Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam
yaitu 5-8 %. Perdarahan post partum adalah penyebab paling umum
perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada
wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang setelah
persalinan.
Perdarahan post partum merupakan penyebab utama kematian pada
maternal. Berdasarkan laporan WHO tahun 2012, angka kematian maternal di
seluruh dunia yang disebabkan oleh perdarahan post partum mencapai 35%.
Antara tahun 1990-2010, terjadi penurunan angka Maternal Mortality Ratio
(MMR) dari 400 per 100.000 kelahiran menjadi 210 per 100.000 kelahiran.
Namun demikian, angkakematian maternal yang terjadi di negara-negara
berkembang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan kasus kematian maternal di
negara maju. Pada tahun 2010, angka MMR di negara-negara berkembang
mencapai 240 per 100.000 kelahiran (284.000 kasus kematian maternal)
dibandingkan angka MMR di negara-negara maju yang sebesar 16 per
100.000 kelahiran (2.200 kasus kematian maternal) (WHO, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi perdarahan post partum ?
2. Apa klasifikasi perdarahan post partum ?
3. Apa etiologi perdarahan post partum ?
4. Apa faktor resiko perdarahan post partum ?
5. Apa manifestasi klinis perdarahan post partum ?
6. Bagaimana patofisiologi perdarahan post partum ?
7. Apa pemeriksaan penunjang perdarahan post partum
8. Bagaimana penatalaksanaan perdarahan post partum ?
9. Bagaimana rencana asuhan keperawatan perdarahan post partum ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi perdarahan post partum
2. Mengetahui klasifikasi perdarahan post partum
3. Mengetahui etiologi perdarahan post partum
4. Mengetahui faktor resiko perdarahan post partum
5. Mengetahui manifestasi klinis perdarahan post partum
6. Mengetahui patofisiologi perdarahan post partum
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang perdarahan post partum
8. Mengetahui penatalaksanaan perdarahan post partum
9. Mengetahui rencana tindakan keperawatan perdarahan post partum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi perdarahan post partum


Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah
500 cc atau lebih yang terjadi antara 24 jam – 6 minggu setelah anak lahir.
Perdarahan post partum sekunder disebut juga sebagai Late Post Partum
Hemorrhage yaitu Perdarahan post partum yang terjadi setelah 24 jam
pertama (Lowdermilk, 2013).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih
dari 500 mL setelah persalinan vaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah
persalinan abdominal. Perdarahan dalam jumlah ini dalam waktu kurang dari
24 jam disebut sebagai perdarahan post partum primer, dan apabila
perdarahan ini terjadi lebih dari 24 jam disebut sebagai perdarahan post
partum sekunder (Lowdermilk, 2013).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setalah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah
persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan
untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik <
90 mmHg, denyut nadi>100x/menit, kadar Hb < 8g/dL (Nugroho, 2012).

B. Klasifikasi perdarahan post partum


Perdarahan Post Partum diklasifikasikan menjadi :
1. Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum Primer (Early
Postpartum Hemorrhage)
Post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III. Penyebab utama perdarahan postpartum primer

3
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir
dan inversio uteri.
2. Perdarahan pada Masa Nifas / Perdarahan Post Partum Sekunder (Late
Postpartum Hemorrhage)
Perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada
masa nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III
(Nugroho, 2012). Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh
infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang
tertinggal.
Volume
Tekanan darah
kehilangan Gejala dan tanda Derajat syok
(sistolik)
darah
500 – 1.000 mL Palpitasi, takikardia,
Normal Terkompensasi
(10 – 15 %) pusing
1000 - 1500 mL Penurunan
Lemah, takikardia,
(15- 25%) ringan (80 – 100 Ringan
berkeringat
mm Hg)
1500 – 2000 Penurunan
Gelisah , pucat,
mL (25 -35%) sedang (70 - 80 Sedang
oliguria
mm Hg)
2000 – 3000 Penurunan
Pingsan, hipoksia,
mL (35 – 50%) tajam (50 – 70 Berat
anuria
mm Hg)

