7 Comments
by M.Nuruddin
Pendahuluan
Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi, penggunaan bahan serta
peralatan yang lebih komplek, namun sering kali berakibat buruk baik terhadap manusia
maupun lingkungan.
Ditempat kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor
fisika, kimia, biologi, ergonomi serta psikologi.
Kebisingan merupakan sumber bahaya dari faktor fisika di tempat kerja, yang sumber bahaya
tersebut perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif bagi tenaga kerja.
Pengertian Kebisingan
Masalah kebisingan tidak hanya merupakan masalah di tempat kerja saja, teapi juga di sekitar
kita seperti suara pesawat terbang, suara senapan, dll.
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang tidak dikehendaki yang
sifatnya mengganngu dan menurunkan daya dengar seseorang (WHS, 1993).
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang telinga.
Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga luar.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di
telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi
gelombang saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak.
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan
dihantarkan ke jendela oval.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai
20.000 Hz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena sel rambut yang
rusak tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut progresif dan
berkurangnya pendengaran
Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti suara lalu lintas,
suara pesawat terbang
3, Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu yang
cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan, mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang sama
seperti suara mesin tempa.
Sumber Kebisingan
Gambar di bawah adalah ilustrasi sumber kebisingan
Di Indonesia penelitian tentang gangguan pendengaran akibat bising telah banyak dilakukan
sejak lama. Survai yang dilakukan oleh Hendarmin dalam tahun yang sama pada
Manufacturing Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil terdapat
gangguan pendengaran pada 50% jumlah karyawan disertai peningkatan ambang dengar
sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10
tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Hendarmin dan Hadjar tahun 1971, mendapatkan hasil
bising jalan raya (Jl.MH.Thamrin, Jakarta) sebesar 95 dB lebih pada jam sibuk.
Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta, mendapatkan 31,55 %
pekerja menderita tuli akibat bising, dengan intensitas bising antara 85 – 105 dB, dengan
masa kerja rata-rata 8,99 tahun.
Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan kayu lapis Jawa Barat
mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas bising lingkungan antara 84,9 – 108,2 dB.
Purnama pada penelitian dampak pajanan bising bajaj pada pengemudinya mendapatkan 26
dari 32 pengemudi mengalami tuli akibat bising, 14 pengemudi mengalami tuli akibat bising
tahap awal dan 12 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap lanjut. Rerata intensitas
bising bajaj pada kelompok kasus tersebut adalah 101,42 dB dengan lama pajanan kerja
12,37 tahun dan 98,5 dB pada kelompok kontrol dengan lama pajanan kerja 8 tahun.
Bashiruddin pada penelitian pengaruh bising dan getaran pada fungsi keseimbangan dan
pendengaran mendapatkan rerata intensitas bising bajaj pada beberapa frekuensi adalah 90
dB dengan intensitas maksimum 98 dB dan serata akselerasi getar adalah 4,2 m/dt. Hal ini
melebihi nilai ambang batas bising dan getaran yang diperkanankan.
Kombinasi antara bising alat transportasi dengan sistem suspensi dan gas buang yang buruk
seperti bajaj dan bising jalan raya menyebabkan risiko gangguan pendengaran pengemudi
kendaraan tersebut menjadi lebih tinggi
GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena itu tempat kerja yang
melebihi NAB harus menerapkan Program Konservasi Pendengaran / Hearing Conservation
Program (HCP).
Program Konservasi Pendengaran meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan
2. Audiometri Test
3. Pengendalian Kebisingan
4. Alat Pelindung Diri
5. Training Motivasi
6. Pemeliharaan Catatan / record
Pemantauan Kebisingan :
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level Meter (SLM)
dan untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.
Sound Level Meter
Gambar diatas adalah Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal monitoring
kebisingan.
Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah identifikasi bahaya
apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin atau aktifitas pekerjaan yang dapat
menimbulkan kebisingan, bisa juga dengan melakukan Work Through Survey yaitu survey ke
tempat kerja dan melakukan identifikasi bahaya.
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM, perlu diketahui bahwa
noise adalah menggunakan fungsi logaritma, karena rentang pendengaran manusia sangat
lebar dengan satuan desible (db).
Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal monitoring,
bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.
Pengendalian Kebisingan
Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalh dengan melakukan
pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi, subtitusi, engineering,
administrasi.
Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan dengan efek kebisingan
paling rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat
banyak pekerja disana.
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang peredam jika perlu total
enclosure / partial enclosure.
Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate), secara
prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :
Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%, dengan
mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat, sehingga rumus
diatas menjadi
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%]
Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan pelindung ganda
yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan
– pilih NRR terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus :
Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan pelatihan
penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan Alat Pelindung
Pendengaran
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung Pendengaran adalah :
1. Dapat melindungi pekerja dari kebisingan
2. Nyaman diapakai dan efisien
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang lainnya misal helm dan kacamata
3. Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat menimbulkan
bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat atau sirene tanda bahaya.
Training Motivasi
Berikan penjelasan ke karyawan tentang akibat kebisingan serta bagaimana cara
mencegahnya, buktikan bahwa tidak ada orang yang kebal terhadap kebisingan dengan
memberikan data catatan rekam medis audiometri serta data pengukuran area kerja.
Pelatihan dengan metoda visualisasi adalah cara yang efektif untuk menjelaskan ke
karyawan.
Pemeliharaan Catatan
Pelihara data pengukuran area kerja, audiometri test karyawan dan evaluasi secara berkala.
Lakukan upaya teknis untuk area kerja yang memiliki tingkat kebisingan melebihi NAB.
[NRD @2012]