Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN

KEPERAWATAN
NAPZA & HIV/AIDS
PSIK FK UNUD 2017
PENGERTIAN NAPZA
NAPZA  narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
• Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat dan
digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
• Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan
perilaku, biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan.
• Bahan adiktif adalah bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan.
• Pemakai dapat merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek
halusinasi, dan memengaruhi suasana perasaan pemakai.

• Efek inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa kurang percaya diri,
khawatir tidak diakui sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan, atau
bahkan hanya untuk sekedar rekreasi (bersenang-senang)

• narkoba jika digunakan akan menimbulkan keinginan mencoba lagi, merasakan


lagi, dan mengulang terus sampai merasakan efek dari obat-obatan yang
dikonsumsi, yang akibatnya akan terjadi overdosis.
JENIS ZAT ADIKTIF
• Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
• Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif terutama pada
otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif,
persepsi dan kesadaran seseorang.
• Ada dua macam zat psikoaktif, yaitu bersifat adiksi dan nonadiksi.
• Zat psikoaktif yang bersifat nonadiksi adalah obat neuroleptika untuk kasus
gangguan jiwa, psikotik, dan obat antidepresi.
• Narkotik adalah istilah yang muncul berdasar Undang-Undang Narkotika Nomor
9 Tahun 1976, yaitu zat adiktif kanabis (ganja), golongan opioida, dan kokain.
• Ketiga istilah ini sering disebut sebagai narkoba, yang kemudian berkembang
menjadi istilah napza.
AKIBAT PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF
• Seseorang yang menggunakan zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang
disebut intoksikasi yaitu kondisi zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan,
dan kesadaran.
• Apabila seseorang menggunakan berulang kali atau sering, secara
berkesinambungan, maka akan dicapai suatu kondisi toleransi, yaitu terja dinya
peningkatan jumlah penggunaan zat adiktif untuk mencapai tujuan dari pengguna
(memerlukan dosis lebih tinggi untuk mencapai efek yang diharapkan.
• Kondisi toleransi ini akan terus berlangsung sampai mencapai dosis yang optimal
(overdosis).
• Pada pemakaian yang terus-menerus tercapai, maka menyebabkan tingkat dosis
toleransi yang tinggi.
• Pengguna zat adiktif bila menghentikan atau tidak menggunakan zat adiktif lagi
akan menimbulkan gejala-gejala sindroma putus zat atau pasien dalam kondisi
withdrawal.
RENTANG RESPONS GANGGUAN
PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF

Eksperimental Ketergantungan
Rekreasional Situasional Penyalahgunaan
• Eksperimental adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa
ingin tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh kembangnya
ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf coba-
coba.
• Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
teman sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun, dan
sebagainya. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebayanya.
• Situasional merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu meng gunakan zat
bila sedang dalam konflik, stres, dan frustasi.
• Penyalahgunaan adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah ber langsung selama 1 bulan,
sudah terjadi penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran di
lingkungan sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun pasien menderita
cukup serius akibat menggunakan, pasien tersebut tidak mampu untuk
menghentikan.
• Ketergantungan adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga telah
terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan
kondisi toleransi dan sindroma putus zat.
ZAT ADIKTIF YANG
DISALAHGUNAKAN
Golongan Jenis
Opioida Morfin, heroin (puthao), candu, kodein, petidin.
Kanabis Ganja (mariyuana), minyak hasish.
Kokain Serbuk kokain, daun koka.
Alkohol Semua minuman yang mengandung ethyl alkohol,
seperti brandy, bir, wine,
whisky, cognac, brem, tuak, anggur cap orang tua,
dan lain-lain.
Sedatif–Hipnotik Sedatin (BK), rohipnol, mogadon, dulomid, nipam,
mandrax.
MDA (Methyl Dioxy Amphetamine) Amfetamin, benzedrine, dexedrine
MDMA (Methyl Dioxy Meth Amphetamine) Ekstasi
Golongan Jenis
Halusinogen LSD, meskalin, jamur, kecubung.
Solven & Inhalasia Glue (aica aibon), aceton, thinner, N2O.
Nikotin Terdapat dalam tembakau.
Kafein Terdapat dalam kopi.
dan lain-lain
EFEK DAN CARA PENGGUNAAN
• Efek dan cara penggunaan zat adiktif ini perlu dikenali agar masyarakat dapat
mengidentifikasi karakteristik atau bahan dan alat yang biasa digunakan oleh
penyalah guna zat.

Jenis Cara Penggunaan Efek pada Tubuh


Opium, heroin, morfin Dihirup melalui hidung, Merasa bebas dari rasa sakit,
disuntikkan melalui otot atau pembuluh darah tegang, euforia.
vena.
Kokain Ditelan bersama minuman,dihisap seperti Merasa gembira, bertenaga, lebih
rokok, atau disuntikkan. percaya diri.
Kanabis, mariyuana, Dicampur dengan tembakau. Rasa gembira, lebih percaya diri,
ganja relaks.
Jenis Cara Penggunaan Efek Pada Tubuh
Alkohol Diminum Bergantung kandungan alkoholnya.
Amfetamin Dihisap, ditelan Merasa lebih percaya diri, mengurangi rasa lelah,
meningkatkan konsentrasi.
Sedatif Ditelan Merasa lebih santai, menyebabkan kantuk.
Shabu-shabu Dhiisap Badan serasa lebih segar, gembira, nafsu
makan menurun, lebih percaya diri.
XTC Ditelan Meningkatkan kegembiraan, stamina
meningkat.
LSD Dihisap atau ditelan Perasaan melayang (fly), muncul halusinasi
yang bentuknya berbeda pada tiap individu
PERMASALAHAN YANG SERING
TIMBUL
Ancaman Kehidupan (Kondisi Overdosis)
• Bersihan jalan napas tidak efektif
• Penurunan Kesadaran
• Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Perilaku kekerasan
• Risiko Bunuh Diri
Kondisi intoksikasi
• Ansietas
• Perilaku Kekerasan
• Gangguan Komunikasi Verbal
• Gangguan Kognitif
• Gangguan rasa nyaman
Sindroma Putus Zat (Withdrawal) • Manajemen regimen terapeutik tidak
efektif
• Kejang
• Ansietas (keluarga)
• GSP : Halusinasi
• Ketidakseimbangan nutrisi
• GSP : Waham
• Gangguan Pola Tidur
• Gangguan rasa nyaman
• Gangguan afektif (depresi)
• Perilaku manipulative
Pascadetoksikasi (Rehabilitasi Mental Emosional)
• Gangguan pemusatan perhatian
• Gangguan ADL
• Koping individu tidak efektif
• Harga Diri Rendah
• Regimen terapeutik tidak efektif
TINDAKAN
• Prinsip tindakan keperawatan pada pasien penyalahgunaan napza disesuaikan
dengan masalah keperawatan yang timbul (seperti yang telah disebutkan di atas).
• Misalnya, pada kondisi overdosis maka usahakan pasien tidak mengalami
ancaman kehidupan yang dapat menimbulkan kematian.
• Pada kondisi intoksikasi usahakan agar:
1. Pasien tidak mengalami perilaku amuk, agresif
2. Cemas pasien berkurang
3. Rasa nyaman terpenuhi
4. Bawa pasien ke tempat pelayanan kesehatan
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN
NAPZA
1. Waspadai jika ditemukan benda-benda seperti:
• jarum suntik,
• kertas timah,
• CD bekas atau kartu telepon yang permukaannya bergores,
• bong,
• botol dengan pipa yang berbentuk unik,
• lintingan uang kertas atau balok-balok serupa gelas kubus yang tengahnya
berlubang.
2. Waspadai jika saudara atau teman memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
• Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok.
• Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka begadang.
• Selera makan berkurang.
• Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga
lainnya karena takut ketahuan, dan menolak makan bersama.
• Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan mulai suka
berbohong.
• Mabuk, bicara pelo (cadel), dan jalan sempoyongan.
3. Kenali penggunaan bahasa yang sering digunakan di antara bandar dan pengguna napza,
antara lain sebagai berikut :
• 4-dimensi : Pakai serentak empat macam, yaitu ganja, ekstasi, shabu, dan alkohol.
• Afo : Aluminium foil
• Amper : Amplop
• B.D. : Bandar
• Badog : Takaran yang banyak untuk sekali pakai.
• Bebe/barbuk : Barang bukti
• Bokul : Beli
• Bong : Alat untuk sedot putaw
• Gap : Tertangkap, ketahuan
• Gaw/O : Gram, satu gram
• Gaw/O : Gram, satu gram
• Junkies : Pemakai putaw
• Kertim : Kertas timah
• Ngedrug : Shabu di atas aluminium foil, dibakar, lalu asap dihirup melalui bong.
• Ngetrip : Tripping
• Nyabu : Memakai shabu
• Nyepet : Pakai putaw dengan suntikan
• O.D. : Overdosis
• Pakaw : Pakai putaw
• Paket : Kemasan berisi putaw
• Parno : Takut, curiga berlebihan karena shabu.
• Pedaw/badai : Mabuk karena putaw
• Pumping/spidol/tombak/insul : Suntikan
• Relaps : Memakai napza lagi
• Sakaw : Sakit putus putaw
• Seperempti : Seperempat gram
• Setengki : Setengah gram
• SS/susu/ubas : Shabu
• Stockun/gitting : Mabuk berat, fligh, badai
• STP : Stock putaw
• T.U. : Utang sama bandar
• Tekapan : Paket putaw
Tindakan yang dapat dilakukan sebagai
sikap preventif
• Lengkapi diri dengan informasi tentang penyalahgunaan napza dan dampaknya.
• Hindari lingkungan yang kurang kondusif.
• Kembangkan sikap asertif.
• Meningkatkan keinginan dan ketaqwaan terhadap TuhanYang Maha Esa.
• Segera mencari bantuan apabila menghadapi masalah.
