(Analisa Pelaksanaan Pasal 107 Ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009Di Jalan
Teuku Nyak Arief)
Oleh:
PUTRA AULIA
NIM :1603120001
1
A. LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1603120001
Menyetujui,
Pembimbing :
2
LEMBAR PENGESAHAN NILAI
TUGAS METODOLOGI PENELITIAN
DISUSUN
OLEH :
DOSEN PEMBIMBING
METODE PENELITIAN
3
B. OUTLINE PROPOSALI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Dari sekian banyak ketentuan yang ada, salah satu pasal yang mendapatkan
respon beragam dan menjadi perdebatan di masyarakat yaitu Pasal 107 ayat (2).
5
Sebenarnya sudah sering dilakukan pemeriksaan kendaraan mendadak
dijalanan oleh petugas polisi, tetapi sayangnya para petugas hanya melakukan
razia terhadap perlengkapan pengendara seperti SIM dan STNK.Sedangkan untuk
perlengkapan kendaraannya sendiri jarang dilakukan pengecekan.Seharusnya
masih banyak lagi peraturan-peraturan jalan raya yang harus ditaati dan semua itu
ada sanksinya. Salah satu peraturan yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009
yaitu kewajiban pengendara sepeda motor untuk menyalakan lampu pada siang
hari terdapat pada Pasal 107 ayat (2). Dengan adanya pasal tersebut, mewajibkan
pengendara sepeda motor untuk menyalakan lampu kendaraannya pada siang hari
namun dalam kenyataannya masih banyak pengendara sepeda motor yang tidak
menjalankan peraturan tersebut. Tujuan utama dari pasal tersebut adalah untuk
mengurangi tingginya angka kecelakaaan yang banyak terjadi saat ini. Analisis
ilmiah mengenai menyalakan lampu utama sepeda motor dapat menghindarkan
kecelakaan lalu lintas adalah dengan menyalakan lampu utama maka pengendara
atau pengguna jalan lain di depannya akan lebih cepat melakukan reaksi.
Sehingga pengendara atau pengguna jalan lain akan segera mengetahui
keberadaan sepeda motor yang menyalakan lampu utama dan dapat memberikan
jarak atau posisi aman dijalan.
B. Identifikasi Masalah
6
Meskipun demikian, apapun alasan untuk tidak menyalakan lampu motor,
tetap saja keuntungan menyalakan lampu motor disiang hari lebih banyak
daripada kerugiannya. Salah satunya untuk keselamatan diri kita sendiri.
Menyalakan lampu motor akan membuat kehadiran kita mudah dilihat oleh
pengendara lain. Walaupun tanpa menyalakan lampu motor kita masih dapat
terlihat, tetapi dengan lampu motor yang menyala, pengendara lain hanya
membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk melihat kehadiran kita.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
7
2. Faktor apa yang menyebabkan pengendara sepeda motor tidak
menyalakan lampu utama di siang hari sesuai dengan Pasal 107 ayat (2) UU No.
22 Tahun 2009 di Jalan Teuku Nyak Arief?
3. Bagaimana solusi kepolisian mengatasi para pengendara sepeda motor
yang tidak patuh terhadap ketentuan Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009?
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
keperluan dan mengembangkan pengetahuan ilmu hukum khususnya yang
mengkaji tentang tindak pidana pelanggaran atau lebih spesifiknya pelanggaran
terhadap pelaksanaan Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 untuk
menyalakan lampu utama di siang hari.
8
2. Manfaat Praktis
A. Bagi Penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab
terjadinya pelanggaran terhadap UU No. 22 Tahun 2009 khususnya untuk
Pasal 107 ayat (2).
B. Bagi Polisi
Dapat memberi solusi penanganan pelanggaran terhadap Pasal 107 ayat (2) UU
No. 22 Tahun 2009.
C. Bagi Pemerintah
Membantu pemerintah menemukan solusi sebagai pencegahan pelanggaran
terhadap Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009.
D. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi serta gambaran tentang penerapan peraturan Pasal 107
ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 di masyarakat khususnya Banda Aceh.
BAB II
A. Kepatuhan
9
dan angkutan jalan. Salah satu aturan tersebut adalah mengenai kewajiban
pengendara sepeda motor untuk menyalakan lampu disiang hari yaitu pada pasal
107 ayat (2). Apabila para pengendara tersebut mengikuti hukum yang diatur
dengan jelas di UU No. 22 Tahun 2009 maka pengendara tersebut bisa dianggap
patuh.
10
B. Sepeda Motor dan Pengemudi Motor
Menurut Pasal 1 butir (20) UU No. 22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan
kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Sedangkan pengertian kendaraan
bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa
mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Dan yang dimaksud sepeda
motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan
dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa
rumah-rumah. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena
harganya yang relatif murah, penggunaan bahan bakarnya rendah dan biaya
operasionalnya juga murah.
