Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI

PENGOLAHAN LAHAN KERING

DISUSUN OLEH :

SYAHRUL RAMADANI

1740201055

KELOMPOK 3

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lahan (land) atau sumberdaya lahan (land resources) menurut Sitorus (2000)
adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan
tanah. Dalam hal ini tanah juga mengandung pengertian ruang atau tempat.
Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya alam diperlukan dalam setiap
kehidupan.
Menurut Mintzberg (1997), lahan adalah hamparan di muka bumi berupa
suatu tembereng, (segment) sistem terestik yang merupakan suatu perpaduan sejumlah
sumberdaya alam dan binaan. Lahan juga merupakan wahana sejumlah ekosistem.
Lahan merupakan suatu wilayah (regional), yaitu suautu satuan ruangan berupa suatu
lingkungan hunian masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain. Menurut
pengertian ekologi, lahan adalah habitat. Penggunaan lahan (land use) adalah setiap
bentuk campur tangan (interfensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik material maupun spiritual (Sitorus, 2000)
Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam
pemanfaatan lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan
(jangka panjang). Lahan adalah bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian
lingkungan fisik termasuk iklim, tropografi, tanah, hidrologi dan bahkan keadaan
vegetasi alami (FAO 1976 dalam Niin 2010).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
 Mahasiswa mengetahui cara pembukaan lahan tanpa bakar.
 Mahasiswa mengetahui cara pembukaan lahan pada areal lahan kering.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan kering
Lahan kering dapat didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang
tahun (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005). Berdasarkan
penggunaan lahan untuk pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan luas
lahan kering menjadi lahan tegal atau kebun, ladang atau huma, lahan sementara tidak
diusahakan, dan rawa yang tidak ditanami. Kadekoh (2007) mendefinisikan lahan kering
sebagai lahan dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya pada air
hujan dan tidak pernah tergenang sepanjang tahun. Sementara menurut Minardi (2009),
lahan kering umumnya selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk usahatani
bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan yang terdapat di wilayah kering
(kekurangan air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air.
B. Jenis Lahan Kering
Berdasarkan ketinggian tempat (elevasi) dan topografi, lahan kering dibedakan
menjadi dataran rendah (elevasi < 700 m dpl.) dan dataran tinggi (elevasi > 700 m dpl.),
dengan luasan masing-masing sebesar 87,3 juta Ha dan 56,7 juta Ha. Lahan kering
dataran rendah pada umumnya datar berombak, berombak bergelombang, dan berbukit,
sedangkan lahan kering dataran tinggi umumnya bergelombang, berbukit, sampai
bergunung (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005).
Berdasarkan relief atau bentuk wilayah, lahan kering dibedakan menjadi lahan datar
berombak dengan lereng 3-8 10 persen, berombak bergelombang dengan lereng 8-15
persen, berbukit dengan lereng 15-30 persen, dan bergunung dengan lereng 30 persen.
Berdasarkan kondisi iklim, lahan kering dibedakan menjadi lahan iklim basah dan iklim
kering. Lahan kering dataran rendah berada pada kondisi iklim basah pada ketinggian 700
m dpl dengan curah hujan tinggi (> 1500 mm/th) dengan masa hujan relatif panjang.
Sedangkan iklim kering mempunyai curah hujan relatif rendah (< 1500 mm/th) dengan
masa curah yang pendek (3,5 bulan) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, 2005).
C. Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar
Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) merupakan suatu cara pembukaan lahan
pertania tanpa melakukan pembakaran, sisa tanaman yang tidak diperlukan atau serasah
dapat dimanfaakan. Pemanfaatan limbah ini selain dapat meminimalkan resiko bahaya
kebakaran lahan juga memberikan hasil yang lebih bernilai guna dan memiliki nilai
ekonomi, seperti : kompos, arang, dan brike arang, aneka kerajinan tangan, furnitur atau
palet, tanaman hias, dll.

Membuka Lahan Tanpa Bakar ( PLTB ) adalah amanah UU Nomor 18 Tahun


2004 tentang Perkebunan Pasal 26. Dengan cara ini berarti menghindari meningkatnya
jumlah emisi CO2, salah satu emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan
pemanasan global. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia meningkat selama sepuluh
tahun terakhir ini, sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia (yang disengaja atau
karena lalai) juga karena kondisi yang sangat kering sebagai pengaruh terjadinya
perubahan iklim global/makro yang melanda wilayah Indonesia. Kebakaran hutan
menjadi ancaman tersendiri bagi negara yang bersangkutan maupun dunia secara umum.
Telah dipahami bahwa hutan memegang peranan yang penting bagi keseimbangan hidup
di bumi. Rusaknya hutan akan berdampak pada keberlangsungan semua makhluk hidup
termasuk manusia. Oleh sebab itu, kelestarian hutan bukanlah sebuah pilihan tetapi
sebuah keharusan. Angka statistik menunjukkan adanya fakta bahwa areal hutan hari
demi hari semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah kebakaran, baik itu yang
terjadi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang sedang membuka hutan/lahan
untuk usaha pertanian ataupun perkebunan. Langkah penanggulangan kerusakan dan
kebakaran hutan tentunya jangan membuka lahan/hutan untuk keperluan
pertanian/perkebunan dengan cara dibakar. Bila hal ini tetap dilakukan bukan hal yang
tak mungkin kelak bumi bukan lagi planet yang nyaman untuk dihuni manusia tetapi
menjadi bumi yang panas membara.

