Anda di halaman 1dari 16

STABILISASI TANAH

OLEH :

NAMA : SAKINATUN NAJMI SIBARANI


NIM : 5153111042

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam dunia geoteknik, tanah merupakan salah satu unsur penting yang
pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik
sipil baik sebagai bahan bangunan maupun sebagai pendukung pondasi dari
bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan bahan organik dapat didefenisikan sebagai material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia)
satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut (Das, 1998). Oleh karena itu tanah memiliki pengaruh
yang cukup besar terhadap perencanaan suatu konstruksi.

Tanah berguna sebagai bahan konstruksi pada berbagai macam pekerjaan


Teknik Sipil dan sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Oleh karena itu,
penelitian terhadap tanah sangatlah dibutuhkan untuk menjamin stabilitas bangunan
karena kekuatan struktur secara langsung akan dipengaruhi oleh kemampuan tanah
dasar atau pondasi setempat dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja.
Subgrade adalah lapisan tanah dasar. Lapisan ini setebal 50-100 cm dimana akan
diletakkan pada lapisan pondasi bawah perkerasan jalan.

Menurut Sudjianto (2006), lempung yang memiliki fluktuasi kembang susut


tinggi disebut lempung ekspansif. Bila suatu konstruksi dibangun diatas tanah
ekspansif maka akan terjadi kerusakan-kerusakan antara lain retakan pada perkerasan
jalan dan jembatan, terangkatnya struktur plat, kerusakan jaringan pipa, longsoran,
dan sebagainya.

Dalampembangunanperkerasan jalan,stabilisasi tanah didefinisikan sebagai


perbaikan material jalan lokal yang ada, dengan cara stabilisasi mekanis atau dengan
cara menambahkan suatu bahan tambah kedalam tanah. Dalam perancangan
perkerasan jalan, kualitas setiap lapisan pembentuk perkerasan harus memenuhi
STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 2
syarat tertentu. Setiap komponen lapis perkerasan harus mampu menahan geseran
,lendutan berlebihan yang menyebabkan retaknya lapisan diatasnya dan mencegah
deformasi permanen yang berlebihan akibat memadatnya material penyusun. Jika
material tanah distabilisasi, maka kualitasnya menjadi bertambah, dan kemampuan
lapisan tersebut dalam mendistribusikan beban ke area yang lebih luas juga
bertambah, sehingga mereduksi tebal lapisan perkerasan yang dibutuhkan.

Proses produksi di pabrik gula pada umumnya menggunakan ampas tebu


kering sebagai bahan bakar. Pembakaran ampas tebu menyisakan limbah berupa abu
ampas tebu. Abu ampas tebu ini selama ini pemanfaatannya masih sering diabaikan,
padahal di dalamnya terkandung senyawa silika yang cukup tinggi. Senyawa silika
pada kondisi yang sesuai dapat bereaksi dengan kapur membentuk kalsium silika
hidrat. Abu ampas tebu dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki tanah lempung yang
memiliki sifat kurang bersahabat terhadap struktur jalan. Permasalahan tanah lempung
yang sering muncul yaitu pada saat musim hujan tanah lempung menjadi lembek dan
kuat dukungnya rendah, sedangkan pada saat musim kemarau tanah menjadi keras
tetapi retak-retak akibat penyusutan. Jika tanah lempung asli dijadikan sebagai
subgrade jalan maka struktur perkerasan jalannya menjadi mudah retak, amblas dan
bergelombang.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
menstabilkan tanah dengan meningkatkan daya dukung tanah lempung asli. Menurut
Ingles dan Metcalf, salah satu cara stabilisasi tanah lempung ekspansif yang efektif
adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu. Penambahan bahan kimia dapat
mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi kembang susut
lempung ekspansif (Sudjianto,2006)

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 3


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara menstabilisasi tanah lempung dengan penambahan abu ampas


tebu dan kapur untuk subgrade jalan ?
2. Apakah abu ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara menstabilisasi tanah lempung dengan penambahan abu


ampas tebu dan kapur untuk subgrade jalan
2. Untuk mengetahui apakah abu ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan
stabilisasi tanah

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 4


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI

A. Stabilisasi Tanah

Dalam pengertian luas,yang dimaksud stabilisasi tanah adalah pencampuran


tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau stabilisasi
tanah juga dapat diartikan usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis
tanah agar memenuhi syarat teknistertentu ( Hardiatmo,1992).

