Oleh:
Tedja Prakoso (16712063)
Pembimbing
dr. Widiyanto, Sp.OG
Oleh:
ABSTRAK
Bahan dan Metode: Sebuah studi prospektif acak dilakukan di mana 200
perempuan dari departemen obstetri & ginekologi, rumah sakit pedesaan pravara,
PMT, Loni dengan PROM usia 36 minggu kehamilan dimasukkan, di mana 100
masing-masing termasuk dalam dua kelompok yakni kelompok misoprostol
intravaginal & kelompok oksitosin infus intravena.
Hasil: Hampir 58% dari kasus PROM berada di kelompok usia 21-25 thn. Tidak
ada hubungan yang signifikan yang ditemukan antara prevalensi PROM dengan
paritas. Hal itu dapat dinilai pre induksi nya dengan bishop score, selain itu
dibutuhkan untuk pasien dalam persalinan aktif. Interval induksi secara signifikan
lebih tinggi pada kelompok oksitosin dibandingkan dengan kelompok misoprostol.
Kesimpulan: Misoprostol adalah agen perangsang yang lebih baik dari oksitosin
dalam nilai bishop score yang rendah & serviks. Misoprostol merupakan agen
efektif & aman untuk induksi persalinan pada wanita dengan PROM.
Pendahuluan
Strategi manajemen yang direkomendasikan untuk wanita dengan ketuban
pecah dini saat ini telah berubah selama beberapa dekade terakhir, sebagian karena
peningkatan yang bersamaan pada identifikasi dan tata laksana ibu dan infeksi
neonatal serta sebagian karena peningkatan pemahaman tentang dampak dari
berbagai intervensi pada ibu dan bayi yang telah dilahirkan. Ketuban pecah dini
terjadi pada sekitar 10% dari pasien di atas usia kehamilan 36 minggu.
Banyak teknik yang tersedia untuk digunakan dalam induksi persalinan.
Infus oksitosin melalui intravena telah teruji sebagai penginduksi persalinan namun
berhubungan dengan peningkatan risiko perinatal dan morbiditas maternal. Baru-
baru ini terjadi peningkatan ketertarikan terhadap misoprostol sebagai alternatif
penginduksi persalinan. Tampaknya, misoprostol menjadi metode induksi
persalinan yang efektif untuk kehamilan dengan ketuban pecah dini.
Keuntungan pada penggunaan misoprostol termasuk efektivitas, biaya yang
rendah dan kemudahan administrasi karena misoprostol diberikan pervaginam
bukan di endoserviks. Oleh karena itu penelitian ini diambil untuk membandingkan
hasil dari penggunaan misoprostol versus infus oksitosin untuk induksi persalinan
pada wanita dengan kehamilan di atas 36 minggu dengan ketuban pecah dini.
Kriteria Seleksi
A. Kriteria Inklusi: (1) Ketuban pecah dini sesuai dengan yang didefinisikan. (2)
Tidak adanya persalinan aktif atau gawat janin. (3) Kehamilan tunggal dengan
presentasi vertex dan tidak ada hipersensitif terhadap prostaglandin. (4) Tidak
ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam.
B. Kriteria eksklusi: (1) Hipersensitivitas terhadap prostaglandin. (2) Riwayat
caesarean section. (3) Riwayat operasi pada rahim. (4) CPD (5) Pasien dengan
gawat janin. (6) Kondisi medis seperti penyakit jantung, asma dan glaukoma.
Studi Metodologi
Wanita yang datang ke Rumah Sakit Pravara Rural selama periode 2 tahun
dengan ketuban pecah dini diatas usia kehamilan 36 minggu yang terdaftar untuk
studi komparatif efektivitas vagina yang diberikan misoprostol dan infus oksitosin.
Pasien secara acak dibagi menjadi kelompok A (misoprostol pervaginam) dan
kelompok B (oksitosin intravena) menggunakan komputer yang kemudian
menghasilkan tabel acak untuk tujuan penelitian, sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Buat persetujuan tindakan setiap akan melakukan induksi persalinan pada
semua kasus.
Data dianalisis menggunakan SPSS for windows dan variabel dibandingkan dengan
menggunakan uji Z (untuk perbedaan antara sarana dan proporsi) dan uji X2.
Hasil
Tabel-1 menunjukkan kejadian PROM di kelompok usia yang berbeda. Ada 58%
kasus pada kelompok usia 21-25 tahun. Distribusi subjek pada kedua kelompok A
dan B pada kelompok usia di atas adalah serupa. Hal ini mencerminkan usia dalam
melahirkan bayi dari kebanyakan wanita di Negara India.
