1
1. Gagal Jantung Selama Kehamilan
PERTIMBANGAN UMUM
Perubahan kardiovaskular selama kehamilan peningkatan curah
jantung, volume darah dan konsumsi oksigen dapat menyokong gagal
jantung, bila seorang pasien hamil menderita penyakit jantung. Dahulu,
penyakit jantung reumatik, terutama stenosis mitralis, bertanggung
jawab bagi sebagian besar kasus penyakit jantung selama kehamilan.
Pada tahun – tahun belakangan ini, komplikasi jantung demam reumatik
telah menjadi kurang sering, sementara lebih banyak wanita penyakit
jantung kongenital mungkin menjadi hamil.
2
2. DATA SUBJEKTIF
GEJALA SAAT INI
Dispne dan batuk mungkin merupakan gejala terdini gagal jantung
kongestif. Gejala-gejala lainnya meliputi ortopnea, hemoptisis,
kelelahan, palpitasi, ansietas, aktivitas fisik terbatas, retensi cairan dan
penambahan berat badan.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat penyakit jantung kongenital atau reumatik dapat diperkirakan.
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum : Frekuensi jantung meningkat sampai 110 kali per
menit atau lebih. Penambahan berat badan berlebihan, edema, sianosis
dan pembendungan vena jugularis sering ditemukan.
Pemeriksaan Jantung : Bising jantung (diastolik, presistolik, atau
kontinu), aritmia, dan pembesaran jantung menunjukkan penyakit
jantung.
Pada kasus-kasus gagal jantung, bunyi jantung ketiga terdengar
pada awal diastolik. Rangkaian tetap 2 bunyi jantung normal dan bunyi
abnormal ketiga, dalam hubungannya dengan suatu peningkatan denyut
jantung, dapat bertanggung jawab bagi irama khas dari irama ‘gallop’
(‘gallop’ S 3). Sebagai akibat peningkatan tekanan arteri pulmonalis,
bunyi kedua pulmonal bunyi jantung yang dihubungkan dengan
penutupan katup pulmonal meningkat intensitasnya.
Pemeriksaan Paru : Ronki basal bilateral adalah tanda edema alveolus
dan cairan dalam bronkiolus terminalis.
Pemeriksaan Abdomen : Hepar dapat membesar dan nyeri tekan. Asites
mungkin ada.
3. PENILAIAN
3
Gol 4: pasien yang memperlihatkan gejala-gejala decompensatio
walaupun dalam istirahat
Klasifikasi ini penting untuk prognosa selain dari itu hal-hal tersebut di
bawah ini mempengaruhi prognosa:
Umur pasien
Anamnesa penyakit; kalau pernah dalam keadaan
decompensatio prognosa kurang baik
Fibrilasi jantung
4. Pengobatan
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi
penambahan berat badan yang berlebihan, anaemise cepat mungkin
diatasi dan dan preeklampsi dapat-dapatnya dijauhkan karena sangat
memberatkan pekerjaan jantung.
Gol 3: baiknya golongan ini jangan hamil. Kalau menjadi hamil juga,
baiknya pasien dirawat di rumah sakit selama kehamilan, persalinan dan
nifas, di bawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan
Persalinan hendaknya per vaginam. Sebagian ahli mempertimbangkan
abortus therapeuticus pada golongan ini. Sterilisasi harus dianjurkan
Gol 4: pasien golongan ini tidak boleh hamil. Kalau menjadi hamil juga,
pimpinan yang terbaik ialah mengusahakan persalinan per vaginam.
5. FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI
Meliputi perubahan kardiovaskular fisiologis selama kehamilan,
aktivitas fisik, infeksi, anemia, tirotoksikosis, obesitas, dan hipertensi.
KOMPLIKASI POTENSIAL
Komplikasi penyakit jantung yang harus diantisipasi meliputi gagal
kongestif, edema paru, aritmia atrium, dan emboli paru. Komplikasi
4
yang sangat jarang dari penyakit jantung selama kehamilan meliputi
ruptur aorta dan endokarditis bakterialis.
Episode hipotensi dapat fatal pada pasien pintas jantung, jika
aliran darah membalik dari sisi kanan jantung ke sisi kiri jantung,
sehingga memintasi paru.
6. RENCANA
DATA DIAGNOSTIK TAMBAHAN
Foto Toraks dapat bermanfaat dalam penilaian pembesaran jantung,
edema paru, dan efusi pleura.
Elektrokardiogram membantu dalam penentuan frekuensi dan irama
jantung serta dalam memperkirakan pembesaran ruangan jantung yang
spesifik.
Ekokardiografi membantu dalam evaluasi struktur dan fungsi jantung.
Elektrolit serum, terutama kalium, merupakan petunjuk terapi cairan
dan elektrolit.
5
Obesitas : Dengan peningkatan masa tubuh, maka beban jantung
menjadi lebih besar. Masukan gizi harus dibatasi untuk mencukupi gizi
ibu dan janin tanpa menyebabkan penimbunan lemak yang berlebihan.
Masukan natrium harus dibatasi sampai kira-kira 2000 mg per hari.
6
B. Darah dan Pembekuan Darah (Anemia Dalam Kehamilan)
1. Sel Darah
- Hemoglobin 10 gr%
- Eritrosit 3,5 juta/mm3
- Leukosit 8.000 – 10.000 per mm3
a) Pertimbangan Umum
7
kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh defisiensi
besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau masukan
besi yang tidak adekuat.
1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Insersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5) Syok
b) Data Subjektif
8
c) Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
Tes Laboratorium
2. Jenis-jenis Anemia
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam
laktasi yang di anjurkan adalah :
FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg- 15 mg- 15 mg.
LIPI Indonesia (1968) 12 mg- 17 mg- 17 mg.
b) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau
pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik,
jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. Biasanya
karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan
Asam folik 15-30 mg per hari
Vitamin B12 3 x 1 tablet per hari
Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari
9
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya
lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c) Anaemia hipoplasti
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :
Darah tepi lengkap
Pemeriksaan fungsi strenal
Pemeriksaan retikulosit
d) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran/pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat
disebabkan oleh :
Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemolitik
herediter; talasemia; anemia sel sickle (sabit);
hemoglobinopati C, D, G, H, I; dan paraksismal nocturnal
hemoglobinuria.
Faktor ekstrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis,
keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan;
leukemia, penyakit Hodgkin dan lain-lain.
3. Skrining Hematologis
Skrining untuk anemia harus dilakukan pada kunjungan antenatal
yang pertama, pada minggu ke-28 sampai 32, dan lagi pada minggu ke-
10
36 sampai 38. Pada setiap kesempatan, tentukan kadar hemoglobin dan
hematokrit, hitung sel darah merah, unsur-unsur sel darah, dan hitung
diferensiasi sel darah putih. Preparat sel sabit rutin sangat berguna
untuk wanita kulit hitam dan dilakukan sekali selama kehamilan.
Urinalisis membantu untuk menemukan infeksi. Jika serum adalah
ikterik, periksalah untuk penyakit hati dan anemia hemolitik (Friedman
et al. 1983:112).
11
C. Sistem Perkemihan (Infeksi Saluran Perkemihan Selama
Kehamilan)
Sistem ginjal bertanggung jawab terhadap pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengontrol tekanan arteri,
mengeluarkan sampah metabolisme, mengatur aktifitas vitamin D, dan
produksi eritrosit serta glukoneogenesis (Blackburn dan Loper, 1992).
Adaptasi terhadap kehamilan termasuk diantaranya retensi natrium dan
peningkatan volume cairan ekstra seluler. Adaptasi sistem ginjal
diperlukan untuk mempertahankan homeostasis dengan adanya
peningkatan volume cairan intravaskuler dan ekstravaskuler,
meningkatkan ekskresi sisa metabolisme, dan berinteraksi dengan
perubahan sistem kardiovaskuler untuk memenuhi kebutuhan oksigen
ibu dan janin.
12
1. Perubahan Hemodinamik
Aliran darah ginjal meningkat 35%-60% sselama trimester
pertama, kemudian menurun pada trimester kedua sampai melahirkan.
Bagaimanapun keadaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh
penggunaan posisi telentang pada percobaan ini, posisi yang
menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. Peningkatan curah
jantung dan volume darah, penurunan tahanan vaskuler, vasodilatasi
kapiler-kapiler dlomerolus dan pasca glomerolus berkontribusi terhadap
perubahan aliran darah ginjal pada awal kehamilan.
Laju filtrasi glomerulus meningkat 40%-50% selama kehamila,
dengan peningkatan awal dimulai segera setelah konsepsi dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-9 sampai 16. Laju filtrasi glomerulus pada
awal trimester ke dua menetap sampai kehamilan aterm. Peningkatan
aliran darah ke glomerulus dan penuurunan tekanan osmotik koloid
berkontribusi meningkatkan laju filtrasi glomerulus (Blackburn dan
loper, 1992).
Prinsip dasar
13
Infeksi saluran kemih dapat terjadi mulai infeksi pada kaliks
renalis sampai meatus urethra.
Status sosioekonomi dan kelemahan (malnutrisi, defisiensi gizi,
anemia), erat kaitannya dengan peningkatan insidensi infeksi
saluran kemih.
Sebagain besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka
kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat
menjadi 10% pada golongan risiko tinggi.
Perubahan fisiologik saluran kemih selama kehamilan,
merupakan risiko tinggi untuk pielonefritis akut.
Penyebab infeksi saluran kemih, 85%-90% disebabkan oleh
E.Koli dan Klebsiela Enterobakter. Jarang sekali disebabkan oleh
bakteri anaerob.
Masalah
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medic utama pada
wanita hamil.
Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali
serangan akut infeksi saluran kemih selama hidupnya.
Akibat infeksi ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan
janin.
Penanganan umum
Melalui asuhan antenatal yang baik, peningkatan satatus gizi ibu
hamil, mencegah dan mengobati anemia, promosi kesehatan
umum dan hygiene dapat mengurangi mordibilitas/mortalitas
akibat infeksi pada saluran kemih.
Asuhan entenatal untuk kehamilan dan pemantauan berkala.
Cegah komplikasi sistitis dan pielonefritis.
Bila terjadi gangguan fungsi ginjal yang berat, dapat
menimbulkan komplikasi yang serius.
Mengkonsumsi cukup cairan dan nutrisi yang diperlukan.
Penapisan kasus infeksi saluran kemih, dimulai dari unit
pelayanan yang ada di masyarakat hingga ke rumah sakit
rujukan, melalui system rujukan kesehatan.
Penatalaksanaan dan pengobatan infeksi saluran kemih, sangat
tergantung dari gejala/jenis penyakit dan mikroorganisme
penyebab.
Pemberian antibiotika yang rasional untuk wanita hamil dengan
infeksi saluran kemih adalah dengan mengisolasi
mekroorganisme penyebab.
Pilihan terapi antibotika, mengacu pada keamanannya terhadap
kesehatan ibu dan janin, serta efektifitas yang tinggi.
14
tonus ureter dan kandung kemih. Peningkatan volum plasma semasa
hamil menyebabkan penurunan konsentrasi urin dan peningkatan
volum urin dalam ginjal. Kombinasi dari seluruh faktor ini
mengakibatkan terjadinya stasis urinari dan uretero-vesikel refluks.
Glikosuria dalam kehamilan juga salah satu faktor terpenting yang
menyebabkan ibu hamil mudah untuk terkena ISK (Loh &
Sivalingam, 2007).
15
a) Bakteriuria Asimptomatik
Masalah
Bakteriuria asimptomatik akan meningkatkan mordibilitas ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) berkaitan dengan kejadian
anemia, hipertensi, kelahiran premature, dan berat badan
bayi rendah (BBLR).
Pengobatan bakteriuria, hanya mengurangi pielonefritis
menjadi 3%-4% saja.
Tidak perlu pembatasan aktifitas.
Penilaian Klinik
Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan
laboratorium urin. Secara mikroskopik, tampak peningkatan
jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri pada specimen
urin. Untuk menghindari kontaminasi, specimen pemeriksaan
diambil dari aliran tengah (mid-stream) stelah daerah
genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Kultur bakteri dan
tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya
diperiksa.
Bakteriuria asimptomatik pada umumnya tanpa gejala-gejala
klinis yangn dapat dijadikan petunjuk adanya gangguan pada
system urinaria.
Penanganan
b) Sistitis
Masalah
Sistitis mencakup 0,3% hingga 2% dari keseluruhan kasus
ISK.
Sisanya atau sebagian besar kasus, baru terdeteksi pada
penapisan selanjutnya.
Penanganan umum
Perhatikan hygiene region genital. Cara
pembersihan/pembilasan setelah kemih adalah dengan air
dan dibasuh dari depan ke belakang, kemudian dikeringkan.
Atasi keluhan yang menganggu.
16
Asuhan antenatal yang teratur untuk kehamilan dan
mengatasi keluhan/kambuhan.
Lakukan terapi sedini mungkin.
Pilih antibiotika yang rasional.
Penilaian klinik
Penanganan
Umunya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien
dianjurkan untuk banyak minum.
Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri,
spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi
dengan jumlah urin yang minimal). Makin sering berkemih,
nyeri dan spasme akan makin bertambah.
Hanya ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan
hematuria, memerlukan perawatan dan observasi ketat.
Terapi antibiotika yang dipilih mirip dengan pengobatan
bakteriuria asimptomatik. Apabila anribiotika tunggal kurang
memberikan manfaat, berikan antibiotika kombinasi.
Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya ataupun cara
pemberiannya, misal : amoksilin 4 x 250 mg per oral,
digabung dengan gentamisin 2 x 80 mg secara intramuskuler
selama 10-14 hari. Dua hingga 4 minggu kemudian dilakukan
peningkatan laboratorium untuk evaluasi pengobatan.
Hampir 25% pasien ang pernah sistitis akan mengalami
infeksi uulangan sehingga perlu diberikan konseling untuk
upaya profilaksis dan kunjungan ulang apabila timbul kembali
gejala sistitis. Untuk pencegahan infeksi berulang diberikan
nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2
minggu postpartum.
17
Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan bakteriologik air kemih, sebagai langkah
antisipasif terhadap infeksi ulang.
c) Pielonefritis
Masalah
Penanganan umum
Wanita hamil dengan Pielonefritis akut, harus dirawat
inapkan. Karena penderita sering mengalami mual muntah
Bila penderita datang dalam keadaan syok, segera lakukan
pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian
medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara
berkala.
Wanita harus istirahat berbaring miring kea rah yang tidak
sakit.
18