Pelaporan Korporat
“Imbalan Kerja
Oleh:
Kelompok VI
PSAK 24: Imbalan Kerja mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja dalam
laporan keuangan. PSAK yang berlaku mulai 1 Januari 2015 adalah PSAK 24 (revisi 2013)
yang menggantikan PSAK 24 (revisi 2010). Perbedaan antara PSAK 24 (revisi 2013) dengan
PSAK (Revisi 2010) adalah:
1. Perubahan yang signifikan
a. Pengakuan Keuntungan dan Kerugian Aktuaria
b. Perubahan Komponem Imbalan Pasti dan Aset Program
c. Persyaratan Pengungkapan
2. Perubahan Lainnya
a. Imbalan Jangka Pendek
b. Pesangon
c. Perubahan Penting Lainnya
Akuntansi untuk imbalan kerja jangka pendek biasanya cukup jelas karena tidak ada asumsi
aktuaria dan perhitungannya tidak dilakukan dengan dasar diskonto. Imbalan kerja jangka
pendek diakui sebagai beban ketika pekerja telah memberikan jasanya kepada entitas, dan:
Apabila ada bagian yang belum dibayarkan maka akan diakui sebagai Liabilitas (beban
terakru); atau
Apabila jumlah yang dibayar melebihi jumlah imbalan, maka kelebihan tersebut akan
diakui sebagai aset (biaya dibayar dimuka).
Cuti Berbayar
Cuti berbayar adalah kompensasi yang diberikan Entitas kepada karyawan; dan terbagi
menjadi dua kategori:
Cuti berbayar diakumulasi, yaitu apabila hak cuti periode berjalan yang belum
digunakan dapat diakumulasikan dan digunakan di periode mendatang,
Cuti berbayar tidak akumulasi, yaitu apabila hak cuti periode berjalan akan hangus
apabila tidak digunakan di periode berjalan.
Entitas mengakui biaya ekspektasian atas cuti imbalan jangka pendek sebagai berikut:
Atas cuti berbayar diakumulasi: beban dan liabilitas diakui pada saat pekerja memberikan
jasa yang menambah hak cuti berbayar di masa yang akan datang. Entitas mengukur
biaya ekspektasian atas cuti berbayar diakumulasikan sebagai jumlah tambahan yang
diperkirakan akan dibayar oleh entitas akibat hak yang belum dugunakan dan telah
terakumulasi pada akhir periode pelaporan.
Atas cuti berbayar tidak diakumulasikan: beban langsung diakui dan dibayarkan pada saat
terjadinya cuti.
Terkadang entitas tidak menyatakan dalam kontrak kerja dengan pekerja bahwa akan dapat
pembayaran bonus atau gaji ke-13. Namun setiap tahunnya entitas selalu membayarkannya.
Hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban konstruktif karena tidak ada hal realistis lain yang
dapat dilakukan selain membayarkan bonus atau gaji ke-13 tersebut.
Imbalan Pascakerja
PSAK 24 mendefinisikan imbalan pascakerja sebagai imbalan kerja (selain pesangon dan
imbalan kerja jangka pendek) yang terhutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
Contoh imbalan pascakerja adalah tunjangan purnakarya seperti pensiunan dan imbalan
pascakerja lain, seperti asuransi jiwa dan tunjangan kesehatan pascakerja.
Dari sisi pembayran iuran, imbalan pascakerja dikelompokan menjadi:
1. Program iuran, terjadi saat pemberi kerja dan pekerja sama-sama memberikan
kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
2. Program noniuran. Program noniuran terjadi pada saat hanya pemberi kerja yang
memberikan kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
Secara umum, berdasarkan manfaat yang akan diterima pekerja, imbalan pascakerja
diklasifikasikan menjadi:
1. Program iuran pasti
2. Program imbalan pasti
Adapun klasifikasi suatu program sebagai iuran pasti atau imbalan pasti ditentukan dari
substansi ekonomi dari syarat dan ketentuan pokok program.
