Pembimbing:
dr. Tyas Ambarini
Disusun oleh :
dr. Via Arsita Dewi
2
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSA KERJA
Anemia ec. Melena ec. Susp. Gastritis Erosiva Berdarah
PENATALAKSANAAN
Dari DPJP dr. Yudith, Sp.PD :
- Cek Feses
- Rencana Endoskopi
- Tranfusi PRC sampai HB>8
- Puasakan pasien lalu pasang NGT jika ada perdarahan bilas lambung
- IVFD NaCl 20 gtt/menit
- Omeprazole 2 x 1 amp IV
- Sucralfat syrup 3x1C PO
3
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
Daftar Pustaka : Terlampir
Hasil pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis Perdarahan Saluran Cerna
2. Penanganan pasien Perdarahan Saluran Cerna
3. Manajemen pengelolaan pasien Perdarahan Saluran Cerna
SOAP
Subjektif
Objektif
4
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5+2 cmH2O
Thoraks :
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : P/ Taktil fremitus kanan = kiri, Sela iga melebar (-)
C/ Ictus cordis di ICS V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ Sonor diseluruh lapang paru
C/ Batas jantung-paru dbn
Auskultasi : P/ Vesikuler +/+, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
C/ S1-2 normal, Reguler, Murmur(-), Gallop (-), Pulsus
defisit(-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Datar, Supel, Nyeri tekan epigastrium (+), Lien / Hepar tidak
teraba
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-), CRT <2”/<2”
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk Satuan
5
Gol Darah O/ Rh (+)
Assesment
Plan
a. Terapi
b. Pendidikan
Memberikan penjelasan kepada pengantar pasien bahwa pasien menderita
kurang darah yang disebabkan karena perdarahan dari saluran cernanya dan
pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit.
c. Konsultasi
Memberikan edukasi kepada pengantar pasien untuk mendampingi pasien
selama dirawat di rumah sakit. Melaporkan bila ada perdarahan tiba-tiba atau
penurunan kesadaran tiba-tiba.
6
Follow Up
S Lemas badan (+), Lemas badan (+), mual Lemas badan (+), mual Lemas badan (+), mual
mual (+), muntah (-), (+), muntah (-), BAB (+), muntah (-), BAB (+), muntah (-), BAB
BAB hitam (+), NGT hitam (+), Post hitam (+), Post transfusi hitam (+)
berisi cairan cokelat, transfusi 3 kolf PRC 4 kolf PRC
Post transfusi 2 kolf
PRC
TD: 100/60, HR: 86 TD: 110/60, HR: 84 TD: 110/70, HR: 88 TD: 120/70, HR: 84
RR: 20, T: 36,7 RR: 20, T: 37,3 RR: 20, T: 37,8 RR: 20, T: 36,5
Cor: BJ 1-2 reguler Cor: BJ 1-2 reguler Cor: BJ 1-2 reguler Cor: BJ 1-2 reguler
Pulmo: Vbs +/+ Pulmo: Vbs +/+ Pulmo: Vbs +/+ Pulmo: Vbs +/+
Akral hangat +/+ Akral hangat +/+ Akral hangat +/+ Akral hangat +/+
CRT < 2 detik +/+ CRT < 2 detik +/+ CRT < 2 detik +/+ CRT < 2 detik +/+
Lab: Lab:
Hb 6,7 Hb 6,5
Feses : Hitam
7
A Anemia ec. Melena Anemia ec. Melena ec. Anemia ec. Melena Anemia ec. Melena ec.
ec. Susp. Gastritis Susp. Gastritis Erosiva ec. Susp. Gastritis Susp. Gastritis Erosiva
Erosiva Berdarah Berdarah Erosiva Berdarah Berdarah dd/ perdarahan
saluran cerna bagian
bawah
Hb 5,0
8
Endoskopi pada tanggal 17 April 2018
• Esofagus
• Gaster
• Duodenum
Bulbus dan pars descenden nampak darah segar kemungkinan perdarahan dari
massa di fundus gaster. Tak didapatkan adanya ulkus.
• Informasi Tambahan
• Kesimpulan
• Saran
Konsul bedah.
9
10
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mulut (oris)
Rongga mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang
rahang dan langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi,
serta sebelah bawah oleh rahang bawah1.
a. Gigi (dentis)
Pada manusia, gigi berperan dalam proses mastikasi (pengunyahan)
dan sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu memecah
makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan
cepat.
b. Lidah (lingua)
Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam
hal membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam
menelan makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara.
b. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin
atau amylase dan ion natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium. Fungsi saliva
adalah :
1) Melarutkan makanan secara kimia,
2) Melembabkan dan melumasi makanan
3) Mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose
4) Zat antibakteri dan antibodi
2. Esofagus
Esofagus merupakan saluran sempit berbentuk pipa yang menghubungkan faring
dengan lambung (gaster). Yang panjang kira – kira 25 cm, diameter 2,5 cm. pH
cairannya 5 – 6 2. Berfungsi menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui
gerak peristalsis. Pada esofagus terdapat kelenjar-kelenjar pada dinding esofagus licin.
Keadaan ini akan mempermudah bolus makan bergerak melalui esofagus menuju ke
lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung disebabkan adanya gerak peristaltik
pada otot esofagus. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara
bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara me- manjang dan melingkar1.
3. Gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal yang terletak antara
esofagus dan deudenum. Gaster terdiri atas kardia, fundus, korpus dan pilorus. Korpus
merupakan zona sempit selebar 2-3 cm, tempat muara esofagus kedalam gaster,
dengan lubang muaranya disebut ostium kardiakum. Fundus adalah daerah mirip
kubah yang menonjol ke kiri di atas muara esofagus. Korpus merupakan daerah pusat
yang luas. Pilorus merupakan bagian distal yang menyempit, berakhir pada orifisium
gastrodeudenal2,3.
11
Di dalam lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan enzim pencernaan seperti asam
khlorida (HCl), enzim pepsin dan enzim renin. Enzim ptialin dalam air ludah tidak dapat
bekerja di dalam lambung karena terlalu asam (pH sekitar 1,5 - 3). Makanan berada di
lambung kira-kira 3 sampai 4 jam atau sampai 7 jam untuk bahan makanan yang
mengandung banyak lemak. Makanan yang sudah hancur sedikit demi sedikit masuk ke usus
halus.
Getah lambung mengandung:
a. Asam klorida (HCl). Berfungsi sebagai desinfektan,mengasamkan makanan
dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
b. Rennin, merupakan enzim yang berfungsi mengendapkan kasein (protein susu)
dari air susu.
c. Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi polipeptida..
d. Lipase, berfungsi untuk mencerna lemak.
12
Gambar 2. Anatomi Intestinum Tenue 4
13
c. Rectum : merupakan tempat penampungan sementara feses sebelum dibuang
melalui anus. Yang panjangnya 12 – 13 cm.
14
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) adalah kehilangan darah
didalam lumen saluran cerna yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum treitz,
mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum.
Mekanisme kehilangan darah dapat berupa perdarahan tersamar intermiten sampai
dengan perdarahan masif yang disertai syok. Perdarahan yang tersamar (occult
bleeding) hanya dapat dideteksi adanya darah samar pada feses atau adanya anemia
defisiensi besi, sehingga sering tidak tampak secara jelas5,6.
II.2. Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan salah satu kasus kegawatan di
bidang gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan di bidang
kesehatan dan perekonomian dunia. Insidens perdarahan SCBA bervariasi mulai dari
48-160 kasus per 100.000 populasi,insidens tertinggi pada laki-laki dan lanjut usia..
Peningkatan insidensi di sebagian negara berhubungan dengan penggunaan aspirin
dan obat antiinflamasi non steroid (OAINS). Di Amerika Serikat angka kejadiannya
berkisar antara 50-150 per 100.000 penduduk per tahun. Angka kematiannya
bervariasi antara 4-14% tergantung pada kondisi pasien dan penanganan yang tepat7.
II.3. Etiologi
Lebih dari 60% perdarahan SCBA disebabkan oleh perdarahan ulkus peptikum,
perdarahan varises esofagus hanya sekitar 6%. Etiologi lain adalah malformasi
arteriovenosa, Mallory-Weiss tear , gastritis, dan duodenitis. Di Indonesia, sekitar 70%
penyebab SCBA adalah ruptur varises esofagus. Namun, dengan perbaikan manajemen
penyakit hepar kronik dan peningkatan populasi lanjut usia, proporsi perdarahan ulkus
peptikum diperkirakan bertambah7. Penyebab perdarahan SCBA antara lain: 380 pasien
(33,4%) ruptur varisesesofagus, 225 pasien (26,9%) perdarahan ulkuspeptikum, dan
219 pasien (26,2%) gastritis erosif sedangkan di negara Eropa dan Amerika adalah
perdarahan non variceal karena ulkus peptikum (60%).Penyebab lain yang jarang
meliputi, Malory Weiss tears, duodenitis erosive, ulkus dielafoy (salah satu tipe
malformasi vaskuler), neoplasma, aorto enteric fistula, GAVE (gastric antral vascular
ectasia) dan gastropathy prolapse6
15
Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap berperan dalam patogenesis
perdarahan SCBA, antara lain 5,6 :
1. Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko meningkat pada usia
>60 tahun, karena terjadi peningkatan frekuensi pemakaian OAINS dan interaksi
penyakit komorbid yang menyebabkan terjadinya berbagai macam komplikasi.
