Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum
ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV,
sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga
dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental.
Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun
seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit
AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung
karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,
orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan
penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah
AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan
pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai bagian
dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu
memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah
ini dan mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara Penanggulangannya”.
Sementara untuk Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di dunia, namun kurang mendapat prioritas
dalam penanggulangannya. Data surveilans dan epidemiologi TB pada anak jarang
didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain sulitnya diagnosis TB anak,
meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak adanya standar baku definisi kasus,
dan prioritas yang kurang diberikan pada TB anak di banding TB dewasa. Setiap
tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000
kematian karena TB. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu
diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian
pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran
napas akut.

1
Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun, merupakan
kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus
TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar
140.000 orang per tahun.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan HIV/AIDS dan TBC ?

2. Bagaimana patogenesis dari HIV/AIDS dan TBC ?

3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan TBC ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apakah itu HIV/AIDS dan TBC.

2. Agar mengerti patogenesis dari HIV/AIDS dan TBC.

3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan


TBC.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk memberikan
informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda
tentang AIDS dan TBC, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit AIDS
dan TBC.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah HIV AIDS


Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada
tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS
pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease
Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis
(sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh
Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi),
termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah
terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7
anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat
Jendaral P2M dan PLP Depertemen Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998
jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 provinsi
di Indonesia. Data jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku
teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang
semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang terinfeksi
telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu
singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara.
Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS),
virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan,
social, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan
yang harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang.

3
2.2. Defiinisi Virus HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat


menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia
yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang
biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan
tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.
Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

2.3. Penyakit AIDS


AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

4
2.3.1 Bahaya AIDS
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak
sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini
belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu
orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan
penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan
mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi
akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan
meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T
manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu
retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah
asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA)
setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki
perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan
virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan
infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein
lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang
pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat
(warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tampaknya
kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-.

2.3.2 Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang
biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan,
penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang,

5
penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV
atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni
keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau
AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV.
Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-
gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan
kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan
tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara
bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV

6
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak
memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami
demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang
terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan
demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan
menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah
melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami
tensi darah rendah dan Impoten.

7
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam
penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya
adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi
virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan
dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita
penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang
mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic
inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).

2.3.3 Cara Penularan


Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal
dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI).
Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau
mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang

8
lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja
terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit
AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare
dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan
memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat
ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.

2.3.4 Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS

A. Pencegahan :
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.

9
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha
untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan
penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang
segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa
baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa menimbulkan virus AIDS.
B. Penanganan HIV/AIDS
1. Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan
untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi oportunistik tergantung pada zat-zat khusus
yang dapat menginfeksi pasien, obat antibiotik dengan dosis tinggi dan
obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah
infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah
2. Penanganan Khusus

10
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan
hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologis
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
30.000-50.000 kopi RNA/mL atau jika CD4 menurun secara dratis)
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervagina atau perabdominan, perhatikan prinsip pencegahan
infeksi).

2.3.5 Pemeriksaan Laboratorium


Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Yang pertama, enzymelinked immunosorbent assay
(ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan
memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi virus
dalam jumlah besar. Karena hasil positif-palsu dapat menimbulkan dampak
psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang, dan
apabila keduanya positif, maka dilakukan uji yang lebih spesifik, Western
blot. Uji Western blot juga dikonfirmasi dua kali. Uji ini lebih kecil
kemungkinannya memberi hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Juga dapat
terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat ELISA atau Western
blot bereaksi lemah dan agak mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal
infeksi HIV, pada infeksi yang sedang berkembang (sampai semua pita
penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau pada reaktivitas-silang
dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1. Setelah
konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan

11
pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat
penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada
tidaknya virus atau komponen virus sebelum ELISA atau Western blot
dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus,
pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV yang
menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma.
Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis,
sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan
neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-
HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan, tanpa bergantung
apakah mereka terinfeksi atau tidak.

2.4. Definisi TBC


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan
oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat
kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa
atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,
atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-temurun.

2.5. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) Tuberculosis


Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapetik (CDC, 2010c).

12
2.5.1 Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan
agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini
sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit
masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan
potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada
tanda tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat.
Namun, begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit
menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit
akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap
patogenesis.