• Mencari dan menciptakan aktivitas yang produktif dan positif.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HIV/AIDS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HIV/AIDS
• Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan
dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler.
• Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat
keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan.
• Terjadi penurunan imunitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor
yang penting menjadi perhatian tenaga kesehatan adalah stresor psikososial.
• Reaksi pertama kali yang ditunjukkan setelah didiagnosis mengidap HIV adalah
menolak (denial) dan shock (disbelief).
• Pasien beranggapan bahwa sudah tidak ada harapan lagi dan merupakan
penderitaan sepanjang hidupnya.
Pengelompokan Masalah Keperawatan
Pasien HIV/AIDS
Masalah Fisik Masalah Psikis Masalah Sosial Masalah Ketergantungan
Sistem Pernapasan: Intergritas Ego: Perasaan Perasaan minder dan tak Perasaan membutuhkan
Dyspnea, TBC, Pneumonia) tak berdaya/ putus asa berguna di masyarakat. pertolongan orang lain
Sistem Pencernaan Faktor stress: baru/ lama Interaksi Sosial: Perasaan
(Nausea-Vomiting, Diare, terisolasi/ ditolak
Dysphagia, BB turun 10%/3
bulan)
Sistem Persarafan: letargi, Respons psikologis: Denial,
nyeri sendi, encepalopathy. marah, cemas, irritable
Sistem Integumen: Edema
yg disebabkan Kaposis
Sarcoma, Lesi di kulit atau
mukosa, Alergi.
Lain – lain : Demam, Risiko
menularkan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• Intoleransi aktifitas
• Bersihan jalan napas tidak efektif
• Kecemasan
• Gangguan gambaran diri
• Ketegangan peran pemberi perawatan (aktual atau risiko)
• Konfusi (akut atau kronik)
• Koping keluarga tidak efektif
• Koping individu tidak efektif
• Isolasi sosial
• Distress spiritual
• Diare
• Kelelahan
• Takut
• Ketidakseimbangan cairan tubuh: kurang dari kebutuhan
• Berduka disfungsional
• Keputusasaan
• Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
• Ketidakberdayaan
• Defisit Perawatan Diri
• Harga Diri Rendah
• Gangguan persepsi sensori
• RPK
Respons Adaptif Psikososial - Spiritual
• Pengalaman suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi
stres, frustasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka dan
ketidak pastian menuju pada adaptasi terhadap penyakit.
• Tahapan reaksi psikologis pasien HIV (Grame Stewart, 1997) adalah seperti terlihat
pada tabel berikut:
Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai
Shock (kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah, tidak Rasa takut, hilang akal, frustrasi,
berdaya rasa sedih, susah, acting out
Mengucilkan diri Merasa cacat dan tidak berguna, Khawatir menginfeksi orang lain,
menutup diri murung
Membuka status secara terbatas Ingin tahu reaksi orang lain, Penolakan, stres, konfrontasi
pengalihan stres, ingin dicintai
Mencari orang lain yang HIV Berbagi rasa, pengenalan, Ketergantungan, campur
positif kepercayaan, penguatan, tangan, tidak percaya pada
dukungan sosial pemegang rahasia dirinya
Status khusus Perubahan keterasingan menjadi Ketergantungan, dikotomi kita
manfaat khusus, perbedaan dan mereka (sema orang dilihat
menjadi hal yang istmewa, sebagai terinfeksi HIV dan
dibutuhkan oleh yang lainnya direspon seperti itu), over
identification
Reaksi Proses Psikologis Hal-hal yang biasa dijumpai
Perilaku mementingkan orang Komitmen dan kesatuan Pemadaman, reaksi dan
lain kelompok, kepuasan memberi kompensasi yang berlebihan
dan berbagi, perasaan sebagi
kelompok
Penerimaan Integrasi status positif HIV Apatis, sulit berubah.
dengan identitas diri,
keseimbangan antara
kepentingan orang lain dengan
diri sendiri, bisa menyebutkan
kondisi seseorang
Peran Perawat…

Memfasilitasi strategi koping: Dukungan sosial:


• Memfasilitasi sumber penggunaan potensi diri • Dukungan emosional, pasien merasa nyaman;
agar terjadi respons penerimaan sesuai tahapan dihargai; dicintai; dan diperhatikan
dari Kubler-Ross • Dukungan informasi, meningkatnya
• Teknik Kognitif, penyelesaian masalah; harapan pengetahuan dan penerimaan pasien terhadap
yang realistis; dan pandai mengambil hikmah sakitnya
• Teknik Perilaku, mengajarkan perilaku yang • Dukungan material, bantuan / kemudahan akses
mendukung kesembuhan: kontrol & minum obat dalam pelayanan kesehatan pasien
teratur; konsumsi nutrisi seimbang; istirahat dan
aktifitas teratur; dan menghindari konsumsi atau
tindakan yang menambah parah sakitnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai