM
Menurut UU No 20/2003 tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL ditegaskan bahwa sistem
pendidikan nasional terdiri dari 3 (tiga) jalur pendidikan; yaitu pendidikan FORMAL,
NONFORMAL dan INFORMAL. Lembaga Bimbingan Belajar masuk dalam jalur Pendidikan
Non Formal (PNF) sedangkan pembinaannya masuk pada tanggungjawab Ditjen Diklusepora
dalam Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. Sedangkan aturan lebih rinci untuk
pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Kepmendikbud) Nomor 0151/U/1977 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Pembinaan Program
Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan masyarakat.

Pengertian kursus dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan
Olahraga (Kepdirjen Diklusepora) Nomor: KEP-105/E/L/1990 sebagai berikut:
Kursus pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat selanjutnya disebut kursus,
adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam
mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi. Kursus dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat dengan swadaya dan swadana
masyarakat.
Dari beberapa informasi tersebut diatas maka jelas bahwa keberadaan Lembaga bimbingan Belajar
adalah resmi, legal, sah dan diatur dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia. Maka bagi
siapa saja yang menggugat keberadaan kursus atau Lembaga Bimbingan belajar perlu
dipertanyakan wawasan nasionalismenya, dimanakah pemahamannya tentang Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional. Dimanakah pengakuannya terhadap keberadaan suatu Undang-
Undang. Terlebih jika yang menggugat keberadaan lembaga kursus tersebut adalah seorang PNS,
jangan-jangan iapun jadi pegawai tidak legal karena tidak memahami arti dan makna sebuah
perintah Undang-Undang.

FAKTA AKADEMIS
Penyelenggara lembaga kursus (termasuk Lembaga Bimbingan Belajar) adalah orang-orang yang
pernah kuliah, bahkan sebagian besar pernah kuliah di PTN ternama di Indonesia. Lembaga
Bimbingan Belajar adalah kumpulan dari para alumni dari ilmu keguruan dan sekaligus alumni
dari universitas ternama, sehingga reltif lebih dinamis dan berkualitas. Banyak para tenaga
pengajarnya IP nya tinggi-tinggi. Pengajar matematikanya pun tidak hanya berasal dari jurusan
matematika pada ilmu keguruan tetapi juga kombinasi dari Fakutas MIPA dari sebuah universitas
(bukan keguruan), dari Fakultas Teknik, dll. Sedangkan tenaga pengajar biologinya juga tidak
hanya berasal dari jurusan biologi keguruan, tetapi juga berasal dari Fakultas Biologi universitas,
dari Fakultas Kedokteran, dst. Nah jadi secara akademis keilmuannya tidak boleh dipandang
dengan sebelah mata. Maaf, rata-rata nilai anak SMA yang tertinggi itu masuk kuliah, pilihan
utamanya adalah di sebuah universitas bukan di ilmu keguruan. Jadi kebanyakan mereka yang
menjadi tenaga pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar adalah anak-anak bangsa yang
berprestasi.

PRODUK BIMBEL
Ada dua macam produk bimbingan belajar, yaitu modul sebagai sarana belajar dan intruktur
sebagai tenaga pengajar. Modul yang dikeluarkan oleh Lembaga Bimbingan Belajar bisa dininai
dan dievaluasi, semua pelajaran eksaknya atau IPA nya rumusnya sama dengan sekolah formal
yang rumus-rumus dasarnya juga diimport dari simbah Einsten dan teman-temannya dari negeri
seberang sana. Kualitas tenaga pengajarnya juga banyak yang merangkap kerja menjadi Guru di
sekolah-sekolah ternama. Jadi dengan produk bimbel apa yang aneh ? Latihan soal-soalnya juga
diambilkan dari beberapa soal yang pernah keluar dari UNAS dari UMPTN dan sejenisnya yang
telah dikeluarkan oleh lembaga resmi pemerintah (Kemendiknas). Sehingga jika ada yang aneh
tentang bimbel itu letaknya dimana ? Atau pada cara mengajarnya ? Kalau yang disoroti tentang
cara mengajarnya dan metoda pengajarannya itu adalah seni dan hasil kreasi, jika tidak percaya
bisa dilombakan saja antara kelompok pro bimbel dan anti bimbel mana yang lebih cerdas dan
lebih terampil ? Mana yang lebih jujur dan lebih sportif ? Agar semua lebih transparan, terbuka
dan disaksikan oleh publik, agar lebih ilmiah dan lebih barokah.

