Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN

TEKNIK INDUSTRI B2 (KELAS D)


RIFQI HAFIZH
0518124002

Materi : Analytical Hierarchy Process (AHP)

Definisi AHP
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.
Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks
menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang
diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif.
Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis.
Model AHP pertama yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (dalam Kadarsyah, 1998)
merupakan AHP dengan pembobotan additive. Disebut additive karena operasi aritmatika untuk
mendapatkan bobot totalnya adalah penjumlahan. Dalam metode AHP, ada tiga prinsip pokok yang harus
diperhatikan, yaitu (Saaty dalam Kadarsyah, 1998):
1. Prinsip penyusunan hirarki
2. Prinsip menentukan prioritas
3. Prinsip konsistensi logis

Kelebihan AHP
Kelebihan AHP dibandingkan dengan lainnya adalah :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang
paling dalam
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternatif
yang dipilih oleh para pengambil keputusan
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi obyektif dan multi-
kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini
merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif

Prinsip Dasar Pemikiran AHP


Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari pemikiran
AHP, yakni : prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis.
1) Prinsip Menyusun Hirarki
Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan
cara memecahakan persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan
memperincikan pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu
bagian ini ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis.
Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah kriteria
yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal
tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam
proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan
ukuran obyektif dan kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pangambilan
keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Maka salah satu cara untuk
menyatakan ukuran pencapaiannya adalah menggunakan skala subyektif.
2) Prinsip Menetapkan Prioritas Keputusan
Bagaimana peranan matriks dalam menentukan prioritas dan bagaimana menetapkan konsistensi.
Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan, dengan skala banding telah
ditetapkan oleh Saaty ( Yan O., 1995).
Tabel Penetapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Keterangan Penjelasan
Kepentingan
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama
1 Kedua elemen sama pentingnya
besar terhadap tujuan
Elemen yang satu sedikit lebih
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu
3 penting dari pada elemen yang
elemen dibandingkan elemen lainnya
lainnya
Elemen yang satu lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong
5
dari pada elemen yang lainnya satu elemen dibandingkan elemen lainnya
Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen yang kuat dikosong san dominan
7
dari pada elemen lainnya terlihat dalam praktek
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap
Satu elemen mutlak penting dari
9 elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi
pada elemen lainnya
yang mungkin menguatkan
Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara
2,4,6,8
pertimbangan yang berdekatan dua pilihan
Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j
Kebalikan
mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
Perbandingan ini dilakukan dengan matriks. Misalkan untuk memilih manajer, hasil pendapat para
pakar atau sudah menjadi aturan yang dasar (generic), managerial skill sedikit lebih penting daripada
pendidikan, teknikal skill sama pentingnya dengan pendidikan serta personal skill berada diantara
managerial dan pendidikan.
3) Prinsip Konsistensi Logika
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus
mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut:
Hubungan kardinal : aij . ajk = ajk
Hubungan ordinal : Ai>Aj>Aj>Ak, maka Ai>Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut:
a) Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya jika apel lebih enak 4 kali dari jeruk dan jeruk
lebih enak 2 kali dari melon, maka apel lebih enak 8 kali dari melon
b) Dengan melihat preferensi transitif, misalnya apel lebih enak dari jeruk, dan jeruk lebih enak dari
melon, maka apel lebih enak dari melon
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga
matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi
seseorang
Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsisten < 0.1. nilai CR
< 0.1 merupakan nilai yang tingkat konsistensinya baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan
demikian nilai CR merupakan ukuran bagi konsistensi suatu komparasi berpasangan dalam matriks
pendapat. Jika indeks konsistensi cukup tinggi maka dapat dilakukan revisi judgement, yaitu dengan
dicari deviasi RMS dari barisan (aijdan Wi / Wj ) dan merevisi judgment pada baris yang mempunyai
nilai prioritas terbesar
Memang sulit untuk mendapatkan konsisten sempurna, dalam kehidupan misalnya dalam berbagai
kehidupan khusus sering mempengaruhi preferensi sehingga keadaan dapat berubah. Jika buah apel
lebih disuka dari pada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang, tetapi orang yang sama dapat
menyukai pisang daripada apel, tergantung pada waktu, musim dan lain-lain. Namun konsistensi
sampai kadar tertentu dalam menetapkan perioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga
memperoleh hasil yang sahih dalam dunia nyata. Rasio ketidak konsistenan maksimal yang dapat
ditolerir 10 %