Tabel-2 mengungkapkan distribusi kasus di kedua obat sesuai dengan skor pre
induksi Bishop. Skor Bishop Kurang dari 4 (0-3) ditemukan pada 58% kasus dalam
kelompok misoprostol dan 48% pada kelompok oksitosin. Sedangkan 38%
misoprostol dan 50% kasus oksitosin pada kelompok masing-masing yang memiliki
4-6 Skor Bishop.
Tabel-3 menunjukkan bahwa semakin rendah nilai bishop score yang diperoleh,
maka semakin lama waktu yang diperlukan pasien untuk menuju ke persalinan
aktif, terlepas dari obat yang digunakan. Telah dicatat bahwa dengan Skor Bishop
0-3, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pasien untuk masuk ke persalinan aktif
dengan misoprostol itu 4,30 jam dan dengan oksitosin adalah 6,30 jam. Dengan
Skor Bishop 4-6, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pasien untuk masuk ke
persalinan aktif dengan misoprostol adalah 4,00 jam dan dengan oksitosin adalah
6,00 jam. Temuan di atas juga menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan adalah
lebih rendah ketika pasien diinduksi dengan misoprostol (Std. Error perbedaan =
4.63, p <0,0001).
Diskusi
Kesimpulan
Misoprostol merupakan penginduksi persalinan yang lebih baik dibandingkan
oksitosin pada pasien dengan Bishop’s Skor yang rendah dan serviks yang kurang
baik. Misoprostol efektif dan aman sebagai penginduksi persalinan pada wanita
dengan ketuban pecah dini. Misoprostol adalah agen alternatif untuk induksi
persalinan pada usia kehamilan dimana janin dapat hidup setelah dilahirkan
(viabel). Pemberian misoprostol pervaginam 50 µg setiap 4 jam dapat memacu
terjadinya persalinan pervaginam dalam waktu 24 jam dan induksinya lebih cepat
untuk persalinan dibandingkan dengan infus oksitosin.
I. Critical Appraisal
Analisis PICO
ITEM JAWABAN
Patien / Premature Rupture Of Membranes beyond 36 weeks
Problem gestation
Intervention Intravaginal Misoprostol
Comparison Intravena Oksitosin
Outcome Efficacy and Safety of Labor Induction
1. VALIDITAS
Importance
Apakah makalah MA yang valid ini Misoprostol merupakan penginduksi
penting? (dilihat dari hasil perhitungan persalinan yang lebih baik
nilai NNT) dibandingkan oksitosin pada pasien
dengan Bishop’s Skor yang rendah dan
serviks yang kurang baik. Misoprostol
efektif dan aman sebagai penginduksi
persalinan pada wanita dengan ketuban
pecah dini. Misoprostol adalah agen
alternatif untuk induksi persalinan pada
usia kehamilan dimana janin dapat
hidup setelah dilahirkan (viabel).
Pemberian misoprostol pervaginam 50
µg setiap 4 jam dapat memacu
terjadinya persalinan pervaginam
dalam waktu 24 jam dan induksinya
lebih cepat untuk persalinan
dibandingkan dengan infus oksitosin.
Applicable
Apakah pasien kita terlalu Tidak Terapi ini dapat diterapkan
berbeda dengan pasien dalam kepada pasien, dikarenakan
studi sehingga hasil studi tidak kriteria pasien serta
dapat diterapkan? ketersediaan misoprostol
maupun oksitosin yang
dilakukan untuk induksi
persalinan ditemukan dengan
cukup mudah di setiap sentra
kesehatan khususnya di
bidang kebidanan.
Apakah mungkin kita lakukan Ya Terapi dapat kita lakukan
perlakuan (terapi) tersebut sesuai dengan tata caranya.
dalam konteks kita?
Apa manfaat dan kerugian Manfaat penelitian ini yang
yang mungkin dapat diperoleh didapatkan adalah pada obat
pasien kita, bila terapi ini intravaginal Misoprostol, yang
diterapkan? mana efektif dan aman sebagai
penginduksi persalinan pada
wanita dengan ketuban pecah
dini. Misoprostol adalah agen
alternatif untuk induksi
persalinan pada usia
kehamilan dimana janin dapat
hidup setelah dilahirkan.
Pemberian misoprostol
pervaginam 50 µg setiap 4 jam
dapat memacu terjadinya
persalinan pervaginam dalam
waktu 24 jam dan induksinya
lebih cepat untuk persalinan
dibandingkan dengan infus
oksitosin.
Akan tetapi misoprostol dapat
digunakan untuk pasien
dengan Bishop’s Skor yang
rendah dan serviks yang
kurang baik.