SKRIPSI
SITTI ANNISA
J111 14 304
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERBEDAAN PENATALAKSANAAN
SKRIPSI
Oleh:
SITTI ANNISA
J111 14 304
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Latar belakang : Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan
maksilofasial yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak
yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Salah satu kelainan
yang dapat mengganggu fungsi dari gigi tiruan adalah adanya penonjolan tulang
(eksostosis). Penonjolan ini harus dihilangkan dengan tindakan bedah. Tindakan
bedah yang dilakukan untuk persiapan pemakaian gigitiruan disebut bedah
preprostetik yaitu ALVEOLEKTOMI dan ALVEOPLASTI. Tujuan: Untuk
mengetahui perbedaan penatalaksanaan alveolektomi dan alveoplasti. Metode:
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan studi deskriptif, dengan melihat prosedur
tindakan penatalaksanaan alveolektomi dan alveoplasti yang dilakukan di RSGMP
drg. Halimah Dg Sikati FKG Unhas, RSUD Sayang Rakyat di Departemen Bedah
Mulut. Dengan sampel 17 alveoplasti dan 2 alveolektomi Hasil: Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat tindakan alveoplasti adalah suatu tindakan bedah
untuk membentuk prosesus alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan yang
baik bagi gigi tiruan immediate maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa
minggu setelah operasi dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
perempuan lebih banyak dengan(70,5%) dan laki laki (29,5%). Selain itu sampel
berusia 60-69 tahun (35,3%) dan sampel yang berusia 20-29 dan 30-39 tahun
(5,9%). Berdasarkan regio terjadinya alveoplasti terbanyak dengan regio 41-48
(41,2%).Adapun regio terjadinya alveoplasti paling sedikit 11-18 (17,6%).
Alveolektomi dilakukan segera setelah pencabutan gigi atau sekunder. Pada
rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas Pada prosesus alveolaris yang
dijumpai adanya kista atau tumor. Kesimpulan : Alveoplasti diindikasikan pada
eksostosis yang mengganggu pemakaian gigi tiruan, sedangkan alveolektomi
diindikasikan pada rahang yang diradiasi sehubungan dengan perawatan
neoplasma yang ganas.
Kata Kunci : Bedah Preprostetik, Alveolektomi, Alveoplasti, Prosedur Tindakan
penatalaksanaan.
ABSTRACT
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kita masih dapat menikmati ilmu pengetahuan sehingga skripsi yang Berjudul
2017” ini dapat terselesaikan dengan penuh semangat dan doa, sekaligus menjadi syarat
Hasanuddin.
Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Nabi yang mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan dan telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju ke alam terang benderang, beserta orang-orang yang senantiasa istiqamah
di jalannya. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. drg. Baharuddin Thalib, M.Kes., Sp.Pros sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuan dan bimbingannya selama penulis
mengikuti pendidikan.
2. drg. Netty N Kawulusan, M.Kes selaku dosen pembibing tercinta yang telah dengan sabar
dan telaten memberi arahan, membimbing dan senantiasa memberikan nasehat kepada
3. Prof. Dr. drg, Hasanuddin Thahir, MS selaku Penasehat Akademik atas bimbingan,
perhatian, nasehat dan dukungan bagi penulis selama mengikuti pendidikan di jenjang pre-
klinik.
4. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Bapak H. Muhammad Rum Andi Patu dan Mama
tercinta Hj. Aisyah Nuhung. Dan juga kakak saya dr. Mellyana Kusuma Atmanegra Rum
sp.GK , Wendy Wirajaya Kusuma, dan drg. St.Hardianti Wijaya Kusuma dan Keluarga Besar
penulis yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan nasehat selama penyusunan skripsi
ini.
