SEL DENDRITIK
Disusun oleh :
E F R I EN I
NIM. 041126281822010
1
BAB I
PENDAHULUAN
parasit, jamur, bakteri maupun virus. Oleh karena itu sistem kekebalan tubuh yang baik
Sistem kekebalan tubuh memiliki beberapa jalur untuk mengenali dan menanggapi
(Steinmen.2007).
menginvasi tubuh manusia perlu adanya aktivasi respon imun bawaan dan antigen adaptif
(Kapsenberg.2003). Lebih dari selusin tipe sel yang mengekspresikan lebih dari 300
molekul membran terlibat dalam mekanisme ini (Steinmen. 2007). Sehingga walaupun
terlihat ada perbedaan dalam mekanisme respon tapi sejatinya kedua mekanisme itu
Sehubungan dengan tugas sistem imun sebagai alat pertahanan terhadap infeksi
mikrioba, sistem imun harusmempunyai mekanisme kerja yang sangat unik meliputi:
pertama, mengenali antigen untuk mengetahui adanya bahan infektif. Kedua, mampu
Ketiga, mampu mengatur atau mempunyai regulasi sendiri sehingga tidak terjadi eror
dalam sistem imun. Keempat, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sitem memori
Dalam mekanisme dua sistem imun tersebut diperlukan berbagai sel dan molekul
komplek yang mampu menjembatani antara sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif.
(Playfair et al.2009). Salah satunya adalah sel yang dapat menyajikan antigen dalam
bentuk peptida atau lipid pada sel sel efektor (Limfosit) yang disebut Antigen Pressenting
2
Cell (APC). Sel dendritik, Fagosit mononuklear (Makrofag) dan sel B dapat berperan
sebagai APC ketiganya disebut APC profesional. Namun demikian sel dendritik
merupakan APC paling efektif karena letaknya yang strategis yaitu di tempat-tempat
dimana mikroba dan antigen asing masuk tubuh dan serta organ – organ yang menjadi
Terdapat banyak perspektif terhadap pengaruh kuat sel dendritik dalam mencapai
kekebalan secara luas. Dari perspektif seleksi alam, sel dendritik membantu sistem
kekebalan tubuh dalam menghalau terhadap lebih dari seribu bentuk infeksi berbeda.
Dari perspektif fisiologis, perlawanan terhadap infeksi bukanlah respon tunggal otomatis.
Dari perspektif seluler, sel dendritik yang terkenal karena peran mereka dalam memulai
imunitas T-cell, Namun demikian, sel dendritik dapat mempengaruhi semua jenis limfosit.
Dari perspektif medis, sel dendritik mempengaruhi banyak kondisi klinis. Selain itu untuk
peradangan autoimun dan alergi dan penolakan transplantasi, serta dapat dimanfaatkan
Dari pendahuluan diatas sangat menarik untuk melihat dan menelaah mekanisme
sel dendritik dalam menghadapi paparan mikroorganisme pathogen. Tujuan dari makalah
ini adalah untuk melihat peranan dendritik sel dalam melawan infeksi. Makalah ini juga
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler di
3
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
temukan dalam proses penemuannya sangat dibantu oleh penelitian yang dilakukan oleh
Robert Mishell danRichard Dutton pada tahun 1966. Kedua peneliti ini mencoba mencari
suspensilimpa tikus cells. Mereka menyimpulkan bahwa limfosit (campuran dari sel B dan
T), jikadimurnikan dengan berbagai cara, tidak akan membentuk antibodikecuali jika
ditambahkan “accessory cells”. Dari hasil itu Steinmen mempunyai pemikiran bahwa sel
imunogenisitas.(Steinmen.2007)
Melalui beberapa penelitian akhirnya Pada tahun 1973 Ralph Steinman dan
koleganya Zanvil Cohn menemukan tipe sel baru yang ia sebut sel dendritik. Dari semua
sel aksesori yang mereka teliti mereka menemukan sel lain yang terlihat berbeda dan
4
tidak bertindak sebagaimana makrofag yang selama ini mereka teliti.Steinmen dalam
sehinggamereka kemudian memberi nama sel dendritik (berasal dari dendron,kata Yunani
untuk pohon). Dan meskipunsel-sel dendritik mewakili kurang dari 1% darisel-sel yang
kita bisa diisolasi dari limpa, namun karena ciri khas dan pentingnya dalammemulai
(Steinmen.2007)
Mikroorganisme merupakan benda asing yang sangat penting untuk dikenali oleh
sistem imun. Perlu diingat bahwa pertahanan pertama adalah menjaga agar benda asing
tersebut tidak berhasil masuk ke dalam tubuh sehingga berbagai pertahanan eksternal
seperti lapisan kulit yang intak pada bagian luar, sekresi anti mikroba (terutama bakteri )
pada lapisan kulit dan mukosa seperti lisozim, laktoferin, defensin dan peroksidase.