Penggunaan program iuran pasti mengakibatkan kewajiban hukum dan konstruktif yang
dimiliki oleh pemberi kerja hanya terbatas pada jumlah iuran yang disepakati. Pemberi kerja
tidak menentukan manfaat pensiun yang akan diterima oleh pekerja. Sehingga nantinya
jumlah imbalan pascakerja yang akan dibayarkan kepada pekerja adalah jumlah dari
akumulasi iuran dan hasil pengembangan iuran. Hal ini mengakibatkan risiko aktuarial dan
resiko investasi ditanggung oleh pekerja.
Risiko aktuarial didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya imbalan yang akan diperoleh
jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya. Sementara risiko investasi
didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya jumlah aset investasi yang jumlahnya tidak
cukup untuk memenuhi imbalan yang diperkirakan.
Akuntasi untuk program iuran pasti adalah sederhana. Entitas mengakui terjadinya beban
pada saat terjadinya dan mencatatkan adanya liabilitas atau pengeluaran kas sesuai dengan
kejadiannya. Besarnya liabilitas imbalan pascakerja adalah sebesar iuran yang terutang
kepada entitas program dana pensiunan. Jika diperkirakan iuran kepada program akan
diselesaikan lebih dari 12 bulan, maka liabilitas diukur sebesar nilai kininya.
Program imbalan pasti mungkin didanai sepenuhnya atau sebagian, dan mungkin juga tidak
didanai, oleh iuran entitas. Pendanaan adalah penyerahaan aset kepada entitas yang disebut
dana pensiun, yang terpisah dari entitas untuk tujuan memenuhi kewajiban yang timbul dari
program manfaat pensiun.
1. Program didefinisikan sebagai didanai jika entitas menyisikan dana untuk maanfaat
pensiun masa depan dengan melakukan pembayaran kepada agen pendanaan, seperti wali
amanat, bank, atau entitas asuransi. Program yang didanai akan menciptakan adanya
Liabiltias Imbalan Pasti dan Aset Program.
2. Program didefinisikan sebagai tidak didanai jika entitas mempertahankan kewajiban
pembayaran manfaaat pensiun tanpa membentuk dana terpisah.
Kondisi di Indonesia
Undang – Undang No. 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan mengatur hubungan antara
Pemberi Kerja dan Pekerja yang diantaranya menjadi ruang lingkup PSAK 24, yaitu:
1. Perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan tenaga kerja.
2. Pemutusan hubungan kerja.
UU 13/2003 pasal 156 mengatur besarnya pesangon, penghargaan, dan penggantian hak yang
wajib dibayarkan pemberi kerja kepada pekerja untuk berbagai jenis pemutusan hubungan
kerja (PHK).
Besarnya pesangon, penghargaan, penggantian hak, dan uang pisah untuk berbagai jenis PHK
adalah sebagai berikut:
Besarnya uang pesangon dan penghargaan yang menjadi dasar perhitungan di atas sesuai
dengan pasal 156 ayat 2 dan 3 UU No. 13/2003, adalah sebagai berikut:
Sementara penggantian hak, sesuai dengan pasal 156 ayat 4 UU No.13/2003 meliputi sebagai
berikut:
1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum hangus.
2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat di mana
pekerja/buruh diterima bekerja.
3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
4. Hal – hal yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan entitas, atau perjanjian kerja
bersama.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan undang-undang tersebut, Indonesia memberlakukan
Program Imbalan Pasti bagi seluruh tenaga kerja.
Dari sisi pencatatan akuntansinya sendiri, beberapa akun dalam komponem Laporan
Keuangan berikut ini akan terpengaruh dengan transaksi program imbalan pasti:
1. Laporan Posisi Keuangan >> Aset /Liabilitas Imbalan Pasti, yang dihitung sebagai selisih
dari:
a. Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (Present Value of Defined Benefit Obligation =
PVDBO), dengan
b. Nilai Wajar Aset Program (Fair Value of Plan Asset = FVPA)
Setelah disesuaikan dengan dampak Batas atas Aset.