MANFAAT BIMBEL
Sebenarnya yang paling berhak menilai besarnya manfaat atas sebuah produk adalah penggunanya
itu sendiri. Bagaimana bisa bercerita secara detail dan mendalam jika menggunakan saja kita
belum pernah. Nah untuk manfaat bimbel yang paling utama adalah :
Membiasakan anak didik untuk selalu rajin belajar baik disaat di sekolah maupun diluar sekolah.
Membiasakan berkompetisi antar siswa antar sekolah agar tidak menjadi jago
kandang. Membiasakan belajar antar siswa antar sekolah agar terjadi jaringan antar pelajar antar
sekolah untuk mengurangi perkelahian pelajar antar sekolah dan menciptakan ukuwah tanpa
membedakan kasta (Menjauhkan kesan sekolah/ kampus sebagai menara gading). Sekolah Negeri
dan Sekolah Swasta, Sekolah Kota dan Sekolah Desa. Prestasi bisa hadir di Kota dan di Desa, di
Negeri dan Swasta. Kebiasaan baik bisa tumbuh dimana-mana, banyak orang istimewa lahir dari
orang biasa.
Membantu meningkatkan daya juang siswa, dimana anak-anak yang ikut bimbel sehabis pulang
sekolah bukannya langsung tidur siang tetapi malah pergi belajar ke bimbel. Mencari ilmu tidak
harus menunggu gagal terlebih dahulu, ikut bimbel tidak harus menunggu sekolahannya jelek
terlebih dahulu, sekolahannya bagus sekalipun yang namanya menuntut ilmu itu berlaku sepanjang
hayat. Sebagai “tempat bermain” yang positif, dimana banyak orangtua, ayah dan ibu, yang kedua-
duanya sibuk mencari nafkah diluar rumah. Sehingga sebagian orangtua siswa bimbel
menganggap bimbel adalah “Taman Pintar” bagi putra-putrinya.

Saat anak-anak ada diluar jam sekolah, mereka memiliki kemerekaannya sendiri untuk mengisi
dan mengelola waktu pribadinya, sehingga guru dan pendidik tidak perlu tersinggung selama
kegiatan yang dipilihnya bersifat positif, terlebih ikut bimbel sepulang sekolah, ikut nonton
sepakbola saja mereka bebas merdeka, main ke mall dengan ortunya, dst, juga halal. Mengurangi
rasa cemas menghadai unas dan menambah rasa pede menghadapi momentum tes. Tidak perlu
bocoran soal, kunci jawaban gelap, dan tim sukses yang ilegal. Mengurangi angka ketidaklulusan
suatu sekolah dan suatu daerah (Provinsi, Kota, Kabupaten).
Meningkatkan kecerdasan dan nilai para siswa di sekolah.

KESIMPULAN

Bahwa ada bimbel yang baik dan bermasalah itu fakta, sebagaimana ada pula sekolah yang baik
dan sekolah yang bermasalah. Bahwa kemajuan generasi muda anak bangsa itu tanggungjawab
bersama adalah fakta, maka perlu kerjasama yang baik antara sistem pendidikan informal, formal
dan nonformal, sebagaimana telah diatur di dalam Undang-Undang, bukan malah mengkhianati
Undang-Undang. Bahwa mencari pekerjaan yang layak adalah hak setiap orang yang telah diatur
menurut Undang-Undang itu fakta dan harus dihargai.

Bahwa menuntut ilmu itu hak setiap orang, termasuk bagi orang yang belum cerdas maupun yang
telah cerdas sekalipun. Siswa yang posisinya rangking satu dikelaspun tidak ada larangan ikut
bimbel apalagi yang belum juara. Ini berarti tidak selamanya saat ada siswa masuk ikut bimbel
bisa disimpulkan bahwa sekolahannya dan gurunya sedang bermasalah. Bahwa setiap insan
intelektual itu harus menunjukkan sikap yang intelektual pula, menerima sesuatu secara
intelektual, menolak sesuatu juga secara intelektual, termasuk mengomentari sesuatu juga secara
intelektual, proporsional dan profesional.

Dalam era reformasi dan demokratisasi ini melihat segalanya serba mungkin, hargailah perbedaan
pendapat dan biarkan setiap siswa dan warga dunia bebas menentukan pilihannya selama tidak
melanggar norma-norma sosial kemasyarakatan dan norma hukum yang berlaku pada suatu
negara. Lembaga Bimbingan Belajar telah mampu dan membuktikan untuk mempertemukan
orang-orang yang hobi mengajar secara profesional dan bertanggungjawab, baik dari kalangan
ilmu keguruan mapun dari kalangan non keguruan (universitas non kependidikan). Di bimbel
mereka bisa kompak duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan satu tujuan siswa-siswanya
senang belajar dan semangat berprestasi.

Semua Lembaga Bimbingan Belajar akan sangat terbuka untuk bekerjasama dengan pihak sekolah,
tetapi apakah pihak sekolah akan sama terbukanya juga untuk bekerjasama dengan suatu Lembaga
Bimbingan Belajar. Disitulah nampaknya pemahaman kita sebagai warganegara terhadap Undang-
Undang harus lebih ditingkatkan, dan pemahaman akan arti suatu esensi kerjasama lebih
diperdalam lagi. Tolaklah produk yang buruk, jangan menolak sesuatu hanya karena asumsi
apalagi hanya karena jaga image (jaim) semata.
Persoalan bangsa sudah cukup berat, mari kita bahu membahu untuk berjamaah dan bekerjasama
dalam kebaikan, jangan saling berburuk sangka, dan kuatkan persatuan menuju bangsa
bermartabat, berkualitas, transparan, jujur dan berkeadilan.

Anda mungkin juga menyukai