C. Etiologi perdarahan post partum


Menurut Nugroho (2012) penyebab terjadinya perdarahan post partum antara
lain:
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/konstraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Atonia uteri

4
merupakan penyebab utama Perdarahan Post Partum terjadi pada sekitar
1 dari 20 kelahiran kelahiran. Hal ini berkaitan dengan paritas tinggi,
hidramnion, janin makrosomia dan gestasi janin multipel. Pada kondisi-
kondisi tersebut, uterus terlalu meregang dan kontraksi dengan lemah
setelah melahirkan.
Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada
hamil kembar, hidramnion atau janin besar
c. Multiparitas
d. Anestesi yang dalam
e. Anestesi lumbal
2. Laserasi Saluran Genital
Laserasi saluran genital terdiri dari :
a. Laserasi perineum adalah perlukaan yang paling sering terjadi pada
saluran genital bawah. Laserasi ini diklasifikasikan sebagai derajat
satu, kedua, ketiga dan keempat.
b. Hematoma vulva yang ditandai dengan nyeri dan sebagian besar
hematoma vulva dapat terlihat.
c. Hematoma vagina terjadi lebih sering pada kelahiran dengan bantuan
forseps, episiotomi atau primigravida.
d. Hematoma retroperitonium gejala awalnya dapat merupakan gejala
tanda-tanda syok yang menyebabkan nyeri minimal.
e. Laserasi serviks biasanya terjadi pada sudut lateral os eksternal.
Sebagian besar laserasi dangkal dan perdarahan minimal. Laserasi
yang lebih esktensif dapat meluas ke dalam liang vagina atau ke
dalam segmen uterus bawah.
3. Plasenta yang tertahankan (Retensio plasenta)
a. Plasenta tertahan dan tidak menempel.
Plasenta tertahan dapat diakibatkan dari pemisahan sebagian
plasenta normal, tertahannya sebagian atau seluruh plasenta yang

5
terpisah oleh konstriksi jam waktu cincin uterus, penanganan
persalinan kala III yang salah penempelen abnormal seluruh atau
sebagian plasenta pada dinding uterus. Retensi plasenta dikarenakan
pemisahan plasenta yang sulit sering terjadi pada kelainan sangat
prematur (20-24 minggu kehamilan).
b. Plasenta tertahan dan menempel.
Penempelan plasenta abnormal terjadi tanpa penyebab yang
diketahui, namun diduga diakibatkan oleh implantasi zigot pada
daerah endometrium yang tidak normal sehingga tidak ada area
terpisah antara plasenta desidua. Usaha untuk mengeluarkan plasenta
dengan cara biasa tidak berhasil, dan laserasi atau perforasi dinding
uterus dapat terjadi, menyebabkan ibu beresiko tinggi untuk
terjadinya Perdarah Post Partum dan infeksi berat (Cunningham
dkk., 2005 dalam Nugroho, 2012)
Penempelan plasenta yang tidak biasa dapat sebagian atau
lengkap, dikenal beberapa derajat penempelan berikut :
 Plasenta Akreta: Penetrasi miometrium ringan oleh trofoblas
plasenta.
 Plasenta Inkreta: Penetrasi miometrium dalam oleh plasenta.
 Plasenta Perkreta: Perforasi uterus oleh plasenta.
4. Inversi Uterus
Inversi uterus setelah melahirkan dapat mengancam nyawa
namun merupakan komplikasi yang jarang. Insiden inversi uterus terjadi
sekitar 1 dari 2500 kelahiran (Francois & Foley, 2007 dalam Nugroho,
2012), dan kondisi ini dapat terulang kembali pada kelahiran berikutnya.
Inversi uterus dapat parsial atau lengkap. Inversi lengkap jelas terlihat
massa bulat, merah, besar (mungkin dengan plasenta menempel)
menonjol 20-30 cm diluar introitus. Inversi tidak lengkap tidak dapat
dilihat namun harus dirasakan, massa halus akan terpalpasi melalui
serviks yang berdilatasi.