2.5.2 Tahap Patogenesis


a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap
penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya.
Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting,
tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna
untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa
inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai
untuk identifikasi jenis penyakitnya. Masa inkubasi dari penyakit
TBC yaitu mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan 4-12
minggu.

b. Tahap penyakit dini


Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah

13
kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit
masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis
dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti:
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan-
darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

c. Tahap penyakit lanjut

Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin


bertambah berat dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga
diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan gejala:

1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi


sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi/bengek”, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2) ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan
terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara
ini akan keluar cairan nanah.
3) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.

14
d. Tahap penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
1) Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh
menjadi pulih, sehat kembali seperti keadaan sebelum menderita
penyakit.
2) Sembuh tetapi cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan
bekas gangguan yang permanen berupa cacat. Adapun yang
dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang
dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat
fungsional, cacat mental dan cacat social
3) Karier yaitu di mana tubuh penderita pulih kembali, namun
penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan
gangguan penyakit. Misalnya, jika daya tahan tubuh berkurang,
penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat
sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.
4) Kronis, yaitu perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala
penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun
tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak
menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam
keadaan sakit.
5) Meninggal dunia, yaitu terhentinya perjalanan penyakit disini,
bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia.
Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran
dan keperawatan.

e. Tahap Pascapatogenesis

Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya


perjalanan penyakit TBC yang diderita oleh sesorang dimana

15
seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik,
atau berakhir dengan kematian setelah melalui berbagai macam
tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin.

2.6. Pencegahan Penyakit TBC

Cara mencegah TB yang paling penting adalah dengan mengurangi sumber


kuman penyakit dengan mendiagnosa dan mengobati orang yang mengidap TB.
Mengurangi jumlah orang dalam masyarakat yang mengidap TB menular juga
mengurangi kemungkinan semua orang lain ketularan. Pencegahan TB melalui
tindakan kesehatan masyarakat tergantung pada faktor berikut:

 melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit aktif


 mengadakan pengujian dengan segera
 menentukan obat-obatan yang tepat
 memberikan vaksinasi BCG
 mengambil tindakan fisik untuk mengurangi jumlah kuman penyakit di
udara
 menyekat orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain
 menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya infeksi
dan penyakit TB
 menyelidiki dan mengendalikan wabah dengan segera.
 mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk meningkatkan
sistem imun agar kebal terhadap penyakit TB
 menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari
dapat masuk ke rumah untuk mencegah perkembangbiakan agen penyakit
TB

Orang yang gejalanya mengisyaratkan adanya TB sebaiknya segera menjalani


pemeriksaan medis untuk memungkinkan diagnosa dini. Orang yang mengidap
penyakit TB dapat membantu mencegah penularan orang lain dengan tetap

16
menjalani pengobatan yang ditentukan, meskipun merasa sehat. Penderita TB juga
sebaiknya menerapkan tindakan higiene yang sederhana, misalnya menutupi mulut
saat batuk atau bersin. Kalau pengobatan yang efektif sudah selesai dilakukan,
jarang saja penyakitnya kembali aktif.

Skrining dan tindak lanjut untuk orang yang berdekatan dengan pengidap TB antara
lain:

a) uji kulit tuberkulin (uji Mantoux)


b) uji Quantiferon TB-Gold (uji darah)
c) rontgen dada
d) vaksinasi BCG
e) pengobatan infeksi TB laten.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ada beberapa cara penanggulangan dan pencegahan untuk penyakit AIDS,
diantaranya adalah :
1. Pemberian pengobatan Anti Retroviral (ARV) untuk pasien terutama bila
konsentrsi virus 30.000-50.000 kopi RNA/mL atau jika CD4 menurun
secara dratis.
2. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat yang lebih berpotensi
terkena HIV/AIDS.
3. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik
pada pasien AIDS.
4. Konseling spesifik terhadap pasien yang terkena HIV, Bagi golongan
risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling untuk upaya
preventif (penggunaan kondom).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan
oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat
kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa
atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,
atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-temurun.

18
Pencegahan TB melalui tindakan kesehatan masyarakat tergantung pada faktor
berikut:

1. melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit


aktif
2. mengadakan pengujian dengan segera
3. memberikan vaksinasi BCG
4. mengambil tindakan fisik untuk mengurangi jumlah kuman penyakit
di udara
5. menyekat orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain
6. menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya
infeksi dan penyakit TB
7. menyelidiki dan mengendalikan wabah dengan segera.

19
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga.
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series.

20

Anda mungkin juga menyukai