Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR SEDIMEN

Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi penampakan


dari perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi perlapisan dan/atau juga
modifikasi dari perlapisan yang disebabkan proses baik selama pengendapan
berlangsung maupun setelah pengendapan berhenti. Oleh sebab itu perlu kiranya
dijelaskan dulu apakah sebenarnya yangdimaksud dengan perlapisan (
bedding
) itu, sehingga selanjutnya akan memperjelas batasanstruktur sedimen.Sebenarnya
belum ada difinisi perlapisan yang memuaskan semua fihak, walaupunsebenarnya
istilah perlapisan sudah luas sekali digunakan dalam pemerian runtunan
sedimen.Difinisi yang paling luas digunakan adalah yang diusulkan Otto (1938), suatu
perlapisantunggal adalah satuan sedimentasi yang diendapkan pada kondisi fisik yang
tetap konstan.Sejalan dengan itu mengartikan perlapisan sendiri sebagai bidang-
bidang permukaan pengendapan yang disebabkan oleh suatu perubahan rezim
sedimentasi dari waktu ke waktu.Perubahan ini meliputi:

A. Perubahan fisik:
1. perubahan butir, termasuk bentuk, ukuran, orientasi, kemasan dan komposisinya.
2. perubahan ragam batuan, misalnya dari batugamping kemudian napal.
3. Perubahan warna walaupun masih mempunyai komposisi yang sama.

B. Perubahan kimia.
Pada cairan yang membawa larutan sedimen perubahan temperatur,tekanan, dan
konsentrasi ion akan menyebabkan perlapisan juga.

C. Proses biologi.
Perbedaan populasi organisme dari waktu ke waktu akan menyebabkan perlapisan.
Walaupun organisme yang mati tidak tersisa sebagai fosil (cacing misalnya)
tetapi jejaknya kemungkinan akan ditemukan.

Studi struktur sedimen paling baik dilakukan di lapangan (Pettijohn, 1975), dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu:

1. Struktur Sedimen Primer


Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi
dapatmerefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan,
gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-
lain. (Suhartono, 1996 : 47)

1
Struktur Primer adalah
Struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku mengalir
atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primerini penting
sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap,
terutama dalam batuan sedimen.Struktur yang terbentuk sewaktu proses
pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisanmendatar (flat bedding), lapisan
silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya
kesan riak. (Mohamed, 2007).

A. Cross Bedding (Perlapisan Silang)


Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk srutur penyilangan
suatulapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau lapisan batuan yang
lebih mudamemotong lapisan batuan yang lebih tua. Cross bedding didefinisikan oleh
Pettijohn (1972)sebagao struktur yang membatasi suatu unit sedimentasi dari jenis
yang lain dan dicirikandengan perlapisan dalam atau laminasi disebut juga dengan
foreset bedding miring ke permukaan bidang akumulasi (deposisi).

B. Graded Bedding (Perlapisan Bersusun)


Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan
perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan
batuan. Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi
saat terjadinya
pengendapan pada sedimen tersebut. Sedimen yang memiliki ukuran butir lebih besar
akan lebih dahulu mengendap dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran
lebih kecil sehingga struktur graded bending akan selalu menunjukan sturktur
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang dijumpai akan
semakin kecil.

C. Parallel Laminasi (Perlapisan Sejajar)Struktur primer lapisan sedimen yang sejajar.

Riple Mark (Gelembur Gelombang):

Ripple mark merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang menunjukan


adanya permukaan seperti ombak atau begelombang yang
disebabkan adanya pengikiran oleh kerjaair, dan angin. Pada awalnya lapisan batuan
sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air dan angin
menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atauangin sehingg menyisahkan
cekungan-cekungan yang membentuk seperti gelombang.

2
2. Struktur Sedimen Sekunder

Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu
diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan
dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak
binatang

3. Struktur Sedimen Organik

Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Antara lain: kerangka, laminasi pertumbuhan.

Jenis-jenis struktur sedimen

1. struktur sedimen biogenik, merupakan struktur yang dibentuk dikarenakan


aktivitas organisme, contohnya adalah bioturbasi Struktur biogenic: trace fossil
Trace fossil terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Trace fossil yang dibentuk oleh organisme epibentik pada permukaan sediment
(track dan trail).