5. Seluruh Dosen, Staf Akademik, Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan FKG Unhas, dan Staf
6. Sahabat Muhammad Annas Sattar yang selalu memberi dukungan semangat serta motivasi
yang takkunjung henti-hentinya kepada penulis. Serta yang setia menemani penulis dalam
suka dan duka, yang senantiasa mendampingi, memberikan dukungan, mendengarkan cerita
apapun, memberikan keceriaan, semangat dan kasih sayang kepada penulis selama
7. Teman-teman seperjuangan ku tercinta Nabilah ferry, Astihar, Ulfa, Intan, Sari, Gizcka
atas dukungan penuh dan semangat yang terus diberikan kepada penulis, serta bantuan yang
tak ternilai kepada penulis, dan juga terimakasih atas pengalaman yang sangat berharga
8. Sahabat penulis yang tersayang andi nayla irwan, alpiutami, dinda talitha, dan inchy arleta
atas doa, dan dukungan kepada penulis, yang memberikan semangat dan support kepada
9. Teman-teman tersayang, ulfi, dela, noni, nafisah, fifi, ayu sebagai sahabat SMA penulis
hingga sekarang atas doa, dukungan penuh dan semangat yang tiada hentinya kepada penulis
11. Sahabat sekaligus kakak kakak penulis oji, ahmad fauzi, hari, pim-pim, agung, kak ina,
kak fammi, kak penni, kak ola, yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat bagi
12. Sahabat se bimbingan skripsi dewi qalbiyani atas dukungan yang tak henti hentinya bagi
13. Semua Sahabat penulis yang selalu berada saat suka dan duka, senantiasa memberikan
motivasi, memberikan keceriaan, semangat dan kasih sayang kepada penulis selama
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu untuk semua dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
banyak kekurangan serta kesalahan yang tidak disadari penulis. Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca, demi perbaikan penulisan selanjutnya di masa yang akan datang.
Sitti Annisa
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
SAMPUL DALAM...........................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................iv
ABSTRAK........................................................................................................v
ABSTRACT....................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1
2.1 Alveolektomi.............................................................................................6
x
2.1.6 Komplikasi Pasca Bedah Alveolektomi.........................................13
2.2 Alveoplasti................................................................................................15
x
BAB 5 HASIL PENELITIAN.................................................................32
BAB 6 PEMBAHASAN...........................................................................40
BAB 7 PENUTUP.....................................................................................48
7.2 Saran........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................50
SURAT PERNYATAAN..................................................................................53
LAMPIRAN......................................................................................................54
x
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 6.1 Alveolektomi Setelah Pencabutan Satu gigi..................................43
xv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang
bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal
mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan
bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
nyaman, dan estetis. Gigi geligi asli ketika hilang perubahan akan terjadi pada
alveolus dan jaringan lunak di sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan
adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan keras dari rahang untuk suatu
protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan
estetis.
Salah satu kelainan yang dapat mengganggu fungsi dari gigi tiruan adalah
jaringan tulang yang keluar dari permukaan tulang. Secara khas keadaan ini ditandai
rahang atas disebut torus palatinus sedangkan penonjolan dilateral rahang bawah
1
(2000) yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Chulalongkorn,
faktor genetik misalnya umur dan jenis kelamin atau faktor lingkungan misalnya
trauma setelah pencabutan gigi dan tekanan kunyah.4 Penonjolan tulang berhubungan
dengan meningkatnya umur dan jenis kelamin, hal ini bisa dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Aree Jainkittivong dkk. (2000) yang menunjukkan
prevalensi penonjolan tulang tertinggi terjadi pada umur 60 tahun dan pada
kelompok umur yang lebih tua yaitu sebesar 21,7%. Distribusi penonjolan tulang
dengan perempuan dengan perbandingan 1,66:1.3 Sementara itu dari penelitian yang
dilakukan oleh Firas dkk (2006) dan Sawair dkk (2009) menunjukkan bahwa tidak
perempuan.5,6
2
Istilah alveolektomi dan alveoplasti kadang-kadang rancu, kadang-kadang
sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate maupun
gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi dilakukan.
yang lebih dikenal sebagai alveolektomi diindikasikan pada rahang yang diradiasi
sehubungan dengan perawatan neoplasma yang ganas. Karena itu penggunaan istilah
alveolektomi yang biasa digunakan tidak benar, tetapi karena sering digunakan maka
alveolar ridge sehingga dapat menerima gigi tiruan. Tindakan ini meliputi
pencabutan gigi selalu diikuti dengan resorbsi tulang alveolar, maka dalam
tulang sebanyak dan sepraktis mungkin, sehingga dapat membentuk suatu jaringan
3
Indresano dan Laskin10 mendefinisikan istilah alveoloplasti sebagai suatu
mempersiapkan bentuk yang dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan.
definisi dan indikasi serta penatalaksanaan nya masih sering dipertukarkan dan
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dan selama ini belum ada data
alveoplasti.