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
a. Diakui dalam Laporan Laba Rugi periode berjalan
Biaya jasa, yaitu Biaya Jasa Kini, Biaya Jasa Lalu, dan Keuntungan/Kerugian atas
Penyelesaian
Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti
b. Diakui sebagai Penghasilan Komprehensif Lain (OCI) adalah komponen Pengukuran
Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti (Remeasurement Componem), yang terdiri
dari:
Keuntungan dan Kerugian Aktuarial
Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto
Perubahan atas dampak Batas atas Aset yang belum diakui dalam Bunga Neto
Batas Atas Aset ini digunakan apabila selisih antara Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti
dengan Nilai Wajar Aset Program menghasilkan angka surplus atau Aset. Dalam kondidi
surplus, Aset Imbalan Pasti yang diakui adalah mana yang lebih rendah antara:
Nilai Wajar Aset Program dan
Batas Atas Aset
Estimasi atas pembayaran masa depan harus memenuhi aturan yang berlaku di Indonesia,
khususnya UU No. 13 Tahun 2003.
Besaran Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (t=0) akan muncul pertama kali dalam laporan
keuangan saat entitas pemberi kerja menyatakan berlakunya suatu program imbalan pasti.
Pada saat perhitungan pertama, maka pemberi kerja akan melakukan estimasi awal sesuai
dengan jumlah pekerja, hak pekerja, asumsi demografi, dan asumsi aktuarial tertentu.
Besaran Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (t=1 dan seterusnya) akan dipengaruhi oleh
beberapa komponem di bawah ini:
1. Biaya Jasa (BJ), yaitu Jasa Kini dan Biaya Jasa Lalu
2. Biaya Bunga (BB)
3. Keuntungan/Kerugian Aktuarial (KKP)
4. Keuntungan dan Kerugian (KKA)
5. Pembayaran Manfaat (hanya jika jenisnya tidak didanai) (PMu)
NKKIP (t=1) = NKKIP (t=0) + BJ + BB +/-KPP +/- KKA – PMu
Apabila tidak ada harga pasar untuk aset tersebut, maka nilai wajar aset program ditentukan,
misalnya, dengan mengukur nilai kini dari akspektasi arus kas masa depan dengan suatu
tingkat diskonto yang mereflesikan risiko terkait aset program tersebut dan jangka waktu
jatuh tempo dari aset.
Nilai Wajar Program Aset (t=0) akan muncul pertama kali dalam laporan keuangan saat
entitas pemberi kerja menyatakan berlakunya suatu program imbalan pasti yang didanai. Pada
saat perhitungan pertama, maka pemberi kerja akan melakukan estimasi awal sesuai dengan
jumlah pekerja, hak pekerja, asumsi demografi, dan asumsi aktuarial tertentu.
Besaran Nilai Wajar Aset Program (t=1) dan seterusnya) akan dipengarugi oleh beberapa
komponem di bawah ini:
1. Imbalan Hasil Aset Program (pada tingkat diskonto) (IHAP)
2. Kontribusi yang dibayarkan (K)
3. Pembayaran Manfaat (pada Program yang didanai) (PMd)
NWAP (t=1) = NWAP (t=0) + IHAP + K – PMd
Biaya Jasa
Biaya Jasa Kini (current Service Cost)
Biaya Jasa Kini adalah perubahan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti yang berasal dari jasa
pekerja pada periode berjalan.
Kurtailmen didefinisikan sebagai pemenuhan salah satu dari dua kondisi berikut ini:
Entitas pemberi kerja menunjukan komitmenya untuk mengurangi secara signifikan
junlah pekerja yang ditanggung oleh program, atau
Entitas pemberi kerja mengubah ketentuan dalam program imbalan pasti yang
menyebabkan bagian yang material dari jasa masa depan pekerja tidak lagi memberikan
imbalan atau memberikan imbalan lebih rendah.
Biaya Jasa Lalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya, baik yang sudah vested maupun
atas yang belum vested.
