Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS UJIAN

G1P0A0 23 Tahun Hamil 41 Minggu + 5 Hari J1HIU


Preskep Belum Inpartu dengan Postdate

Disusun oleh:
Ayu Mabaria
1713020036

Pembimbing:
dr. Ratna Trisiyani, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD DR. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
PERIODE 11 JUNI 2018 – 18 AGUSTUS 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan dan mempresentasikan laporan kasus ujian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi ini dengan judul: G1P0A0 23 Tahun Hamil 41
Minggu + 5 Hari J1HIU Preskep Belum Inpartu dengan Postdate
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dan sebagai
syarat mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Obstetri dan
Ginekologi RSUD DR. Soeselo Slawi. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
dan penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada:
1. dr. Ratna Trisiyani, Sp.OG, selaku pembimbing dalam laporan kasus ini.
2. dr. Jaenudin, Sp.OG dan dr. Zufrial Arief, Sp.OG, selaku konsulen.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD
DR. Soeselo Slawi yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil.
Saya menyadari dalam penyelesaian laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran guna
penyempurnaan laporan kasus ini sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama dalam bidang ilmu obstetri.

Slawi, 18 Agustus 2018

Penyusun

Ayu Mabaria

2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

G1P0A0 23 Tahun Hamil 41 Minggu + 5 Hari J1HIU


Preskep Belum Inpartu dengan Postdate

Presentasi Kasus
Diajukan kepada bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD DR. Soeselo Slawi
untuk memenuhi Persyaratan Ujian Kepaniteraan Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Periode 11 Juni 2018 - 18 Agustus 2018

Oleh:
Ayu mabaria
NIM: 1713020036

Pembimbing

dr. Ratna Trisiyani, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD DR. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
PERIODE 11 JUNI 2018 – 18 AGUSTUS 2018

3
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II. LAPORAN KASUS...............................................................................2
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................25
BAB IV. ANALISIS KASUS...............................................................................37
BAB V. KESIMPULAN ...................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41

4
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari


pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42
minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal.
Kehamilan lewat bulan (KLB) adalah kehamilan yang berlangsung 42
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari HPHT dengan lama siklus haid rata-
rata 28 hari (Matthew, 2004).
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10 %, bervariasi antara
3,5-14 %. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia
kehamilan. Disamping itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10 % lupa akan
tanggal haid terakhir disamping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi
(Manuaba, 2010).
Kehamilan postterm dapat berpengaruh pada janin maupun ibu. Pada janin
dalam masa kehamilan 42 minggu, berat badannya dapat meningkat terus dan ada
yang tidak bertambah bahkan ada bayi yang berat badannya kurang dari
semestinya atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makan dan
oksigen. Sementara itu resiko bagi ibu dengan kehamilan serotinus dapat
mengakibatkan resiko partus lama, inersia uteri, dan perdarahan pasca persalinan
(Prawirohardjo, 2012). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
mengenai kehamilan lewat bulan agar dapat menurunkan angka kejadian
kehamilan lewat bulan dan mengurangi resiko yang dapat terjadi pada bayi dan
ibu.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

STATUS UJIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI

Nama Mahasiswa : Ayu Mabaria


NIM : 1713020036
Dokter Pembimbing : dr. Ratna Trisiyani, Sp. OG

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 Tahun
Alamat : Pakulaut RT 7 RW 3 Margasari
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Akhir : SMA
Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Asuransi : BPJS
Tanggal masuk RS : 08/08/2018
Tanggal keluar RS : 10/08/2018
Ruang rawat : PONEK VK 2 Bed 5, NI 6 Bed 9

I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang PONEK RSUD Dr.
Soeselo Slawi pada tanggal 08 Agustus 2018 pukul 13.40 WIB:

2
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan rujukan dari Klinik Bersalin ANANDA
dengan diagnosis rujukan G1P0A0 Hamil 41 minggu + 5 hari dengan
postdate. Keluhan utama pasien adalah hamil lewat bulan.
2. Keluhan Tambahan
Pasien tidak mengeluhkan hal lain.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Klinik Bersalin Ananda pada tanggal 08 Agustus
2018 pukul 08.00 WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien di rujuk ke
PONEK RSUD DR. Soeselo Slawi dengan diagnosis G1P0A0 hamil 41
minggu + 5 hari dengan postdate. Pasien sampai di PONEK RSUD DR.
Soeselo Slawi pada 08 Agustus 2018 pukul 09.00 WIB. Keluhan utama
pasien adalah hamil lewat bulan. Pasien belum merasakan kenceng-
kenceng. Gerakan janin masih terasa aktif. Tidak ada cairan jernih atau
lendir darah yang keluar.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi, DM, asma, TB, penyakit jantung, penyakit
ginjal, penyakit liver, alergi, dan trauma disangkal. Riwayat penyakit
ginekologi disangkal. Riwayat ISK juga disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga lain seperti Hipertensi, DM, asma, TB,
epilepsi, penyakit jantung, penyakit ginjal, kelainan bawaan, hamil kembar
dan alergi disangkal.
6. Riwayat HaidMenarche usia 13 tahun, lama haid 7 hari, siklus ha
Pasien menarche pada usia 15 tahun, lama menstruasi 7 hari dan
teratur setiap bulan dengan siklus 28-30 hari. Jumlah darah selama
menstruasi sekitar 80cc dan pasien mengganti pembalut 3x sehari.
Terkadang pasien merasakan nyeri saat haid namun tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Hari pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal
20 Oktober 2017 dan haid berlangsung selama 7 hari.
7. Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan pasien yang pertama. Pasien menikah
usia 22 tahun, sudah menikah selama 1 tahun..
8. Riwayat Obstetri

3
Pasien mengaku ini adalah kehamilan pertama.
9. Riwayat ANC
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 11
kali di bidan, puskesmas, dan klinik dokter spesialis kandungan. Pasien
sudah mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid sebanyak 1 kali. Pasien
mengaku selama hamil muda merasakan keluhan mual muntah dan tidak
pernah mengalami perdarahan.
10. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
11. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu. serta
tidak merokok.
12. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien saat ini tinggal bersama orang tua dan anaknya. Suami pasien
bekerja di Jakarta. Pasien merupakan seorang pegawai swasta sedangkan
suami bekerja sebagai wiraswasta. Biaya hidup sehari-hari ditanggung
oleh suami.
13. Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah memiliki riwayat operasi.
14. Riwayat Dirawat
Pasien tidak pernah di rawat sebelumnya.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit

4
Suhu : 36,4 ºC
SpO2 : 99 %

Status Antropometri
BB : 58 kg
TB : 153 cm
IMT : 24,8 kg/m2 (Normal)

Status Generalisata
Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, distribusi merata
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, edema palpebra
-/-
Hidung : Bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-), concha
eutrofi, sekret -/-
Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen -/-, nyeri tekan -/-, liang
telinga lapang
Mulut : Bibir tidak kering, tidak pucat, uvula letak ditengah, tidak
hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, JVP dalam batas normal.
Thorax
Inspeksi : Kulit sawo matang, bentuk normal, pernafasan normal
Palpasi : Gerak nafas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Jantung: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Tampak sedikit buncit, bekas luka operasi (-), striae
gravidarum (+)
Auskultasi : Bising usus (+), normal
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, massa (-), hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat pada ke 4 ekstremitas, edema pada (-/-) di
kedua tungkai bawah.

Status Obstetri (08/08/18)


Abdomen
1. Inspeksi
Luka bekas operasi (-), stria gravidarum (+)
2. Palpasi
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak, berbenjol-benjol. Kesan
bokong. Tinggi fundus uteri 30 cm.
Leopold II : Teraba bagian yang rata dan memanjang, keras seperti
papan pada kanan (kesan punggung), dan teraba bagian
kecil, mudah di gerakan pada sebelah kiri (kesan
ekstremitas).
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting dan berbatas
tegas. Kesan kepala, sulit digerakan, sejajar.
Leopold IV : Bagian terendah/kepala belum masuk PAP (4/5).

3. Auskultasi
Denyut jantung janin : 148x/menit, regular
4. His
Belum ada his/kontraksi.

Ginekologi
1. Inspeksi
Vulva DBN. Vagina dalam keadaan tenang, perdarahan (-), edema
labia (-), fluor albus (-), tidak tampak air ketuban mengalir, tidak tampak
lendir darah.
2. Inspekulo
Tidak dilakukan.
3. Vaginal Toucher
Vagina kesan tidak elastis, sempit, lebih panjang. Pembukaan
belum ada pembukaan, posisi serviks anterior, penurunan kepala di station
H-1, pendataran serviks ± 10 %, konsistensi servik medium (bishop score:
5). Presentasi kepala, kulit ketuban (+).
4. Pemeriksaan Panggul
Panggul Atas : Tidak teraba promontorium, linea iluminata teraba
<1/3.
Panggul Tengah : Dinding samping pelvis rata, spina ischiadica
tidak menonjol, kelengkungan sacrum cukup.
Panggul Bawah : Arcus pubis > 900, os coccygeus inklinasi ke
depan dan mobilitas baik.
Kesan Panggul Normal
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium 08 Agustus 2018 pukul 14.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Leukosit 9,4 3.6 - 11. u/l
Eritrosit 4,1 3.80 - 5.20 juta/ul
Hemoglobin 11,7 11,7 - 16,6 g/Dl
Hematokrit 33 35 - 47%
MCV 80 80 - 100 Fl
MCH 28 26 - 34 pg
MCHC 35 32 - 36 g/dL
Trombosit 330.000 150.000 - 450.000 u/l
Different count
Eosinofil 0,40 2.00 – 4.00 %
Basofil 0,30 0–1%
Neutrofil 70,40 50 – 70 %
Limfosit 24,00 25 – 40 %
Monosit 4,90 2–8%
Golongan darah O Rhesus faktor (+)
Sero Imunologi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
Urin
Protein Urine Negative Negative
IV. RESUME
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan utama hamil lewat bulan. Pasien
mengatakan belum ada kenceng-kenceng, gerakan janin masih aktif, tidak
ada cairan jernih atau lendi darah yang keluar dari jalan lahir. Riwayat
penyakit dahulu seperti hipertensi, DM, asma, TB, penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit liver, alergi, dan trauma disangkal. Riwayat
penyakit ginekologi disangkal. Riwayat ISK juga disangkal. Menstruasi
pasien teratur setiap bulan dengan lama 7 hari dan siklus 28-30 hari.
Pasien menikah usia 22 tahun, sudah menikah selama 1 tahun. Kehamilan
ini merupakan kehamilan pertama pasien dengan riwayat keguguran
disangkal. HPHT 20 Oktober 2017, HPL 27 Juli 2018.

Pemeriksaan Fisik
Generalisata:
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan, Kesadaran: Composmentis,
Tekanan Darah: 100/70 mmHg, Frekuensi Nadi: 80 x/menit, Frekuensi
Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36,4 ºC, SpO2: 99 %. Tinggi badan: 153 cm,
Berat Badan 58 kg (Normal).
Obstetri:
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak, berbenjol-benjol. Kesan
bokong. Tinggi fundus uteri 30 cm
Leopold II : Teraba bagian yang rata dan memanjang, keras seperti
papan pada kiri (kesan punggung), dan teraba bagian
kecil, mudah di gerakan pada sebelah kanan (kesan
ekstremitas).
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting dan berbatas
tegas. Kesan kepala, sulit digerakan, sejajar.
Leopold IV : Kepala sebagian belum masuk PAP (4/5).
Auskultasi : Denyut Jantung Janin 150 x/menit, reguler

V. DIAGNOSIS
G1P0A0 23 Tahun
Hamil 41 minggu + 5 hari
Janin I hidup intrauterine
Presentasi kepala
Belum inpartu
Postdate

VI. PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa
1. Rawat inap
2. Observasi keadaan umum, tanda vital, dan kemajuan persalinan
3. Motivasi ibu untuk baring miring kekiri
4. Diet biasa
5. Pemeriksaan Laboratorium

Medikamentosa
1. Infus RL 500 cc 20 tpm
2. Terminasi kehamilan (misoprostol 1/8 tab FP, evaluasi 6 jam)

VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam.
Ad sanationam: Dubia ad bonam.
Ad functionam: Dubia ad bonam.
VIII. FOLLOW UP
Waktu Subjektif Objektif Assesment Planning
08/08/18 Hamil lewat KU : CM G1P0A0 23 Tahun Obs, KU, TTV,
09.45 bulan TD : 100/70 mmHg Hamil 41 minggu + 5 DJJ dan HIS.
N : 80 x/menit hari JIHIU Preskep
Pemeriksaan
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
darah rutin, urin.
RR : 20 x/menit Postdate
Rencana
terminasi
Status generalis :
kehamilan
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 148 x/mnt
HIS: -
VT: -
KK: +
08/08/18 Gerak janin KU : CM G1P0A0 23 Tahun Gastrul 1/8 tab FP
10.00 (+) TD : 100/80 mmHg Hamil 41 minggu + 5
N : 80 x/menit hari JIHIU Preskep Obs, KU, TTV,
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan DJJ dan HIS
Motivasi miring
RR : 20 x/menit Postdate
kiri

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 148 x/mnt
HIS: -
VT: -
KK: +

08/08/18 Keluhan (-) KU : CM G1P0A0 23 Tahun Evaluasi gatrul


15.00 TD : 120/80 mmHg Hamil 41 minggu + 5 jam 16. 00
N : 86 x/menit hari JIHIU Preskep Obs, KU, TTV,
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan DJJ
Motivasi miring
RR : 20 x/menit Postdate
kiri

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: -
VT: -
KK: +
08/08/18 Keluhan (-) KU : CM G1P0A0 23 Tahun Obs, KU, TTV,
16.00 TD : 120/80 mmHg Hamil 41 minggu + 5 DJJ
Motivasi miring
N : 88 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Postdate

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 140 x/mnt
HIS: -
VT: 4 cm
KK: +