6
Faktor yang berperan dalam terjadinya inversi uterus meliputi
malformasi uterus, implantasi plasenta pada fundus, ekstraksi plasenta
manual, tali pusat yang pendek, atonia uterus leiomioma dan penempelan
jaringan plasenta abnormal (Francois & Foley dalam Nugroho, 2012).
Tanda-tanda utama inversi uterus adalah perdarahan, syok, dan nyeri
dengan tidak terabanya fundus pada abdomen.
5. Subinvolusi Uterus
Penyebab-penyebab yang diketahui dapat menyebabkan
subinvolusi meliputi fragmen plasenta yang tertahan dan infeksi panggul.
Tanda dan gejala meliputi pengeluaran lokia yang memanjang,
perdarahan ireguler atau dalam jumlah banyak dan terkadang hemoragik.
Pemeriksaan panggul biasanya menunjukkan uterus yang lebih besar dari
normal dapat sembab.
6. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Saifuddin, 2002).
Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan
perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu
dilakukan setelah persalinan. Robekan jalan lahir selalu memberikan
perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang
berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah
perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari
perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan
dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan
bersifat arterill atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat
menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan spekulum setelah sumber perdarahan diketahui
dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan melakukan ligasi (Manuaba,
1998).

7
D. Faktor resiko perdarahan post partum
Faktor risiko PPP dapat ada saat sebelum kehamilan, saat kehamilan,
dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi usia, indeks
massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko selama
kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum,
kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia, dan penggunaan antibiotik.
Sedangkan untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa
anterior, plasenta previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰,
korioamnionitis, dan retensio plasenta (Briley et al., 2014).
Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya PPP.
Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada persalinan sesar
dibanding persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian menunjukkan
bahwa ibu yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk
mengalami PPP (Anderson, 2008).
Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko
perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada
wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2%
dengan persalinan normal (Blomberg, 2011).

E. Manifestasi klinis perdarahan post partum


Menurut Sulaiman Sastrawinata 2005, gejala-gejala Perdarahan postpartum
adalah :
1. Perdarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3. Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan
darah atau selaput janin)
4. Tanda-tanda syok

F. Patofisiologi perdarahan post partum


Hemostasis di Placental Site

8
Mendekati waktu persalinan, diperkirakan bahwa setidaknya 600
ml/menit darah mengalir melalui ruang intervillous. Aliran ini dibawa oleh
arteri spiral, yang kira-kira sebanyak 120, dan vena yang menyertainya.
Dengan pemisahan plasenta, pembuluh ini teravulsi. Hemostasis di tempat
implantasi plasenta dicapai pertama kali oleh kontraksi dari miometrium yang
memampatkan sejumlah pembuluh darah besar. Hal ini berikutnya diikuti
oleh gumpalan dan obliterasi dari lumen tersebut. Dengan demikian,
perlekatan dari potongan plasenta atau bekuan darah besar yang mencegah
efektivitas kontraksi miometrium dapat mengganggu hemostasis di lokasi
implantasi.
Oleh karena itu tampak jelas bahwa perdarahan postpartum yang
fatal dapat terjadi karena atonia uteri meskipun koagulasi normal. Sebaliknya,
jika miometrium pada tempat implantasi berkontraksi dengan sangat baik,
perdarahan yang fatal tidak mungkin terjadi bahkan dalam keadaan ketika
koagulasi mungkin terganggu parah.