Imbalan bersifat vesting jika pekerja berhak menerima pembayaran atas hak yang
digunakan selama masa kerja ketika hubungan kerja putus.
Imbalan bersifat non-vesting jika pekerja tidak berhak menerima pembayaran atas hak
yang tidak digunakan selama masa kerja ketika berhubungsn kerja putus.
Biaya Jasa Lalu dapat bernilai positif maupun negatif, dengan penjelasan sebagai berikut:
Bernilai positif jika imbalan diadakan atau jika perubahan yang ada menyebabkan Nilai
jika Kini Kewajiban Imbalan Pasti meningkat.
Bernilai negatif jika perubahan yang ada menyebabkan Nilai Kini Kewajiban Imbalan
Pasti menurun.
Tingkat diskonto ditentukan di awal periode dan diambil dari bunga obligasi berkualitas
tinggi (atau obligasi pemerintah) di pasar aktif pada akhir periode pelaporan sebelumnya.
Penggunaan mata uang, periode pelaporan, dan obligasi yang menjadi rujukan harus
dilakukan secara konsisten.
Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti terdiri dari:
Biaya Bunga = tingkat diskonto x Nilai Kewajiban Imbalan Pasti
Pendapatan Bunga = tingkat diskonto x Nilai Wajar Aset Program
Bunga atas dampak Batas Atas Aset = tingkat diskonto x Dampak Batas Atas Aset
Keuntungan atau Kerugian Aktuarial (Actuarial Gains or Losses)
Keuntungan atau Kerugian aktuarial terdiri atas:
1. Penyesuaian akibat adanya perbedaan antara asumsi aktuarial dengan kenyataan, dan
2. Pengaruh perubahan asumsi aktuarial
Keuntungan atau Kerugian aktuarial tidak lagi menyertakan perubahan akibat penerapan
awal, perubahan, kurtailmen, atau penyesuaian atas program imbalan pasti, atau perubahan
atas manfaat yang tercangkup dalam program imbalan pasti.
Keuntungan atau kerugian aktuarial dapat timbul dari kenaikan atau penurunan Nilai
Kewajiban Imbalan Pasti atau Nilai Wajar Aset Program. Keuntungan atau Kerugian
Aktuarial merupakan komponem Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan
diakui dalam OCI.
Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto adalah selisih antara
realisasi imbal hasil aset program dengan Pendapatan Bunga yang telah diakui dalam Bunga
Neto.
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bunga Neto
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bungan Neto merupakan
komponem Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan diakui Dalam OCI.
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bungan Neto adalah
selisih antara total perubahan pada Dampak Batas Atas Aset dengan Bunga atas Dampak
Batas Atas Aset yang telah diakui dalam Bungan Neto.
Pesangon
Pesangon didefinisikan sebagai imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas penghentian
perjanjian kerja sebagai akibat pemberhentian pekerja sebelum udia purna karya normal atau
keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran penghentian perjanjian
kerja.
Pesangon diakui pada tanggal awal antara:
Ketika tidak dapat lagi menarik tawaran tersebut (pekerja telah menerima tawaran,
atau berlaku pembatasan hukum atas penarikan tawaran); atau
Pengakuan biaya restrukturisasi sesuai PSAK 57.
Kondisi “ketika tidak dapat lagi menarik tawaran penghentian perjanjian Kerja” adalah saat
telah dikomunikasikan ke pekerja yang terkena dampak, dan memenuhi kriteria:
1. Kecil kemungkinanperubahan signifikan atas program tersebut;
2. Program mengidentifikasi jumlah pekerja yang akan dihentikan, klasifikasi
pekerjaan/fungsi, dan lokasinya, serta tanggal penyelesaian; dan
3. Program membuat detail yang memadai sehingga pekerja dapat menentukan jenis dan
jumlah imbalan yang akan diterima.
Pesangon diukur pada nilai nominal jika akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan
dan akan diukur pada nilai kini jika akan diselesaikan lebih dari dua belas bulan.
Sumber:
Modul Chartered Accountant: Pelaporan Korporat. 2015. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Soal Latihan
Soal 1
PT Royal memiliki kebiasaan untuk membagi bonus kepada karyawan tiap tahun. Bonus
tersebut biasanya dihitung sebesar 3% dari laba bersih. Bonus atas suatu tahun ditetapkan
pada RUPS dalam rangka pengesahan Laporan Keuangan tahunan tersebut. RUPS biasanya
dilakukan 5 bulan setelah tanggal pelaporan, yaitu bulan Mei tahun berikutnya. Prakiraan
laba bersih tahun 2015 adalah Rp 200.000.000.000. Hitunglah beban dan liabilitas atas bonus
yang diakui PT Royal tahun 2015.
Soal 2
PT Lazy memiliki 50 orang karyawan. Pada tahun 2015 mulai memberikan program cuti
berimbalan untuk karyawannya. Setiap karyawan berhak atas 5 hari cuti berimbalan dalam 1
tahun dan dapat diakumulasikan pada tahun-tahun berikutnya. Setiap karyawan yang cuti
akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 800.000 per hari. Pada tahun 2015, ada 35 karyawan
sudah mengambil penuh hak cuti berimbalan, sedangkan 15 karyawan sudah mengambil 3
hari. Hitunglah beban dan liabilitas atas cuti berimbalan yang diakui PT Lazy tahun 2015.
Soal 3
Pada tahun 2015 PT Pensiun berkomitmen melakukan PKK atas 20 orang karyawan dengan
jumlah pesangon keseluruhan senilai Rp 1.500.000.000. Selain itu, PT Pensiun juga
menawarkan kepada 15 orang karyawan lainnya untuk berhenti secara sukarela. Setiap
karyawan akan menerima pesangon masing-masing Rp 80.000.000 jika menerima tawaran
tersebut. PKK direncanakan efektif dilakukan awal tahun 2016. Dalam kasus ini PT Pensiun
sudah memiliki komitmen yang jelas untuk melakukan PKK dan biaya terkait restrukturisasi
telah diakui. Untuk PKK secara sukarela, PT Pensiun mengestimasi 2/3 karyawan akan
menerima tawaran PKK tersebut. Berapa beban pesangon PKK yang harus diakui PT Pensiun
tahun 2015?
Soal 4
Berikut adalah data yang berhubungan dengan program imbalan pasti bagi karyawan PT
Jompo:
1 Januari 2015 31 Desember 2015
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti 3.100.000.000 3.400.000.000
Nilai Wajar Aset Program 2.900.000.000 3.100.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain (kredit) 352.000.000 394.000.000
Berdasarkan kasus pada PT Jompo, berapakah nilai liabilitas yang timbul di Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) PT Jompo per 31 Desember 2015? Berapakah imbalan pasca kerja yang
harus diakui dalam Laporan Laba Rugi PT Jompo tahun 2015, jika iuran yang dibayarkan
tahun 2015 sebesar Rp 50.000.000? Berapakah keuntungan (kerugian) aktuarial yang diakui
PT Jompo melaui Penghasilan Komprehensif Lain tahun 2015?
Soal 5
PT Purnabakti memiliki program iuran pasti dengan iuran jatuh tempo tiap akhir bulan
sebesar Rp 4.000.000. Iuran bulan November 2015 telah dibayar sejumlah Rp 3.000.000 pada
pertengahan Desember 2015, sedangkan iuran bulan Desember telah dibayar seluruhnya
pada awal Januari 2016. Hitung liabilitas yang diakui PT Purnabakti pada 31 Desember 2015
terkait program iuran pasti.
Soal 6
Pada tahun 2015, PT Haritua memiliki saldo terkait program Imbalan Pasti adalah sebagai
berikut:
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – awal tahun 2015 225.000.000
Nilai Wajar Aset Program – Awal tahun 2015 175.000.000
Penghasilan komprehensif lain (kredit) – awal tahun 2015 10.070.000
Biaya Jasa Kini 18.000.000
Tingkat Diskonto 10%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 25.000.000
Imbalan pension yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 12.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – Akhir tahun 2015 260.000.000
Nilai Wajar Aset Program – Akhir tahun 2015 205.000.000
Diminta:
1. Hitung beban imbalan pasti tahun 2015 dan liabilitas di Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) PT Haritua per 31 Desember 2015.
