EDISI 30/2010
Telah satu bulan lebih berjalan, The Light dan berbagai pihak yang peduli, perorangan maupun institusi, mengawal pelatihan intensif tujuh
orang anak muda yang merupakan ‘finalis’ Indonesia’s Next Top Photographer 2010. Untuk itu mereka menjalani kompetisi yang tentu saja
tidak mudah. Sampai saat mereka menjadi ‘setengah pemenang’ dalam tujuh besar, mereka tetap berkompetisi. Kompetisi untuk memper-
juangkan takdir mereka sendiri. Bulan pertama dari enam bulan yang direncanakan adalah ‘bulan refleksi’. Bagaimana tidak, jika mereka harus
kembali berkutat dengan hal-hal yang fundamental, mulai dari soal-soal menulis, melatih kepekaan, mempertanyakan terus menerus ideologi
yang telah dianut selama ini, teknik dasar, dan kreasi. Mereka menjalani refleksi dengan ‘rekreasi’, berkreasi kembali. Situasi yang menguras
COVER BY:
stamina, pikiran dan emosi tak pelak harus mereka hadapi, berkejaran dengan motifasi yang terus menerus berkejaran dengan rasa bosan
NICOLAS EVARISTE dan mungkin saja frustrasi ketika apa yang mereka kerjakan tak sesuai dengan yang diangankan. Mereka mengalami situasi ‘absurd’ terus
menerus. Rata-rata mereka adalah sarjana dan calon sarjana yang telah menjalani pembelajaran memotret selama bertahun-tahun. Bayang-
kan ketika harus memulai kembali dari awal, meskipun itu bukanlah sembarang awal. Mengawali kembali sebagai manusia berkesadaran
yang memperjuangkan Ada-nya bersama segenap totalitas yang tak terhindarkan.
Goethe, sastrawan besar Jerman, pernah mengatakan,”Setiap pengarang selalu memunculkan diri di dalam karyanya, meskipun itu berlawa-
PT Imajinasia Indonesia, nan dengan kehendaknya sendiri.” Fotografer adalah pengarang karena fotograf juga merupakan teks yang mengungkap, menyampaikan,
www.thelightmagz.com menuturkan. Kita akan bersama-sama melihat kepribadian seorang Nicolas Everiste dari karya-karya yang dibuatnya. Ia sendiri mengungkap-
PEMIMPIN PERUSAHAAN: kan, ”Photographs reflect the photographer, so photography is inspired by everything which is impress the photo¬grapher.” Fotografer muda
Ignatius Untung, yang juga kami tampilkan di edisi lalu, Diego Verges, menampilkan kepedulian kepada kondisi tempatnya menangkap peristiwa, dimana
PEMIMPIN REDAKSI: Ia jatuh cinta dengan Afrika, seolah mengigatkan kita dengan ‘amunisi dasar’ seorang kreator, yaitu kecintaan yang hasilnya adalah suatu
Siddhartha Sutrisno, penjelmaan, refleksi. Lukman S. Bintoro, yang mewakili fotografer negeri sendiri memberikan contoh-contoh totalitas, semisal memotret yang
KONTRIBUTOR: tak hanya menunggu penugasan, memotret sampai berdarah-darah dalam arti yang sesungguhnya, memotret dengan segenap resiko yang
Lukman S Bintoro, Diego Verges, tak terhidarkan. Tetapi itu adalah sebuah cara disamping banyak cara lain untuk berbicara di pentas dunia. Bagimana Lukman bekerja dalam
Nicolas Evariste, menghasilkan fotograf adalah refleksi keyakinannya.
Siddhartha Sutrisno,
Ignatius Untung Akhirnya, kita maklum bahwa fotografi adalah dunia ‘tampak’. Hal yang menuntut untuk dilihat bahkan sampai kepada siapa-siapa dibalik
penciptaan fotograf. Tak ada ‘tempat untuk sembunyi’ dalam fotografi maupun dari fotografi. Fotografi adalah alam refleksi, eksistensi ada di
WEBMASTER:
sana.
Gatot Suryanto
LAYOUT & GRAPHIC: Selamat berefleksi,
Imagine Asia Indonesia Siddhartha Sutrisno
“Hak cipta semua foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya, serta dilindungi oleh Undang-undang. Penggunaan foto-foto dalam
majalah ini sudah seijin fotografernya. Dilarang menggunakan foto dalam majalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa ijin tertulis pemiliknya.”
LUKMAN S. BINTORO,
A FAMILY MAN JOURNALIST
Dari sekian banyak foto jurnalist yang kami temui, kami menemui seorang
Lukman S Bintoro yang memiliki pandangan kehidupan yang cukup berbeda.
Dengan alasan betapa ia ingin bisa
Kira-kira seten-
Lukman yang besar di Malang sedikit berbeda dengan kebanyakan foto jurnal-
melihat pertumbuhan dan aktifitas
sehari-hari anaknya ini pun memutus- gah jam setelah
ist dan fotografer apapun yang kebanyakan begitu mencintai pekerjaannya dan kan untuk tetap di jalur freelance, di ledakan saya
terkesan sedikit “mengalahkan” keluarga demi pekerjaan. Namun Lukman malah samping masih dipercaya oleh News
sampai di sana.
Semua ruko dan
sebaliknya. Limited untuk melakukan pemotretan
di Indonesia atas nama mereka.
Lukman mulai menekuni fotografi ketika aktif di komunitas fotografi jurusan di kios sepanjang
Universitas Muhammadiah Malang. Sejak kuliah Lukman memang sudah memen- Berbicara mengenai kualitas dan pelu- Legian beran-
dam keinginan untuk bisa bekerja di Bali. Oleh karena itu ketika tawaran untuk
bekerja sebagai foto jurnalist di Bali tiba pada tahun 2000, ia pun menerimanya,
ang foto jurnalist Bali, Lukman melihat
takan. Peca-
walaupun tawaran datang bukan dari media yang cukup besar. “Pertimbangan
potensi dan peluang yang sangat
besar. “Bali adalah kota internasional, han kaca ber-
utama kenapa saya menerimanya adalah karena faktor Bali nya. Saya nggak be- jadi peluangnya terbuka lebar. Tidak ceceran, jalanan
gitu permasalahkan apa medianya.” Ungkapnya. harus melulu ke Jakarta, tapi bisa ke
gelap karena
Namun sejak 2002 ia sudah mulai menerima assignment dari sebuah media di
mana saja kiblatnya.” Tegasnya. Namun
dibandingkan dengan foto jurnalis luar listrik dipadam-
Australia. Kekonsistenan assignment ini pulalah yang mendorongnya untuk negeri, Lukman berpendapat bahwa kan. Jalanan ba-
mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja pada tahun 2004. “Saya resign fotografer Indonesia masih tertinggal sah oleh pipa air
karena ingin lebih maju lagi. Mau cari tantangan yang lebih besar lagi.” Ungkap-
nya. Namun semenjak itu Lukman malah secara konsisten memotret untuk News
dalam hal pendidikan. “Mereka sudah
punya pendidikan foto jurnalisme, se-
yang bocor.
Limited, Australia tersebut. “Saya mengapresiasi benar kebaikan mereka. Saya mentara kita belum. Jadi mereka lebih
banyak dikasih kerjaan oleh mereka, dan bahkan saya mungkin satu-satunya foto- punya pengetahuan yang sistematis.”
grafer freelance yang bisa kerja tanpa assignment. Jadi saya yang mengajukan Ungkapnya. “Tapi jangan salah, di luar
assignmentnya.” Sambungnya. negeri itu sulit sekali mau motret. Mau
belakangnya
tubuh terpisah dan tercecer di mana- mengakui liputan di tempat-tempat
“jadi foto-
terview. Tapi foto jurnalis ketika datang
terlambat maka nggak dapat apa-apa.
Makanya kalau belum bisa bangun
pagi, jangan jadi foto jurnalist dulu.” grafer kok
Lanjutnya.
kayaknya
Faktor kedua yang dianggap Lukman
gampang
banget
kurang ideal dari para fotografer muda
adalah sikap mental. “Di jurnalis semua
aturannya sudah jelas, ratenya juga
jelas. Jadi nggak perlu baru mulai udah saat ini.
minta harga tinggi. Kalau kerjaannya
Jam ter-
bang
beres, bagus, otomatis kredibilitas
juga naik dan harga akan mengikuti.
Kalau sudah bagus, jam terbang sudah
cukup otomatis harga naik kok.” Ung- masih
kapnya.
pendek,
Faktor terakhir yang juga tidak kalah
teknis aja
belum
pentingnya adalah kemampuan meng-
konsep. “Karena sifat maunya instan itu
banyak fotografer yang nggak punya
kemampuan konsepting yang baik. beres su-
Akhirnya fotonya hanya jadi foto do-
dah meng-
klaim diri
kumentasi. Dingin nggak ada rasanya.”
Tegasnya lagi.
Lukman percaya, walau bagaimana-
pun jam terbang mempengaruhi fotografer.”
36 EDISI XXX / 2010 EDISI XXX / 2010 37
JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY
MENCARI
PENDIDIKAN
FOTOGRAFI
IDEAL
Industri fotografi sedang mengalami booming di Indonesia. Hal in terlihat dari
meningkat pesatnya peminat fotografi di Indonesia. Di sebagian besar tempat
wisata dengan mudah kita temui turis-turis yang mengalungkan kamera DLSR
yang dulu hanya dimiliki oleh kaum semi pro dan professional.
AU GABON
bagaimana mencari sebanyak-ban- focus kepada bagaimana menghasil-
yaknya murid ketimbang focus pada kan sebaik-baiknya lulusan ketimbang
masalah bagaimana menghasilkan bagaimana mencari sebanyak-ban-
sebagus-bagusnya lulusan. Rencana yaknya murid. Institusi pendidikan
pendidikan yang telah disusun di- yang lebih fleksibel terhadap waktu
BY DIEGO VERGES
dasarkan pada batasan waktu yang pembelajaran sehingga mau mem-
telah disepakati dari awal, tanpa peduli berikan tambahan waktu belajar bagi
apakah sang murid sudah mengerti murid ketika mereka belum menguasai This was my first photography series, I did it in the summer of 2008. It was the first
atau belum. Ketika jumlah pertemuan materi dengan cukup baik. Dan yang time I traveled for a long period to a new country and it was going to be the first
sudah tercapai, maka kelas selesai dan tidak kalah menariknya adalah terse- trip using a digital camera which I bought 2 years before in the winter of 2006. I
peserta dianggap sudah mengerti. dianya personal tutor bagi tiap murid used to like photography and I learned with analog, but when I got the first digital
yang akan memantau perkembangan I really strated to learn, becuse I could make all kind of experiments without
Namun di tengah kondisi yang begitu dan memberikan asistensi kepada spending money in film and developing....great!
memprihatinkan, kita semua diberi- murid secara personal. Treatment pri-
kan secercah harapan akan hadirnya vate learning yang dipadukan dengan After finishing my Audiovisual Communication degree in 2007 I started to work in
sebuah institusi pendidikan yang system kursus. a photography and video studio, taking care of everything there. After 9 months I
mampu menutup semua kelemahan got really tired of going every day to the same job, same way, same people, same
yang sudah diungkapkan di atas. Tersedia program: Hobby, Profesional, business...at that point my friend Pablo Martinez de Salazar a Doctor in Medicine
Porsi artistic yang juga diberikan selain Commercial Advertising, Fashion, Wed- research about exotic disseas in Gabon. He told me to join him for several months
porsi teknis. Wawasan dan network ding. Dan pada bulan Oktober 2010 and after thinking some time about it I decice to do it.
ke bidang-bidang yang terkait den- akan dibuka beberapa program baru
gan fotografi seperti artistic, kreatifi- sbb: TLC (Travel Landscape & Candid), At the end of June I quit my job and I start to preapare the trip. I bought a one
tas, make up food & fashion styling, Creativity, Creative Business, Miniature way ticket, I did all the paper work to get the two months visa and I got all the
digital workspace & digital imaging, for photography dan juga Professional shoots you need to go there: yellow fever, hepatitis, typhoid fever and tetanus. I
miniatur dan set up yang diberikan Digital Imaging. Keterangan lebih lan- also took care of what to do to avoid paludism because Gabon is one of the first
berdasarkan pengalaman para prak- jut hubungi sdr. Albert: 021 7290 0902 countries of the world where more people dies with this desease, that it’s reason
tisi, bukan sekedar rangkuman buku why my friend was there, researching Malaria in Albert Schweitzer Hospital.
dan informasi yang bisa ditemukan di
mana saja. Komposisi pengajar yang The idea was to visit my friend in Lambarene (the third most important city of
lebih berat kepada praktisi-praktisi the country that has only 25.000 people of the 2 million total population there)
yang masih produktif yang dipadukan and spend 2 months in a small bungalow try to learn how people live in the deep
dengan kaum akademis yang kaya black africa, and I did it!
teori. Sebuah institusi pendidikan yang
I arrived at Libreville, the capital of the country and I started to realize how differ-
Ogooue and be
disorganized. There were a couple of
high buildings arround slums.
excited for
expecting to There is no public transport in Gabon,
“...there is
most of the people lives along the road
in family houses and they are self-suffi-
cient with the fruits and hunt anything
that the jungle offer them. When they no elec-
have Money, they buy beer and food
tricity, no
cell phone
which it is not found in the jungle, like
cheese, bread, tomatoe sauce, candies,
signal, no
salt, sugar and coffee. More than the
food, the beer in Gabon is really im-
portant, people drink a lot that makes
food shop,
but you
it a wealthy bussines to have a truck to
provide beers to the hundreds of bars
will always
you find. In many areas of Lambarene
there is no electricity, no cell phone sig-
nal, no food shop, but you will always
find a bar with cold beer. find a bar
with cold
beer.”
Once I finally made it to Lambarene
I got to the bungalow I was going to
rent for two months. Atongowanga
was the name of the area and it was
really close to the Ogooue river. After
some days walking along the river
tooking some pictures I found out how
important was the river there; every-
body from the city used the river for
food, for cleaning, relaxing and playing,
I wake up every morning knowing that
i live near the Ogooue and be excited
anything. I see
such difference Filters for digital photography high performance filter
might be the
key what make
them joyful and
cheerful.”
Putting People
In Professional Light
“Saya melihat 7 pada kesempatan pertama tersebut. tetap melanjutkan konsep tersebut.
“waktu dengar
orang yang bu- Wajah-wajah stress dan kecewa mulai Assignment kedua yang harus diker- pengumuman
kan foto copy- terlihat dari raut para peserta ketika jakan peserta adalah membuat 7 buah (saya nggak lo-
an dari fotor- ternyata juri menolak semua konsep sketch/layout yang merupakan pener-
los) saya sedikit
gafer-fotografer kecewa sampai
yang diajukan oleh kelima kelompok jemahan konsep yang sudah disepakati
tersebut. Namun niat yang begitu be- sebelumnya. 7 buah sketch tersebut
yang sudah ada. sar membawa mereka maju kembali ke juga harus dipresentasikan terlebih nangis waktu
Mereka semua presentasi konsep yang kedua. Waktu dahulu di hadapan juri dan harus
di Bandung.
punya gaya itu kira-kira pukul 20.00 ketika satu per-
satu kelompok tersebut kembali maju
mendapatkan persetujuan setidaknya
2 dari 3 juri yang ada. Terus terang
yang unik. Tidak ke hadapan juri dan mempresentasi- saya sempat pu-
pasaran. Dan kan konsep mereka. Pada kesempatan Menjelang pukul 11 malam, satu per tus asa, kepin-
yang pasti bisa kedua tersebut 3 kelompok dinyatakan satu peserta kembali mendatangi juri
gin berhenti
berkembang motret, karena
boleh maju ke tahap selanjutnya untuk mempresentasikan sketch yang
dengan konsep yang diajukan tanpa sudah dibuat. Dan sama seperti pada
jauh.” catatan apapun, sementara 2 kelom- presentasi konsep, sebagian peserta saya pikir jalan
pok lainnya ditawari untuk memutus- menemui kesulitan untuk mendapat-
di dunia ini bu-
kan sendiri nasibnya. “Saya tidak ada
masalah dengan konsep yang kalian
kan persetujuan dari juri. Tercatat
hanya 2 orang peserta dari total 27 tuh modal yg
ajukan, tapi jujur kalau saya jadi kalian orang peserta yang ketujuh sketchnya nggak sedikit,
maka saya akan memilih untuk mencari langsung disetujui juri pada satu kali dan saya ng-
lagi konsep yang lebih tajam. Karena kesempatan presentasi. Kedua orang
gak punya itu.
Saya pikir INTP
konsep yang kalian ajukan ini standar tersebut adalah Debbie Tea, dan Cipta
saja, jadi yang saya takutkan sulit men- Robbi Wibowo. Dalam waktu yang
cari eksekusi yang luar biasa bagus. sudah amat sangat mendesak kedua adalah jalan sa-
Jadi lebih baik susah di depan tapi peserta tersebut buru-buru mengek-
tu-satunya un-
gampang di belakang.” Ungkap salah
seorang juri. “tapi kalau kalian yakin
sekusi ketujuh layout tersebut. Cipta
Robbi Wibowo atau yang biasa dipang- tuk terus berada
bisa bikin foto bagus dengan konsep gil Bowo segera berangkat ke kawasan di dunia foto
ini ya silakan saja.” Sambungnya lagi.
Dan setelah berembug akhirnya kedua
manggarai tempat di mana banyak
waria menjajakan diri, karena sketch
komersil...”
kelompok tersebut memutuskan untuk yang disetujui menggunakan waria
Kurniawati, Rudyanto Wijaya, Bey Shaoqi, Indah Octaviani, Rachmat Fajar, Yusuf lama gitu.” Ungkap salah seorang peserta.
Pudyo Nugroho, dan Hendra Kusuma.
Minggu tepat pukul 10 pagi, keempat belas peserta yang dinyatakan lolos ke ba-
Peserta yang tidak lolos ke babak selanjutnya tampak kecewa walaupun dengan bak 4 sudah bersiap-siap menghadapi audisi final. Tampak 5 orang juri hadir: Sid-
besar hati mereka juga berbangga sudah bisa maju sejauh itu. Sebagian besar dhartha Sutrisno, Andy Darmawan, Ignatius Untung, Leo Lumanto dan Dana Irfan.
yang tidak lolos siap kembali bersaing di event yang sama tahun depan. Semen- Satu per satu pula peserta menghadap ke hadapan juri untuk menghadapi sesi
tara mereka yang lolos pun tidak bisa menyembunyikan raut muka bahagianya. interview. Pertanyaan-pertanyaan yang tajam pun dilontarkan oleh kelima orang
juri yang ada. Mulai dari hal teknis, semangat determinasi, hingga factor mental
“Waktu dapat pengumuman masuk babak 3 dan harus ke Jakarta rasanya seperti menjadi sasaran juri. Setiap peserta menghabiskan waktu rata-rata 1 jam berha-
nggak percaya, sudah lama memang berencana ke Jakarta buat ngembangin dapan dengan juri. Pada babak ini terjadi drama ketika Dewi Fajriani yang setelah
skill fotografi saya, jadi seperti dapet jalan. Yang nyebelin ya beberapa layout dan lolos ke babak 4 dianggap sebagai salah satu kandidat terkuat menyatakan pen-
konsep yang dibikin di tolak dan harus di revisi, sampai subuh bikinnya, jadi ke- gunduran dirinya karena alasan pribadi.
tika mau eksekusi fotonya, badannya udah capek banget dan ga mau diajak kerja Akhirnya tepat pukul 20.00 wawancara berakhir. Dewan juri pun berkumpul
sama. alhasil hasilnya ya nggak maksimal, waktu nunggu kelompok lain presen- untuk memutuskan 7 orang yang terpilih menjadi Indonesia’s Next Top Photogra-
tasi konsep itu juga nyebelin, lama banget soalnya, salut ama jurinya bisa tahan pher, sementara 14 orang peserta menunggu dengan cemas.
Hotel bintang lima ala Indonesia’s Next Top Photographer, full AC, beralaskan stereofoam reflektor foto.
signtment yang
Pukul 20.30 juri menemui ke-14 dengan pertimbangan utama yaitu po-
peserta untuk mengkonfirmasi jika ada
peserta yang mebgundurkan diri se- cukup mengu-
tensi masing-masing untuk mengem-
bangkan kemampuan fotografinya. nunggu
belum hasil audisi diumumkan. Aturan ras emosi dan
pikiran, saat-
Selain itu ketujuh orang ini juga diang-
pengu-
muman
main bagi 7 orang yang terpilih pun gap paling siap secara mental, potensi
dibacakan kembali. Dan hanya Dewi
saat presentasi dan originalitas gaya berfotografinya.
Fajriani yang mengundurkan diri.
dan berdebat di
depan juri, saat-
“Saya melihat 7 orang yang bukan foto
copy-an dari fotorgafer-fotografer yang itu rasan-
Juri pun memulai proses pengumu-
saat tidur beral-
sudah ada. Mereka semua punya gaya
ya aneh,
binggung,
man babak final dengan memanggil yang unik. Tidak pasaran. Dan yang
satu per satu peserta ke ruangan juri askan stereo- pasti bisa berkembang jauh.” Ungkap
foam reflektor,
nggak
diawali dengan Dewi Fajriani. Dewi seorang juri. “Kalau mempertimbang-
yang memang sudah mengundur- ketemu dengan kan kemampuan fotografi mereka saat
kan diri sebelumnya dinyatakan lolos
menjadi 7 besar Indonesia’s Next Top
teman teman
baru yang pu-
ini, setidaknya ada 3 orang peserta
yang tidak masuk dalam 7 besar ini menentu.
Photographer 2010. Namun dengan
nya mimpi yang yang harusnya menjadi 7 besar, namun
seperti
sama dan yang mau dipu-
pertimbangan alasan pribadi yang dengan pertimbangan potensi untuk
sangat mendasar yang diungkapkan berkembang di masa depan kami
paling mem-
Dewi, juri pun menerima pengunduran
diri Dewi dan memberikan tempatnya buat saya mera-
memilih untuk menggeser mereka
dengan nama-nama yang kami anggap tusin pa-
ke peserta lain. sa ‘tertampar’
sekaligus berun-
lebih bisa mengembangkan diri lebih
jauh lagi.” Lanjutnya. car...”
Tepat pukul 23.00 Juri selesai memang-
tung adalah
gil seluruh peserta dan mengumkan
ketemu para Ketujuh finalis Indonesia’s Next Top
Dan tugas yang tidak kalah beratnya adalah menyampaikan hasil audisi final dengan bertatap muka satu persatu dengan peserta.
Tapi tetap harus ada yang kalah dan ada yang menang. ada yang tersingkir dan ada yang terpilih.
berhenti motret, karena saya pikir jalan ini yg berkesan banget. Pesertanya nya.”
di dunia ini butuh modal yg nggak friendly, juri-jurinya juga. Suasananya
sedikit, dan saya nggak punya itu. Saya walaupun sedang berkompetisi tapi “waktu nunggu pengumuman itu
pikir INTP adalah jalan satu-satunya un- tetap hangat, akrab dan ketat. Jau- rasanya aneh, binggung, nggak me-
tuk terus berada di dunia foto komersil uuuuuhhh dari yg aku bayangkan. nentu. seperti mau diputusin pacar
karena kalau mau belajar, sekolah foto Aku pikir bakalan nggak asik, nyebelin, hahahhaha. Dan hal yang menyebal-
nggak ada yang murah dan untuk bikin bosen, dsb. tapi ternyata itu semua kannya adalah hebat-hebat banget
portfolio pun butuh modal yang besar nggak ada. Di INTP ini walaupun hanya mereka. fotonya bagus-bagus.”
pula. INTP memberi secercah harapan, 2 hari, aku dpt pelajaran yg berharga.
pendidikan gratis! But too bad I’m Diajari kerja secara professional, mulai
failed to impress you guys. Walaupun dari bikin konsep, layout, eksekusi dan
sekarang sudah ngga kecewa, juri dan presentasi. Itu semua yg nggak pernah
teman-teman seperjuangan di sana terpikir sebelumnya dalam proses
bikin saya bermimpi lagi dan lagi... pembuatan foto. Selain itu kita juga
semoga saya bisa bangun dan mewu- dikondisikan bekerja dibawah tekanan.
judkan mimpi saya” Karena waktu yg sangat singkat itu,
kita harus menyelesaikan assigment
“Seluruh rangkaian prosesnya me- segitu banyak. Walaupun itu nggak
minimal 1 hari per minggunya. nyenangkan. Very excited. Bertemu, ada apa-apanya di dunia kerja, tapi
berteman dan berkompetisi dengan bener-benar bekerja di bawah tekanan
Dari mereka yang belum lolos menjadi teman-teman yang hebat, tidak hanya banget, sampai nggak tidur. Mau tidur
7 besar, terbersit kekecewaan, harapan dalam skill tapi juga cara berpikir, wa- saja gelisah, kepikiran assigmentnya”
dan semangat. Berikut komentar- wasan, visinya. Bertemu, berdebat dan
komentar mereka yang belum berhasil sharing dengan para juri yang hebat “Ngerjain assigntment yang cukup
masuk ke dalam 7 besar. dalam membuka wawasanku untuk menguras emosi dan pikiran, saat-saat
lebih melihat dari semua perspektif. Ak- presentasi dan berdebat di depan juri,
“waktu nunggu pengumuman saya tivitas yang menguras seluruh tenaga, saat-saat tidur beralaskan stereofoam
nggak deg-degan karena saya tahu pikiran dan emosi jiwa selama hampir reflektor, ketemu dengan teman teman
kemampuan saya pas-pasan dan benar 2 hari jadi terasa sepadan dengan apa baru yang punya mimpi yang sama
saja, waktu dengar pengumuman yang aku dapatkan. It’s Worth it.” dan yang paling membuat saya merasa
(saya nggak lolos) saya sedikit kecewa ‘tertampar’ sekaligus beruntung adalah
sampai nangis waktu di Bandung. Terus “INTP ini berkesan sekali buat aku, aku ketemu para juri yang luar biasa, yang
terang saya sempat putus asa, kepingin banyak ikut lomba dan kompetisi, tapi jujur tak pernah saya temui sebelum-
Ketika kompetisi berakhir, semua kembali dalam persahabatan dan kebersamaan. Makan bersama, foto-foto bersama.
146 EDISI XXX / 2010 EDISI XXX / 2010 147
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA
VISATEC
LIGHTING
Lighting sering menjadi keperluan yang digunakanpun cukup solid. Panel
utama pelaku fotografi. Definisi foto- pengoperasian yang berada di bagian
grafi yang artinya melukis dengan ca- belakang monoblok ini sepertinya
haya sepertinya diterapkan benar oleh menjadi inspirasi bagi berbagai macam
para fotorgafer. Untuk itu ketersediaan produsen perlengkapan lampu lainnya.
dan kualitas lighting yang digunakan
seringkali seolah-olah menjadi syarat Mangkok penutup bohlam lampu juga
utama untuk menciptakan foto yang terkesan solid dengan material plastik
baik. berkualitas baik. Overall, kombinasi
bahan yang digunakan baik metal
Beberapa waktu yang lalu team kami maupun plastik tergolong cukup baik.
sempat menjajal kehebatan lighting
equipment Visatec yang dipasarkan Kami pun tertantang untuk menjajal
Untuk setiap karya fotografi yang monumental gunakan HP Z200 SFF Workstation oleh Primacolor Imaging. Produk yang performa dari lampu buatan Eropa
diperkuat oleh Intel® i3-540 Processor. Menampilkan kecanggihan dalam bentuk yang bukan tergolong baru di pasaran ini ini. Dari rangkaian pengetesan yang
compact dan harga terjangkau. Performanya maksimal dan hemat energi dan didukung menarik minat kami karena masih
oleh kualitas dan ser vis yang handal. Berkar yalah hari ini dengan HP.
tetap bertahan di tengah gempuran
US$ 1,200* HP Z200 Workstation lighting yang diproduksi Negara-nega-
• Intel® Core™ i3-540 Processor~ Additional:
ra asia seperti Cina, Korea, Taiwan dan
(3.06GHz, 4MB Cache, 1333 MHz) •NVIDIA Quadro FX380 LP 512MB Graphics + U$ 180* Indonesia.
• Windows® 7 Professional Asli1 •1GB DDR3 ECC memory + U$ 62*
•�HP 2GB DDR3-1333 ECC RAM •HP ZR22w LCD Monitor 21.5 + U$ 495
•�Hard Disk 320GB SATA (7200 rpm)
•�HP 16X DVD+RW SuperMulti SATA 1st Drive Secara tampilan, Visatec monoblok
•�HP USB Optical Scroll Mouse + HP USB Standard Keyboard yang kami uji memiliki tampilan yang
•�No Monitor
sederhana namun memenuhi standar
tampilan peralatan professional. Pen-
goperasiannya mudah, material bahan
151
1This system may require upgraded and/or separately purchased hardware and/or a DVD drive to install the Windows 7 software and take full advantage of
NICOLAS
kami lakukan selama kurang lebih 3 jam non stop, terlihat cahaya yang dihasilkan
relatif konstan, hampir tidak ada penurunan power ataupun temperatur warna.
Ketika kami memberondong jepretan, perangkat ini mampu menunjukkan per-
EVARISTE,
forma yang baik dalam recycle time. Setidaknya jauh lebih baik daripada lampu
buatan asia.
Asesoris yang juga kami uji, juga memiliki kualitas material yang amat sangat
baik, cukup kuat namun tetap ringan. Bahan mengkilap di bagian dalam standard
BEGINI
reflector yang berfungsi sebagai pemantul cahaya tampak tidak mudah terkelu-
pas seperti yang sering ditemui pada lampu-lampu asia. Hasil yang didapatkan
pun memuaskan.
Secara tidak sengaja kami menemukan Nicolas Evariste, seorang fotorgafer Peran-
cis yang mampu menciptakan foto-foto satwa yang sangat unik. Untuk itu kami
menghadirkannya ke hadapan anda.
How did you know photography, tell us from the beginning please.
24 years old photographer and coming from Granville in Normandy (France),
I started photography in 2006. I was quickly attracted by black and white and
square format. Freelance graphic designer by trade, the practice of photogra-
phy came naturally enough, in continuity with my graphic design works. It also
Personally,
I like an
image that
is usually
an
original
image, I
must feel
something
watching
it.
Any kind
of image
inspires
the
creative
process ...
conscious-
ly or un-
conscious-
ly.
it now.
I think this is a format well adapted
to my minimalist style. Some of my
photos are «empty», with a landscape
or portrait format, the subject will be
much less present and the picture shall
have less impact. At the composition,
I am also more comfortable with this
format ... Why? I do not know!
The pho-
tographs
reflect the
photog-
rapher, so
photogra-
phy is in-
spired by
everything
which
mark the
photogra-
pher.
Quality is
more impor-
tant than
quantity ».
You must be
very patient!
Most of the
time when
I take pic-
tures, I come
back with a
full memory
card and fi-
nally all pic-
tures will go
to the trash.
To have a
satisfying
result, it’s
sometimes
necessary to
do and redo
the photo.
178 EDISI XXX / 2010 EDISI XXX / 2010 179
WILDLIFEPHOTOGRAPHY WILDLIFEPHOTOGRAPHY
Buang batasan belajar mana. Tidak hanya pada bidang yang psikologi dan banyak ilmu lainnya.
Beberapa tahun yang lalu ketika saya kita tekuni saja, tapi bahkan di bidang
mendapat pelajaran melalui sakit lain. Beberapa tahun lalu kita dikejut- Tidak ada yang Absolut
parah saya, saya “di bawa” ke hadapan kan atas kolaborasi group rock Slank Dari perkataan mengenai pemuka dan
seorang spiritualist yang memiliki ke- dengan penyanyi musik tradisional penganut agama yang saling gontok
mampuan untuk mengobati orang lain. Waljinah. Namun level pemahaman ketika level belajar dan berdoanya ma-
Selama hidupnya, ia telah membaca 7 mereka yang sudah “lebih tinggi” mem- sih dibatasi rumah ibadah kita belajar
kitab suci dari 7 agama yang berbeda. buat mereka berbicara pada bahasa bahwa pemahaman yang sempit dan
Jadi walaupun ia menganut agama yang sama, bahkan ketika berbeda fanatik selalu mengahntui kita yang
yang berbeda dengan yang saya anut, bidang. Bahkan banyak seniman lukis masih sedikit belajar. Semakin kita
namun kami dapat berkomunikasi dan yang juga bisa mengambil pelajaran belajar semakin kita sadar bahwa kita
berbicara mengenai agama dengan dari seni tari, seni suara, dan seni lain- belum tahu banyak. Untuk itu pulalah
“nyambung”. Singkat cerita, sang bapak nya lagi. semakin kita belajar semakin kita tidak
berkata “kalau orang berdoa dan be- fanatik.
lajar agamanya hanya di dalam rumah Menjadi professional photographer
ibadah, nggak heran kalau sehari- menempatkan diri kita pada sebuah Dalam fotografi, di berbagai komunitas
harinya menjelekkan agama lain, posisi di mana fotografi bukan satu-sat- seringkali muncul diskusi dan pertan-
kita. Dari kelas tukang gorengan,
membicarakan kekurangan agama lain. unya hal yang perlu kita kuasai. Banyak yaan mengenai merk mana yang lebih
hingga kelas fotografer kakap sekalipun
Saling gontok-gontokan, saling bakar disiplin ilmu lain yang juga perlu kita baik. Perdebatan mengenai mana yang
persaingan terus mengintai. Fotografer
rumah ibadah dan saling bunuh. Tapi kuasai, mulai dari seni, financing, akun- lebih utama antara konsep dan teknis
yang tidak siap menghadapi persain-
mereka yang “belajar” dan “berdoa” nya tansi, marketing, bisnis, komunikasi, juga tidak pernah habisnya. Namun
gan dari fotografer lain, dari teknologi
sudah “di luar” rumah ibadah malah perdebatan tersebut seringkali diikuti
yang berubah, dari regulasi pemerintah
mengapresiasi semua agama yang ada. oleh orang-orang yang berpaham
dan persaingan terhadap waktu harus
absolut. Mereka yang hanya percaya
rela untuk “dilengserkan”.
Seringkali kita belajar hanya pada satu pada satu keyakinan sehingga menjadi
disiplin ilmu yang kita yakini relevan fanatik.
Persaingan bagi sebagian orang adalah
dengan bidang bisnis yang kita tekuni.
hal yang tabu. Namun bagi saya, ini
Seorang fotografer jurnalis hanya ter- Menjadi professional artinya menjadi
adalah bahan bakar untuk menjadi
tarik dan mau belajar dari foto jurnalis. solusi atas problem. Dengan membata-
lebih baik lagi. Ketika kita sadar bahwa
Seorang fotorgafer fashion hanya si keyakinan kita hanya pada satu dua
ada kemungkinan pesaing yang men-
tertarik dan mau belajar dari foto- hal saja, bukankah alternatif solusinya
gancam maka tidak ada alasan/pilihan
foto fashion, dan begitu juga lainnya. menjadi terbatas?
bagi kita untuk berusaha lebih baik lagi.
Padahal ilmu “berceceran” di mana-
Jangan terburu-buru, jangan kelewat nai apa yang harus dilakukan untuk Gaya bicara, gaya berpakaian, pem-
sabar mengakselerasi proses jika ternyata bawaan, hingga gaya berpikir mudah
Menemui mereka yang ingin sekali terkesan lambat. Sebaliknya jika terlalu sekali menular. Pilihlah lingkungan
menjadi fotografer professional, saya cepat, mungkin kita juga perlu men- yang mampu membawa anda lebih
menemukan 2 kutub yang sangat ber- gevaluasi hal-hal apa yang belum kita maju seperti yang anda inginkan.
lawanan. Yang satu terkesan tergesa- dapatkan seiring dengan minimnya
gesa. Dalam hitungan bulan sejak jam terbang kita. Jangan sekedar “think as” tapi “be the
pertama kali menggenggam kamera one”
DSLR pertamanya ia sudah membuat Pilih lingkungan bergaul. Energy mu- Di sebuah sesi seminar fotografi,
kartu namanya sendiri dan menjajakan dah menular seorang fotografer yang saat itu
jasa fotografinya. Di sisi lain ada mereka Beberapa tahun yang lalu saya dike- menjadi pembicara mengajak peserta
yang kelewat sabar. Sudah belasan nalkan kepada seorang make up artist untuk “berpikir seperti fotografer sung-
tahun malang melintang di dunia foto- lelaki tulen dengan postur laki-laki guhan”. Dan pada akhirnya foto yang
grafi tapi tak berhasil “naik kelas” juga. normal dan pembawaan dan gaya dihasilkan pun “seperti foto fotografer
Dan ketika ditanya mengapa mereka bicara laki-laki normal. Lama tidak ber- sungguhan”.
begitu lama menjadi professional temu make up artis tersebut, ternyata
walaupun mereka sangat ingin menjadi ia telah berubah. Badannya menjadi ness yang ia jalani. Ironisnya, walaupun Seringkali kita dididik dan diajak untuk
professional, jawaban yang muncul kekar melalui serangkaian program fit- badannya menjadi kekar, namun suara berpikir seperti apa yang kita mau, dan
justru menggelikan, “loh, memang ng- dan pembawaannya justru berubah itu membuat kita hanya bisa mengira-
gak boleh buru-buru. Jadi fotografer itu menjadi lebih feminin. ngira dan membayangkan apa yang
perlu proses. Nggak bisa instan. Jadi ya dipikirkan oleh sosok yang kita ingink-
dijalani saja terus.”. Jika kita melihat orang-orang yang an. Bertindak seperti mereka. Sayang-
sukses di bidangnya masing-masing, nya dengan mental seperti itu kita pun
Sebenarnya poin ini juga berhubungan sebagian besar memiliki jaringan atau hanya bisa sekedar “seperti mereka”.
dengan poin saya mengenai tidak ada hubungan yang cukup baik dengan
yang absolut di atas. Bahwa menjadi orang lain yang sudah lebih dulu suk- Bagi saya, hal ini tidaklah cukup. Anda
fotografer butuh proses, tapi tidak me- ses di bidang itu. perlu berpikir sebagai professional keti-
lulu prosesnya harus panjang. Menjadi ka ingin jadi seorang fotografer profes-
professional photographer seharusnya Energy memang mudah menular. sional, bukan sekedar berpikir seperti
diawali dengan rencana dan target Anda yang secara intens bergaul professional. Bagi sebagian orang ini
yang meliputi waktu yang dibutuhkan dengan kaum “pecundang” akan secara hanyalah permainan kata. Namun bagi
untuk mencapai sasaran itu. Target perlahan tapi pasti berubah menjadi saya impactnya jauh berbeda.
tersebut menjadi satu acuan menge- pecundang. Begitu juga sebaliknya.
CAN PHOTOGRAPHY
DO SOMETHING FOR HUMANITY?
Fotografi selama ini sering dihubung- oknum polisi yang dituduh menabrak
kan dengan seni seperti seolah-olah sang anak karena peristiwa tersebut
tidak banyak kemampuan yang bisa sudah 15 tahun berlalu ketika kasus
dilakukan oleh fotografi selain soal tersebut disidangkan, sehingga layak
seni. Hal ini membuat fotografi diman- dianggap kadaluwarsa.
faatkan secara berlebihan sebagai alibi
akan pemahaman seseorang terhadap Sejenak saya termenung, mungkin
seni. Ketika seseorang berbicara atas karena saya juga adalah seorang bapak
nama seni, seolah-olah secara seketika dari seorang anak yang masih sangat
orang tersebut berhak berbicara atas kecil. Sesaat saya merasakan hal yang
nama seni. dirasakan oleh sang bapak. Sedih tak
berujung yang memberinya semangat
Pada kesempatan kali ini saya tidak untuk terus meneruskan perjuangan
tertarik untuk membahas seni, dan mencari keadilan selam 15 tahun tanpa
mungkin tidak akan pernah (menyadari kenal lelah. Berjalan kaki dari Malang
keterbatasan pemahaman saya ten- ke Jakarta dan kembali lagi ke Malang.
tang seni). Namun saya terhenyak oleh Mogok makan dan berbagai upaya lain
sebuah artikel tentang seorang bapak telah dilakukan tanpa henti selama 15
yang berjalan dari Malang ke Jakarta tahun lebih.
hanya untuk “mencari perhatian” Pres-
iden dalam upaya menuntut keadi- Saya pernah menemukan buku-buku
lan terhadap peristiwa tertabraknya yang kurang lebih berjudul “photos
putranya yang pada saat itu berusia that change the world”, setidaknya
7 tahun hingga tewas. Peristiwa itu sejarah telah membuktikan bahwa
sendiri terjadi lebih dari 15 tahun yang fotografi pernah membuktikan
lalu, dan pengadilan memutus bebas bahwa fotografi bisa digunakan
ADDITIVE &
untuk “merubah” dunia. kalau begitu
bukankah seharusnya fotografi bisa
membantu memfasilitasi atau setida-
SUBSTRACTIVE
knya mengupayakan keadilan terha-
dap bapak ini? Bukankah seharusnya
fotografi bisa membantu membuat
“suara”, cinta, dan perjuangan bapak ini
LIGHT
terdengar lebih keras lagi.
WORKSHOP
menurut saya fotografi bisa berman-
faat lebih luas lagi. Masih banyak
peristiwa lain di mana fotografi bisa
mengambil perannya untuk berbuat
sesuatu bagi sesama. Saya membay- BY SAM NUGROHO & THE LOOOP AKADEMIE
angkan banyak pameran foto, buku-
buku foto, lomba foto yang tidak hanya Lighting selalu menjadi issue yang paling menarik sekaligus palig tidak habis
“menjual” kecantikan ragawi semata, dibicarakan dalam fotografi jika kita berbicara dalam tataran teknis. Berbagai
tapi bisa menempatkan kekuatan workshop yang membahas tentang lighting tidak pernah sepi peminat walaupun
cinta, perjuangan, semangat dalam begitu banyak workshop dengan subject yang sama.
melawan ketertekanan, ketidakadilan
bahkan melalui gambar-gambar kumal Beberapa waktu yang lalu The Looop Akademie mengadakan workshop Addi-
sekalipun namun mampu menggugah tive & Substractive light yang menghadirkan founder The Looop Akademie, Sam
atau setidaknya mempertegas “pesan Nugroho. Fotografer yang dikenal dengan teknik lightingnya yang cukup advance
Tuhan” bahwa mereka yang mengalami dan telah membuktikan reputasinya sebagai salah satu dari sedikit fotografer
penderitaannya ini tidak sendiri. Mudah-mudahan kita yang selalu Indonesia yang exist di beberapa negara di Asia selain juga di Indonesia ini mem-
membalut diri kita dengan glamour, bawakan workshop ful sejak pukul 10 pagi hingga pukul 6 sore. Workshop diawali
gengsi, harga diri, dan semua keinda- dengan pemahaman yang mendasar mengenai berbagai jenis flash dan berbagai
han yang ada dalam fotografi juga mau jenis continous light. Adalah penting untuk memahami karakter tiap lighting juga
menyisakan ruang untuk membagikan efek pencahayaan dan shadow yang ditimbulkan. Setelah itu Sam pun masuk ke
tempat bagi fotografi yang lebih peduli materi inti mengenai pemanfaatan teknik additive & substractive lighting untuk
terhadap kehidupan, terhadap manusia keperluan pemotretan. Peserta merasa dipuaskan karena selain pertanyaan ten-
dan terhadap kemanusiaan. tang lighting, Sam juga dengan senang hati menjawab berbagai macam pertan-
yaan mengenai fotografi.
OTNAMSI Ketika
Dia memang bukan fotografer, tetapi
banyak fotografer yang datang padan-
”Apakah
profesor, dan para pemikir kebudayaan.
Dia adalah ’kepala suku’ dari Komunitas
makhluk
Sebuah awal Gadung Mlathi di lereng Merapi. Dike-
Yang slalu melahirkan sesuatu yang baru nal, salah satunya, dari karya-karya pa-
Slalu ada dan tak pernah musnah
Lahirnya sebuah proses Merapi tungnya yang ”merenungkan makhluk-
yang di-
makhluk Merapi”. Ketika saya bertanya,
Dan puncak dari sebuah tujuan ”Apakah makhluk Merapi yang dimak-
maksud
Dari sana makhluk hidup berasal sud itu nyata atau mitos?” Jawabannya
Dan pada akhirnya ke sana adalah pertanyaan kembali, ”Tuhan
itu nyata
Tempat lahirnya kematian dan, itu nyata atau mitos?” Bagi banyak
Kehidupan yang slalu bersamaan orang, dia ekspresif, seperti caranya
Yang slalu diam dalam gerak
atau mi- bicara, begitupula karya-karyanya. Dia
tos?” Jawa-
Pohon rasa, asal dari segala kehidupan menyatakan:
Bapak yang sesungguhnya Ibu
bannya
Ibu dari segala alam semesta ”Sebenarnya kita menyembah keyaki-
(Pohon Kehidupan karya Ismanto) nan diri sendiri, saya adalah seorang
Dia, seorang pematung, pelukis, penyair, performer, dan pemikir, juga guru bagi
adalah pengembara karena Tuhan ada
pertan-
dimana-mana.”
orang-orang ”muda” yang tidak menamatkan sekolah menengah umum, sep-
erti dirinya sendiri, seperti yang dituturkannya. Sekolah gratis nir formal telah
yaan kem-
Tak asal bicara, walau mengucapkan itu
dia jalankan selama 20 tahun, saat dirinya berusia 21 tahun. Dia, yang otodidak,
dengan tertawa-tawa, tangannya terus
bali, ”Tu-
memulai membuat patung sendiri dari singkong yang dipahatnya dengan pisau
bergerak-gerak. Tak asal bicara karena
dapur di usia tujuh tahun, banyak melakukan pementasan untuk kebutuhan ba-
membuktikan dengan karyanya yang
han itu
tinnya, meski harus menguras uang dari sakunya sendiri. Mungkin ini ”bicara da-
memiliki nafas ”perubahan yang abadi”
rah” karena kakek dari ayahnya adalah seniman pentas tradisional dan pengukir.
nyata atau
sebagai bentuk dari keyakinannya
Dia suka bicara, mungkin tak bisa berhenti jika tak disela dengan pertanyaan,
tentang mengerjakan karya dengan
tetapi dia juga suka mendengar dengan mimik muka yang selalu tersenyum,
mitos?”
kejujuran, menyembah keyakinannya
dengan kacamata hitam yang bertahta di kepalanya, dengan kaos bertuliskan
sendiri. Dalam mendengarkan dia bi-
”narISManto”.
”Sebena-
cara, saya teringat dengan sebuah daya keras, sebagai gaya dan biar ’tak sadar’.
hidup yang dibicarakan seorang filsuf Sebuah pengakuan yang mengejutkan
lebih dari seabad lalu. Daya yang meru-
pakan gairah paling primordial bukan rnya kita bagi orang-orang yang suka menyebut
dirinya waras seperti saya. Katanya:
hanya dalam diri manusia, melainkan
meny- ”Biar dikenal saja, biar beda, saya ingin
embah
di dalam seluruh kenyataan. Kehendak- dikenal. Saya tidak perlu dikenal karena
untuk-Berkuasa, ketika menyembah pinter atau cakep. Saya hanya butuh di-
keyakinan kita sendiri.
keyakinan ingat.” Rasanya, saya tak mungkin me-
lupakannya, apalagi saat dia berkata:
Teringat sebuah kisah. Dionysos
diri send-
iri, saya
adalah dewa kemabukan yang seolah ”Jika ada biaya, Gunung Merapi itu
menjadi lambang pengakuan terha- akan saya pahat.”
adalah
dap kehidupan sekarang dan di sini
(Diesseitigkeit) yang selalu mengalir.
bak ba-
bara kare-
pemujanya mabuk, tetapi kemabukan dan fine art...Saya otodidak karena itu
itu justru menyatukan mereka dengan
kehidupan, yang bersifat indah. Dalam
na Tuhan
banyak pemberontakan.”
tasan an-
ekstasis itu, individuasi dan perbedaan-
ada dima-
Lagi-lagi terpikir dalam benak saya
tara craft
dan fine
perbedaan menjadi kabur, laki-laki yang bodoh, itu adalah sebentuk
mentalitas Dionysian, seperti pada
na-mana.”
dan perempuan lebur dalam ”Ketung-
art...Saya
galan Primordial”. Bacalah sajak di atas, masa kebudayaan Yunani Kuno ja-
”...Bapak yang sesungguhnya Ibu...” man Pra Socrates. Kebudayaan yang
Seseorang yang saya ceritakan ini juga cenderung melampaui segala aturan
atau norma, mentalitas yang bebas otodidak
karena itu
mengatakan tidak mau ’mengkotakkan’
karya. Dia memberi contoh saat mem- mengikuti dorongan-dorongan hidup
banyak
buat patung kepala Budha dan seba- tanpa kenal batas. Tentunya dalam hal
gian besar orang berpendapat bahwa seseorang yang saya bicarakan ini tak
itu adalah ’craft’, tetapi ketika kemudi-
an, misalnya, peletakannya dibalik dan
bisa kita terjemahkan secara tekstual.
Terceritakan olehnya, saat berdiskusi pembe-
disemprotkan sedikit cat, maka orang seringkali dia sambil mabuk minuman
rontakan.”
224 EDISI XXX / 2010 EDISI XXX / 2010 225
WATCHER’SANECDOTES WATCHER’SANECDOTES
masing-masing. Dia senang dikritik, berkata, ”Pohon rasa adalah awal dari JAKARTA JakSel 12930; XL Photograph Jl. Mega
kritik adalah menyempurnakan. Dia kehidupan...” Engkau pasti tertawa dan Telefikom Fotografi Universitas Prof. Kuningan Kav. E4-7 No. 1 JakSel; Free-
senang karyanya diinterpretasi dan tak tawamu terpantul-pantul di lereng Dr. Moestopo (B) Jalan Hang Lekir Phot (Freeport Jakarta Photography
menyebut bahwa interpretasi adalah Merapi dengan derai-derai pinusnya... I, JakSel; Indonesia Photographer Community) PT Freeport Indonesia
balas dendam intelektual atas seni. Organization (IPO) Studio 35, Rumah Plaza 89, 1st Floor Jl. Rasuna Said Kav
Entah kenapa Susan Sontag menggu- Siddhartha Sutrisno Samsara, Jl.Bunga Mawar, no. 27, X-7 No. 6 PSFN Nothofagus (Perhim-
nakan kata balas dendam, yang bagi Jakarta punan Seni Fotografi PT Freeport
sebagian orang jadi mengerikan. Selatan 12410; Unit Seni Fotografi Indonesia) PT Freeport Indonesia
IPEBI (USFIPEBI) Komplek Perkantoran Plaza 89, 1st Floor Jl Rasuna Said Kav
Siapa yang tak terhenyak ketika dia BankIndonesia, Menara Sjafruddin- X-7 No. 6; CybiLens PT Cyberindo
mencontohkan tentang batu. Batu bisa Prawiranegara lantai 4, Jl.MH.Thamrin Aditama, Manggala Wanabakti IV, 6th
”Pohon rasa
dikencingi, batu bisa untuk pijakan No.2, Jakarta; UKM mahasiswa IBII, floor. Jl.Gatot Subroto, jakarta 10270; \
Fotografi Institut Bisnis Indonesia FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Tapa,
adalah awal dari
ketika buang air besar di sungai, batu
untuk melempar kepala orang lain, (FOBI) Kampus STIE-IBII, Jl Yos Su- Grogol. Surat menyurat: jl.Dr. Susilo 2B/
tetapi batu juga bisa dipahat untuk kehidupan...” darsoKav 87, Sunter, Jakarta Utara; 30, Grogol, Jakbar; SKRAF (Seputar
Engkau pasti
Perhimpunan Penggemar Fotografi Kamera Fikom) Universitas SAHID
diletakkan di atas altar. Banyak pemak-
Garuda Indonesia(PPFGA) PPFGA, Jl. Jl. Prof. Dr.Soepomo, SH No. 84, Jak-
naan yang bisa dilakukan akan sesuatu.
Manusia yang memberi makna pada tertawa dan Medan Merdeka SelatanNo.13, Gedung Sel 12870 One Shoot Photography
benda-benda. Katanya, ”Pemaknaan tawamu terpan- Garuda Indonesia Lt.18 ; Komunitas FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no.74,
kadang tidak harus dimaknai.” Mung- tul-pantul di Fotografi Psikologi Atma Jaya, JKT Jl.
Jendral Sudirman 51, Jakarta.Sekre-
JakPus Lasalle College Sahid Office
lereng Merapi
kin dia bermaksud bicara tentang tak Boutique Unit D-E-F\ (komp. Hotel
tariat Bersama Fakultas Psikologi Atma Sahid Jaya). Jl. Jend Sudirman Kav. 86,
dengan derai-
adanya makna yang tetap seperti yang
Jaya Ruang G. 100; Studio 51 Unver- Jakarta 1220 Jurusan Ilmu Komuni-
sering dibicarakan pemikir-pemikir
posmodern ketika bicara tentang kein-
dahan, ketika bicara tentang ”Wajah
derai pinusnya... sitas Atma Jaya, Jl. Jendral Sudirman
51, Jakarta; Perhimpunan Fotografi
kasi Universitas Al-Azhar Indonesia
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran baru,
Tarumanegara Kampus I UNTAR Blok Jak-Sel, 12110; LSPR Photography
Tuhan sebanyak ciptaannya”.
M Lt. 7 Ruang PFT. Jl. Letjen S. Parman Club London School of Public Rela-
I JakBar; Pt. Komatsu Indonesia Jl. tion Campus B (Sudirman Park Office
Hati kecil saya menyebutnya sebagai
Raya Cakung Cilincing Km. 4 Jakarta Complex) Jl. KH Mas Mansyur Kav 35
guru. Dia adalah Ismanto, saya me-
Utara 14140; LFCN (Lembaga Foto- Jakarta Pusat 10220 FOCUS NUS-
manggilnya Mas Ismanto yang ketika
grafi Candra Naya) Komplek Green ANTARA Jl. KH Hasyim Ashari No. 18,
benak saya terbolak-balik saya menu-
Ville -AW / 58-59, Jakarta Barat 11510; Jakarta; e-Studio Wisma Starpage,
liskan namanya sebagi judul menjadi
HSBC Photo Club Menara Mulia Lt. 22, Salemba Tengah No. 5, JKT 10440; Roxy
OTNAMSI. Maafkan saya Mas! Sambil
Jl. Jendral Gatoto Subroto Kav. 9-11,
Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt; Neep’s VIII No.2, Semarang 50243 SURABAYA BALI
Art Institute Jl. Cideng Barat 12BB, Himpunan Mahasiswa Penggemar Magic Wave Kubu Arcade at Kuta
Jakarta ; POIsongraphy ConocoPhil- SOLO Fotografi (HIMMARFI) Jl. Rungkut Bungalows Bloc A3/A5/A6 Jl. Benesari,
lips d/a Ratu Prabu 2 Jl.TB.Simatupang HSB (Himpunan Seni Bengawan) Harapan K / 4, Surabaya; AR TU PIC; Legian-kuta
kav 18 Jakarta 12560; NV Akademie Jl. Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Solo UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark
Janur Elok VIII Blok QG4 No.15 Kelapa 57156; Lembaga pendidikan seni dan Boulevard, Citra Raya. Surabaya 60219; MEDAN
Gading permai Jakarta 14240 design visimedia college Jl. Bhay- FISIP UNAIR JL. Airlangga 4-6, Suraba- Medan Photo Club Jl. Dolok Sanggul
angkara 72 Solo, FISIP Fotografi Club ya; Perkumpulan Senifoto Surabaya Ujung No. 4 Samping Kolam Paradiso
BANDUNG (FFC) UKM FFC (PSS), jln Basuki Rahmat 42 Surabaya. Medan, Sumatra Utara
PAF Bandung Kompleks Banceuy Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 20213 UKM FOTOGRAFI USU Jl. Per-
Permai Kav A-17,Bandung 40111; Je- Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami MALANG pustakaan no.2 Kampus USU Medan
pret Sekretariat Jepret Lt. Basement 36A 57126 Solo, Jawa Tengah MPC (Malang Photo Club) Jl. Pahla- 20155
Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha wan Trip No. 25 Malang JUFOC (Jur-
10, Bandung Spektrum (Perkumpulan YOGYAKARTA nalistik Fotografi BATAM
Unit Fotografi Unpad) jl. Raya Jati- Atmajaya Photography club Gedung Club) student Centre Lt. 2 Universi- Batam Photo Club METEOR Photo
nangor Km 21 Sumedang, Satyabodhi PUSGIWA kampus 3 UAJY, jl. babarsari tas Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Panbil Commercial Area
Kampus Universitas Pasundan Jl. Se- no. 007 yogyakarta; “UKM MATA” Aka- Tlogomas No. 246 malang, 65144; UKM Ruko Blok E no.1, lt. 3
tiabudi No 190, Bandung Air Photog- demi Seni Rupa dan Desain MSD Ja- KOMPENI (Komunitas Mahasiswa Batam 29436
raphy Communications Jalan Taman lan Taman Siswa 164 Yogyakarta 55151; Pecinta Seni) kampus STIKI (Sekolah
Pramuka 181 Bandung 40114 Unif Fotografi UGM (UFO)Gelang- Tinggi Informatika Indonesia) Malang, PADANG
gang mahasiswa UGM,Bulaksumur, Jl. Raya Tidar 100 KOMUNITAS FOTOGRAFI SINKRO
PURWOKERTO Yogya; Fotografi Jurnalistik Club Jl. Komplek Monang B/16 Lubuk Buaya
ECOLENS Sekretariat Bersama FE Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babarsari JEMBER Padang - Sumatra Barat
UNSOED, Jl HR Bunyamin No.708 Pur- Yogyakarta; FOTKOM 401 gedung UFO (United Fotografer Club) Perum
wokerto 53122 Ahmad Yani Lt.1 Kampus FISIPOL UPN taman kampus A1/16 Jember 68126, PEKANBARU
“Veteran” Jl Babasari No.1, Tambak- Jawa Timur;Univeritas Jember (UKPKM CCC (Caltex Camera Club) PT. Chevron
SEMARANG bayan, Yogyakarta, 55281; Jurusan Tegalboto) Unit Kegiatan Pers Kam- Pasific Indonesia, SCMPlanning, Main
PRISMA (UNDIP) PKM (Pusat Ke- Fotografi Fakultas Seni Media Rekam pus Mahasiswa Universitas Jember Office 229, Rumbai, Pekanbaru 28271
giatan Mahasiswa) Joglo Jl. Imam Institut Seni Indonesia Jl. Parangtritis jl. Kalimantan 1 no 35 komlek ged. PKM
Bardjo SH No. 1 Semarang 50243 Km. 6,5 Yogyakarta Kotak Pos 1210; Universitas Jember 68121 LAMPUNG
MATA Semarang Photography Club UKM Fotografi Lens Club Universitas Malahayati Photography Club Jl.
FISIP UNDIP Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Sanata Dharma Mrican Tromol Pos 29 Pramuka No. 27, Kemiling, Bandar Lam-
Semarang; DIGIMAGE STUDIO Jl. Yogyakarta 55281 pung, 35153. Lampung-Indonesia. Telp.
Setyabui 86A, Semarang Jl. Pleburan (0721) 271114
BALIKPAPAN AMBON
Total Photography Club (TPC). Performa (Perkumpulan Fotografer
ORSOSBUD - Seksi Budaya Total E&P Maluku) jl. A.M. Sangadji No. 57 Am-
Indonesie bon.(Depan Kantor Gapensi
Jl. Yos Sudorso Balikpapan kota Ambon/ Vivi Salon)
SOROWAKO
Sorowako Photographers Society
General Facilities & Serv. Dept - DP. 27,
(Town Maintenance) - Jl.
Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO
91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI SELA-
TAN
GORONTALO
Masyarakat Fotografi Gorontalo
Graha Permai Blok B-18, Jl.Rambutan,
Huangobotu,Dungingi, Kota Gorontalo