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.4Manfaat Penelitian
ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alveolektomi
berarti pemotongan sebagian atau seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau
prosesus alveolaris yang tajam pada maksila atau mandibula, pengambilan torus
seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau prosesus alveolaris yang tajam
dukungan yang baik bagi gigitiruan. Tindakan ini meliputi pembuangan undercut
atau cortical plate yang tajam, mengurangi ketidakteraturan puncak ridge atau
7
2.1.2Tujuan Alveolektomi
adaptasi gigitiruan.
gigitiruan.
2.1.3.1 Indikasi 16
2. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang
tajam; puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi,
3. Jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang;
7
6. Jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga
7. Pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang ini dapat dibuang
mandibula,
9. Setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
10. Adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus perbaiki overbite
dan overjet.
2.1.3.2 Kontraindikasi
1. Pada pasien yang memiliki bentuk prosesus alveolaris yang tidak rata, tetapi
maupun stabilitas.
2. Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol yaitu
8
2.1.4 Klasifikasi Alveolektomi
Klasifikasi Alveolektomi
A. Simple alvolektomi
interseptal diperiksa untuk mengetahui adanya protuberansia dan tepi yang tajam.
hati-hati dari tulang menggunakan Molt kuret no.4 atau elevator periosteal.
Kesulitan terletak pada permulaan flap pada tepi tulang karena periosteum
menempel pada akhiran tulang, tetapi hal ini harus dilatih agar flap tidak lebih
tinggidari dua per tiga soket yang kosong. Jika terlalu tinggi akan dapat melepaskan
ruang untuk ketinggian denture flange. Flap diekstraksi dengan hati-hati dan tepi dari
gauze diletakkan di antara tulang dan flap. Rongeur universal diletakkan pada
setengah soket yang kosong, dan lapisan alveolar bukal atau labial direseksi dengan
ketinggian yang sama pada semua soket. Rounger diposisikan pada sudut 45° di atas
interseptal crest, satu ujung pada masing-masing soket, dan ujung interseptal crest
tulang dikontrol dengan merotasi curet kecil pada titik perdarahan. File ditarik
secara ringan pada satu arah pemotongan secara menyeluruh sehingga meratakan
awalan flap terletak pada tulang, dan jari digesek-gesekkan (dirabakan) pada
bukal harus dibuat kontur kurang lebih setinggi lapisan palatal dan dibuat
9
meluas dan datar. Undercut pada bagian posterior atas dan anterior bawah
perlu deperhatikan. Sisa jaringan lunak dan jaringan granulasi kronis juga
dihilangkan dari flap bukal dan palatal, kemudian dijahit menutupi area interseptal
tetapi tidak menutupi soket yang terbuka. Penjahitan secara terputus atau kontinyu
B. Radical alveolektomi
diindikasikan karena terdapat undercuts yang sangat menonjol, atau dalam beberapa
hal, terdapat perbedaan dalam hubungan horizontal berkenaan dgn rahang atas dan
rahang bawah yang disebabkan oleh overjet. Beberapa pasien mungkin memerlukan
menghilangkan tulang labial diatas akar gigi. Penghilangan tulang ini juga akan
menjaga tulang intraradikular. Setelah itu sisa-sisa tulang dibentuk dan dihaluskan
sesuai dengan tinggi labial dan oklusal menggunakan chisel, rongeur dan file.
Sisa jaringan pada bagian flape labial dan palatal dihaluskan, yang diperkirakan akan
the septa). Dalam penutupan flap, penting untuk menghilangkan jaringan pada area
premolar agar terjadi penuruan pengeluaran dari tulang labial. Dalam pembukaan
flap yang besar, harus dilakukan pemeliharaan yang tepat untuk memelihara
perlekatan dari lipatan mukobukal sebaik mungkin, atau selain itu penghilangan
kelebihan flap yang panjang harus dilakukan pada akhirnya. Jika flap tidak didukung
dengan gigi tiruan sementara (immediate denture) dan sisa jaringan tidak
10
dihilangkan, tinggi dari lapisan mukobukal akan berkurang secara drastis.
(Kruger, 1984)2
2.1.5.1 Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut,
2.1.5.2 Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak alveolar
pada titik di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari gigi
terakhir pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke
lipatan mukobukal pada sudut 450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area
2.1.5.3 Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut dengan
jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan pada tepi
2.1.5.4 Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari
2.1.5.5 Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu
yang akan dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau
bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang
terbuka.
11
2.1.5.6 Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju
2.1.5.7 Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end-
cutting rongeurs.
2.1.5.8 Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan
bone file. Tahan bone file pada posisi yang sama sebagai straight
operative chisel , pada posisi jari yang sama, dan file area tersebut pada
2.1.5.9 Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil tulang
atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket.
Ulangi prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
2.1.5.10 Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak,
dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
2.1.5.11 Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang
jari telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat
apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator
12
2.1.5.14 Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan
c. Parastesi.
e. Lepasnya jahitan
f. Perdarahan.
g. Hematoma.
k. Osteomielitis
Tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan prosedur operasi serta
13
2.1.7 Perawatan Pasca Bedah Alveolektomi
Pasien yang telah menjalani bedah alveolektomi harus dilakukan perawatan pasca
bedah sebagaimana biasanya pada setiap tindakan bedah pada umumnya. Instruksi
2.1.7.1 Pasien dianjurkan untuk melakukan kompres dengan cairan kompres, bisa
juga air dingin selama kurang lebih 30 menit pada jam pertama untuk
makan dengan cairan antiseptik atau obat kumur yang telah disiapkan.
2.1.7.3 Pasien diminta datang pada hari berikutnya untuk melakukan kontrol
2.1.7.4 Lima hari pasca operasi pasien diminta datang untuk pembukaan jahitan.
penyembuhan total.24
14
2.2 Alveoplasti
sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate maupun
gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi dilakukan.
2.2.1 Untuk mendapatkan kontur ridge alveolar yang optimal secara cepat.
2.2.3 Ridge alveolar tidak harus memiliki permukaan yang halus seutuhnya,
2.2.5 Pada pasien muda, jumlah tulang yang harus dihilangkan ketika proses
15
Indikasi Alveoplasti : 24
gigi.
1. Pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal ini
harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien muda lebih
2. Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena
rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat, karena
selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini mengakibatkan proses
3. jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi
Gigi posterior yang hanya berdiri sendiri dapat menimbulkan beberapa kendala,
seperti mengalami ekstrusi atau supraerupsi, perkembangan yang berlebih dari tulang
dan jaringan lunak pendukung gigi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
16
penatalaksanaan khusus. Jika gigi tersebut berada di rahang atas, sinus maksilaris
merupakan salah satu masalah yang dapat disebabkan oleh gigi yang berdiri sendiri.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya ekstrusi yang sering disertai dengan hiperaerasi
sinus.11 Pada kasus tersebut alveoplasti tunggal merupakan salah satu perawatan
berikut:27
1) Insisi berbentuk elips meliputi leher gingival sebelah bukal dan lingual.
2) Eksisi kedua ujung insisi yang berbentuk segitiga, yang terletak di sebelah distal
dan mesial.
17
4) Angkat tepi mukoperiosteum sebelah lingual. Lakukan sesedikit mungkin agar
dengan menggunakan bone rongeur, bone file, ataupun dengan bur tulang.
18
2. Mendapatkan ruang antar-lingir
Apabila terjadi erupsi yang berlebihan, pembentukan kembali ruang antar lingar
sering diperlukan. Hal ini dikarenakan agar mendapatkan ruang antar linggir yang
cukup untuk penepatan protesa. Tindakan ini dilakukan dengan mereduksi lingir
residual secara vertikal. Lakukan eksisi pada jaringan fibrosa yang mengalami
hiperplasia dan terletak diatas lingir. Pada umumnya reduksi lingir jarang dilakukan
pada rahang bawah, terkecuali jika diindikasikan. Hal ini disebabkan oleh
keberadaan dari Nervus Mentalis. Sedangkan jika dilakukan reduksi lingir pada
rahang atas, diperlukan perhatian yang khusus agar menghindari terbukanya sinus.