Tahapan AHP
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani,
1998) :
1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail
dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi
masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita
kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2) Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di
bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita
berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda.
Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3) Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh
setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi,
mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan
mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan.
Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan
didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan
berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di
bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4) Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang
menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks
dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat
diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel
yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan
dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty.
5) Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6) Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7) Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot
setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai
mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari
matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh
normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8) Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat
index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar
menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna,
rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Aplikasi PHP
Beberapa contoh aplikasi AHP adalah sebagai berikut:
1. Membuat suatu set alternatif; 7. Memprediksi outcome;
2. Perencanaan 8. Merancang sistem;
3. Menentukan prioritas; 9. Mengukur performa;
4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan 10. Memastikan stabilitas sistem;
satu set alternatif; 11. Optimasi;
5. Alokasi sumber daya 12. Penyelesaian konflik
6. Menentukan kebutuhan/persyaratan;
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN


METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Ngatawi1 dan Ira Setyaningsih2

Abstrak: PT. XXX adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri furniture
yang berorientasi export. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan menganalisis
masalah yang berkaitan dengan pemilihan supplier. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara, observasi dan studi literatur. Dari hasi pengumpulan data
diperoleh beberapa alternatif supplier yaitu “A”, “B”, “C”, “D”, “E”, dan “F”.
Sedangkan yang menjadi kriterianya antara lain pengiriman, pelayanan, produk,
kualitas, dan biaya. Pengolahan data menggunakan salah satu metode MCDM (Multi
Criteria Decision Making) yaitu AHP (Analytic Hierarchy Process), dengan hasil
supplier “A” ditetapkan sebagai supplier terbaik.

Kata kunci: Supplier , AHP, MCDM

Pendahuluan
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kemajuan dunia industi manufaktur
sangatlah pesat, hal ini didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan sehingga persaingan antar
perusahaan semakin ketat. Oleh itu, perusahaan dituntut untuk dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen dalam segala aspek. Salah satunya adalah menjaga kualitas
produk yang dihasilkan. Upaya awal untuk menjaga mutu produk adalah menyeleksi
supplier yang kompeten dan mampu memberikan bahan baku yang berkualitas. Pemilihan
supplier perlu dilakukan untuk mendapatkan kriteria supplier yang benar-benar mampu
memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten dan berkualitas. Adapun langkah yang
digunakan dalam pemilihan supplier adalah menggunakan salah satu metode dalam Multi
Criteria Decision Making (MCDM) yaitu AHP (Analytic Hierarchy Process).

Landasan Teori
AHP (Analytic Hierarchy Process).
Model AHP pertama yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (dalam
Kadarsyah, 1998) merupakan AHP dengan pembobotan additive. Disebut additive karena
operasi aritmatika untuk mendapatkan bobot totalnya adalah penjumlahan. Dalam metode
AHP, ada tiga prinsip pokok yang harus diperhatikan, yaitu (Saaty dalam Kadarsyah,
1998):
1. Prinsip penyusunan hirarki
2. Prinsip menentukan prioritas
3. Prinsip konsistensi logis

1
Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Jalan Adi Sucipto no. 1,
Yogyakarta, 55281, Indonesia
2
Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Jalan Adi Sucipto no. 1,
Yogyakarta, 55281, Indonesia
Email: ira_darusalam@yahoo.com

Naskah diterima: 5 April 2011, direvisi: 13 Mei 2011, disetujui: 30 Mei 2011
7
Ngatawi dan Setyaningsih/Analisis Pemilihan Supplier Dengan …/ JITI, 10(1), Juni 2011, pp. 7-13

Langkah-langkah dalam Metode Analytical Hierarcy Process adalah sebagai


berikut :
1. Menentukan jenis-jenis kriteria yang digunakan.
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.

a = , i, j = 1,2, … , n (1)