G. Pemeriksaan penunjang perdarahan post partum


1. Darah lengkap : Hb, Hematokrit, golongan darah, masa pembekuan, masa
perdarahan
2. Urine lengkap

H. Penatalaksanaan perdarahan post partum


1. Penanganan umum
 Perbaiki keadaan umum dengan :
- Segera setelah diketahui perdarahan pascapersalinan, harus
ditentukan adanya syok atau tidak. Bila dijumpai keadaan syok,
maka segera diberikan infus cairan kristaloid, transfusi darah,
kontrol perdarahan dan pemberian O2.
- Pemberian antibiotika
- Pemberian uterotonika
 Pada keadaan gawat darurat dilakukan referal ke rumah sakit tipe C

9
2. Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan
untuk menemukan etiologi berikut :
 Involusi uterus
Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan
semenjak persalinan kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin.
Hormon oksitosin ini sangat berperan dalam proses involusi uterus.
Proses involusi akan berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus
kuat sehingga harus dilakukan tindakan untuk memperbaiki
kontraksi uterus (Cuningham, 2006).
Berdasarkan teori yang dikemukakan Manuaba (2007)
tindakan seperti pijat oksitosin untuk merangsang keluarnya hormon
oksitosin agar terjadi kontraksi uterus yang bagus dan cepat terjadi
penurunan tinggi fundus uterus.
Teori yang diungkapkan oleh Pillitery (2003) pijatan
oksitosin dapat merangsang hipofisis anterior dan posterior untuk
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan memicu
kontraksi otot polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi
uterus, sedangkan tanda jika ada reflek oksitosin adalah dengan
adanya rasa nyeri karena kontraksi uterus.
 Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu
tangan di fundus uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan
bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila terus teraba lembek dan
tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase yang lebih
keras dan pemberian oxytocin.
Pengosongan kandung kemih bisa mempermudah kontraksi
uterus dan memudahkan tindakan selanjutnya. Lakukan kompres
bimanual apabila perdarahan masih berlanjut, letakkan satu tangan di
belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan lewat
jalan lahir dan ditekankan pada fornix anterior.
Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah

10
pemberian oxytocin dan kompresi bimanual gagal menghentikan
perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.
 Retensio plasenta/sisa plasenta
- Usahakan melahirkan plasenta jika belum lahir, lakukan dengan
tarikan pada tali pusat (teknik Brandt-Andrews), lalu segera
inspeksi keadaan plasenta tersebut.
- Bila plasenta tidak berhasil dilahirkan dengan dugaan adanya
plasenta akreta, maka perlu dilakukan laparatomi/histerektomia.
- Bila hanya sisa plasenta (rest placentae), pengeluaran dilakukan
secara digital/manual ataupun dengan menggunakan kuret besar
dan tajam secara hati-hati
- Jika ada gangguan pembekuan darah : transfusi darah/plasma
segar, lakukan kontrol DIC dengan pemberian heparin.
 Trauma jalan lahir
Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila
uterus sudah berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus
berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari perlukaan
jalan lahir dengan penerangan yang cukup. Lakukan reparasi
penjahitan setelah diketahui sumber perdarahan, pastikan penjahitan
dimulai diatas puncak luka dan berakhir dibawah dasar luka.
Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai.
Hematom jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila
terjadi laserasi pembuluh darah dibawah mukosa,
penetalaksanaannya bisa dilakukan incise dan drainase. Apabila
hematom sangat besar curigai sumber hematom karena pecahnya
arteri, cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
 Gangguan pembekuan darah
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture
uteri, sisa plasenta dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus
yang baik mak kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan

11
pembekuan darah. Lanjutkan dengan pemberian product darah
pengganti ( trombosit, fibrinogen).
3. Terapi pembedahan
 Laparatomi
Pemilihan jenis irisan vertical ataupun horizontal
(Pfannenstiel) adalah tergantung operator. Begitu masuk bersihkan
darah bebas untuk memudahkan mengeksplorasi uterus dan jaringan
sekitarnya untuk mencari tempat rupture uteri ataupun hematom.
Reparasi tergantung tebal tipisnya rupture. Pastikan reparasi benar
benar menghentikan perdarahan dan tidak ada perdarahan dalam
karena hanya akan menyebabkan perdarahan keluar lewat vagina.
Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan
ditemukan uterus intact dan tidak ada perlukaan ataupun rupture
lakukan kompresyi bimanual disertai pemberian uterotonica.
 Ligasi arteri
- Ligasi uteri uterine
Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan
yang berasal dari uterus karena uteri ini mensuplai 90% darah
yang mengalir ke uterus. Tidak ada gangguan aliran menstruasi
dan kesuburan.
- Ligasi arteri iliaca interna
Efektif mengurangi perdarahan yany bersumber dari semua
traktus genetalia dengan mengurangi tekanan darah dan circulasi
darah sekitar pelvis. Apabila tidak berhasil menghentikan
perdarahan, pilihan berikutnya adalah histerektomi.
 Histerektomi
Merupakan tindakan curative dalam menghentikan
perdarahan yang berasal dari uterus. Total histerektomi dianggap
lebih baik dalam kasus ini walaupun subtotal histerektomi lebih
mudah dilakukan, hal ini disebabkan subtotal histerektomi tidak