11
C. Siang Hari
Yang dimaksud siang hari menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah bagian
hari yang terang yaitu dari matahari terbit sampai matahari terbenam. Saat siang
hari yang sangat terang, membuat mata kita seakan terbiasa melihat benda-benda
disekitar (jalanan, trotoar, pohon dan sebagainya).Ketika kita melihat ada kilasan
atau sinar cahaya pada saat seperti itu, membuat perhatian kita mengarah ke
cahaya tersebut.Hal inilah yang menjadi dasar mengapa DRL perlu
dilaksanakan.Refleks saat mengemudi dari apa yang kita lihat, menentukan
seberapa cepat respon kita saat melaju dalam kecepatan tertentu. Semakin cepat
kendaraan kita melaju, maka jarak pandang yang dapat segera ditangkap mata
untuk melakukan reaksi adalah seperti dalam tabel dibawah ini:
Dalam tabel diatas terbaca bahwa saat akan menyusul di kecepatan 60 km/h
mata kita harus dapat melihat benda/kendaraan dengan jarak 220 meter di depan
kita. Lebih dekat dari itu, respon kita akan lambat mencerna benda, apakah itu
dalam kecepatan 60 km/h tersebut. Jika dibantu dengan program Daytime
Running Light (menghidupkan lampu pada siang hari), maka akan sangat
membantu kita melihat dari jauh kendaraan (sepeda motor) yang datang dari arah
depan atau samping, serta dari belakang melalui kaca spion.
12
D. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
13
Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui:
Mencermati lebih dalam dari semangat yang telah disebutkan di atas, maka
kita harus lebih dalam lagi melihat isi dari Pasal-Pasal yang ada di UU Nomor 22
Tahun 2009. Dari sini kita akan tahu apakah semangat tersebut seirama dengan isi
dari pengaturan-pengaturannya, atau justru berbeda. Selanjutkan kita dapat
melihat bagaimana UU ini akan berjalan dimasyarakat serta bagaimana
pemerintah sebagai penyelenggara negara dapat mengawasi serta melakukan
penegakannya.
PERBANDINGAN PENGATURAN
14
Bab VI Pengemudi Bab VI Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Bab IX Lalu Lintas dan Angkutan Bab IX Lalu Lintas bagi Penderita Cacat
Bab XVI Ketentuan Penutup Bab XVI Sistem Informasi dan Komunikasi
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
15
Bab XXI Ketentuan Peralihan
16
BAB III
Lokasi tempat penelitian yang dipilih penulis adalah Jalan Teuku Nyak
Arief Banda Aceh, karena di jalan ini banyak pengguna sepeda motor lewat.
Selain itu, lokasi ini dinilai paling strategis untuk melakukan penelitian karena
jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan wilayah kabupaten Sleman
dengan kota Yogyakarta. Di Jalan Kaliurang juga banyak pengendara sepeda
motor yang tidak menyalakan lampunya di siang hari, padahal ada pos polisi yang
selalu berjaga di perempatan Kentungan Jalan Kaliurang.
B. Tipe/Jenis Penelitian
Tipe/jenis penelitian yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif (yuridis empiris) berupa penulisan, penelitian untuk
menggambarkan keadaan suatu fenomena mengenai tingkat kepatuhan bagi
17
pelanggaran yang dilakukan oleh para pengendara sepeda motor yang tidak
menyalakan lampu kendaraannya pada siang hari seperti yang telah diatur dalam
Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara
fenomena yang diuji. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan
gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah
proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal
atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan
seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat
kontradiktif mengenai subjek penelitian.
C. Variabel Penelitian
Dalam peneltian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terkait. Variabel bebas disebut variabel penyebab, variabel ini diberi symbol X
dan variabel terikat yang merupakan variabel akibat diberi symbol Y. penelitian
ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat, bila djabarkan sebagai
berikut:
1. Variabel terkaitnya adalah kewajiban menyalakan lampu utama sepeda motor
di siang hari (Y).
2. Variabel bebasnya adalah tingkat kepatuhan pengendara sepeda motor (X).
18
yang hendak dicapai. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan
para pengendara sepeda motor yang melintas di sepanjang Jalan Kaliurang dan
aparat penegak hukum yaitu polisi di beberapa pos polisi daerah kabupaten
Sleman tentang pelaksanaan Pasal 107 ayat (2) mengenai menyalakan lampu
utama sepeda motor di siang hari.
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data/fakta
yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem.Observasi adalah pengamatan
langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan/atau
pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Dalam penelitian ini
penulis melakukan observasi untuk menyajikan gambaran realistik atau kejadian
nyata yang terjadi terhadap tingkat kepatuhan pengendara sepeda motor yang
melakukan pelanggaran Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 yaitu tidak
menyalakan lampu utama pada siang hari.
Dokumen
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mempelajari arsip atau
dokumen-dokumen, yaitu setiap bahan tertulis baik internal maupun eksternal
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian (Moleong,
2006:163). Penulis melakukan dokumentasi berupa surat-surat atau laporan-
laporan tertulis tentang tingkat kepatuhan yang telah dilakukan oleh pihak
kepolisian kepada pengendara sepeda motor yang telah melakukan pelanggaran
yaitu tidak menyalakan lampu utama motor di siang hari.
E. Metode Pendekatan
19
penelitian ini adalah Yuridis Sosiologis dimana peneliti mengkaji Pasal 107 ayat
(2) UU No. 22 Tahun 2009 mengenai tingkat kepatuhan pengendara sepeda motor
terhadap kewajiban menyalakan lampu utama pada siang hari.
Sampel merupakan bagian atau wakil dari keseluruhan subyek yang diteliti
dan sampel yang diambil dari populasi itu harus betul-betul mewakili. Sampel
dalam penelitian ini adalah pengendara kendaraan sepeda motor sebagai pengguna
jalan. Tentunya tidak semua pengendara sepeda motor yang berada di lokasi
penelitian yang dijadikan responden. Hanya pengendara sepeda motor yang
melanggar ketentuan Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 mengenai
kewajiban menyalakan lampu utama di siang hari dan aparat penegak hukum
(polisi) yang berjaga di Jalan Kaliurang kabupaten Sleman Yogyakarta.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu atau suatu fasilitas pada waktu
peneliti menggunakan metode pengumpulan data agar pekerjaan tersebut lebih
mudah terutama dalam olah dan analisis data. Instrumen penelitian ini digunakan
untuk memberikan informasi dalam mengungkap tingkat kepatuhan para
pengguna jalan khususnya pengendara sepeda motor terhadap kewajiban
menyalakan lampu utama di siang hari. Hal ini merupakan analisa terhadap
pelaksanakan Pasal 107 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
20
H. Pengujian Instrumen
Uji instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
validitas dan reabilitas instrumen, sehingga dapat diketahui layak tidaknya
instrumen penellitian tersebut digunakan dalam pengambilan data penelitian data.
1. Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 168) validitas adalah suatu ukuran yang
menentukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
apabila dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat tinggi rendahnya
instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas merupakan prosedur
pengujian untuk mengetahui apakah instrumen dapat mengukur dengan baik atau
tidak. Perhitungan validitas dilakukan dengan teknik analisis Product
Moment dengan rumus:
N∑XY – (∑X) (∑Y)
rxy =
[N∑X2 – (∑X)2] [N∑X2 – (∑X)2]
21
5%.Instrumen dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel, sedang jika r
hitung lebih kecil dari r tabel maka dikatakan tidak valid.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengajuan validitas
instrumen.Reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk mengajukan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik.Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus koefisien Alpha. Rumus ini digunakan untuk mencari reabilitas instrument
yang skornya bukan 1 dan 0. Rumusnya sebagai berikut: (Suharsimi Arikunto,
2002:276)
I. Data Penelitian
1. Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah seluruh keterangan dan informasi yang
didapat peneliti serta dokumentasi surat-surat atau laporan-laporan tentang
pelanggaran Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009.
2. Jenis Data
A. Data primer
Data primer meliputi tingkat kepatuhan pengendara sepeda motor terhadap
pelanggaran ketentuan Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang
22
menyalakan lampu utama pada siang hari di Jalan Kaliurang kabupaten
Selman.
B. Data sekunder
Informasi yang didapat di buku dan media lainnya yang berhubungan
dengan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas.
Keterangan:
Freg : nilai F untuk garis regresi
FKreg : kuadrat rerata untuk garis regresi
FKres : kuadrat rerata untuk garis Residu
Signifikan ditetapkan 5%, sehingga apabila F dihitung lebih kecil dari F tabel,
maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tidak linier.
B. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan sebagai syarat digunakannya analisis regresi
ganda.Untuk menguji terjadi tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas
dilakukan dengan menyelidiki besarnya interkorelasi antar variabel bebas tersebut.
Uji multikolinearitas ini menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai
beriktu:
N∑XY – (∑X) (∑Y)
23
rxy =
[N∑X2 – (∑X)2] [N∑X2 – (∑X)2]
2. Pengajuan Hipotesis
Analisis bivarat digunakan untuk menguji hipotesis dua variabel yaitu untuk
mengetahui tingkat kepatuhan para pengguna jalan khususnya pengendara sepeda
motor terhadap kewajiban menyalakan lampu utama disiang hari. Dapat
menggunakan analisis bivarat dengan menggunakan rumus korelasiProduct
Moment dari Karl Pearson. Adapun rumunya:
N∑XY – (∑X) (∑Y)
rxy =
[N∑X2 – (∑X)2] [N∑X2 – (∑X)2]
24
Untuk mengetahui koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak, hasil
dari perhitungan perlu dibandingkan dengan r tabel dengan tingkat kesalahan
5%.Jika r hitung > r tabel maka korelasi dinyatakan signifikan dan jika r hitung <
r tabel maka korelasi tidak signifikan.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/22186725/Observasi-Dan-Wawancara
26
RENCANA JADWAL KEGIATAN
JADWAL (BULAN)
NO KEGIATAN
MEI JUN JUL AGT SEP OKT
1. Studi awal/literatur
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
4. Pengambilan data
Pengolahan data dan
5.
penyusunan proposal
6. Seminar proposal
Putra Aulia
NPM.1603120001
Menyetujui,
Pembimbing
27