Menurut Ingles dan Metcalf, salah satu stabilisasi tanah ekspansif yang murah
dan efektif adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu, dengan penambahan
bahan kimia dapat mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi
kembang susut tanah lempung ekspansif ( Sudjianto, 2006)

B. Lempung Ekspansif
Lempung ekspansif merupakan lempung yang memiliki sifat khas yakni
kandungan mineral ekspansif yang mempunyai kapasitas pertukaran ion tinggi,
sehingga lempung ekspansif memiliki potensi kembang susut tinggi, apabila terjadi
perubahan kadar air. Pada peningkatan kadar air, tanah ekspansif akan mengembang
disertai dengan peningkatan air pori dan timbulnya tekanan kembang. Bila kadar air
berkurang sampai batas susutnya, akan terjadi penyusutan. Sifat kembang susut yang
demikian bisa menimbulkan kerusakan pada bangunan (Hardiyatmo, 2006)

C. Abu Ampas Tebu


Industri pembuatan gula yang menggunakan tanaman tebu sebagai bahan
utamanya menghasilkan limbah yangdisebut ampas tebu. Ampas tebu kering banyak
digunakan sebagai bahan bakar pada proses produksi gula.Pembakaran ampas tebu
tersebut menyisakan abu ampas tebu. Abu ampas tebu ini mengandung silika yang
cukuptinggi sehingga sangat menguntungkan karena pada kondisi yang sesuai dapat
bereaksi dengan kapur membentuk calsium silika hidrat.Abu ampas tebu

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 5


dimanfaatkan untukmemperbaiki tanah lempung yang memiliki sifat kurang
bersahabat terhadap struktur jalan.

D. Kapur
Kapur adalah salah satu bahan yang dipakai untuk stabilisasi tanah. Bahan ini
mudah didapat karena banyak dipasaran dan diproduksi secara besar-besaran. Kapur
merupakan hasil endapan kerangka binatang yang hidup dilautan dan berlangsung
hingga jutaan tahun. Oleh karena proses geologi terjadilah pergerakan kulit bumi dan
endapan ini terangkat keatas permukaan laut. Oleh peristiwa alam lainnya batuan ini
kemudian dapat ditemui dalam berbagai bentuk mulai dari yang keras seperti marmer
sampai yang keropos atau ringan, tergantung usia batuan ini.

2.2 STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN PENAMBAHAN ABU AMPAS


TEBU DAN KAPUR UNTUK SUBGRADE JALAN

Tanah di wilayah Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen


merupakan tanah yang kurang bersahabat bagikonstruksi. Masalah tanah ini adalah
bahwa pada musim kemarau retak-retak dan keras sedangkan pada musim hujan
lembek, lengket, dan kuat dukungnya rendah. Hal ini menyebabkan sering rusaknya
struktur jalan jika tanah tersebut digunakan sebagai subgrade. Menurut Wiqoyah
(2003) tanah Desa Jono, kecamatan Tanon ini merupakan tanah lempung dengan
persentase 94,13% lolos saringan Nomor 200, batas cair (LL) = 88,03% , indeks
plastisitas (IP) = 49,44%. Berdasarkan metode AmericanAssociation Of State
Highway And Transportation Officials (AASHTO), tanah lempung kecamatan Tanon
termasuk dalam kelompok A-7-5 dan berdasarkan klasifikasi Unified Soil
Classification System (USCS) termasuk ke dalam kelompok CH yaitu lempung
anorganik dengan plastisitas tinggi. Untuk menangani permasalahan di atas
diperlukan usaha-usaha untuk memperbaiki karakteristik tanah lempung Tanon agar
layak digunakan sebagai pendukung konstruksi, salah satu caranya adalah dengan
distabilisasi.
Stabilisasi tanah merupakan perbaikan tanah yang memungkinkan tanah
tersebut menjadi lebih baik sehingga secara teknis tanah memenuhi syarat untuk dapat
digunakan sebagai subgrade jalan.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 6


Industri pembuatan gula yang menggunakan tanaman tebu sebagai bahan
utamanya menghasilkan limbah yang disebut ampas tebu. Ampas tebu kering banyak
digunakan sebagai bahan bakar pada proses produksi gula. Pembakaran ampas tebu
tersebut menyisakan abu ampas tebu. Abu ampas tebu ini mengandung silika yang
cukup tinggi sehingga sangat menguntungkan karena pada kondisi yang sesuai dapat
bereaksi dengan kapur membentuk calsium silika hidrat. Penelitian yang berupa
serangkaian pemeriksaan dan pengujian di laboratorium guna mencari solusi terhadap
permasalahan tanah lempung Tanon dengan mencampurnya dengan kapur 8 % dan
abu ampas tebu dengan variasi 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15% dari berat sampel tanah
yang bertujuan untuk memperbaiki karakterisik fisis dan kuat dukungnya.

1. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melaksanakan serangkaian
pemeriksaan dan pengujian tanah dilaboraturium. Pelaksanaan penelitian dimulai dari
pengambilan sampel tanah dari Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen dan
abu ampas tebu dari pabrik gula Tasik Madu,Karanganyar. Tanah kemudian
dikondisikan sedemikian rupa sehingga kering udara dan dibuat lolos saringan No.
4dengan cara dipukul-pukul memakai palu karet atau kayu.
Selanjutnya dilakukan pencampuran sampel tanah dengan kapur 8% dan abu
ampas tebu dengan variasi 0%, 3%,6%, 9%, 12%, 15% dari berat sampel tanah dan
diperam selama 24 jam. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian sifat fisis tanah
campuran yang terdiri dari Atterberg limit yaitu batas cair (LL), batas plastis (PL),
batas susut (SL), specific gravity dan gradasi butiran untuk masing – masing variasi.
Selanjutnya dilakukan uji standard Proctor dengan tujuan untuk mencari kadar air
optimum dan berat volume kering maksimum masing – masing variasi sampel. Hasil
pengujian karakteristik fisis digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi tanah.
Kemudian dilanjutkan dengan pengujian CBR rendaman terhadap masing – masing
variasi persentase abu ampas tebu dengan kadar air optimum ( opt w ) hasil uji
standard Proctor dengan waktu perawatan selama 3 hari.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 7


2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji batas-batas Atterberg yang dilakukan adalah uji batas cair (LL), batas
plastis (PL) dan batas susut (SL). Nilai indeks plastisitas (PI) dihitung berdasarkan
nilai LL dan PL. Pengaruh penambahan persentase abu ampas tebu terhadap nilai
batas-batas Atterberg ditunjukkan pada Tabel 2 dan besarnya perubahan penambahan
persentase abu ampas tebu terhadap nilai batas Atterberg ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik hubungan antara batas Atterberg dengan persentase


abu ampas tebu + kapur 8%.

Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai batas cair (LL) tanah campuran ini
cenderung mengalami penurunan. Semakin besar persentase abu ampas tebu, maka
semakin kecil batas cairnya. Pada tanah asli batas cair mencapai 88,03% sedangkan
nilai batas cair terendah pada penambahan abu ampas tebu 15 % sebesar 39,00 %. Hal
ini disebabkan tanah mengalami proses sementasi oleh kapur + abu sekam padi

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 8


sehingga tanah menjadi butiran yang lebih besar yang menjadikan gaya tarik menarik
antar partikel dalam tanah menurun.

Nilai batas plastis (PL) tanah ditambah 8% kapur lebih besar dibandingkan
tanah asli, tetapi seiring bertambahnya persentase abu ampas tebu nilai batas plastis
mengalami penurunan. Nilai batas plastis tanah asli menunjukkan 38,58 % dan pada
penambahan abu ampas tebu 15 % menunjukkan nilai sebesar 34,62 %. Hal ini juga
disebabkan karena adanya proses sementasi pada butiran tanah oleh kapur dan abu
ampas tebu.

Gambar 1 juga menunjukkan bahwa batas susut (SL) cenderung meningkat


seiring dengan penambahan abu ampas tebu. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
sementasi butiran tanah oleh kapur dan abu ampas tebu, yang pada awalnya
butirannya kecil menjadi butiran yang lebih besar sehingga luas permukaan spesifik
butiran akan semakin kecil, sehingga jika terjadi perubahan kadar air volume tidak
mengalami pengembangan dan penyusutan.Sedangkan nilai indeks plastis cenderung
mengalami penurunan karena menurunnya nilai batas cair dan batas plastis.
Penurunan nilai batas cair lebih signifikan dibandingkan dengan penurunan yang
terjadi pada batas plastis, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan indeks
plastisitas.

