ABSTRAKSI
Perilaku organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi
yang berkembang di dalam organisasi tersebut. Pengembangan budaya organisasi diawali
dengan pembentukan komitmen yang tinggi semua anggota organisasi dalam pelaksanaan
visi dan misi organisasi. Komitmen tersebut sebagai konsep diri setiap individu dalam
organisasi membentuk etos kerja sebagai budaya individu yang berpengaruh terhadap
perilaku dalam pelaksanaan tugasnya.
Kata Kunci : Budaya Organisasi, Komitmen dan Konsep Diri.
Secara umum tanggung jawab pemerintah adalah menyelenggarakan kewajiban negara yang
meliputi melindungi, melayani dan mengatur rakyat.
Esensi tanggung jawab pemerintah itu adalah melaksanakan “fungsi pelayanan” dan rakyat
sebagai penerima manfaat pelayanan tersebut. Karena itu terwujudkan good governance pada
dasarnya adalah terwujudnya pelayanan yang excellent atau pelayanan prima.
Ini berarti kita berhasil sebagai aparatur pemerintah, yang berarti pula keberhasilan birokrasi
pemerintah dalam menyelenggarakan misinya yang tentu berdampak terwujudnya pelestarian
kepercayaan rakyat kepada pemerintahnya. Ini yang ingin dicapai dalam membangun bangsa
yaitu rakyat percaya kepada pemerintahnya, yang berarti terwujudnya good governance atau
penyelenggaraan fungsi pelayanan yang excellent, sehingga Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan UUD 1945 akan terjamin eksistensinya sepanjang masa.
Guna mencapai pelayanan yang excellent atau prima diperlukan para penyelenggara negara
yang memiliki komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan visi dan misi organiasi pemerintah.
Dengan komitmen tersebut akan muncul etos kerja setiap individu dalam organisasi dan
dengan itu akan terbangun budaya organisasi.
1. Budaya Korporat;
2. Struktur, Sistem, Rencana dan Kebijakan Formal;
3. Kepemimpinan;
4. Lingkungan yang teratur dan bersaing.
Selanjutnya Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono menyatakan yang intinya bahwa Budaya
Korporat merupakan faktor paling dominan terhadap perilaku organisasi. Oleh karenanya
dalam upaya mencapai keberhasilan organisasi, maka sangat diperlukan membangun budaya
organisasi, karena secara realistis budaya korporat dan keberhasilan organisasi memiliki
keterkaitan yang erat.
Budaya organisasi mencakup nilai-nilai yang harus tercermin dalam sikap dan perilaku setiap
individu dalam organisasi yang meliputi integritas, profesionalisme, keteladanan, dan
penghargaan kepada SDM, yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap “Produktivitas
Pelayanan”. (diadaptasi dari Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono, 2006 : 103)
Terbangunnya budaya organisasi ditentukan adanya budaya individu dalam organisasi yang
dapat berkembang apabila setiap individu dalam organisasi memiliki “komitmen” yang tinggi
dalam Rancangan Undang-Undang Kepegawaian akan disebut sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN) melaksanakan visi dan misi organisasi. Karena itu setiap PNS/ASN atau sebagai
Aparatur Pemerintah dituntut memiliki komitmen tersebut agar kinerja organisasi pemerintah
yang dalam melaksanakan tanggungjawabnya yaitu melindungi, melayani, dan mengatur
rakyat, dapat dicapai secara optimal.
Pembentukan komitmen yang tinggi bagi setiap aparatur pemerintah salah satunya melalui
proses pendidikan dan pelatihan aparatur.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000, dapat disimpulkan bahwa semua
penyelenggaraan program pendidikaan dan pelatihan bagi pegawai negeri sipil memiliki
skenario yang sama, yaitu :
Dengan dua hal tersebut di atas, peserta diklat diharapkan memiliki “Konsep Diri” sebagai
PNS/ASN dalam posisinya masing-masing yang akan dapat membangun dalam dirinya suatu
“Komitmen” yang tinggi dalam pelaksanaan visi dan misi organisasi dimana ia melaksanakan
tugas/ditempatkan.
Untuk membangun komitmen itulah sosok PNS/ASN harus memiliki “Pola Pikir” yang khas
sebagai penyelenggara negara dan selanjutnya akan terbangun budaya individu / etos kerja
PNS/ASN yang tinggi dalam upaya mewujudkan misi organisasi pemerintah. Pola pikir
PNS/ASN dan kompetensi yang dipersyaratkan diharapkan akan dapat membentuk “konsep
diri PNS/ASN”.
Pendidikan dan Pelatihan bagi CPNS/Calon ASN (Diklat Prajabatan) merupakan program
diklat yang paling awal bagi setiap PNS/ASN guna terbentuknya “Konsep Diri PNS/ASN”
bagi setiap CPNS sebelum dinyatakan benar-benar PNS/ASN 100%.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun “Konsep Diri PNS/ASN” baik bagi
CPNS dalam diklat prajabatan maupun PNS/ASN dalam program diklat aparatur baik
kepemimpinan, tehnis maupun fungsional yaitu :
4. Konsep diri individu pada prinsipnya tidak dapat diseragamkan. Karena itu PNS/ASN
sebagai individu juga memiliki “pola pikir” tersendiri sebagai individu, yang telah terbentuk
sejak masa kecil hingga dewasa sebelum memasuki organisasi pemerintah sebagai PNS/ASN.
Sedangkan sebagai PNS/ASN ia terikat oleh sistem nilai yang berlaku bagi seluruh PNS/ASN
sebagaimana telah disebutkan di atas. Ini berarti sosok PNS/ASN memiliki dua dimensi
dalam pola pikirnya yaitu pola pikir sebagai PNS/ASN yang terikat oleh landasan
pelaksanaan tugas tadi, dan dimensi yang kedua ia memiliki kebebasan nilai-nilai
individunya. Keduanya dituntut dapat disinergiskan.
Oleh karena itu nilai-nilai individu yang ada dalam pola pikir PNS/ASN harus sesuai dan
dapat mendukung penerapan nilai-nilai yang mengikat tersebut. Apabila memiliki nilai-nilai
yang justru bertentangan atau menghambat terujudnya nilai-nilai keterikatan yang seharusnya
diterapkan oleh seorang PNS/ASN, maka konsekuensinya sebagai PNS/ASN yang
bersangkutan harus “mampu menghilangkan” nilai-nilai yang bertentangan atau menghambat
yang ada di dalam pola pikirnya tersebut. Misalnya memiliki pola pikir bekerja mencari
kekayaan, egois, bekerja berorientasi pada kepentingan pribadinya sendiri, kelompok atau
golongannya sendiri, bekerja tanpa keterikatan disiplin waktu, atau tampilan cara berpakaian,
gaya hidup yang “tidak dianjurkan” dalam organisasi pemerintah, dll. Itu semua harus
sanggup dilupakan atau dihilangkan dan yang ada dan dikembangkan adalah pola pikir yang
mendukung terwujudnya “sistem nilai” yang menjadi landasan pelaksanaan tugas tersebut.
Namun apabila ia tidak mampu atau tidak bersedia menghilangkan atau mengubah nilai-nilai
yang dimiliki yang menghambat atau bertentangan tersebut dari pola pikirnya, maka berarti
yang bersangkutan tidak cocok sebagai PNS/ASN. Artinya yang bersangkutan “tidak perlu
menjadi PNS/ASN dan dapat mengundurkan diri” sebagai PNS/CPNS.
Apabila dipaksakan, maka ia akan mengalami “depresi” dan tertekan oleh lingkungan
kerjanya atau justru ia akan menjadi “penghambat” dalam pencapaian misi organisasi
pemerintah. Hal ini akan merugikan rakyat yang dilayani, pemerintah dan juga yang
bersangkutan sendiri.
5. Oleh karena itu mengikuti diklat aparatur termasuk diklat prajabatan sebagai proses
pembentukan komitmen dasar pola pikir PNS/ASN untuk melaksanakan misi organisasi
pemerintah yang selanjutnya akan dikembangkan oleh organisasi di mana ia melaksanakan
tugas, akan membentuk “Budaya Individu” sebagai anggota organisasi pemerintah;
6. Apabila semua anggota organisasi memiliki budaya individu yang esensinya merupakan
komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai misi organisasi pemerintah, maka akan
terbentuklah “Budaya Organisasi” yang sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi dalam
mencapai misinya;
7. Budaya organisasi dapat dilihat dalam sikap dan perilaku organisasi yang diaktualisasikan
oleh setiap anggota organisasi yang mencerminkan prinsip-prinsip, sebagai berikut :
a. Prinsip Integritas, yang artinya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, selalu menjaga
nama baik organisasi, memiliki komitmen yang tinggi dallam pelaksanaan tugas;
b. Prinsip Profesionalisme, artinya dalam melaksanakan tugas senantiasa didasarkan pada
ilmu pengetahuan dan tehnologi, per-UU-an yang berlaku, inovatif, bertanggungjawab,
transparan, bersifat netral tidak memihak pada kepentingan individu, golongan atau
kelompok tertentu, serta senantiasa menjunjung nilai-nilai kepatutan yang bersifat universal,
dalam melaksanakan tugas senantiasa berorientasi pada kepentingan pelanggan secara adil,
proporsional tanpa ada pembedaan/diskriminasi;
c. Prinsip Keteladanan, artinya selalu menjunjung tinggi norma-norma etika yang tercermin
dalam sikap perilakunya, selalu menghindari perbuatan yang tercela, selalu dapat menjadi
contoh yang baik bagi llingkungannya;
d. Prinsip Penghargaan pada SDM, artinya sesama anggota organisasi saling menghormati,
dan organisasi menerapkan sistem reward dan punishment yang adil, adanya pengakuan
terhadap prestasi anggota organisasi serta pemberlakuan sanksi bagi yang melakukan
pelanggaran. (diadaptasi dari Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono, 2006).
8. Tugas widyaiswara dalam penyelenggaraan diklat aparatur (PNS/ASN) adalah
memberikan pemahaman tujuan penyertaan setiap PNS/ASN dalam program diklat aparatur,
dengan mereview kembali kenyataan bahwa :
a. Setiap PNS/ASN pada dasarnya adalah warga negara pilihan, karena tidak semua orang
dapat menjadi PNS/ASN sebagai penyelenggara negara. Karena itu harus mampu
membuktikan bahwa yang bersangkutan benar-benar pantas terpilih, yang tercermin dalam
sikap perilakunya selama mengikuti diklat maupun setelah kembali ketempat tugas masing-
masing maupun dalam lingkungan kehidupan sehari-harinya;
b. Memasuki organisasi pemerintah sebagai PNS/ASN merupakan pilihan, karena PNS/ASN
dituntut mematuhi keterikatan tertentu sebagai Penyelenggara Negara;
c. Ketidak sesuaian pola pikir individu dengan pola pikir sebagai PNS/ASN harus
dihilangkan, sedangkan yang sesuai/mendukung dapat dipertahankan dan dikembangkan
untuk membangun konsistensi pola pikir PNS/ASN sebagai penyelenggara negara yang
membentuk konsep diri PNS/ASN dan membangun komitmen yang tinggi untuk
melaksanakann visi dan misi organisasi di mana ia ditugaskan;
d. Adanya kesempatan bagi setiap PNS/CPNS untuk mengundurkan diri apabila prinsip pola
pikir individu yang bertentangan dengan “Pola Pikir PNS/ASN yang seharusnya” tidak
mampu atau tidak bersedia menghilangkannya.
9. Berikut dapat diikuti “Bagan Skenario Program Diklat PNS/ASN” (suatu pemahaman hasil
pengkajian PP no. 101 tahun 2000) :
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat.
Referensi :