Trace fossil yang dibentuk oleh organisme endobentik di dalam sediment (burrow).

2. Struktur sedimen pra pengendapan, yaitu struktur yang terbentuk sebelum


pengendapan berlangsung, contohnya adalah struktur-struktur erosional

3. Struktur sedimen saat pengendapan (depositional sedimentary structure), yaitu


struktur yang terbentuk selama proses pengendapan, contohnya adalah
perlapisan, laminasi, crossbeding, dan lain-lain.
 Struktur Perlapisan:
o Struktur ini dikatakan perlapisan dikarenakan mempunyai jarak lapisan
>1 cm struktur ini terbentuk karena pengaruh endapan lapisan atau
arus gelombang yang tenang dan pengendapan yang lama.
 Struktur Laminasi:
o Struktur ini hampir sama dengan perlapisan namun yang
membedakannya adalah jarak perlapisan yang kurang dari 1 cm.
Biasanya struktur ini diakibatkan oleh proses diagenesis sediment yang
cepat dengan media pengendapan yang tenang.

3
4. Struktur sedimen setelah pengendapan, yaitu struktur sedimen yang terbentuk
setelah pengendapan berhenti, contohnya adalah nendatan atau slump.

5. Struktur sedimen lain-lain, yaitu struktur sedimen yang terbentuk selain dari 3
proses yang telah disebutkan diatas, misalnya: rain drop & mud crack

Struktur sedimen merupakan data dinamis yang sangat berguna untuk


mengidentifikasi lingkungan pengendapan. Struktur sedimen oleh proses fisika
sebelum,selama dan sesudah sedimentasi. Proses tersebut disebabkan antara lain
oleh :

a. Arus fluida
b. Aliran massa
c. Transportasi oleh agen erosi (angin,salju)
d. Proses biogenik
e. Proses kimia
f. Proses fisika Struktur sedimen mencerminkan kondisi lingkungan saat
sedimentasi dan perubahan- perubahan yang mengontrolnya, dan karena
itulah struktur sedimen mempunyai banyak kegunaan, antara lain yaitu :
a. Interpretasi lingkungan pengendapan (mekanisme transport, arah aliran,
kedalaman, kekuatan angin & kecepatan relative arus, tektonik
sedimentasi, dan kondisi lingkungannya itu sendiri.)
b. Menentukan bagian atas dan bawah lapisan yang terdeportasi.
c. Menentukan paleogeografi dan arus purba suatu daerah.

Klasifikasi Struktur Sedimen

1. Struktur erosi : merupakan struktur yang terbentuk akibat oleh erosi aliran fluida
dan aliran sedimen sebelum pengendapan diatas bidang lapisan. Jenis struktur
erosi antara lain sole mark (flute cast, groove cast) dan channels and scours.
a. Sole Mark : Struktur sedimen yang terdapat pada bagian atas atau dasar suatu
lapisan (Boggs, 1992) Berbentuk cetakan positif pada batu pasir atau yang
lebih kasaryang menindih batuan yang lebih halus. Sole mark ini biasanya
ditemui pada batuan sedimen yang telah mengalami pembalikan Gambar 1 :
Sole mark yang mengalami pembalikan

4
b. Flute cast : berbentuk seperti sole mark yang ujungnya seperti jilatan api.
Biasanya ditemukan pada batupasir turbidit (Tucker,1991)
c. Groove cast : tampak sebagai tonjolan rektilinier, membundar hingga
berpuncak tajam, serta terletak pada bidang perlapisan bawah batupasir.
Sebagian groove cast berkelompok dan memperlihatkan adanya himpunan
tonjolan dan lekukan yang dapat dipandang sebagai groove cast orde-2.
Sebagian himpunan groove cast orde-2 itu memperlihatkan pola divergen dan
tersebar secara simetris di kedua sisi groove cast utama. Struktur itu
diperkirakan terbentuk akibat terjadinya pengisian lekukan-lekukan yang
terbentuk pada lumpur keras oleh berbagai benda yang bergerak. Struktur
seperti itu disebut juga struktur seretan (Kuenen, 1957).

Groove cast umumnya muncul berkelompok. Lebih dari satu himpunan groove cast
biasanya terlihat pada bidang yang sama, dimana himpunan kedua memotong
himpunan pertama dengan sudut pemotongan yang lancip. Sebagian himpunan
groove cast biasanya terhapuskan oleh himpunan groove cast kedua. Dalam satu
himpunan groove cast, hanya akan ada sedikit bahkan mungkin tidak ada deviasi
azimuth. Groove cast jarang muncul secara bersama-sama dengan flute cast; kedua
struktur itu agaknya bersifat ekslusif satu terhadap yang lain. Individu-individu
groove cast memperlihatkan relief hanya sekitar 1 atau 2 mm, sangat lurus, dan dalam
kebanyakan singkapan tidak memperlihatkan titik awal maupun titik akhir.

Karena itu, kita jarang menemukan “alat” yang bertanggungjawab terhadap


pembentukan suatu groove cast. Groove cast hendaknya dibedakan dari struktur
geseran (slide mark; slide cast) yang terbentuk akibat bergeraknya suatu benda
berukuran besar atau suatu massa benda berukuran relatif besar, misalnya rakit
serpih (shale raft). Massa yang bergeser itu cenderung berputar baik pada arah
vertikal maupun lateral sehingga jejak yang dihasilkannya melengkung dan
mencermin-kan putaran itu. Groove cast tidak memperlihatkan sifat seperti itu;
groove berasosiasi dengan tool mark lain seperti prod cast dan skip cast. Sebagaimana
flute cast, groove cast paling sering ditemukan dalam bidang perlapisan bawah
turbidit. Groove cast mungkin merupakan tipe struktur bidang perlapisan bawah yang
paling sering ditemukan dalam fasies flysch.

Asal-usul groove cast telah menjadi teka-teki selama beberapa lama. Groove cast
merupakan struktur yang dihasilkan oleh arus. Orientasi groove cast berkorelasi

5
sangat baik dengan arah arus sebagaimana yang diindikasikan oleh struktur lain.
Selain itu, bukti bahwa groove cast merupakan suatu tool mark terbukti dari fakta
yang sangat jarang ditemukan, yaitu adanya partikel pasir atau fragmen rangka
binatang pada ujung hilir dari groove cast. Walau demikian, detil-detil dinamika
pembentukan groove cast masih belum jelas. Sebagian besar benda yang diangkut
oleh arus bergerak dengan cara menggelundung atau melonjak-lonjak, sebagaimana
yang diindikasikan oleh berbagai tipe jejak tumbukan. Pembentukan groovecast, di
lain pihak, memerlukan adanya kontak menerus antara “alat” dengan dasar, bahkan
memerlukan adanya tekanan. Selain itu, sebagaimana diindikasikan oleh groove
berornamen,―alat‖ itu tidak melakukan pergerakan rotasional. Eddy menghasilkan
flute, bukan groove. Dengan demikian, mekanisme pembentukan groove belum
dipahami sepenuhnya.

Adanya himpunan-himpunan groove cast yang saling memotong juga merupakan


sebuah masalah tersendiri. Groove diasumsikan terbentuk oleh arus turbid yang
bergerak sebagai aliran pekat menuju bagian bawah lereng. Namun, jika suatu
himpunan groove merekam pergerakan ke bagian bawah lereng, maka himpunan
yang lain tidak akan merekam pergerakan ke arah bagian bawah lereng.

Karena sering ditemukan, groove merupakan salah satu indikator arus purba yang
sangat bermanfaat. Walau demikian, groove hendaknya digunakan bersama-sama
dengan struktur lain, groove hanya memberikan informasi mengenai azimuth, namun
tidak memberikan informasi mengenai arah aliran.

d. Channels and scours : terdapat hamper di semua lingkungan pengendapan.


Tampak sebagai permukaan erosi pada dasar lapisan, dan dikenali dengan
mudah karena memotong bidang perlapisan. Batuannya lebih kasar
disbanding batuan sekitarnya. Dalam suatu channel kemungkinan dijumpai
struktur silang siur.

2. Struktur Pengendapan: merupakan struktur sedimen syndepositional, struktur


yang sering dijumpai yaitu perlapisan-laminasi, silang siur, gelembur gelombang,
lapisan bergradasi,lapisan massif, dune, antidune, dll. Yang akan dijelaskan adalah
4 struktur pertama.

6
a. Perlapisan dan laminasi: berdasarkan hokum horizontalitas, sedimen
diendapkan secara horizontal danmembentuk lapisan-lapisan karena adanya
perbedaan litologi. Struktur ini merupakan penciri dasar batuan sedimen.
Perlapisan adalah lapisan sedimen yang ketebalannya diatas 1cm, sedangkan
yang kurang dari 1cm adalah laminasi. Kumpulan lapisan datar yang
mempunyai kesamaan karakteristik disebut bedsets. Bedsets ada 2
yaitu planar bedsets dan composite bedsets.

b. Perlapisan silang : perlapisan yang menunjukkan adanya sudut yang jelas


antara layer-layer internal dengan bidang batas perlapisan. Apabila yang
bersilang adalah lapisan, disebut cross- bedding. Bila laminasi, disebut cross
lamination (Lewis and McConchie, 1994). Perlapisan silang ada 2 jenis, yaitu
planar dan trough.

c. Perlapisan gradasi : perlapisan yang ukuran butirnya berubah secara gradasi.


Jika yang terjadi adalah menghalus ke atas, maka disebut nirmal grading.
Sebaliknya, bila mengkasar ke atas disebut inverse grading.

d. Perlapisan massif: adalah perlapisan yang tidak menunjukkan adanya struktur


dalam tubuh perlapisannya.Perlapisan ini terjadi akibat pengendapan yang
begitu cepat, gelontoran hasil endapan densitas tinggi, atau endapan hasil
gravitasi.

3. Struktur Pasca Pengendapan

Struktur ini terbentuk setelah pengendapan terjadi, hasil dari proses deformasi
sebelum terjadi pembatuan secara sempurna. Struktur yang terbentuk antara lain
yaitu : slide and slump, convolute bedding, load cast, stylolite, sandstone dykes, dish
and pillar dan sheet dewatering.

a. Slide and slump: gerakan massa diatas bidang gelincir disepanjang lereng yang
menimbulkan sedikit deformasi pada tubuh sedimennya (Tucker, 1991).
Lipatan, sesar naik dan breksiasi secara keseluruhan dapat terjadi pada proses

7
slump. Slide akan menghasilkan lipatan synsedimentary (potter and Pettijohn,
1977). Gerakan slump akan menghasilkan lipatan dan patahan.

Lipatan yang bentuknya tidak teratur dan menyebar ke segala arah disebut convolute.
Struktur ini hanya terletak di atas bidang perlapisan (Tucker,1991). Genesanya belum
dapat dipastikan, namun kemungkinan terjadi akibat perbedaan aliran secara vertical
dan lateral. lipatan menghasilkan antiklin dan sinklin, biasanya antiklin dimanfaatkan
untuk mendeteksi prospek hidrokarbon.

b. Load cast: struktur sole mark yang terjadi akibat pembebanan dan perbedaan
antara densitas yang kontras. Biasanya terjadi pada batupasir yang
dibawahnya adalah batulumpur. Batu pasir sebagian akan menyusup ke dalam
batulumpur akibat pembebanan.
c. Dish and pillar : struktur sedimen yang sering dijumpai secara bersama-sama.
Dish (mangkok) terlihat seperti laminasi tipis dan cekung bila dilihat secara
vertical. Pillar hamper sama dengan dish, namun struktur ini memotong
lapisan batupasir secara vertikal (Boggs,1992). Terbentuk akibat lepasnya air
dari tubuh batuan akibat pengendapan yang cepat.

4. Struktur biogenik

Struktur biogenik sebenarnya masuk ke dalam ranah ichnology (Collinson &


Thompson, 1982). Struktur ini dapat menunjukkan lingkungan pengendapan, tingkat
dan proses sedimentasi (Compton, 1985) Binatang dapat meninggalkan jejak dengan
cara menyentuh, menapak, bergerak melintasi, makan pada permukaan sedimen,
member/melubangi endapan sedimen untuk mencari makanan, menggali lubang
untuk hidup dan membentuk suatu bentukan setelah keluar dari lubang sedimen
(Compton, 1985). Terdapat 3 aspek klasifikasi fosil jejak (Collinson & Thompson,
1982), yaitu :

a. Aspek morfologi: identifikasi berdasarkan morfologi dan penamannya sesuai


nomenklatur biologis (ichnogenus dan ichnospecies), acuannya adalah ukuran,
cara hidup dan preservasi.
b. Aspek preservasi-sedimentologi: identifikasi morfologi, model, posisi, dan
proses preservasi.

8
c. Aspek cara hidup-lingkungan : berdasarkan cara hidup (cubichnia, repichnia,
dll) Fosil selain dapat menunjukkan lingkungan pengendapan ternyata dapat
dipakai untuk mengetahui sedimentasi apakah berlanjut atau tidak. Fosil juga
dapat mendokumentasikan perilaku makhluk hidup yang telah punah dan juga
organism yang tidak mempunyai bagian tubuh yang keras. Selain itu dapat
menunjukkan penunjuk arah atas suatu lapisan.

5. Interpretasi Arus Purba

Struktur sedimen dapat menunjukkan indikasi arus purba, yaitu paleoslope,


arah/pola penyebaran sedimen, hubungan arus purna dengan geometri satuan batuan
dan lokasi sumber sedimen. Interpretasi tersebut juga dapat memiliki arti ekonomis,
misalnya untuk mengetahui penyebaran placer deposit (Graham, 1988) Sebelum
melakukan interpretasi arus purba, harus diteliti dahulu struktur yang menunjang
dan genesa dari struktur tersebut. Selain itu penampang 3D lapisan sedimen harus
diketahui untuk diukur plunge, dip, strike, dll. Jika kemiringan kurang dari 15 derajat
dan batuan belum mengalami deformasi, maka bisa diukur dengan kompas. Jika
kemiringannya lebih dari 15 derajat, kemungkinan telah terkena struktur geologi,
maka harus diidentifikasi dahulu strukturnya. Arus purba dapat ditentukan melalui
dip-strike, atau pula dip-plunge.

6. Interpretasi Current Ripple

Ripple dan dune merupakan kenampakan undulasi pada pasir kasar-sedang. Biasanya
dihasilkan oleh arah angin/air yang tidak searah. Ripple memiliki panjang kurang dari
50cm dan tingginya 0,5 – 3 cm, sedangkan dune lebih dari itu (Collinson and
Thompson, 1982).

Mekanisme Transportasi Sedimen

Ada dua kelompok cara mekanisme transportasi sedimen dari batuan induknya ke
tempat pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload tranport.
Berikut ini akan diterangkan keduanya, yaitu:

Suspensi

9
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika arus
cukup kuat. Dalam kenyataannya yang terjadi di alam hanya material halus saja yang
dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen dari hasil pengendapan suspensi ini adalah
mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang buruk.
Ciri yang lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah
menyentuh dasar aliran.

Bedload transport

Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, endapan sedimen dapat dibagi


menjadi endapan arus traksi, endapan arus pekat (density current) dan endapan
suspensi.

Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen yang berada didasar.
Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti pasang-
surut air laut atau angin. Sifat-sifat dari sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini
umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur yaitu:

1. pemilahan baik

2. tidak mengandung masa dasar

3. Ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).

Sistem arus yang pekat dihasilkan dari kombinasi antara suspensi dan arus traksi.
Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau,
dan lempung dengan struktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat
(density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini disebabkan
karena perlapisan panas, turbiditi dan terdapat perbedaan kadar garam. Karena
gravitasi, maka media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang
lebih encer. Dalam geologi, turbiditi merupakan aliran arus pekat di dalam cairan.
Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes (wedus
gembel) suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi. Endapan suspensi pada
umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau

10
endapan lempung pelagik pada laut dalam. Selley (1988) membuat hubungan
antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan.

Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh
mekanisme tertentu saja, contohnya yaitu arus pekat saja atau arus traksi saja, tetapi
lebih sering merupakan gabungan berbagai mekanisme. Dalam berbagai hal,
merupakan gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu yaitu:

1. sistem arus traksi dan suspensi

2. sistem arus turbit dan pekat

3. sistem suspensi dan kimiawi.

Setiap jenis struktur sedimen terbentuk karena pengaruh dari dalam dan luar
tersendiri. Sehingga untuk mengetahui data di lapangan dibutuhkan cara tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa contoh pemerian struktur sedimen di lapangan.

Perlapisan

Amati besar butir, ketebalan, hadir tidaknya lineasi arus primer dan lineasi sebagian
(upper flow regime), kehadiran perarian lempung atau lanau (lower flow regime).
Catat apabila ada perubahan ke struktur sedimen yang lain, dan catat juga arah arus
primer.

Silang siur

Mengukur ukuran butir, arah dan kemiringan silang siur, arah dan kemiringan
perlapisan, ketebalan, jika pada bidang datar catat arah bidang bagi mangkok dan
arah gerakannya, keadaan sentuhan alas dari foreset strata, keadaan permukaan
bagian bawah, gambaran interfal dari cross-strata (ketebalan, permukaan aktif
kembali, slumped forset ,clay, bersusun, regressive riples atau carbonaceous drapes
dll.); keadaan dan ketebalan coset, peralihan ke struktur sedimen lain.

Ripple bedding

Mengukur ketebalan set dan coset, ukur tinggi, arah dan kemiringan cross-beds dan
panjang gelombang kalau terekam ripple bedform; kalau dalam bidang datar catat
bentuk ripplenya, curvative, panjang crest, bifurcation dll.; mengukur parameter yang

11
berbeda seperti bentuk simetri, planed ripple, flaser-bedding, tulang ikan, ladder
ripple dll.

Struktur Sedimen Biologi

Aplikasi struktur sedimen Seperti dijelaskan di depan bahwa pada hakekatnya


struktur sedimen adalah bentuk kelainan dari perlapisan normal. Kelainan ini
disebabkan berbagai ragam penyebab yang belum semuanya dapat dijelaskan.
Penyebab kelainan-kelainan inilah kita dapat mempelajari proses pengendapan
batuan yang mengandung struktur sedimen tersebut.

Analisa struktur sedimen membutuhkan beberapa tahapan (Selley, 1988):


pengukuran struktur sedimen di lapangan,

 Pemilihan (deduksi) arus purba (palaeocurrent),


 Manipulasi data arus purba dan
 Pemilihan (deduksi) lereng purba (paleoslope).

Pemilihan pertama, beberapa jenis struktur sedimen tidak menunjukan arah arus
yang sebenarnya. Silang-siur (foresets) sering membuat sudut atau bahkan tegak
lurus dengan arus sebenarnya, bahkan antidune dapat memberikan gambaran yang
terbalik dengan arus sebenarnya. Sebelum diukur, struktur sedimen harus
diperhatikan dengan saksama di lapangan untuk diketahui jenis dan penyebabnya.
Sedangkan pemilahan terakhir dimaksudkan pembototan pada setiap jenis struktur
sedimen. Silang siur dapat memberikan gambaran arus lokal dibandingkan dengan
dune yang regional. Akan tetapi dune lebih lokal dibandingkan struktur alur sungai
(channel).

Pemanfaatan struktur sedimen, terutama yang dibentuk oleh aktifitas organisme,


sudah sejak lama dipergunakan sebagai indikator penentuan lingkungan
pengendapan batuan sedimen. Jejak binatang akan banyak ditemukan pada daerah
yang sering terbuka (tidak dibawah air), penggalian binatang akan banyak ditemukan
di daerah yang selalu di bawah air. Daerah dimana energi tinggi, maka galian akan
cenderung mendatar; sebaiknya yang energinya relatif rendah binatang akan
cenderung menggali tegak lurus dasar air.

12

Anda mungkin juga menyukai