HALUSINASI
HALUSINASI
OLEH:
AZKIYATUL FITRI
20174663118
1.1 Definisi
Menurut Varcarolis, Halusinasi adalah sebagai terganggunya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002). oleh karena itu, secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
jenis jenis halusinasi :
1. halusinasi penglihatan (halusinasi optik) :
a. apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang, barang atau benda.
b. apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar, kilatan, atau pola cahaya.
c. apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
2. halusinasi auditif / halusinasi akustik
halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara barang, suara
mesin, suara musik dan suara kejadian alami.
3. halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
halusinasi yang seolah-olah mencium bau tertentu.
4. halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap)
halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
5. halusinasi taktil (halusinasi peraba)
halusinasi yang seolah-olah merasa diraba-raba, disentuh, dicolek-colek, ditiup,
dirambati ulat dan disinari.
6. halusinasi kinestik (halusinasi gerak)
halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan
merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
7. halusinasi viseral
halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul di
tubuh bagian dalam (mis. lambung seperti ditusuk-tusuk jarum).
8. halusinasi hipnagogik
persepsi sensori bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi sebelum
tidur.
9. halusinasi hipnopompik
persepsi sensori bekerja yang salah, pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun
tidur.
10. halusinasi histerik
halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi.
3. Dimensi inetelktual
Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan conforting.
5. Dimensi spritiual
Klien halusinasi mulai dengan kehampaaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas beribadah.
1.9 Intervensi
Diagnosa
Tujuan
No Keperawat Kriteria Evaluasi Intervensi
an
1. Resiko TUM :
tinggi Klien tidak
mencederai menciderai diri
(pada diri sendiri, orang lain
sendiri/ dan lingkungan.
orang lain/
lingkungan) TUK 1 : 1. Ekspresi wajah Bina hubungan saling
berhubunga Klien dapat bersahabat, percaya dengan
n dengan membina hubungan menunjukkan rasa mengungkapkan prinsip
halusinasi saling percaya. senang, ada kontak komunikasi terapeutik :
mata, mau berjabat a. Sapa klien dengan
tangan, mau ramah, baik verbal
menyebutkan nama, maupun nonverbal.
mau menjawab salam, b. Perkenalkan diri
klien mau duduk dengan sopan.
berdampingan dengan c. Tanyakan nama
perawat, mau lengkap klien dan nama
mengutarakan masalah panggilan yang disukai
yang dihadapi. klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan menepati
janji.
f. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
TUK 2 : 2. Klien dapat klien apa adanya.
Klien dapat menyebutkan : g. Beri perhatian
menyebutkan - Waktu kepada klien dan
halusinasinya - Isi perhatikan kebutuhan
- Frekuensi timbulnya dasar klien.
halusinansi
1. Adakan kontak sering
dan singkat secara
bertahap.
2. Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinansinya :bicara dan
tertawa tanpa stimulus,
tiba-tiba menganggap
orang lain mencemooh
dirinya
3. Bantu klien mengenal
halusinasinya,
TUK 3 : 1.Klien dapat 4. Diskusikan dengan
Klien dapat menyebutkan tindakan klien situsi yang
mengontrol yang dilakukan untuk menimbulkan
halusinasinya mengontrol halusinasinya dan waktu
halusinasinya timbul halusinasinya.
5. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
2. Klien dapat mengungkapkan
menyebutkan cara baru perasaannya.
mengatasi halusinasi.
1. Identifikasi bersama
3. Klien dapat klien cara/tindakan yang
mengikuti terapi dilakukan jika terjadi
kelompok halusinasi
2. Diskusikan manfaat
cara yang digunakan klien
3. Diskusikan cara baru
untuk memutus/
mengontrol timbulnya
halusinasi
4. Katakan “saya tidak
mau dengan anda” (saat
halusinasi terjadi)
5. Menemui orang lain
untuk bercakap-cakap atau
mengatakan halusinasi
yang dialaminya.
6. Membuat jadwal harian
agar halusinasi tidak
sempat muncul
7. Meminta keluarga/
teman/ perawat, menyapa
jika tampak bicara sendiri.
8. Bantu klien memilih
dan berlatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
9. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang telah
dipilih
10. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulai sensori
- Klien menilai
TUK 3 : kemampuan yang dapat 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat menilai digunakan. kemampuan yang masih
kemampuan yang dapat digunakan selama
digunakan. sakit.
2. Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
-Klien membuat
TUK 4 : rencana kegiatan
Klien dapat harian. 1. Rencanakan bersama
(menetapkan) klien aktivitas yang dapat
merencanakan dilakukan setiap hari
kegiatan sesuai sesuai kemampuan.
dengan - kegiatan mandiri
kemampuan yang - kegiatan dengan bantuan
dimiliki. sebagian
- kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total.
2.Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
- Klien melakukan kondisi klien.
TUK 5 : kegiatan sesuai kondisi 3. Beri contoh cara
Klien dapat sakit dan pelaksanaan kegiatan yang
melakukan kemampuannya. boleh klien lakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan 1. Beri kesempatan pada
kemampuannya. klien untuk mencoba
kegiatan yang telah
direncanakan.
TUK 6 : Klien memanfaatkan 2. Beri pujian atas
Klien dapat sistem pendukung yang keberhasilan klien.
memanfaatkan ada di keluarga. 3. Diskusikan
sistem pendukung kemungkinan, pelaksanaan
yang ada di di rumah.
keluarga
1. Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan di
rumah.
1.10 Evaluasi
1. Tidak terjadi resiko cidera
2. Klien dapat mengontrol dan mengenal halusinansinya
3. Klien dapat berinteraksi dengan lingkunganya
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3. Jakarta: EGC
Sunaryo.2004.Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC
Yosep, Iyus.2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.