D. Manfaat Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran


Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang bila dikelola dengan baik dan
benar akan sangat bermanfaat bagi pembangunan nasional khususnya pelestarian
lingkungan. Namun demikian pengelolaan hutan dan lahan sering diabaikan yang
mengakibatkan terjadinya bencana dan gangguan seperti kebakaran hutan, banjir dan
tanah longsor sehingga merusak lingkungan, menurunkan produksi dan menghambat
pelestariannya. Beberapa manfaat pembukaan lahan tanpa pembakaran adalah:
1. tidak menimbulkan polusi asap;
2. menurunkan emisi gas rumah kaca (terutama CO2) yang berdampak negatif pada
perubahan iklim yang berpengaruh pada stabilitas ekosistem, aktifitas transportasi,
komunikasi dan kesehatan manusia;
3. memperbaiki bahan organik tanah, kadar air dan kesuburan tanah terutama di areal
yang sudah pernah ditanami sehingga menurunkan kebutuhan pupuk organik;
4. dalam jangka panjang pembukaan lahan tanpa pembakaran akan menjamin
kesinambungan secara ekonomi dan ekologi;
5. untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekeringan yang akan berdampak
langsung kepada produksi tanaman, akibatnya hasil panen akan mengalami
penurunan;
6. untuk pemulihan kualitas lingkungan yang berbasis pembangunan berkelanjutan.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Pelaksanaan praktikum dilakukan pada hari Sabtu 29 September 2018 dilahan
penelitian Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan.

B. Alat dan bahan


Alat yang digunakan saat pelaksanaan praktikum yaitu : Cangkul, parang,
sepatu boot, dll.
Bahan yang digunakaan pelaksanaan praktikum yaitu : Areal lahan kering
dengan luas 5 x 10 meter.

C. Prosedur kerja
1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan saat akan melakukan kegiatan
praktikum.
2. Ukur luas bedengan yang akan dibentuk dan sesuaikan dengan lahan yang
sudah diberikan.
3. Bentuk bedengan yang telah diukur.
4. Setelah bedengan terbentuk, gemburkan tanah dan lahan siap untuk
digunakan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Dari hasil pelaksanaan praktikum didapatkan 4 bedengan dengan luas lahan 5
x 10 meter. Dengan luas per bedengan 2 x 4 meter.

B. PEMBAHASAN
Pembukaan lahan atau areal tanam tanaman adalah salah satu langkah paling
awal untuk menanam ataupun bercocok tanam pada suatu areal atau lahan yang
pertaman kalinya tidak terpakai sehingga banyak ditumbuhi oleh gulma yang akan
menjadi saingan kepada tanaman yang akan kita tanam sehingga perlu dibersihkan
terlebih dahulu sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman yang di tanaman
dengan gulma yang ada disekitar areal atau pun lahan yang ditanamani sehingga
tanaman tersebut dapat hidup dengan normal atau tidak terganggu oleh sesuatu
yang dapat merusaknya. Plot yang dibuat memanjang kebelakang bukan
kesamping karena karena matahari pagi atau matahari terbit disebelah barat
sehingga plot tersebut dapat sinar matahari pagi yang merata, tidak sebagian
sehingga nanti tanaman yang berada diatas plot tersebut dapat terkena matahari
pagi penuh dan merata. Parit ataupun jalan air dibuat disamping-samping plot itu
bertujuan supaya tanaman yang ingin ditanam tidak terendam oleh air ketika hujan
sehingga akar tanaman dapat bernafas dan tidak tergenang atau tenggelam
maupun hanyut terbawa air yang datang dari air hujan sehingga tanaman tidak
terjadi kebusukan, rusak, maupun sebagainya yang akan mematikan tanaman yang
ditanam atau dikembang biakkan dan dapat menurunkan tingkat produksi yang
dihasilkan tanaman yang ditanam tersebut.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah : Kegiatan penyiapan lahan untuk
digunakan sebagai media tempat pertumbuhan tanaman secara optimal. Dengan
tujuan mempersiapkan lahan yang baik agar tanaman mendapatkan ruang perakaran
yang baik. Lahan merupakan hamparan permukaan bumi yang kompleks (komponen
biotik dan abiotik). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan bagian dari
lahan, namun lahan bukanlah bagian dari tanah. Areal yang ingin ditanami lebih
tinggi dari pada parit/jalannya air supaya areal yang ditanami tidak terendam air
Pembersihan ini bertujuan untuk menghilangkan gulma-gulma yang keberadaannya
tidak diinginkan. Pada saat membuka areal terdapat cangkul kasar pada awalnya dan
cangkul ringan/kecil pada akhirnya.
B. Saran
Sebaiknya praktikan membawa cangkul dan parang babat yang baik dan kuat
sehingga tidak terjadi lepasnya gagang atau kayunya, sebaiknya praktikan datang
tepat pada waktunya sehingga praktikan mendapatkan bimbingan dari asisten
praktikum terlebih dahulu agar lebih mempercepat pelaksanaan pembukaan lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian. /(Penelitian ASE-Volume 7 Nomor


2). Notohadiprawiro, 1987.
Masalah dan Solosi. /Cifor. Palembang : 162. Wikipedia, 2014.

Tanah Tata Guna Lahan dan Tata Ruang Dalam Analisis Dampak
Lingkungan/.Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.,

Lahan Pertanaian/. Serial online (http://id.wikipedia.org


/wiki/Lahan_pertanian). diakses pada 5 September 2018.

Sitorus, S.H.P. (1995), Evaluasi Sumberdaya Lahan, Tarsito, Bandung.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai