Makalah HIV TBC
Makalah HIV TBC
PENDAHULUAN
1
Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun, merupakan
kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus
TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar
140.000 orang per tahun.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk memberikan
informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda
tentang AIDS dan TBC, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit AIDS
dan TBC.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2. Defiinisi Virus HIV
4
2.3.1 Bahaya AIDS
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak
sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini
belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu
orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan
penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan
mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi
akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan
meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T
manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu
retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah
asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA)
setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki
perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan
virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan
infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein
lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang
pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat
(warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tampaknya
kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-.
5
penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV
atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni
keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau
AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV.
Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-
gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan
kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan
tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara
bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
6
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak
memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami
demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang
terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan
demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan
menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah
melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami
tensi darah rendah dan Impoten.
7
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam
penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya
adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi
virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan
dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita
penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang
mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic
inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).
8
lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja
terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit
AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare
dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan
memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat
ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.
A. Pencegahan :
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
9
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha
untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan
penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang
segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa
baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa menimbulkan virus AIDS.
B. Penanganan HIV/AIDS
1. Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan
untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi oportunistik tergantung pada zat-zat khusus
yang dapat menginfeksi pasien, obat antibiotik dengan dosis tinggi dan
obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah
infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah
2. Penanganan Khusus
10
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan
hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologis
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
30.000-50.000 kopi RNA/mL atau jika CD4 menurun secara dratis)
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervagina atau perabdominan, perhatikan prinsip pencegahan
infeksi).
11
pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat
penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada
tidaknya virus atau komponen virus sebelum ELISA atau Western blot
dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus,
pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV yang
menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma.
Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis,
sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan
neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-
HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan, tanpa bergantung
apakah mereka terinfeksi atau tidak.
12
2.5.1 Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan
agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini
sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit
masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan
potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada
tanda tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat.
Namun, begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit
menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit
akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap
patogenesis.
13
kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit
masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis
dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti:
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan-
darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
14
d. Tahap penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
1) Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh
menjadi pulih, sehat kembali seperti keadaan sebelum menderita
penyakit.
2) Sembuh tetapi cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan
bekas gangguan yang permanen berupa cacat. Adapun yang
dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang
dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat
fungsional, cacat mental dan cacat social
3) Karier yaitu di mana tubuh penderita pulih kembali, namun
penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan
gangguan penyakit. Misalnya, jika daya tahan tubuh berkurang,
penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat
sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.
4) Kronis, yaitu perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala
penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun
tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak
menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam
keadaan sakit.
5) Meninggal dunia, yaitu terhentinya perjalanan penyakit disini,
bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia.
Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran
dan keperawatan.
e. Tahap Pascapatogenesis
15
seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik,
atau berakhir dengan kematian setelah melalui berbagai macam
tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin.
16
menjalani pengobatan yang ditentukan, meskipun merasa sehat. Penderita TB juga
sebaiknya menerapkan tindakan higiene yang sederhana, misalnya menutupi mulut
saat batuk atau bersin. Kalau pengobatan yang efektif sudah selesai dilakukan,
jarang saja penyakitnya kembali aktif.
Skrining dan tindak lanjut untuk orang yang berdekatan dengan pengidap TB antara
lain:
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ada beberapa cara penanggulangan dan pencegahan untuk penyakit AIDS,
diantaranya adalah :
1. Pemberian pengobatan Anti Retroviral (ARV) untuk pasien terutama bila
konsentrsi virus 30.000-50.000 kopi RNA/mL atau jika CD4 menurun
secara dratis.
2. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat yang lebih berpotensi
terkena HIV/AIDS.
3. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik
pada pasien AIDS.
4. Konseling spesifik terhadap pasien yang terkena HIV, Bagi golongan
risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling untuk upaya
preventif (penggunaan kondom).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa ditularkan
oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air yang sangat
kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk, bersin, tertawa
atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda, sehingga tidak perlu
dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri (misalnya sendok-garpu, gelas,
atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-temurun.
18
Pencegahan TB melalui tindakan kesehatan masyarakat tergantung pada faktor
berikut:
19
DAFTAR PUSTAKA
20