Dharwadkar MN, Kanakamma MK, Dharwadkar SN, Rajagopal K, Gopakumar C, Divya James
Fenn J dan Balachandar V
Abstrak
Metode : Delapan puluh pasien dengan PIH diacak untuk menerima labetalol
(kelompok A) atau methyldopa (kelompok B). Pemberian obat
mempertimbangkan usia, status kehamilan, tekanan darah, kadar albumin urine,
efek samping, dosis obat, pengobatan tambahan, perpanjangan usia kehamilan,
New born Screening Test (NST), model terminasi, indikasi sectio caesarean,
keamananan perinatal dan skor APGAR. Nilai dikatakan signifikan apabila
p<0.05.
Hasil : Labetalol sangat efektif dalam mengontrol tekanan darah dimana sama
baiknya dengan methyldopa dalam hal onset terapi. Dengan pengontrolan tekanan
darah yang baik, dapat mencegah eklampsia dan kehamilan dapat lebih lama
sehingga pematangan fetus dapat tercapai. Labetalol memiliki efek samping yang
lebih rendah dibandingkan dengan methyldopa. Labetalol tidak berhubungan
dengan adverse effects pada fetus baik yang bersifat segera maupun yang lambat.
Peluang untuk melahirkan secara spontan lebih besar pada kelompok labetalol
dibandingkan dengan kelompok methyldopa. Meskipun begitu tidak ada
perbedaan antara kedua kelompok tentang intervesi obstetrik. Dalam hal dosis
yang efektif, diantara kedua kelompok obat aman untuk neonatus.
Simpulan : Labetalol lebih aman, lebih cepat dalam mengontrol tekanan darah
dengan mempertimbangkan perpanjangan durasi kehamilan dengan efek samping
1
minimal pada ibu sama seperti pada neonatus jika menggunakan manajemen
hipertensi pada gangguan kehamilan.
2
Pendahuluan
3
dengan menggunakan obat antihipertensi. Pengobatan hipertensi berat digunakan
untuk mencegah komplikasi maternal.
Labetalol memiliki efek yang lebih baik dalam mengontrol tekanan darah
jika dibandingkan dengan agen antihipertensi lainnya. Labetalol merupakan
kombinasi α dan β bloker dan manfaat lainnya adalah membuat vasodilatasi arteri
yang membantu mengurangi resistensi vaskular dengan sedikit atau tidak
menurunkan cardiac output. Dengan manfaat tersebut, labetalol tersedia dalam
bentuk injeksi dan oral dan onsetnya muncul lebih awal daripada methyldopa.
Diketahui bahwa b-bloker dapat menembus sawar darah plasenta dan dapat
menyebabkan fetal bradikardi. Penelitian menyebutkan bahwa b-bloker
menurunkan nilai ambang fetus terhadap stres hipoksia. Delapan puluh pasien
dalam penelitian, 1 pasien yang melakukan NST tidak reaktif tidak diikutkan,
sebanyak 79 pasien yang dilakukan non-stress tests setelah 48 jam dari pemberian
obat dari dua kelompok menunjukkan reaktif dan tidak ada obat yang
menunjukkan adverse event pada fetus.
4
Bahan dan Metode
Pengambilan subjek
Hasil
6
Rata-rata berat lahir pada kelompok labetalol dengan hipertensi kehamilan
dan pre-eklampsia sebesar 2.6 dan 2.56 sedangkan rata-rata berat lahir kelompok
methyldopa dengan hipertensi kehamilan dan pre-eklampsia masing-masing
sebesar 2.5 dan 2.635 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kedua kelompok. Nilai APGAR skor 5 menit untuk kelompok labetalol dengan
hipertensi sebesar 8 dan pre-eklampsia 7.55. Kelompok methyldopa untuk
hipertensi dan pre-eklampsia masing-masing sebesar 7.6 dan 7.85. Pada kelompok
labetalol terdapat 13 neonatus dengan hiperbilirubinemia, 4 dengan Respitarory
Distress Syndrome (RDS) dan 2 terkena Meconium Aspiration Syndrome (MAS).
Pada kelompok methyldopa terdapat 10 neonatus dengan hiperbilirubinemia, 5
RDS dan 2 MAS. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada morbiditas neonatus
diantara 2 kelompok obat.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan usia yang
signifikan pada distribusi data pasien pre-eklampsia (p-0.567) dan pasien
hipertensi kehamilan memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal usia (p-0.211)
(Tabel 1). Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua
kelompok tentang status kehamilan baik pada pre-eklampsia maupun hipertensi
dalam kehamilan (Tabel 2). Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
yang ditemukan pada kedua kelompok persentasi antara yang sudah pernah
berkali-kali berobat maupun yang baru berobat (Booked atau Unbooked) (Tabel
3). Tabel 4 menyajikan data yang menegaskan bahwa labetalol memiliki efek
7
yang lebih baik untuk mengontrol tekanan darah dengan onset yang cepat dimana
hal ini tidak ada pada methyldopa. Lebih lanjut tentang pemeliharaan tekanan
darah yang optimal terlihat pada seluruh pemberian terapi. Tabel 5
menggambarkan total dosis yang dibutuhkan per hari lebih banyak pada
methyldopa dan pada labetalol membutuhkan relatif lebih kecil dibuktikan dengan
nilai p pada kedua kelompok. Labetalol menunjukkan nilai yang signifikan secara
statistik sebesar p 0.005 pada hipertensi dalam kehamilan dengan memperhatikan
perpanjangan usia kehamilan dimana hal ini tidak dicerminkan pada pasien pre-
eklampsia (Tabel 6). Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang berat badan
lahir pada kedua kelompok (Tabel 7). Nilai APGAR pada 5 menit pertama tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok (Tabel 8).
Terdapat perbedaan sedikit tapi tidak bermakna secara signifikan tentang
meningkatnya rawat inap di NICU pada methyldopa (Tabel 9). Tabel 10
menunjukkan morbiditas neonatus dalam kehamilan, variasi penyebab
hiperbilirubinemia, respiratory distress syndrome, meconeum aspiration
syndrome, IUGR, dan pre-maturitas jika dibandingkan pada kedua kelompok
tidak ada perbedaan secara signifikan.
Diskusi
8
kehamilan dan pre-eklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh Verma et al.
menyebutkan bahwa adanya adverse event ditemukan lebih sedikit pada
kelompok labetalol dibanding pada kelompok methyldopa. Pada penelitian yang
dilakukan oleh El-Qarmalawi et al. menyebutkan pasien yang menerima
methyldopa mengeluh adanya efek samping seperti merasa haus (22.2%), pusing
(14.8%), hidung tersumbat (7.4%), hipotensi postural (5.6%). Sebanyak 96 pasien
pada kelompok labetalol mengeluh dispneu, dan tidak ada efek samping lainnya.
Kecenderungan pada faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan tentang meningkatnya
hipertensi dalam kehamilan dan pre-eklampsia yang dilaporkan di USA dari tahun
1987 – 1998 (walaupun lajunya stabil dari tahun 1999 – 2004). Meskipun usia ibu
dan obesitas merupakan faktor yang paling sering, tetapi risikonya rendah.
Terdapat penurunan sebesar 40% setelah 48 jam pada pasien dengan urine
albumin +2 dan penurunan 15% pada urine albumin +3 tercatat sejak pemberian
labetalol dibandingkan dengan penurunan sebesar 15% pada pasien dengan urine
albumin +2 dan tidak ada penurunan pada pasien dengan urine albumin +3 sejak
hari diberikan obat sampai 48 jam setelah terapi methyldopa. Hal ini
menunjukkan bahwa labetalol meningkatkan fungsi ginjal meskipun parameter
penting ginjal tidak diikutsertakan dalam evaluasi fungsi ginjal terhadap obat-
obatan tersebut.
11
Kesimpulan
12
LAMPIRAN
13
14
15
TELAAH KRITIS JURNAL
16
Detailed Questions
17
8. How precise was the estimate p value pada penelitian ini baik pada
of the treatment effect? hipertensi maupun pada pre-eklampsia
sebesar p <0.001.
what are its confidence limits?
18