Untuk mengetahui apakah celah antar lingir telah terbentuk sempurna, maka lakukan
19
oklusi gigi atau amati relasi vertikal apabila pasien tidak bergigi. Apabila bagian
yang dioperasi cukup luas, maka jahitan sementara dapat membantu dalam
1. Alveoplasti konservatif
1) Lakukan insisi sejajar pada bagian bukal dan lingual untuk mengambil papilla
cekat.
3) Lakukan pengambilan tulang dari arah posterior ke anterior pada tulang yang
4) Gunakan bone rongeur, bone file ataupun bur tulang untuk mengeksisi tulang dan
20
6) Periksa kembali permukaan tulang, apabila masih terdapat serpihan tulang dan
suction.
7) Lakukan penjahitan untuk menutup flap (jika terdapat jaringan lunak yang
2. Alveoplasti sekunder
pada lingir yang masih tetap tertinggal setelah tindakan pencabutan atau yang
disebabkan karena resorbsi atau atropi yang tidak teratur. Langkahnya adalah sebagai
berikut: 27
1) Lakukan insisi pada mukoperiosteum di sebelah lingual dari lingir yang akan
bagian posterior dan anterior, serta bagian bukal dan lingual daerah yang akan
dioperasi. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh jalan masuk menuju tulang.
5) Amati dengan baik. Jika sudah tidak ada penonjolan tulang, lakukan
penjahitan.
21
2.2.5 Teknik Alveoloplasti
Menurut Starshak (1971) ada 5 macam teknik alveoloplasti, yaitu : Teknik Alveolar
Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada teknik
ini dilakukan penekanan cortical plate bagian luar dan dalam di antara jari-jari.
Teknik ini paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan
setelah semua tindakan ekstraksi, terutama pada gigi yang bukoversi. Tujuan
Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin labial
atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal.
Biasanya digunakan flep tipe envelope, Tetapi kadangkala digunakan juga flep
trapesoid dengan satu atau beberapa insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya
sebatas proyeksi tulang, karena pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal
Teknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer, di
mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah
sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik
22
inilah yang paling sering digunakan, karena pada teknik ini pembuangan tulang
yang dilakukan hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana.
O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik dalam
tidak dengan istilah intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah
d) Melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai onlay bone graft
setelah operasi.
McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah
Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan
23
Obwegeser membuat fraktur pada cortical plate labial dan palatal. Keuntungan
teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus
alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang
ekstrim. Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan
model gips, kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips
tersebut. Dengan dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan
di kamar praktek dokter gigi atau di ruang operasi dapat dilakukan dengan lebih
akurat.
serta osteomyelitis28 . Tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan
prosedur operasi serta tindakan-tindakan pra dan pasca operasi yang baik.
24
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1Kerangka Teori
Bedah Preprostetik
Alveolektomi Alveoplasti
membuang prosesus membentuk
alveolaris prosesus alveolaris
Klasifikasi Klasifikasi
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
anastesi anastesi
BEDAH PREPROSTETIK
ALVEOLEKTOMI
ALVEOPLASTI
Simple Alveolektomi
Gigi yang berdiri
sendiri island teeth
Alveoplasti tunggal
Radical Alveolektomi Mendapatkan ruang
antar-lingir
Alveoplasti konservatif
Alveoplasti Multipel
Alveoplasti
sekunder
PROSEDUR - USIA
PENATALAKSANAAN - JENIS KELAMIN
- REGIO
26
Keterbatasan Penelitian :
27
BAB 4
METODE PENELITIAN
c. RS Ibnu Sina
drg. Halimah Dg Sikati FKG Unhas, RSUD Sayang Rakyat, RS Ibnu Sina, dan TJ
yang digunakan adalah pasien RSGMP drg. Halimah Dg Sikati FKG Unhas,
RSUD Sayang Rakyat, RS Ibnu Sina, dan TJ Dent Medical Specialist yang
28
dilakukan tindakan bedah preprostetik alveolektomi dan alveoplasti yang
Sampling.
1. Bedah preprostetik : bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai
29
atau memotong permukaan tulang alveolar yang tajam, sehingga dapat
Bahan yang digunakan berupa kartu status pasien yang melakukan tindakan
bolpoin untuk mencatat prosedur alveolektomi dan alveoplasti, serta alat pelindung
Jenis data yang akan didapat merupakan jenis data primer, karena data yang
diambil langsung berasal dari penelitian, bukan berasal dari penelitian yang telah ada
sebelumnya.
Analsis data dilakukan secara deskriftif, yaitu dengan membuat uraian dalam
30
4.11. Alur penelitian
Pasien datang
Penjelasan kepada
subjek
Alveolektomi Alveoplasti
Tindakan Tindakan
penatalaksanaan penatalaksanaan
Alveolektomi Alveoplasti
Pengumpulan data
Hasil
31
BAB 5
HASIL PENELITIAN
alveolektomi telah dilakukan dan ini untuk mengetahui perbedaan prosedur bedah
preprostetik alveoplasti dan alveolektomi yang kadang dianggap rancu dan diterapkan
kurang benar. Penelitian ini merupakan penelitian studi deskriptif. Dimana tujuan dari
alveolektomi dan alveplasti. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Sampel penelitian meliputi pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan
Rakyat. Jumlah pasien yang diperoleh sebanyak 17 orang alveolpasti dan 2 orang
alveolektomi.
bedah preprostetik tersebut dengan cara melihat usia, jenis kelamin, regio pasien yang
32
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk foto dan penggambaran yang
anterior mandibula.
Diraba bagian eksostosis yang menonjol yang dapat mengganggu pemakaian gigi tiruan
immidiate.
33
(Gambar 5.3 prosedur penatalaksanaan alveoplasti)
Dilakukan anastesi lokal, tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan proses
pembedahan. Pada seluruh bagian yang akan dilakukan pembedahan. Pemberian
anastesi pada area yang akan dilakukan alveolplasti
Dilakukan insisi diatas alveolar ridge dengan memotong papilla interdental dan gingiva
34
(Gambar 5.5 prosedur penatalaksanaan alveoplasti)
Sesudah didapat ruangannya, ujung ujung tulang dibuang (tulang interseptal dan
serpihan tulang, reduksi undercut dan tonjolan - tonjolan tulang yang tidak
Setelah pengambilan tulang yang berlebihan atau eksostosis, kemudian diraba dengan
menggunakan jari apabila masih terdapat tonjolan yang dapat mengganggu penggunaan
gigi tiruan.
Setelah mukoperiosteum diangkat, tulang dihaluskan dengan bone file. Daerah undercut
diambil, jika masih terdapat tonjolan tulang yang dapat mengganggu pemakaian gigi
35
tiruan. Kemudian dihaluskan (pull stroke) dengan menggunakan bone file, setelah itu
dilakukan pengecekan kembali apakah masih terdapat tonjolan tulang yang kasar yang
dapat menganggu penggunaan gigi tiruan, jika masih terdapat tonjolon maka kembali
dihaluskan dengan menggunakan bone file. Kemudian irigasi dengan larutan saline
steril yang banyak digunakan untuk mengirigasi daerah operasi, evaluasi permukaan
36
5.2 Prosedur penatalaksanaan alveolektomi
A. Simple alvolektomi
tulang interseptal diperiksa untuk mengetahui adanya protuberansia dan tepi yang
dengan hati-hati dari tulang menggunakan Molt curet no.4 atau elevator
periosteal. Kesulitan terletak pada permulaan flap pada tepi tulang karena
periosteum menempel pada akhiran tulang, tetapi hal ini harus dilatih agar flap tidak
lebih tinggidari dua per tiga soket yang kosong. Jika terlalu tinggi akan dapat
hilangnya ruang untuk ketinggian denture flange. Flap diekstraksi dengan hati-hati dan
tepi dari gauze diletakkan di antara tulang dan flap. Rongeur universal diletakkan pada
setengah soket yang kosong, dan lapisan alveolar bukal atau labial direseksi dengan
ketinggian yang sama pada semua soket. Rounger diposisikan pada sudut 45° di atas
interseptal crest, satu ujung pada masing-masing soket, dan ujung interseptal crest
tulang dikontrol dengan merotasi curet kecil pada titik perdarahan. File ditarik secara
ringan pada satu arah pemotongan secara menyeluruh sehingga meratakan tulang.