08/08/18 Pegal-pegal, KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,


19.30 Gerakan TD : 130/90 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
janin (+) N : 83 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 22 x/menit Serotinus
Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 137 x/mnt
HIS: -
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Pegal – pegal KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
04.00 Gerak janin TD : 120/90 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
(+) N : 87 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: -
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Mulai kerasa KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
05.00 kenceng- TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
kenceng tapi N : 82 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek hanya S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
sebentar RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 140 x/mnt
HIS: 1x10’x10”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Gerakan KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
06.00 janin (+) TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 89 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: 1x10’x10”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Punggung KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
07.00 terasa pegal TD : 100/60 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 85 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 134 x/mnt
HIS: 1x10’x10”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Gerakan KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
08.00 janin (+) TD : 110/60 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 85 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Pegal - pegal KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
09.00 TD : 110/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 88 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 130 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Gerakan KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
10.00 janin (+) TD : 110/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 88 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus
Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Pegal-pegal KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
11.00 TD : 110/70 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 86 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 143 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Pegal - pegal KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU,
12.00 TD : 110/70 mmHg Hamil 42 minggu + 4 TTV,DJJ
Motivasi miring
N : 87 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 130 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Gerakan KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
13.00 janin (+) TD : 120/90 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 90 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus Gastrul 1/8 tab FP
(I)
Observasi 6 jam
Status generalis :
setelah pemberian
DBN
gastrul 1/8 tab FP

TFU: 30 cm
DJJ: 132 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Pegal-pegal KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
14.00 TD :120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 85 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,5 0C Belum Inpartu dengan
RR : 20 x/menit Serotinus

Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: 1x10’x20”
VT: 1 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
15.00 kenceng TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
semakin N : 80 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek sering S : 36,6 0C Inpartu Kala I Fase
RR : 21 x/menit Laten dengan
Serotinus
Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 144 x/mnt
HIS: 2x10’x20”
VT: 2 cm
KK: +
27/03/18 Pegal-pegal KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
16.00 Kenceng- TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
kenceng N : 85 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Inpartu Kala I Fase
RR : 20 x/menit Laten dengan
Serotinus
Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 146 x/mnt
HIS: 2x10’x20”
VT: 2 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
17.00 kenceng TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
N : 91 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek S : 36,4 0C Inpartu Kala I Fase
RR : 20 x/menit Laten dengan
Serotinus
Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 148 x/mnt
HIS: 2x10’x20”
VT: 2 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
18.00 kenceng TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
Gerakan N : 88 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek janin (+) S : 36,5 0C Inpartu Kala I Fase
RR : 20 x/menit Laten dengan
Serotinus
Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 150 x/mnt
HIS: 2x10’x20”
VT: 2 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
19.00 kenceng TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
semakin N : 91 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek bertambah S : 36,7 0C Inpartu Kala I Fase
Evaluasi
RR : 20 x/menit Laten dengan
pembukaan
Serotinus
selama 4 jam, jika
Status generalis :
His tidak
DBN
bertambah drip
oxy 5 IU.
TFU: 30 cm
DJJ: 158 x/mnt
HIS: 2x10’x20”
VT: 3 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
20.00 kenceng TD : 120/90 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
semakin N : 95 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek bertambah S : 36,7 0C Inpartu Kala I Fase
RR : 20 x/menit Laten dengan
Serotinus
Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 152 x/mnt
HIS: 3x10’x30”
VT: 3 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
21.00 kenceng TD : 120/80 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
semakin N : 91 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek bertambah, S : 36,7 0C Inpartu Kala I Fase
keluar lendir RR : 20 x/menit Aktif dengan
darah Serotinus
Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 155 x/mnt
HIS: 4x10’x45”
VT: 5 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
22.00 kenceng TD : 120/90 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Motivasi miring
semakin N : 95 x/menit hari JIHIU Preskep
kiri
Ponek bertambah, S : 36,7 0C Inpartu Kala I Fase
terasa mules- RR : 20 x/menit Aktif dengan
mules, keluar Serotinus
lendir Status generalis :
DBN

TFU: 30 cm
DJJ: 142 x/mnt
HIS: 4x10’x45”
VT: 7 cm
KK: +
27/03/18 Kenceng- KU : CM G2P1A0 33 Tahun Obs, KU, TTV,
22.45 kenceng TD : 120/90 mmHg Hamil 42 minggu + 4 DJJ
Pimpin Persalinan
bertambah, N : 95 x/menit hari JIHIU Preskep
Ponek ingin S : 36,7 0C Inpartu Kala II
mengejan RR : 20 x/menit dengan Serotinus

Status generalis :
DBN
TFU: 30 cm
DJJ: 146 x/mnt
HIS: 5x10’x45”
VT: 10 cm
KK: -
27/03/18 Lahir bayi TFU: setinggi pusat P2A0 33 tahun PP Obs KU, TTV,
22.50 laki-laki, SPT dengan Kala III Perdarahan
BB: 3000 pervaginam
Ponek gram
Motivasi Ibu
PB: 49 cm
untuk IMD
LK: 31 cm Oksitosin 10 IU
LD: 31 cm IM
Pimpin persalinan
APGAR
kala III
Score: 8-9-
10
Tanda-tanda
posterm (+)
27/03/18 Plasenta KU : CM P2A0 33 tahun PP Obs KU, TTV,
23.00 Lahir TD: 110/70 mmHg SPT dengan Kala IV Perdarahan
Spontan N : 80 x/mnt pervaginam
Ponek lengkap S : 36,5 0C
Hecting ruptur
RR: 22x/mnt
perineum derajat
II
Status generalis :
DBN

TFU: 3 Jari dibawah


pusat
Perdarahan: ± 50 cc
Kontraksi uterus +
Ruptur perineum
derajat II

28/03/18 Nyeri pasca KU : CM P2A0 33 tahun PP Obs KU, TTV,


00.00 melahirkan TD: 110/80 mmHg SPT dengan Kala IV Perdarahan
N : 86x/mnt pervaginam
Ponek S : 36,60C
RR: 24x/mnt

TFU: 3 Jari dibawah


pusat
Luka Jalan Lahir:
(+)
28/03/18 Terasa ada KU : CM P2A0 33 tahun PP Obs KU, TTV,
01.00 darah yang TD: 120/80 mmHg SPT dengan Kala IV Perdarahan
keluar seperti N : 90x/mnt pervaginam
Ponek menstruasi S : 36,50C
RR: 20x/mnt

Status generalis :
DBN

TFU: 3 Jari dibawah


pusat
Luka Jalan Lahir:
(+)
28/03/18 Tidak ada KU : CM P2A0 33 tahun PP Obs KU, TTV,
03.00 keluhan TD : 120/80 mmHg SPT Perdarahan
N : 88 x/mnt pervaginam
Ponek S : 36,5 0C
RR: 20 x/mnt

Status generalis :
DBN
28/03/18 Tidak ada KU : CM P2A0 33 tahun PP Amoxicilin 3 x
08.00 keluhan TD: 110/70 mmHg SPT 500 mg
Asam mefenamat
N : 85x/mnt
3 x 500 mg
Nusa S : 36,5 0C
SF 2 x 1 tab
Indah RR: 20x/mnt Jika KU Baik,
Status generalis : Boleh Pulang
DBN
TFU: 3 Jari dibawah
pusat
Lochia Rubra (+)
IV. Outcome
Bayi:
Laki-laki, BB: 3000 gram, Panjang badan: 49 cm, LK: 31 cm, LD: 31 cm. Tidak
ada kecacatan. Warna Kulit: Kemerahan, terdapat maserasi, kulit kering,
pengkeriputan pada kedua tangan.
Outcome Plasenta: Plasenta lahir spontan, lengkap, utuh.
Tali Pusat Normal
Air ketuban jernih

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kehamilan Lebih Bulan


3.1.1 Definisi
Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu
lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Nama lain
kehamilan lewat waktu adalah kehamilan serotinus, prolonged pregnancy
atau postterm pregnancy (Prawirohardjo, 2014). Kehamilan lewat bulan
(KLB) adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari HPHT dengan lama siklus haid rata-rata 28 hari (Matthew,
2004).

3.1.2 Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10 %, bervariasi
antara 3,5-14 %. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam
menentukan usia kehamilan. Disamping itu perlu diingat bahwa para ibu
sebanyak 10 % lupa akan tanggal haid terakhir disamping sukar menentukan
secara tepat saat ovulasi (Manuaba, 2010).

3.1.3 Etiologi
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai
berikut (Cunningham, 2012):
a. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling
sering.
b. Tidak diketahui.
c. Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
d. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab
yang jarang terjadi.
e. Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
f. Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

3.1.4 Patofisiologi
Beberapa teori tentang terjadinya kehamilan serotinus antara lain
(Cunningham, 2012):
a. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesterone.
b. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan
pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan
postterm.
c. Teori kortisol/ACTH
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postterm.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham (2012), menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka
besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan
postterm.

3.1.5 Faktor Predisposisi


Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab kehamilan
postterm antara lain (Nugroho, 2012):
1. Cacat bawaan (anencefalus)
2. Defisiensi Sulfatase plasenta
3. Pemakaian obat yang berpengaruh pula sebagai tokolitik
4. Tidak diketahui penyebabnya

3.1.6 Faktor Resiko


Faktor risiko yang diketahui untuk kehamilan postterm adalah
(Cunningham, 2012):
1. Ibu dengan kehamilan postterm sebelumnya
2. Apabila ibu melahirkan anakperempuan maka anak perempuannya
tersebut memiliki risiko dua hingga tiga kali lipat untuk mengalami
kehamilan postterm.
3. Nulliparitas dan ibu dengan indeks masa tubuh ≥ 25 sebelum kehamilan
juga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kehamilan
postterm.