12
begitu efektif menghentikan perdarahan apabila berasal dari segmen
bawah rahim, servix, fornix vagina.
4. Pemasangan selang kateter
Pilihan saat ini untuk mengelola PPP baik meliputi terapi
farmakologi dengan uterotonics, embolisasi arteri dan perawatan bedah
seperti ligasi arteri uterina bilateral, jahitan B-lynch dan histerektomi
darurat. Dalam beberapa tahun terakhir, balon rahim tamponade (UBT)
telah dimasukkan sebagai pengobatan lini kedua untuk PPP. Prosedur
UBT memerlukan penyisipan balon ke dalam rongga rahim dan inflasi
untuk mencapai efek tamponade. Sejak tahun 1983, bukti yang
dipublikasikan bahwa insufisiensi kateter Foley di rahim bisa mencapai
tamponade, serangkaian kasus dan studi lain telah menyarankan bahwa
berbagai perangkat UBT mungkin efektif dalam mengobati PPH. 9,10
Pada tahun 2007, Doumouchstis et al. melakukan tinjauan sistematis
konservatif, pilihan pengobatan tanpa pembedahan untuk PPP dan
menemukan bahwa melaporkan tingkat keberhasilan 84% dari UBT tidak
secara signifikan berbeda dari hasil pengobatan bedah.

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain – lain
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.

13
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan
mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
 Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, retensi plasenta
 Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir
 Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan,
ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri
dan kontraksi
e. Riwayat Kehamilan sekarang
 Hamil muda, keluhan selama hamil muda
 Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
 Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
3. Pengkajian fungsional
a. Pola Persepsi Kesehatan
Menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang
perdarahan postpartum dan sudah pernah mendengar tentang hal itu.
b. Pola Nutrisi Metabolik

14
Perhatikan pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah,
jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi,
konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah. makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
c. Pola eliminasi
Perhatikan apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet. BAB harus ada 3-4 hari post
partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan
sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
d. Pola Aktivitas Latihan
Lihat kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah
melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi,
kemampuan bekerja dan menyusui.
e. Pola Istirahat dan tidur
Seberapa lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-
remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
f. Pola Kognitif dan perceptual
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan,
karena klien masih dapat berkomunikasi.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu
menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-

15
perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi
SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
h. Pola Peran dan hubungan
Peran klien sebagai ibu biasanya akan terganggu . Karen
penyakit yang dideritanya. Begitu juga hubungan nya dengan orang
lain disekitarnya.
i. Pola sexsual reproduksi
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan
meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan
tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas
hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan
intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy
membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
j. Pola koping dan toleransi stress
Perubahan peran, respon keluarga, yang bervariasi dapat
menjadi pendukung berkurang rasasakit atau nyeri yang dialami
pasien.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang
diyakininya. Ini sering kali berpengaruh terhadap intervensi yang akan
kita erikan nantinya.
Diagnosa Keperawatan :
1. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif
3. Defisien volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksia
Rencana asuhan keperawatan :
NANDA NOC NIC
(00205) Risiko syok (0413) Keparahan (4260) Pencegahan
Definisi : rentan kehilangan darah syok
mengalami Setelah dilakukan Definisi : Mendeteksi