terletak pada tulang, dan jari digesek-gesekkan (dirabakan) pada permukaan mukosa
kontur kurang lebih setinggi lapisan palatal dan dibuat meluas dan datar. Undercut
pada bagian posterior atas dan anterior bawah perlu deperhatikan. Sisa jaringan
37
lunak dan jaringan granulasi kronis juga dihilangkan dari flap bukal dan palatal,
kemudian dijahit menutupi area interseptal tetapi tidak menutupi soket yang terbuka.
B. Radikal alveolektomi
diindikasikan karena terdapat undercuts yang sangat menonjol, atau dalam beberapa hal,
terdapat perbedaan dalam hubungan horizontal berkenaan dgn rahang atas dan rahang
ekstraksi. Ekstraksi gigi, pertama dapat difasilitasi dengan menghilangkan tulang labial
diatas akar gigi. Penghilangan tulang ini juga akan menjaga tulang intraradikular.
Setelah itu sisa-sisa tulang dibentuk dan dihaluskan sesuai dengan tinggi labial
dan oklusal menggunakan chisel, rongeur dan file. Sisa jaringan pada bagian flap
labial dan palatal dihaluskan, yang diperkirakan akan menganggu atau melanjutkan
kelebihan sutura pada septa (continuoussutures over the septa). Dalam penutupan flap,
penting untuk menghilangkan jaringan pada area premolar agar terjadi penuruan
pengeluaran dari tulang labial. Dalam pembukaan flap yang besar, harus dilakukan
sebaik mungkin, atau selain itu penghilangan kelebihan flap yang panjang harus
dilakukan pada akhirnya. Jika flap tidak didukung dengan gigi tiruan sementara
(immediate denture) dan sisa jaringan tidak dihilangkan, tinggi dari lapisan
38
(Gambar 5.10 prosedur penatalaksanaan alveolektomi)
39
BAB 6
PEMBAHASAN
dterapkan kurang benar. Pada penelitian ini sampel diambil dari pasien yang akan
dilakukan tindakan alveoplasti di Dapartemen Bedah Mulut Rumah Sakit Gigi dan
preprostetik alveoplasti.
dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate maupun gigi tiruan yang akan
prosedur bedah untuk menghaluskan atau mengkontur kembali tulang alveolar, yang
41
meliputi pembuangan undercut atau cortical plate yang tajam, mengurangi
Alveolektomi dilakukan segera setelah pencabutan gigi atau sekunder. Pada rahang
di mana dijumpai neoplasma yang ganas Pada prosesus alveolaris yang dijumpai
bedah preprostetik alveolektomi dan alveoplasti dari kedua tindakan bedah tersebut,
tonjolan tulang yang dapat mengganggu pemakaian gigi tiruan immiediate, dan
terdapat tonjolan disertai dengan rasa nyeri atau eksostosis yang ingin dihilangkan.
neoplasma yang ganas dan untuk penanggulangannya akan dilakukan terapi radiasi,
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang tajam;
puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi, sehingga
mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan. Jika terdapat gigi
yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang; maka Alveolektomi dapat
atau tumor, akan dilakukan tindakan apikoektomi, Jika terdapat ridge prosesus
alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga dapat menyebabkan facial neuralgia
maupun rasa sakit setempat pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang
ini dapat dibuang pada waktu dilakukan gingivektomi, pada kasus prognatisme
41
pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera dilakukan pencetakan
yang baik untuk pembuatan gigi tiruan, adanya torus palatinus (palatal osteoma)
tujuan dari setiap tindakannya, adapun tujuan dari alveoplasti untuk mendapatkan
kontur ridge alveolar yang optimal secara cepat, ridge alveolar dapat
memiliki permukaan yang halus seutuhnya, namun ketajaman tulang yang irreguler
harus dihilangkan, dan ujung Mukosa yang menutupi ridge alveolar harus
tunggal dan alveoplasti multiple dimana pada alveoplasti tunggal terdapat gigi yang
berdiri sendiri atau island teeth gigi posterior yang hanya berdiri sendiri dapat
perkembangan yang berlebih dari tulang dan jaringan lunak pendukung gigi tersebut.