2. Jenis kelamin
Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-laki. Penelitian di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa sekitar 51,4% yang mengalami perdarahan SCBA
berjenis kelamin laki-laki. Dari penelitian yang sudah dilakukan mayoritas
menggunakan pendekatan epidemiologi dan belum ada penelitian yang secara spesifik
menjelaskan hubungan perdarahan SCBA dengan jenis kelamin.
3. Riwayat Gastritis
Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus. Pada
kelompok ini diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam tetapi oleh adanya
gangguan dalam mekanisme pertahanan mukosa dan proses penyembuhan. Gastritits
dapat disebabkan beberapa faktor :
- Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Peningkatan risiko komplikasi ulkus, terutama terjadi pada orang
tua yang mengkonsumsi OAINS. Studi cross sectional terhadap individu
yang mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal dalam jangka waktu
lama 35% hasil endoskopi adalah normal, 50% menunjukkan adanya erosi
atau petechiae, dan 5%-30% menunjukkan adanya ulkus. Jenis-jenis
OAINS yang sering dikonsumsi adalah ibuprofen, naproxen,
indomethacin, piroxicam, asam mefenamat, diklofenak 8.
16
Tabel 1. NSAID Penyebab Perdarahan Saluran Cerna 7
- Penggunaan obat-obat antiplatelet
Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg per hari) dapat
menyebabkan faktor perdarahan naik menjadi dua kali lipat, bahkan dosis
subterapi 10 mg per hari masih dapat menghambat
siklooksigenase.Aspirin dapat menyebabkan ulkus lambung, ulkus
duodenum, komplikasi perdarahan dan perforasi pada perut dan lambung.
Obat antiplatelet seperti clopidogrel berisiko tinggi apabila dikonsumsi
oleh pasien dengan komplikasi saluran cerna.
- Merokok
Dari hasil penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko
terjadinya ulkus duodenum, ulkus gaster maupun keduanya. Merokok
menghambat proses penyembuhan ulkus, memicu kekambuhan, dan
meningkatkan risiko komplikasi.
- Alkohol
Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan
mukosa lambung dan menyebabkan lesi akut mukosa gaster yang ditandai
dengan perdarahan pada mukosa10.
- Infeksi bakteri Helicobacter pylori
Helicobacter pylori (H. Pylori) merupakan bakteri gram negatif
berbentuk spiral yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
17
dinding lambung. H. pylori menempel pada epitel lambung,
memproduksi enzim dan toksinyang membuat mukosa mudah rusak.
H. pylori juga mempengaruhi kadar gastrin dan produksi asam
11
lambung .
18
mekanisme-mekanisme protektif tersebut. Pada orang yang sudah lanjut usia
pembentukan musin berkurang sehingga rentan terkena gastritis dan perdarahan
saluran cerna. Gastritis dapat terjadi akibat infeksi Helicobacter pylori yang
predominan di antrum akan meningkatkan sekresi asam lambung dengan
konsekuensi terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan
menstimulasi sekresi gastrin yang merangsang sel parietal untuk meningkatkan
sekresi lambung. Perlukaan sel secara langsung juga dapat disebabkan konsumsi
alkohol yang berlebih.
Pemakaian OAINS dan obat antiplatelet dapat mempengaruhi proteksi sel
(sitoproteksi) yang umumnya dibentuk oleh prostaglandin atau mengurangi
sekresi bikarbonat yang menyebabkan meningkatnya perlukaan mukosa gaster.
Alkohol merangsang sekresi asam dan isi minuman berakohol selain
alkohol juga merangsang sekresi asam sehingga menyebabkan perlukaan
mukosa saluran cerna.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus merupakan
salah satu penyakit komorbid pada perdarahan SCBA dan menjadi faktor risiko
perdarahan SCBA. Pada pasien DM terjadi perubahan mikrovaskuler salah
satunya adalah penurunan prostasiklin yang berfungsi mempertahankan mukosa
lambung sehingga mudah terjadi perdarahan.
20
Pemeriksaan laboratorium penunjang awal ditujukan untuk menilai
kadar hemoglobin, fungsi hemostasis, fungsi hati dan kimia dasar yang
berhubungan dengan status haemodinamik. Pemeriksaan kadar haemoglobin
dan hematokrit dilakukan secara serial (setiap 6-8 jam) agar dapat dilakukan
antisipasi transfusi secara lebih tepat serta untuk memantau lajunya proses
perdarahan.
II.7.5 Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan pilihan utama untuk diagnosis,
dengan akurasi diagnosis > 90%.12 Waktu yang paling tepat untuk
pemeriksaan endoskopi tergantung pada derajat berat dan sumber perdarahan.
Dalam 24 jam pertama pemeriksaan endoskopi merupakan
pemeriksaan yang dianjurkan. Pasien dengan perdarahan yang terus
berlangsung,yang gagal dihentikan dengan terapi suportif membutuhkan
pemeriksaan endoskopi dini (urgent endoscopy) untuk diagnosis dan terapi.
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal
perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas perdarahan.
Pada beberapa keadaan dimana pemeriksaan endoskopi tidak dapat
dilakukan, untuk pasien yang tidak mungkin dilakukan endoskopi dapat
dilakukan pemeriksaan dengan angiografi atau skintigrafi.
Untuk pasien yang tidak mungkin dilakukan endoskopi dapat
dilakukan pemeriksaan dengan angiografi atau skintigrafi. Hasil pemeriksaan
endoskopi untuk pasien-pasien perdaahan non varises mempunyai nilai
prognostik. Dengan menganalisis semua data yang ada dapat ditentukan
strategi penanganan yang lebih adekwat. Dari berbagai pemeriksaan diatas
harus dilakukan pemilahan pasien apakah berada pada kelompok risiko tinggi
atau bukan.
21
Tabel 3. Skoring Pasien Perdarahan Saluran Cerna dengan Mortalitas Tinggi9
Dalam hal ini tampak bahwa makin tinggi skor makin tinggi risiko
perdarahan ulang dan mortalitasnya
II.7.6. Arteriografi selektif
Arteriografi selektif melalui arteri mesenterika superior, arteri
mesenterika inferior dan cabangnya dapat digunakan untuk diagnosis,
sekaligus dapat untuk terapeutik. Pemeriksaan ini membutuhkan laju
perdarahan minimal 0,5-1,0 mililiter permenit.
II.7.8. Radiografi barium kontras
Teknik pemeriksaan ini kurang direkomendasikan. Selain sulit
untuk menentukan sumber perdarahan, juga adanya zat kontras akan
mempersulit pemeriksaan endoskopi maupun arteriografi.
II.8. Tatalaksana9,10
Tujuan utama pengelolaan perdarahan SCBA adalah stabilisasi hemodinamik,
menghentikan perdarahan, mencegah perdarahan ulang dan menurunkan mortalitas.
II.8.1 Resusitasi
22
Bila sudah dalam keadaan hemodinamik tidak stabil atau dalam
keadaan renjatan, maka proses resusitasi cairan (cairan kristaloid atau
koloid) harus segera dimulai tanpa menunggu data pendukung
lainnya. Pilihan akses, jenis cairan resusitasi, kebutuhan transfuse
darah, tergantung derajat perdarahan dan kondisi klinis pasien. Cairan
kristaloid dengan akses perifer dapat diberikan pada perdarahan
ringan sampai sedang tanpa gangguan hemodinamik. Pada keadaan
syok dan perlu monitoring pemberian cairan, diperlukan akses sentral.
Target resusitasi adalah hemodinamik stabil, produksi urin cukup
(>30 cc/jam), tekanan vena sentral 5-10 cm H2O, kadar Hb tercapai
(8-10 gr%).
II.8.2. Terapi obat PPI (Proton Pump inhibitor)
Merupakan pilihan utama dalam pengobatan perdarahan SCBA,
beberapa studi melaporkan efektifitas PPI dalam menghentikan
perdarahan karena ulkus peptikum dan mencegah perdarahan
berulang. PPI memiliki dua mekanisme kerja yaitu menghambat H+
/K+ATPase dan enzim karbonik anhidrase mukosa lambung manusia.
Hambatan pada H + /K+ATPase menyebabkan sekresi asam lambung
dihambat dan pH lambung meningkat.Hambatan pada pada enzim
karbonik anhidrase terjadi perbaikan vaskuler, peningkatan
mikrosirkulasi lambung, dan meningkatkan aliran darah mukosa
lambung.
PPI yang tersedia di Indonesia antara lain omeprazol,
lansoprazole, pantoprazole, rabeprazole, dan esomeprazole. PPI
intravena mampu mensupresi asam lebih kuat dan lama tanpa
mempunyai efek samping toleransi. Studi Randomized Controlled
Trial (RCT) menunjukkan PPI efektif jika diberikan dengan dosis
tinggi intravena selama 72 jam setelah terapi endoskopi pada
perdarahan pada ulkus dengan stigmata endoskopi risiko tinggi
misalnya, lesi tampak pembuluh darah dengan atau tanpa perdarahan
akut.
23