16
ketidakcukupan aliran tindakan keperawatan dan mengobati pasien
darah ke jaringan tubuh, selama 2x24 jam yang beresiko
yang dapat mengakibatkan diharapkan pasien dapat mengalami syok.
disfungsi seluler yang memenuhi kriteria : Aktivitas-aktivitas :
mengancam jiwa, yang 1. Kehilangan darah 1. Monitor terhadap
dapat mengganggu yang terlihat (2-4) adanya respon
kesehatan. 2. Perdarahan kompensasi awal
Faktor yang berhubungan : pervaginam (2-5) syok
- Hipovolemia 3. Penurunan tekanan 2. Monitor hasil
darah sistolik dan laboratorium
diastolik (2-4) 3. Berikan cairan
4. Cemas (2-5) melalui IV dan atau
oral
4. Berikan oksigen
dan/atau ventilasi
mekanik

(4026) Pengurangan
perdarahan : uterus
postpartum
Definisi : Pembatasan
jumlah kehilangan darah
dari uterus postpartum.
Aktivitas-aktivitas :
1. Kaji riwayat
obstetrik dan catatan
persalinan terkait
dengan faktor risiko
perdarahan
postpartum
2. Letakkan es di

17
fundus
3. Pasang infus IV
4. Monitor tanda-tanda
vital lebih sering
5. Monitor warna
maternal, tingkat
kesadaran dan nyeri
6. Berikan produk
darah, jika
diperlukan
7. Berikan oksitosin
sesuai prosedur
8. Berikan terapi
oksigen melalui
masker wajah
9. Siapkan untuk
histerektomi jika
diperlukan

(00266) Risiko infeksi (1924) Control risiko : (6540) Kontrol infeksi


area pembedahan proses infeksi Definisi :
Definisi : Rentan terhadap Setelah dilakukan Meminimalkan
invasi organisme tindakan keperawatan penerimaan dan
patogenik pada area diharapkan pasien tranasmisi agen infeksi
pembedahan, yang dapat mampu mencapai kriteria Aktivitas-aktivitas :
mengganggu kesehatan. hasil: 1. Monitor adanya
Faktor yang berhubungan : 1. mengidentifikasi faktor tanda gejala infeksi
- Prosedur invasive risiko infeksin dari 2. Hindarkan pasien
skala 2 ditingkatkan dari sesuatu yang
menjadi skala 4 berpotensi
2. mengetahui menginfeksi

18
konsekuensi terkait 3. Lakukan
infeksi dipertahankan pembersihan /
pada skala 5 perawatan pada area
3. mengidentifikasi tanda pembedahan
dan gejala infeksi di 4. Berikan nutrisi yang
pertahankan pada skala mendukung
5 5. Berikan terapi yang
sesuai
6. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana cara
menghindari infeksi
7. Ajarkan pasien dan
keluarga dalam
mengenali tanda dan
gejala infeksi
8. Anjurkan pasien
untuk istirahat yang
cukup

(00027) Defisien volume (0601) keseimbangan (4120) Manajemen


cairan cairan cairan
Definisi : Penurunan Definisi : Definisi :
cairan intravaskular, Keseimbangan cairan di Meningkatkan cairan
intestisial, dan/atau dalam ruang intraseluler dan pencegahan
intraselular. Ini mengacu dan ekstraseluler tubuh. komplikasi yang
pada dehidrasi , Setelah dilakukan dihasilkan dari tingkat
kehilangan cairan saja tindakan asuhan cairan tidak normal atau
tanpa peerubahan kadar keperawatan selama 2 x inginkan.
natrium 24 jam, diharapkan klien Aktivitas – aktivitas :
Faktor yang berhubungan : dapat : 1. Timbang berat