2. Buat ayat jurnal yang diperlukan PT Haritua terkait Program Imbalan Pasti tahun
2015.
Jawaban
Soal 1
Laba Bersih PT Royal Tahun 2015 = Rp 200.000.000.000,-
Bonus Rp 200.000.000.000 x 3% = Rp 6.000.000.000,-
Jumlah beban dan liabilitas PT Royal pada tahun 2015 adalah Rp 6.000.000.000,-
Soal 2
35 karyawan x 5 hari = 175 hari
15 karyawan x 3 hari = 45 hari
Jumlah = 220 hari
220 hari x Rp 800.000 = Rp 176.000.000
15 karyawan x 2 hari yang belum diambil x Rp 800.000 = Rp 24.000.000
Jumlah = Rp 200.000.000
PT Lazy akan mengakui beban dan liabilitas atas cuti sebesar Rp 176.000.000.
Dicatat di jurnal :
Beban Imbalan kerja cuti berimbalan Rp 176.000.000
Kas Rp 176.000.000
Jika cuti berimbalan tersebut dapat diakumulasikan maka pada tahun 2015 PT Lazy akan
mengakui tambahan beban dan liabilitas sebesar Rp 24.000.000 sehingga beban yang diakui
tahun 2015 menjadi Rp 200.000.000.
Soal 3
Beban yang harus diakui PT Pensiun 2015 adalah:
Pesangon PKK 20 karyawan = Rp 1.500.000.000
Pesangon 2/3 dari penawaran PKK secara sukarela kepada 15 karyawan
10 karyawan x Rp 80.000.000 = Rp 800.000.000
Jumlah = Rp 2.300.000.000
Dicatat di jurnal:
Beban imbalan kerja pesangon Rp 2.300.000.000
Provisi Rp 2.300.000.000
Soal 4
Nilai Kini
Penghasilan Keuntungan
Kewajiban
2015 Beban Kas Komprehensif Liabilitas & Kerugian
Imbalan
Lain Belum Diakui
Pasti
Saldo Awal 352.000.000 3.100.000.000 200.000.000
Biaya Jasa
Kini
Biaya Bunga
Pendapatan
42.000.000 42.000.000
Bunga
Iuran 50.000.000 50.000.000
Imbalan
Pengukuran
Kembali –
300.000.000
Rugi
Aktuarial
Pengukuran
Kembali –
100.000.000
Rugi
Aktuarial
Jumlah
Tahun 50.000.000 42.000.000 92.000.000 300.000.000 100.000.000
Berjalan
Saldo Akhir 394.000.000 3.400.000.000 300.000.000
Soal 5
Iuran PT Purnabhakti setiap bulan Rp 4.000.000
Jadi, liabilitas yang diakui PT Purnabhakti pada 31 Desember 2015 adalah sebesar:
Rp 5.000.000,-
Soal 6
Nilai biaya imbalan pasti yang akan diakui dalam laporan rugi laba adalah:
Beban Bunga
Tingkat diskonto x nilai kewajiban imbalan pasti awal tahun
10% x Rp 225.000.000 22.500.000
Pendapatan Bunga
Tingkat diskonto x nilai wajar asset program awal tahun
10% x Rp 175.000 17.500.000 -
Bunga netto atas liabilitas (asset) imbalan pasti 5.000.000
Biaya jasa 18.000.000 +
Biaya imbalan pasti yang diakui dalam Laporan Laba Rugi 23.000.000
Jadi, beban imbalan pasti tahun 2015 adalah sebesar Rp 23.000.000,-
Kas 12.000.000
Imbas hasil program 12.000.000
(mencatat imbalan pensiun yang telah dibayarkan oleh dana pensiun)