3.1.7 Manifestasi Klinis


Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara
objektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit. Air ketuban berkurang
dengan atau tanpa pengapuran (kalsifikasi) plasenta diketahui dengan
pemeriksaan USG. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang
terbagi menjadi (Manuaba, 2010):
a. Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium II : Seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
c. Stadium III: Seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, 2010), yaitu:
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur (> 4000 gram)
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks kaseosa di badan kurang
e. Kuku-kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
Pengaruh terhadap ibu dan janin (Mochtar, 1998):
a. Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan
postpartum.
b. Terhadap janin : jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu
3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin
bervariasi : berat badan janin dapat bertambah besar, tetp, dan ada yang
berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi
kematian janin dalam kandungan. Bayi besar dapat menyebabkan
disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat menyebabkan
kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninggal. Keluarnya
mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.

3.1.8 Diagnosis
Tidak jarang seorang bidan mengalami kesulitan dalam menentukan
diagnosis karena diagnosis ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan
terhadap kondisi kehamilan. Diagnosis dapat ditentukan melalui
(Prawirohardjo, 2014) :
a. Riwayat Haid
Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid
terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain:
1) Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya
2) Siklus 28 hari dan teratur
3) Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut
rumus Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seseorang penderita yang
ditetapkan sebagai kehamilan dan persalinan postterm kemungkinan
adalah sebagai berikut:
1) Terjadi kesalahan dalam menetukan tanggal haid terakhir atau
akibat menstruasi abnormal.
2) Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjad kelambatan
ovulasi.
3) Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan
memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari
seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm).
b. Riwayat Pemerikasaan Antenatal
1) Tes Kehamilan
Bila pasien melakukan tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu,
maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6
minggu.

2) Gerak Janin
Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada
umur kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan
sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida
pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan
adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau
ditambah 24 minggu pada multigravida.
3) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dengan stetoskop Laenec DJJ dapat didengar mulai umur 18-20
minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada umur
kehamilan 10-12 minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm
bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai
berikut:
1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
Doppler.
3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan janin pertama
kali.
4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan stetoskop Laennec.
c. Tinggi Fundus Uteri
Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial
dalam sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara
berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat
menentukan umur kehamilan secara kasar.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama
sejak trimester pertama,hamper dapat dipastikan usia kehamilan. Pada
trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump
length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran
persalinan.
e. Pemeriksaan Radiologi
Dapat dilakukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran
epifiisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32
minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36
minggu dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu.
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar lesitin/spinngomielin
Bila lesitin/spinngomielin dalam cairan amniom kadarnya sama,
maka umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar
spingomielin: 28-32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio
menjadi 2:1 . Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk
menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk
menentukan apakah janin cukup umur/matang untuk dilahirkan
yang berkaitan dengan mencegah kesalahan dalam tindakan
pengakhiran kehamilan.
2) Aktivitas tromboplastin cairan amniom
Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat
waktu pembekuan darah. Aktifitas ini meningkat dengan
bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42
minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur kehamilan
lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila
didapatkan ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa
kehamilan berlangsung lewat waktu.
3) Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile bluesulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%
maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau
lebih maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
4) Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%)
mempunyai sensitivitas 75 %.
3.1.9 Penatalaksanaan
Tindakan yang penting dilakukan pada kehamilan serotinus
(Wiknjosastro, 2005) adalah:
a. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi.
d. Bila:
1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
4) Pada kehamilan > 40-42 minggu.
Maka ibu dirawat di rumah sakit
e. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat
janin.
3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-
eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan
kesalahan letak janin.
f. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar
dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedatif dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi.
Pertimbangan induksi persalinan
Induksi persalinan dilakukan pada pasien dengan presentasi
belakang kepala. Induksi persalinan boleh dilakukan apabila Bishop score
≥ 6. Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan
metode (Manuaba, 2010):
a. Metode Stein
Metode Steinsche merupakan metode lama, tetapi masih perlu
diketahui, yaitu:
1) Penderita diharapkan tenang pada malam harinya.
2) Pada pagi harinya diberikan enema dengan caster oil atau sabun
panas.
3) Diberikan pil kinine sebesar 0,200 gr, setiap jam sampai mencapai
dosis 1,200 gr.
4) Satu jam setelah pemberian kinine pertama, disuntikkan oksitosin
0,2 unit/jam sampai tercapai his yang adekuat.
Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit
berbahaya karena dapat terjadi :
1) Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam : ketuban
pecah saat pembukaan kecil, ruptura uteri membakat, gawat janin
dalam rahim.
2) Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.
3) Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon).
b. Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5
unit dalam 500 cc glukosa 5%.
Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan
mulai dengan 8 tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai
kontraksi optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal
telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi
persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran
dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.
c. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4
sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi
persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
d. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama
dirangsang oleh prostaglandin. Pemakaian prostaglandin sebagai
induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan
pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
e. Pompa Payudara atau Stimulasi Putting
Beberapa studi skala besar telah mengevaluasi keamanan dan
keefektifitasaan stimulasi payudara sebagai metede induksi persalinan.
Namun, efek komulatif dari banyak studi yang menggunakan pompa
payudara atau stimulasi putting manual yang di kombinasi dengan
landasan fisiologi perubahan serviks. Penanganan yang beragam
termasuk pompa payudara listrik otomatis yang menstimulasi masing-
masing payudara selama15 menit, diselingi periode istirahat selama15
menit, stimulasi payudara dengan pijatan lembut menggunakan
kompresan hangat dan lembab salama 1 jam sebanyak 3 kali sehari,
stimulasi payudara selama 45 menit tiga kali sehari dan pijatan lembut
pada kedua payudara secara bergantian selama waktu 3 jam sehari.
Kelemahan penelitian ini meliputi kurangnya kepatuhan dalam
melaksanakan intervensi yang di anjurkan, jumlah anggoata sedikit
dalam kelompok, kontrol minim terhadap variabel penting, seperti
usia gestasi, dan kriteria intervensi yang tidak dapat di andalkan.
Wanita yang mencoba teknik ini sebaiknya di peringatkan membatasi
kontak dengan puting sehingga tidak terlalu hiperstimulasi uterus.
f. Dilatasi serviks dengan laminaria atau kateter folley
Selama proses persalinan yang penting di lakukan
(Prawirohardjo, 2014) adalah:
1) Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan
kesejahteraan janin. Pemakaian continuous electronic fetal
monitoring sangat bermanfaat.
2) Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama
persalinan.
3) Awasi jalannya persalinan.
4) Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi
gawat janin.
5) Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan mengusap wajah
neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada
janin dengan cairan ketuban bercampur mekonium.
6) Segera setelah lahir,bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hiovolemi, hipotermi dan polisitemi.
7) Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda
posmaturitas.
8) Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu.
Sedangkan dalam buku acuan nasional pelayaan kesehatan
maternal dan neonatal, pengelolaan intrapartum dapat dilakukan
dengan:
1) Pasien tidur miring sebelah kiri.
2) Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin.
3) Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.
4) Perhatikan jalannya persalinan.
5) Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi.
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum
harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut:
1) Penghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif
sebelum dada janin lahir.
2) Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian ventilasi
dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah
di intubasi dan penghisapan yang cukup.
3) Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum
yang tebal.

3.1.10 Prognosis
Prognosis pada kehamilan serotinus anatara lain (Varney, 2007):
1. Bayi yang dilahirkan lebih dari 42 minggu atau lebih akan beresiko
mengalami ensepalopati neonatal yang dapat menyebabkan Cerebral
palsy
2. Distosia bahu dan trauma pada kehamilan akan meningkat pada
kehamilan lewat waktu
3. Oligohidramnion dan hipoksia janin
4. Mortalitas perinatal meningkat setelah usia 42 minggu.
5. Distress janin dan sindrom aspirasi mekonium cenderung mempersulit
prognosis kehamilan postterm.

3.1.10. Komplikasi
Menurut Prawirohardjo (2014) ibu bersalin dengan kehamilan
postterm dapat mengalami komplikasi, antara lain:
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat meningkatkan sebagian akibat dari makrosomia janin dan
tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan distosia
persalinan, partus lama, meningkatkan tindakan obstertrik dan
persalinan traumatis/perdarahan post partum akibat bayi besar.
b. Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan
terus berlangsung melewati taksiran persalinan.
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan pertumbuhan janin
b. Sindrom post maturitas
c. Kematian perinatal menunjukan angka peningkatan setelah kehamilan
42 minggu atau lebih sebagian besar terjadi intrapartum, umumnya
disebabkan oleh :
1) Insufisiensi plasenta akibatnya pertumbuhan janin terhambat
2) Oligohidramnion ; terjadi kompresi tali pusat
3) Keluar mekonium yang kental, berakibat terjadinya aspirasi
mekonium pada janin.
BAB IV
ANALISIS KASUS

Kasus Teori

Hamil Lewat Waktu


Pasien datang keluhan hamil lewat
Kehamilan lewat bulan (KLB) adalah
bulan. Berdasarkan anamnesis:
kehamilan yang berlangsung 42 minggu
HPHT : 20 Oktober 2017
(294 hari) atau lebih, dihitung dari
HPL : 27 Juli 2018
HPHT dengan lama siklus haid rata-rata
Usia Kehamilan ( Maret 2018): 41
28 hari.
minggu + 5 Hari Untuk menentukan HPL, dapat dihitung
Berdasarkan rumus naegle: HPHT +7
Pasien mengaku gerakan janin (hari), -3 (bulan), +1 (tahun).
dirasakan aktif, namun belum
merasakan kenceng-kenceng saat baru J1HIU:
- Tunggal: hanya teraba 2 bagian
masuk PONEK. Tidak ada cairan jernih
besar janin, DJJ tunggal
atau lendir darah yang keluar dari jalan
- Hidup: terdengar DJJ normal
lahir.
reguler, DJJ normal: 120x – 160x.
- Intrauterin: Bagian janin tidak teraba
Berdasarkan pemeriksaan fisik: saat uterus berkontraksi
TD: 120/80 mmHg
Faktor risiko yang diketahui untuk
Suhu: 36,4 0C
kehamilan postterm adalah
Nadi: 88 x/menit
1. Ibu dengan kehamilan postterm
RR : 20x/menit
sebelumnya
TB: 153, BB: 48, IMT: 24,8 (Normal)
2. Apabila ibu melahirkan
anakperempuan maka anak
Status Obstetri:
perempuannya tersebut memiliki
Leopold I : Teraba bagian bulat,
risiko dua hingga tiga kali lipat
lunak, berbenjol-
untuk mengalami kehamilan
benjol. Kesan
postterm.
bokong. Tinggi
3. Nulliparitas dan ibu dengan indeks
fundus uteri 30 cm
Leopold II : Teraba bagian yang masa tubuh ≥25 sebelum
rata dan memanjang, kehamilan juga mempunyai
keras seperti papan hubungan yang signifikan terhadap
pada kanan (kesan kehamilan postterm (Cunningham,
punggung), dan 2012).
teraba bagian kecil,
mudah di gerakan
pada sebelah kiri
(kesan ekstremitas).
Leopold III : Teraba bagian bulat,
keras, melenting dan
berbatas tegas.
Kesan kepala, sulit
digerakan, sejajar.
Leopold IV : Kepala sebagian
belum masuk PAP
(4/5).
DJJ : 148 x/menit

Pemeriksaan Gynecology:
Vaginal Toucher:
Vagina kesan tidak elastis, sempit, lebih
panjang. Belum ada pembukaan ,
posisi serviks anterior, penurunan
kepala di station H-1, pendataran
serviks ± 10 %, konsistensi servik
medium (bishop score: 5). Presentasi
kepala, kulit ketuban (+).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat disimpulkan
pasien didiagnosis G1P0A0 23 Tahun Hamil 41 minggu + 5 Hari J1HIU Preskep
Belum Inpartu dengan Postdate.
Tatalaksana Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa Tindakan yang penting dilakukan pada
1. Rawat inap
kehamilan serotinus (Wiknjosastro,
2. Observasi keadaan umum, tanda
2005) adalah:
vital, dan kemajuan persalinan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42
3. Motivasi ibu untuk baring miring
minggu yang penting adalah
kekiri
4. Diet biasa monitoring janin sebaik-baiknya.
5. Pemeriksaan Laboratorium 2. Apabila tidak ada tanda-tanda
Medikamentosa
insufisiensi plasenta, persalinan
1. Infus RL 500 cc 20 tpm
2. Terminasi kehamilan (misoprostol spontan dapat ditunggu dengan
1/8 tb FP, evaluasi 6 jam) pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
Outcome: menilai kematangan serviks, kalau
Bayi:
sudah matang boleh dilakukan
Perempuan, BB: 3100 gram, Panjang
induksi persalinan dengan atau tanpa
badan: 49 cm, LK: 32 cm, LD: 32 cm.
amniotomi.
Tidak ada kecacatan. Warna Kulit:
4. Tindakan operasi seksio sesarea
Kemerahan, terdapat maserasi, kulit
dapat dipertimbangkan pada.
kering, pengkeriputan pada kedua 5. Pada persalinan pervaginam harus
tangan. diperhatikan bahwa partus lama akan
Plasenta: Plasenta lahir spontan,
lengkap, utuh. sangat merugikan bayi, janin
Tali Pusat Normal
postmatur kadang-kadang besar dan
Air ketuban jernih
kemungkinan diproporsi sefalo-
pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin
postmatur lebih peka terhadap
sedatif dan narkosa, jadi pakailah
anestesi konduksi.

BAB V
KESIMPULAN

Kehamilan lewat bulan (KLB) adalah kehamilan yang berlangsung 42


minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari HPHT dengan lama siklus haid rata-
rata 28 hari (Matthew, 2004).
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut
(Cunningham, 2012):
1) Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
2) Tidak diketahui.
3) Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
4) Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang
jarang terjadi.
5) Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
6) Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
Tindakan yang penting dilakukan pada kehamilan serotinus (Wiknjosastro,
2005) adalah:
1) Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4) Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.
5) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan
kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan
narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. F.G. dkk. 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23. Vol 2. EGC: Jakarta.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Matthew J. Neff. 2004. Releases Guidelines on Management of Postterm


Pregnancy. ACOG.Am Fam Physician. Dec 1;70(11):2221-2225.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. 2014. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohadjo: Jakarta

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC


Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta : EGC. 2005. P-78

Anda mungkin juga menyukai