Contoh lainnya adalah adanya pH yang sangat asam dalam lambung untuk menghalau
Namun jika ternyata mikroba infektif berhasil menembus pertahanan tersebut maka
serangkaian respon imun akan terjadi. Melalui reseptor yang disebut pattern-recognition
reseptor (PRR) sistem imun bawaan akan mengenali molekul spesifik mikroba yang diberi
menyebabkan respon protektif oleh sistem imun bawaan serta mampu mengaktifkan
respon imun adaptif untuk proteksi yang lebih maksimal. Jadi pengenalan dan reseptor
5
Peran Sel Dendritik Dalam Sistem Imun
Sel dendritik ditemukan dalam jumlah <0,1% dalam darah, dalam stadium ini sel
dendritik menunjukkan membran yang berkerut kerut yang disebut veiled cell. Sel tersebut
juga dapat ditemukan di kulit (sel langerhans), kelenjar limfoid sebagai sel interdigit,
(Cheonget al.2012)
cells (cDCs) and plasmacytoid dendritic cells (pDCs). Fungsi utama cDCs berperan dalam
antivirus.(Malissen et al.2012).
infeksi dimulai dari mengenali antigen yang spesifik dikeluarkan oleh mikroba,
mengeluarkan molekul seperti sitokin dan kemokin serta mengaktifkan naif T cell dengan
Leucocyte Antigen (HLA). Polarisasi T cel inilah awal dimulainya respon imun adaptif
yang akan lebih spesifik dan lebih efektif dalam mengeliminasi mikroba pathogen dalam
tubuh karena tidak hanya mengaktifkan respon imun adaptif tapi juga memperkuat
kemampuan sel sel inflamasi atau fagosit pada respon imun bawaan. Secara lebih
Pada perkembangan awal, sel dendritik sebagaimana sel monosit berada dalam
peredaran darah. Sel dendritik yang muda(immature DCs) segera memasuki jaringan.
Sepertihalnya anggota respon imun bawaan, sel dendritik juga dapat mengekspresikan
6
Secara umum PRR mempunyai fungsi yang sama yaitu mengenali antigen spesifik
dari mikroba baik bakteria , virus , jamur maupun parasit. Namun berdasarkan fungsinya
terdapat 2 kelompok besar reseptor yaitu; (1) Kelompok yang bersama Fc reseptor
MHC.Diantaranya adalah DEC25 yang mampu mengenali LPS dari bakteri. Dan (2)
adalah berbagaiToll-Like Reseptor (TLRS) yang mampu menginisiasi gen gen sel dendritik
menjembatani sel dendritik muda untuk bermigrasi dari jaringan ke kelenjar limfa
pada bagian luar dan serupa dengan sitoplasmik IL-1 pada bagian dalam (Mclnturffet
al.2005). ada sekitar 10 (Malissen et al.2012) (Mclnturffet al.2005) jenis molekul TLRs
yang terdapat pada manusia namun yang diketahuiterdapat pada sel dendritik adalah
TLRs-2, TLRs-3, TLRs-4, TLRs-7, dan TLRs-9 yang secara spesifik mengenali antigen
(Kapsenberg.2003). untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.3 berikut ini.
7
Gambar 2. Berbagai jenis TLRS dan molekul sfesifik bakteri yang dapat dikenalinya
(Mclnturff et al. 2005)
Saat sel dendritik muda mengenali mikroba melalui reseptor DEC25 atau manossa
misalnya makasel dendritik akan mengolah antigen mejadi peptida tertentu yang kemudian
akan dipresentasikan melalui MHC. Namun demikian hal ini tidak dapat menyebabkan sel
menghasilkan sitokin dan kemokin (Mclnturff et al. 2005 dan Playfair et al.2009). TLRs
dapat menekan sel untuk mengekspresikan CCR7 yang dapat berinteraksi dengan CCL21
yang diproduksi di kelenjar lifa sehingga sel dendritik muda dapat bermigrasi ke kelenjar
ekstraseluler. Untuk dapat mengenali mikroba intraseluler maka sel dendritik dapat
yang lebih sensitif dalam mengikat antogen virus dalan sitoplasma (Malissen et al.2012).
a b
8
Gambar 3. (a).Sel dendritik jaringan kulit (Langerhans cell) bermigrasi ke kelenjar limfa
untuk mengaktifkan sel T naif (Foto: Hladik et al). (b) Limfosit
manusia(Ungu) yang berikatan dengan permukaan sel dendritik (Pseudo-
biru)(Foto: Schwartz).
Antigen spesifik mikroba yang difagosit sel dendritik akan diolah hingga menjadi
molekul dalam bentuk peptida. Peptidayang berasal darikompartemen sel dendritik yang
kostimulatori yang dihasilkan oleh sel dendritik yaituB7-1 dan B7-1 (Bratawijaya.2006)
MHC kelas I dipresentasi pada permukaan sel T dan merangsang aktifasi CD8+
dieliminasioleh selTsitotoksik ini. Namun demikian tidak semua sel terinfeksi virus dapat
Gambar 4. Berbagai varian T helper dan fungsinya dalam respon imun adaptif (Calame
et al.2012)
9
Untuk MHCkelas II presentasi dimaksudkan untuk merangsang sel CD4+ T
helper. Seperti yang terlihat pada gambar. 4, terdapat 6 T helper yang teraktifasiyaitu Th-1,
Th-2, Th-17, TFH, dan Treg. Th-1 berperan adalam mendukung makrofag dalam
melisiskan mikroba yang menginfeksi sel tersebut, Th-2 dan TFHlebih banyak berperan
dalam mendukung sel B dalam menghasilkan antibody dan Th-17 meningkatkan respon
pengatur dan mencegah terjadinya respon imun pada self-antigen seperti mencegah
Sel dendritik mempunyai fungsi yang cukup luas sehingga banyak dimanfatkan
dalam berbagai penelitian bukan hanya terhadap penyakit infeksi namun juga terhadap
fungsi lainnya, diantarannya terhadap penyakit atherosclerosis (Cheong et al. 2012) dan
Pada tahun 2008 harapan dunia terhadap penganan HIV sempat melambung
dengan ditemukannya dua protein dalam sel dendritik yang menghambat pengeluaran virus
(budding) dari sel tersebut, sehingga melindungi sel lain agar tidak tertular. Sel dendritik
terlibat dalam pengintaian dan perlindungan kekebalan pada awal terinfeksi HIV. Wang
dan Pang menemukan bahwa kehadiran DC-SIGN bersamaan dengan DC-SIGNR, protein
yang serupa, menghambat pengeluaran HIV dari sel dendritik sebanyak 95 hingga 99,5
persen. Mereka berpendapat bahwa protein tersebut mengganggu kemampuan HIV untuk
menyelesaikan proses perakitan pada selaput luar sel dendritik sehingga mencegah
budding. Pang mendorong para peneliti lain untuk menyelidiki bagaimana pengetahuan ini
dapat menolong upaya untuk menghasilkan vaksin HIV yang efektif (Wang et al.2008).
10
Namun sampai saat ini pengembangan dari penelitian tersebut belum terdengar
kembali. Bahkan pada penelitian terbaru lainnya disimpukan bahwa sel dendritik mampu
menghambat lentavirus untuk berkembang dalam sel namun ternyata lentavirus pathogen
seperti HIV dapat mematahkan sistem penghambatan tersebut (Drake et al. 2012)
11
BAB. III
KESIMPULAN
Sel dendritik tidak berperan secara langsung dalam mematikan berbagai mikroba
pathogen penyebab infeksi seperti yang dilakukan makrofag. Namun demikian sebagai
APC (Antigen Presenting Cell) profesional, sel dendritik mampu merespon pathogen yang
masuk dengan cepat karena berada pada daerah strategis tempat masuknya mikroba
adaptif yang akan lebih spesifik dan lebih efektif dalam mengeliminasi mikroba pathogen
dalam tubuh karena tidak hanya mengaktifkan respon imun adaptif tapi juga memperkuat
kemampuan sel sel inflamasi atau fagositmaupun sistem humoral pada respon imun
bawaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bratawijaya, K.G. 2006. Imunologi Dasar, Edisi Tujuh. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Cheong, C and Choi, J.H. 2012. Dendritic Cells and Regulatory T Cells in Atherosclerosis.
Mol. Cells . Vol.34:341-347
Drake et al.: Dendritic cell nediated inhibition of lentiviral infection. Retrovirology 2012
9(Suppl 2):P178.
Hoebe, K. Jansen, E and Beutler, B. 2004. The Interface Betwen Innate and Adaptive
Immunity. Natur Immunologi Vol.5(10): 971-974
Hughes, T. and Upham, J. W. 2006. Dendritic cells. Dalam Geoffrey J. Laurent and Steven
D. Shapiro (Ed.), Encyclopedia of Respiratory Medicine (pp. 10-15) Oxford:
Elsevier Academic Press.
McInturff, J.E. Modlin, R.L. and Kim, J. 2005.The Role of Toll-like Receptors in the
Pathogenesis and Treatment of Dermatological Disease. The Journal of Invetigative
Dermatology. Vol.125: 1-7
13
Orbea, H.A. Godrick, E. & McKay D. 2012. Chapter 1: Basic Concept in immunology, pp:
23-40. Dalam K. Murphy (ed). Janeway’s Immunobiology 8TH Edition. Garland
Science Taylor and Paris Group. London and New York.
Rifa’i, M. 2010. Perkembangan Sel T Regulator Periferal dan Mekanisme Supresi in vitro.
J.Exp. Life Sci.Vol. 1(1): 43-47.
Steinman, R.M. 2007. Dendritic Cell: Versatile Controllers of TheImmune System. Nature
Medicene Vol. 3(10) :vii-xi
14