Terdapat mendapatkan ruang antar lingir yaitu apabila terjadi erupsi yang berlebihan,
pembentukan kembali ruang antar lingar sering diperlukan. Hal ini dikarenakan agar
mendapatkan ruang antar linggir yang cukup untuk penepatan protesa.. Dan pada
42
Jika dilihat dari tindakan penatalaksanaan alveolektomi dan alveoplasti
terdapat perbedaan penatalaksanaan antara kedua tindakan tersebut. Hal ini sesuai
setelah pencabutan dua gigi atau tiga gigi dan alveolektomi setelah pencabutan
multiple.
Gambar 6.1
43
Gambar 6.2
Gambar 6.3
44
Gambar 6.4
Gambar 6.4
45
Sumber: Fragiskos D. Oral surgery, 1st ed., Heidelberg: Springer)
Tabel 5.1
perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dengan angka 12 orang (70,5%) untuk
perempuan dan 5 orang (29,5%) untuk laki laki. Selain itu sampel berusia 60-69
tahun merupakan sampel yang paling banyak ykni berjumlah 6 orang (35,3%).
Adapun sampel yang berusia 20-29 dan 30-39 tahun merupakan sampel dengan
jumlah yang paling sedikit yakni 1 orang (5,9%). Berdasarkan regio terjadinya
46
80
70
60
50
40
30
20
10
0
jenis kelamin usia regio
Diagram 5.1
dengan penonjolan tulang sebanyak 26,9% dari 960 subjek yang diteliti
menunjukkan prevalensi penonjolan tulang tertinggi terjadi pada umur 60 tahun dan
pada kelompok umur yang lebih tua yaitu sebesar 21,7% . Distribusi penonjolan
penelitian yang dilakukan oleh Firas dkk (2006) dan Sawair dkk (2009)
5,1:1.
47
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Penelitian ini pasien yang mengalami eksostosis, dan adanya rasa tidak
berdasarkan usia dapat diperolah pasien lansia usia 40-50 tahun yang
alveoplasti.
5. Indikasi pada alveolektomi jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar
pengeluarannya.
48
6. Istilah tindakan alveoplasti untuk menghilangkan eksostosis, namun pada
besar.
7.2 Saran
alveoplasti dengan jumlah pasien yang lebih banyak sehingga dapat lebih
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Basa S, Uckan S, Kisnisci R. Preprosthetic and oral soft tissue surgery. United
with tori. J Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2000; 90: 48-52.
5. Quran FAM, Dwairi ZN. Torus palatinus and torus mandibularis in edentulous
6. Sawair FA, Shayyab MH. Prevalence and clinical characteristics of tori and jaw
1562.
7. Basha S, Dutt SC. Buccal-sided mandibular angel exostosis. Contemp Clin Dent
50
10. Indresano, A. T. and Laskin, D. M. Procedures to Improve the Bony Alveolar
Ridge. In: Laskin, D. M., editor. Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis:
12. Costello BJ, Betts NJ. Preprosthetic surgery for the edentulous patients. Dent
13. Hillerup S. Preprosthetic surgery in the elderly. J Prosthet Dent 1994; 72(5):
551-8.
14. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto,
18. Kaweckyj N. Maxillofacial surgery basics for the dental team: part II.
85-90.
51
20. Hopkins R. Atlas berwarna bedah mulut preprostetik. Alih bahasa: Lilian
21. William Chong. Simple Alveolektomi. Health Grades Inc. All rights reserved.
24. Balaji SM. Oral & maxillofacial surgery. India: Elseiver, 2009: 260-63.
25. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan
pemeliharaan. Karies gigi: pengukuran risiko dan evaluasi. Medan: USU Press,
2010: 63.
26. Starshak, T. J. Preprosthetic Oral Surgery. St. Louis: Mosby, 1971: 59-72.
27. Purwanto dan Basoeseno. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta: EGC; 2013.
120-2.
Oral and Maxillofacial Surgery. 5th ed. St.Louis: Mosby, 1979: 111.
52