Dimana n menyatakan jumlah kriteria yang dibandingkan, wi bobot untuk kritreia ke-i,
dan aij adalah perbandingan bobot kriteria ke-i dan j.
3. Menormalkan setiap kolom dengan cara membagi setiap nilai pada kolom ke-i dann
baris ke-j dengan nilai terbesar pada kolom i.

a = (2)
  
4. Menjumlahkan nilai pada setiap kolom ke-i yaitu:
a = ∑ a (3)
5. Menentukan bobot prioritas setiap kriteria ke-i, dengan membagi setiap nilai a dengan
jumlah kriteria yang dibandingkan (n), yaitu:

w =  (4)
6. Menghitung nilai lamda max (eigen value) dengan rumus:

λ max =  (5)
7. Menghitung konsistensi index (CI)
Perhitungan konsistensi adalah menghitung penyimpangan dari konsistensi nilai, dari
penyimpangan ini disebut Indeks Konsistensi dengan persamaan:
λ 
CI =  (6)

Dimana : λmax = eigen value maksimum
n = ukuran matriks

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan


Intensitas Keterangan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan nilai yang berdekatan
Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibanding dengan aktivitas
Kebalikan
j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
Indeks konsistensi (CI); matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai 9)
beserta kebalikannya sebagai Indeks Random (RI). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan
menggunakan 500 sampel, jika “judgement” numerik diambil secara acak dari skala 1/9,
1/8, ... , 1, 2, ... , 9, akan diperoleh rata-rata konsisten untuk matriks dengan ukuran yang
berbeda, pada tabel 2 (Kadarsyah, 1998).
Tabel 2. Nilai Indeks Random (RI)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

8
Ngatawi dan Setyaningsih/Analisis Pemilihan Supplier Dengan …/ JITI, 10(1), Juni 2011, pp. 7-13

Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio


!
konsistensi, CR = (7)
"!
Matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi (CR) ≤ 0,1.
Penentuan Kriteria
Identifikasi kriteria dalam pemilihan supplier ini, berdasarkan dimensi kualitas
menurut teori Garvin yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk
dan menurut teori Kotler untuk dimensi kualitas mutu pelayanan. Berikut penjelasan
masing-masing variabel kriteria.
1. Pengiriman barang, adalah proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen.
2. Pelayanan, adalah usaha yang dilakukan supplier dalam melayani kebutuhan
konsumen.
3. Produk, adalah hasil yang berwujud barang yang ditawarkan oleh supplier.
4. Kualitas supplier, adalah kemampuan supplier dalam menjaga reputasi dan konsistensi
dalam bekerja sama dengan para konsumen. Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah kelancaran produksi.
5. Biaya, adalah uang yang dikeluarkan konsumen untuk memperoleh produk dari
supplier.

Metodologi
Penelitian dilakukan selama 1 bulan, yaitu pada tanggal 1 Januari s.d 31 Januari.
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Wawancara, tanya jawab secara langsung yang diajukan kepada karyawan atau staf
yang ahli dan kompeten dengan permasalahan penelitian.
2. Observasi, mengamati secara langsung objek penelitian guna memperoleh dan
mengetahui peristiwa yang terjadi di lapangan.
3. Studi Pustaka, mempelajari literatur-literatur yang terkait dengan penelitian sebagai
penunjang untuk kelancaran penelitian.
Adapun struktur hirarki penelitian ini seperti pada gambar 1.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian
Untuk setiap kriteria dan alternatif, dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya. Pada setiap
tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen
dalam bentuk pendapat kualitatif. Perbandingan berpasangan tersebut dilakukan oleh
pengambil keputusan, yaitu manajer administrasi & umum.
Untuk mengkuantifikasikan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian
Saaty sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka. Nilai-nilai
perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif. Kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan
penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan ranking dan prioritas. Dari hasil
wawancara yang dilakukan pada PT. XXX berdasarkan AHP maka diperoleh data seperti
pada tabel 3 sampai 8.

9
Ngatawi dan Setyaningsih/Analisis Pemilihan Supplier Dengan …/ JITI, 10(1), Juni 2011, pp. 7-13

Supplier A

Pengirima Supplier B
n
Pelayanan
Supplier C

Alt. Supplier Produk


Supplier D
Kualitas

Supplier E
Biaya

Supplier F

Gambar 1. Struktur Hirarki Alternatif Pemilihan Supplier

Tabel 3. Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria


Kriteria Pengiriman Pelayanan Produk Kualitas Biaya
Pengiriman 1 3 3 5 5
Pelayanan 0,333 1 1 3 1
Produk 0,333 1 1 1 3
Kualitas 0,200 0,333 1 1 3
Biaya 0,200 1 0,333 0,333 1
Tabel 4. Perbandingan Berpasangan Antar Supplier Pada Kriteria Pengiriman
Supp. A Supp. B Supp. C Supp. D Supp. E Supp. F
Supp. A 1 1 3 5 1 1
Supp. B 1 1 3 5 1 1
Supp. C 0.333 0.333 1 5 1 1
Supp. D 0.2 0.2 0.2 1 1 1
Supp. E 1 1 1 1 1 1
Supp. F 1 1 1 1 1 1
Tabel 5. Perbandingan Berpasangan Antar Supplier Pada Kriteria Pelayanan
Supp. A Supp. B Supp. C Supp. D Supp. E Supp. F
Supp. A 1 3 3 5 1 1
Supp. B 0.333 1 3 5 1 1
Supp. C 0.333 0.333 1 5 1 1
Supp. D 0.2 0.2 0.2 1 1 1
Supp. E 1 1 1 1 1 1
Supp. F 1 1 1 1 1 1

10
Ngatawi dan Setyaningsih/Analisis Pemilihan Supplier Dengan …/ JITI, 10(1), Juni 2011, pp. 7-13

Tabel 6. Perbandingan Berpasangan Antar Supplier Pada Kriteria Produk


Supp. A Supp. B Supp. C Supp. D Supp. E Supp. F
Supp. A 1 1 1 3 3 5
Supp. B 1 1 3 5 5 5
Supp. C 1 0.333 1 3 5 3
Supp. D 0.333 0.2 0.333 1 5 3
Supp. E 0.333 0.2 0.2 0.2 1 1
Supp. F 0.2 0.2 0.333 0.333 1 1

Tabel 7. Perbandingan Berpasangan Antar Supplier Pada Kriteria Kualitas


Supp. A Supp. B Supp. C Supp. D Supp. E Supp. F
Supp. A 1 3 1 3 3 1
Supp. B 0.333 1 3 1 3 3
Supp. C 1 0.333 1 3 1 3
Supp. D 0.333 1 0.333 1 3 1
Supp. E 0.333 0.333 1 0.333 1 3
Supp. F 1 0.333 0.333 1 0.333 1

Tabel 8. Perbandingan Berpasangan Antar Supplier Pada Kriteria Biaya


Supp. A Supp. B Supp. C Supp. D Supp. E Supp. F
Supp. A 1 1 3 1 1 1
Supp. B 1 1 1 3 1 1
Supp. C 0.333 1 1 3 1 3
Supp. D 1 0.333 0.333 1 3 3
Supp. E 1 1 1 0.333 1 1
Supp. F 1 1 0.333 0.333 1 1
Pengolahan Data
Tahap yang pertama dilakukan ialah menormalkan setiap kolom dengan cara
membagi setiap nilai pada kolom ke-i dan baris ke-j dengan nilai terbesar pada kolom i.

Tabel 9. Normalisasi
Normalisasi
Kriteria Pengiriman Pelayanan Produk Kualitas Biaya Jml Vektor Bobot
Pengiriman 0.530 0.474 0.474 0.484 0.385 2.346 0.469
Pelayanan 0.177 0.158 0.158 0.290 0.077 0.860 0.172
Produk 0.177 0.158 0.158 0.097 0.231 0.820 0.164
Kualitas 0.011 0.053 0.158 0.097 0.231 0.549 0.110
Biaya 0.106 0.158 0.053 0.032 0.077 0.426 0.085
Setelah melakukan normalisasi maka tahap selanjutnya adalah menentukan bobot
prioritas pada setiap kriteria ke-i, dan diperoleh nilai Eigen seperti pada tabel 10.

11
Ngatawi dan Setyaningsih/Analisis Pemilihan Supplier Dengan …/ JITI, 10(1), Juni 2011, pp. 7-13

Tabel 10. Eigen Value


Kriteria Eigen Value
Pengiriman 2.451
Pelayanan 0.906
Produk 0.857
Kualitas 0.596
Biaya 0.442
λ = (∑EV/VB) / n
 2.451 + 0.906 + 0.857 + 0.596 + 0.442 
 0.469 0.172 0.164 0.110 0.085
Nilai λ =   = 5.269
 5 
 
CI = Consistency Index = ( λ -n) / (n-1)
5.269 − 5
CI = = 0.067
4
CR = CI / RI , RI = Random indeks (lihat tabel 2)
0.067
CR = = 0.060
1.12
Karena hasil dari CR ≤ 0,1 maka penilaian konsisten dan pengolahan data dapat
dilanjutkan ke perhitungan selanjutnya.

Hasil Penelitian
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka diperoleh tabel hasil
perhitungan akhir dari AHP seperti pada tabel 11.
Tabel 11. Nilai Akhir
Nilai Akhir
A 0.240
B 0.237
C 0.162
D 0.102
E 0.131
F 0.128
Berdasarkan tabel nilai akhir tersebut maka dapat dilihat bahwa supplier “A”
memperoleh nilai akhir paling besar dan menempati peringkat ke-1 dengan nilai 0.240,
kemudian “B” pada peringkat ke-2 dengan nilai akhir 0.237, “C” pada peringkat ke-3
dengan nilai akhir 0.162, “E” pada peringkat ke-4 dengan nilai akhir 0.131, “F” pada
peringkat ke-5 dengan nilai akhir 0.128, dan “D” pada peringkat ke-6 atau terakhir dengan
nilai akhir 0.102.
Dari hasil perhitungan nilai masing-masing supplier yang ada di atas terlihat
bahwa tidak ada perbedaan nilai yang signifikan yang diperoleh antara supplier satu
dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan penilaian yang diberikan oleh Pengambil
Keputusan ketika melakukan wawancara mempunyai sifat subjektif dan merupakan
keputusan sepihak. Hal tersebut dapat dilihat dari pemberian bobot yang dimana
Pengambil Keputusan lebih mementingkan kriteria pengiriman dari pada keempat kriteria
12
Ngatawi dan Setyaningsih/Analisis Pemilihan Supplier Dengan …/ JITI, 10(1), Juni 2011, pp. 7-13

yang lain yaitu pelayanan, produk, kualitas, dan biaya. Dan bahkan biaya dianggap tidak
begitu penting karena standar harga dari masing-masing supplier relatif sama.
Karena perusahaan mempunyai sistem produksi make to order maka jelas bahwa
Pengambil Keputusan lebih memprioritaskan pengiriman yaitu berupa bahan baku untuk
memenuhi produksi perusahaan. Sehingga dalam hal ini perusahaan tidak mengalami
keterlambatan dalam memproduksi barang yang dipesan oleh konsumen.

Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bagian
sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menetapkan supplier “A”
sebagai supplier yang terbaik. Hal tersebut bisa diketahui dengan adanya nilai akhir
tertinggi pada perhitungan akhir AHP yaitu dengan nilai sebesar 0.240.

Daftar Pustaka
Balli, S., and Korukoglu, S., 2009, ‘Operating System Selection Using Fuzzy AHP and TOPSIS
Methods’, Departement of Computer Engineering. Turkey: Ege University.
Kadarsyah, 1998, Sistem Pengambilan Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi Dan
Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Edisi 1. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Kusumadewi, S., 2006, Fuzzy Multi-Atribute decision Making. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Lee, Shyh-Huang. 2009. Using fuzzt AHP to develop intellectual capital evaluation model for
assessing their performance contribution in a university. Taiwan : Shu-Te University
Saghafian, S., dan Hejazi,S.R., 2001, Multi-criteria Group Decision Making Using A Modified
Fuzzy TOPSIS Procedure. Department of Industrial Engineering, Sharif University of
Technology, Tehran, Iran saghafian@mehr.sharif.edu. Department of Industrial Engineering,
Isfahan University of Technology, Isfahan, Iran rehejazi@cc.iut.ac.iran.
Supriyono, 2007. Sistem Pemilihan Pejabat Struktural Dengan Metode AHP. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir.

13

Anda mungkin juga menyukai