19
- Perdarahan 1. Tekanan darah badan setiap hari
pervaginam dari skala 2 dan monitor
ditingkatkan status pasien
menjadi skala 4 2. Jaga intake /
2. Keseimbangan asupan yang
intake dan output akurat dan catat
dalam 24 jam dari output (pasien )
skala 2 3. Monitor tanda-
ditingkatkan tanda vital pasien
menjadi skala 4 4. Monitor
3. Turgor kulit dari makanan / cairan
skala 2 ditingkat yang dikonsumsi
menjadi 4 dan hitung
4. Berat jenis urin asupan kalori
dari skala 2 harian
ditingkatkan 5. Monitor status
menjadi skala 4 gizi
5. Bola mata cekung 6. Berikan cairan,
dari skala 2 dengan tepat
ditingkatkan 7. Monitor reaksi
menjadi 4 pasien terhadap
6. Kehausan dari terapi elektrolit
skala 2 yang diresepkan
ditingkatkan
menjadi skala 4 (4180) Manajemen
7. Kram otot dari hipovolemi
skala 2 Definisi :ekspansi dari
ditingkatkan volume cairan
menjadi skala 4 intravaskuler pada
8. Pusing dari skala pasien yang cairannya
2 ditingkatkan berkurang

20
menjadi skala 4 Aktivitas – aktivitas :
1. Monitor adanya
sumber – sumber
kehilangan
cairan
2. Monitor area
akses
memasukan alat
terhadap adanya
infiltrasi ,
phlebis, dan
infeksi dengan
tepat
3. Hitung
kebutuhan cairan
didasarkan pada
area permukaan
tubuh
4. Monitor adanya
tanda reaksi
tranfusi darah
dengan tepat
5. Lakukan
autotransfusi
untuk kehilangan
darah jika tepat

(00204) Ketidakefektifan (0422) Perfusi jaringan (4026) Pengurangan


perfusi jaringan perifer : perifer perdarahan : Uterus
Definisi : Penurunan Setelah dilakukan postpartum
sirkulasi darah ke perifer tindakan keperawatan Definisi : Pembatasan

21
yang dapat mengganggu selama 2x24 jam jumlah kehilangan darah
kesehatan. diharapkan pasien dapat dari uterus postpartum
Faktor yang berhubungan : memenuhi kriteria : Aktivitas-aktivitas :
- Hipoksia jaringan 1. Pengisian kapiler jari 1. Kaji riwayat
(2-4) obstetrik dan catatan
2. Suhu kulit (2-4) persalinan
3. Kekuatan denyut nadi 2. Tingkatkan
(2-4) frekuensi pijatan
4. Tekanan darah fundus
sistolik dan diastolik 3. Pasang infus IV
(2-4) 4. Pasang infus kedua
jika diperlukan
5. Monitor tanda-tanda
vital secara berkala
6. Berikan terapi
oksigen
7. Timbang jumlah
darah yang keluar
8. Tinggikan tungkai

22
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih
dari 500 mL setelah persalinan vaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah
persalinan abdominal. Perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu
perdarahan primer dan sekunder, perdarahan primer adalah perdarahan yang
terjadi kurang dari 24 jam setelah persalinan, sedangkan perdarahan sekunder
adalah perdarahan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam persalinan. Dalam
penanganan perdarahan perlu diperhatikan penyebab perdarahan terlebih
dahulu, karena dapat menentukan penanganan yang tepat sehingga
mempercepat proses penyembuhan pasien

C. Saran
Sebagai perawat perlu memahami mengenai etiologi perdarahan, karena
dengan memahami penyebab dari perdarahan maka penanganan yang
diberikan pun dapat sesuai. Perawat juga perlu menangani masalah psikologis
pasien saat terjadi perdarahan seperti kecemasan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Mosby : Elsevier
Lowdermilk, D Leonard, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas. Ed 8. Elsever
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby : Elsevier
NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC
Nugroho, Tufan. 2012. Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Rukiyah, Ai Yeyeh,dkk. 2010. Asuhan kebidanan patologi kebidanan. Jakarta
Timur : CV.Trans Info Media
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman. Et al. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi. Edisi 2.Jakarta : EGC
Yulianti, Devi. P. 2006. Buku Saku Manajemen Komplikasi Dan Persalinan.
Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai