Anda di halaman 1dari 14

STRATIGRAFI KOTA KENDARI

A. Letak Geografis Kota Kendari

Wilayah Kota Kendari secara geografis terletak pada 30 54’ 30”-40 3’ 11”

Lintang Selatan dan 1220 23’-1220 39’ Bujur Timur. Berdasarkan Gambar 1,

secara administratif Kota Kendari berbatasan dengan (Anonim, 2016) :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia dan Kecamatan

Sampara (Kabupaten Konawe).

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo (Kabupaten Konawe

Selatan).

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara (Kabupaten Konawe),

Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan Konda (Kabupaten Konawe Selatan).

1
2

Gambar 1. Peta administrasi Kota Kendari


3

B. Geologi Regional Kota Kendari

1. Geomorfologi

Secara regional daerah penelitian termasuk dalam lembar peta Lasusua-

Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau Sulawesi. Morfologi lembar

Lasusua-Kendari dapat dibedakan menjadi empat satuan, yaitu pegunungan,

perbukitan, kars dan daratan rendah (Rusmana, dkk., 1993). Pegunungan

menempati bagian tengah dan barat lembar, perbukitan tardapat pada bagian

barat dan timur. Morfologi kars terdapat dipegunungan Matarombeo dan di

bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.

Satuan perbukitan umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan

ketinggian sekitar 75-750 meter di atas permukaan laut. Puncak yang terdapat

pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 meter) dan beberapa puncak

lainnya yang tidak memiliki nama. Sungai di daerah ini umumnya berpola aliran

meranting (dendritik). Dataran rendah terdapat di daerah pantai dan sepanjang

aliran sungai besar dan muaranya, seperi Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan

Aalaa Lasolo (Rusmana, dkk., 1993).

2. Struktur Geologi

Struktur geologi yang dijumpai pada lembar Lasusua-Kendari adalah

sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusannya relatif berarah baratlaut-tenggara

searah dengan sesar lasolo. Berupa sesar geser mengiri yang diduga masih aktif

hingga sekarang. Sesar tersebut ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif
4

kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1993). Sesar naik ditemukan di

Daerah Wawo sebelah barat Tampakura dan di Tanjang Labuandala

sebelah selatan Sesar Lasolo yaitu beranjaknya batuan ofiolit ke atas batuan

malihan Mekongga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Jenis sesar lain yang

dijumpai adalah sesar bongkah. Sesar Lasolo berarah baratlaut-tenggara,

membagi Lembar Lasusua-Kendari menjadi dua bagian. Sebelah timurlaut sesar

disebut Lajur Tinondo, dicirikan dengan batuan asal paparan benua.

Pada Kala Miosen Tengah, Lajur Hialu terdorong oleh benua kecil

Bangai-Sula yang bergerak ke arah barat, yang menyebabkan tersesarkannya

Lajur Hialu di atas Lajur Tinondo, yang kemudian diikuti oleh sesar bongkah.

Jenis lipatan berupa lipatan antiklin. Kekar terdapat pada semua jenis batuan.

Pada batu gamping, kekar ini tampak teratur membentuk kelurusan. Kekar pada

batuan beku umumnya menunjukan arah tak beraturan. Pada Kala Miosen Akhir

sampai pliosen pengangkatan kembali berlangsung, dimana pada pantai timur dan

tenggara lembar dicirikan dengan undak-undak pantai dan sungai serta

pertumbuhan koral (Rusmana, dkk., 1993).


5

Gambar 2. Peta geologi Kota Kendari. (Sumber : Sitti Lasmi Manginsih, 2016)
6

Secara geologi, persebaran dan jenis batuan yang terdapat di Kota Kendari

adalah (Endhartodan Surono, 1991):

a. Batu pasir, kuarsit, serpih hitam batu sabak, batu gamping dan batu lanau

tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga sebelahutara

sampai perbatasan dengan Kecamatan Soropia, tepatnya di kawasan Hutan

Raya Murhum.

b. Endapan alluvial pasir, lempung dan lumpur tersebar dipesisir pantai Teluk

Kendari dan disekitar sungai-sungai yang mengalir di Kota Kendari.

c. Batu gamping, koral dan batu pasir yang tersebar di pulau Bungkutoko,

pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan

Mandonga kearah barat laut yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam

Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.

d. Konglomerat dan batu pasir tersebar disepanjang kiri kanan jalan poros antara

kota Lama dengan Tugu Simpang Tiga Mandonga, bagian tengah Kecamatan

Mandonga dan bagian barat Kecamatan Baruga serta bagian tengah

Kecamatan Poasia sampai kearah selatan, yaitu kawasan rencana kompleks

perkantoran 1.000 Ha ke arah pegunungan Nanga-Nanga.

e. Filit, batu sabak, batu pasir, malik, kuarsa kalsiulit, napal, batu lumpur dan

kalkarenit lempung tersebar di arah tenggara Kecamatan Poasia tepatnya di

Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan

Tobimeita, Kelurahan Benuanirae dan Kelurahan Anggoeya.


7

f. Konglomerat, batu pasir, batu lanau dan batu lempung tersebar di Kecamatan

Poasia bagian timur yaitu di Kelurahan Petoaha, Kelurahan Sambuli dan

Kelurahan Nambo serta sebagian Kelurahan Tondonggeu.

g. Batu gamping, batu pasir dan batu lempung tersebar dibagian barat

Kecamatan Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan Kecamatan

Sampara dan Kecamatan Ranometo.

C. Gelombang Seismik

Gelombang seismik adalah gelombang elastis yang merambat di dalam

bumi, sehingga pada penjalarannya gelombang seismik memerlukan medium

untuk merambat (Young and Freedman, 2003). Gelombang elastis yang menjalar

di dalam medium seperti gelombang suara dapat juga dikategorikan sebagai

gelombang seismik. Gelombang seismik sering timbul akibat adanya gempabumi

atau ledakan. Gelombang seismik diukur dengan menggunakan alat seismometer.

Gelombang seismik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gelombang badan dan

gelombang permukaan (Bath,1979).

1. Gelombang Badan (body wave)

Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam medium elastis

dan arah perambatannya ke seluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak

partikel pada media dan arah penjalarannya, gelombang ini dapat dibedakan

menjadi gelombang P dan gelombang S. Kegunaan gelombang P dan S dalam

ilmu kegempaan adalah untuk menentukan posisi episenter gempa. Amplitudo

gelombang P juga digunakan dalam perhitungan magnitudo gempa.


8

a. Gelombang P (pressure wave)

Gelombang P atau gelombang longitudinal dapat menjalar melalui segala

medium (padat, cair dan gas). Gerakan partikel medium yang dilewati gelombang

ini adalah searah dengan arah penjalaran gelombang (Gambar 3). Oleh karena

waktu penjalaran gelombang P lebih cepat daripada gelombang S, maka

gelombang P merupakan gelombang yang pertama tiba pada detektor gempa.

Kecepatan penjalaran gelombang P dapat dinyatakan dengan persamaan dilatasi

(Ibrahim dan Subardjo, 2005):

 2
     2   2 (1)
t 2

dengan menganalogikan persamaan (1) dengan bentuk umum persamaan

gelombang :

1  2
  2 (2)
v t
2 2

maka didapatkan persamaan kecepatan gelombang P :

0,5
   2 
Vp    (3)
  

dimana V p adalah kecepatan gelombang P,  modulus rigiditas,  densitas

material yang dilalui gelombang,  displcement dilatasi,  konstanta Lame dan

 potensial displacement rotasi.


9

Compressions Undisturbed medium

Dilatations
Gambar 3. Penjalaran gelombang P (Elnashai dan Sarno, 2008)

b. Gelombang S (shear wave)

Gelombang S atau gelombang transversal memiliki arah gerakan yang

tegak lurus dengan arah perambatan gelombang (Gambar 4). Gelombang S

merambat di sela-sela bebatuan dan bergantung pada medium yang dilaluinya.

Gelombang ini hanya dapat menjalar melalui medium padat karena cairan dan gas

tidak punya daya elastisitas untuk kembali ke bentuk asal. Waktu penjalaran

gelombang S lebih lambat dari gelombang P (Ibrahim dan Subardjo, 2005).

Undisturbed medium

Double amplitude

Wavelength

Gambar 4. Penjalaran gelombang S (Elnashai dan Sarno, 2008)


10

Kecepatan gelombang S dapat diperlihatkan dengan didasarkan pada

persamaan gerak rotasi:

 2
   2 (4)
t 2

dengan menganalogikan persamaan (4) dengan persamaan umum gelombang :

1  2  2
 (5)
v 2  t 2  x2

maka diperoleh persamaan kecepatan gelombang S:

0,5

Vs   
 (6)

dimana Vs adalah kecepatan gelombang S,  modulus rigiditas,  densitas

material yang dilalui gelombang,  displcement dilatasi,  konstanta Lame dan 

potensial displacement rotasi.

Gelombang S dibagi menjadi dua bagian (Bath, 1979), yaitu :

1). Gelombang SV adalah gelombang S yang gerakan partikelnya terpolarisasi

pada bidang vertical.

2). Gelombang SH adalah gelombang S yang gerakan partikelnya terpolarisasi

horisontal.

2. Gelombang Permukaan

Gelombang permukaan adalah gelombang elastik yang menjalar sepanjang

permukaan bumi. Gelombang ini memiliki frekuensi yang lebih rendah

dibandingkan dengan gelombang badan, sehingga gelombang permukaan


11

berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan dari pada gelombang badan.

Amplitudo gelombang permukaan akan mengecil dengan cepat terhadap

kedalaman. Hal ini diakibatkan oleh adanya dispersi pada gelombang permukaan,

yaitu penguraian gelombang berdasarkan panjang gelombangnya sepanjang

perambatan gelombang. Gelombang permukaan dibagi menjadi dua jenis, yaitu

Gelombang Love dan Gelombang Rayleigh (Ibrahim dan Subardjo, 2005).

a. Gelombang Love

Gelombang Love adalah gelombang geser (S-wave) yang terpolarisasi

secara horisontal dan tidak menghasilkan perpindahan vertikal (Gambar 5).

Gelombang Love merambat pada permukaan bebas medium berlapis dengan

gerak partikel seperti gelombang SH. Kecepatan merambat gelombang Love

selalu lebih kecil dari gelombang P, dan umumnya lebih lambat dari gelombang S.

Undisturbed medium

Gambar 5. Penjalaran gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang Love terbentuk karena adanya interferensi konstruktif dari

gelombang SH pada permukaan bebas. Awal gelombang terbentuk ketika


12

gelombang SH yang datang membentur permukaan bebas pada sudut poskritis

sehingga energi terperangkap pada lapisan tersebut. Secara ringkas, pembentukan

gelombang Love sebagaimana ditunjukan pada Gambar 6.

1
rβ1=√ - p2
β11

μ1 β1

μ2 β2

Keterangan:
1 H : Ketebalan Lapisan
rβ2=√ - p2 SHJ : Gelombang datang
β12 SHR : Gelombang SH refleksi
SHT : Gelombang SH transmisi

Gambar 6. Pembentukan gelombang Love (Lay dan Wallace, 1995)

Gelombang SH berulang-ulang memantul pada lapisan X1. Awalnya,

gelombang SH datang pada bidang X3= 0 (permukaan bebas), kemudian

memantul pada bidang X3= H. Untuk 1  2 , sudut kritis J c  sin 1  1  2  akan

melebihi reverberasi SH yang terperangkap pada lapisan J i  J c .

b. Gelombang Rayleigh

Gelombang Rayleigh menjalar pada permukaan bebas pada medium

berlapis maupun medium homogen dengan gerakan partikel berbentuk elips

vertikal, yang sejajar dengan arah gerak gelombang (Gambar.7). Oleh karena

menjalar di permukaan bumi, maka amplitudo gelombang Rayleigh akan

berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Pada saat gempabumi besar,


13

gelombang Rayleigh terlihat pada permukaan tanah yang bergerak ke atas dan ke

bawah. Kecepatan merambat gelombang Rayleigh lebih lambat daripada

gelombang Love.

Gerakan pertikel gelombang Rayleigh adalah vertikal, sehingga

gelombang Rayleigh hanya ditemukan pada komponen vertikal seismogram.

Disebabkan karena gelombang Rayleigh adalah gelombang permukaan, maka

sumber yang lebih dekat dengan permukaan akan menimbulkan gelombang

Rayleigh yang lebih kuat dibandingkan sumber yang terletak di dalam bumi (Lay

dan Wallace,1995).

Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang dispersif dengan periode

yang lebih panjang akan mencapai material yang lebih dalam dan sampai sebelum

periode pendek. Hal ini menjadikan gelombang Rayleigh sebagai alat yang sesuai

untuk menentukan struktur keras tidaknya suatu lokasi.

Undisturbed medium

Gambar 7. Penjalaran gelombang Rayleigh (Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang Rayleigh yang menjalar pada permukaan medium homogen

(tidak berlapis) tidak mengalami dispersi. Dalam hal ini gelombang dengan
14

frekuensi rendah menjalar lebih lambat daripada kecepatan gelombang dengan

frekuensi yang lebih tinggi, sehingga gelombang akan mengalami dispersi dan

berubah bentuk sepanjang penjalarannya. Gelombang Rayleigh terbentuk karena

adanya interaksi antara gelombang SV dan P pada permukaan bebas yang

kemudian merambat secara paralel terhadap permukaan.

PR
X1

SVI SVR
β
jc =sin-1
α
X3

X1
SV P

X3
Gambar 8. Pembentukan gelombang Rayleigh (Lay dan Wallace, 1995)

Berdasarkan Gambar 8, secara ringkas pembentukan gelombang Rayleigh

adalah :

1). Gelombang SV poskritis datang pada permukaan bebas menimbulkan

gelombang P yang merambat sepanjang bidang batas sebagaimana halnya

refleksi SV.

2). Gelombang P dan SV secara simultan menyebabkan energi gelombang

menjalar secara horisontal sepanjang permukaan bebas yang akibatnya

menghasilkan gelombang permukaan yang disebut sebagai gelombang

Rayleigh.

Anda mungkin juga menyukai