Penurunan indeks plastisitas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik hubungan antara persentase penambahan abu ampas tebu dan nilai IP

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 9


Berdasarkan pengujian analisa saringan dilakukan perhitungan untuk
mengetahui persentase butiran halus atau fraksi yang lolos saringan No 200.
Persentase butiran halus untuk masing-masing variasi penambahan abu ampas tebu
dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 3. Grafik Hubungan antara persentase penambahan abu ampas tebu dengan
persentase butiran halus

Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa penambahan abu ampas tebu


menyebabkan penurunan fraksi halus, hal ini disebabkan oleh adanya proses sementasi oleh
kapur + abu ampas tebu yang mengakibatkan butiran menjadi lebih besar sehingga fraksi
yang lolos saringan no. 200 semakin sedikit.Berdasarkan karakteristik fisisnya tanah
campuran diklasifikasikan dengan sistem AASHTO.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 10


Klasifikasi tanah campuran dapat dilihat pada Tabel 4.

Klasifikasi tanah campuran untuk penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 0%


termasuk kedalam kelompok A-5,merupakan tanah berlanau dengan penilaian umum sebagai
tanah dasar buruk sampai sedang. Kemudian setelah distabilisasi dengan kapur 8% + abu
ampas tebu 15% klaifikasinya semakin baik, termasuk ke dalam kelompok A-2-4, merupakan
kerikil berlanau atau berlempung dan pasir, dengan penilaian umum sebagai tanah dasar baik
sampai sangat baik.
Pengujian pemadatan standard Proctor dilakukan untuk mendapatkan nilai berat isi kering
maksimum dan kadar air optimum. Kadar air optimum yang diperoleh dari pengujian ini akan
digunakan sebagai pijakan dalam pembuatan sampel untuk pengujian selanjutnya yaitu
pengujian CBR laboraturium rendaman.

Hasil uji standard Proctor yang berupa berat isi kering maksimum dan kadar air optimum
dapat dilihat pada Tabel 5.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 11


Gambar 4. Hubungan antara persentase penambahan abu ampas tebu + kapur 8%
dengan berat volume maximum.

Gambar 4. menunjukkan bahwa dengan penambahan abu ampas tebu nilai berat isi
kering maksimum cenderung meningkat. Besarnya nilai berat isi kering maksimum pada atau
tanah asli adalah 1,315 gr/cm3, namun pada penambahan kapur 8% mengalami penurunan
yaitu menjadi 1,16 gr/cm3 namun seiring dengan penambahan abu ampas tebu nilainya
semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya kapur + abu ampas tebu yang mengisi
rongga-ronggadi antara butiran tanah sehingga air tidak dapat masuk ke dalamnya. Dengan
terisinya rongga-rongga tanah oleh abu ampas tebu maka tingkat kerapatan tanah campuran
akan meningkat.

Gambar 5. Grafik hubungan persentase penambahan abu ampas tebu + kapur 8%


dan kadar air optimum (%).

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 12


Pada Gambar 5 terlihat nilai kadar air optimum tanah asli yaitu 30,50 % mengalami
peningkatan pada penambahan kapur 8%, yaitu mencapai 38,6 %. Akan tetapi cenderung
mengalami penurunan seiring dengan penambahan abu ampas tebu. Apabila suatu tanah
dipadatkan, tanah akan mempunyai rongga yang semakin kecil. Rongga tersebut akan diisi
oleh abu ampas tebu yang berfungsi sebagai filler, sehingga air yang dibutuhkan sedikit, hal
ini yang akan menjadikan kadar air optimum akan menurun seiring dengan bertambahnya abu
ampas tebu.

Hasil pengujian CBR laboraturium rendaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin besar persentase penambahan abu
ampas tebu nilai CBR tanah semakin besar. Untuk variasi penambahan abu ampas tebu
kurang dari 12% nilai CBR-nya termasuk kategori poor, sedangkan penambahan abu ampas
12 % dan 15 % termasuk kategori medium.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 13


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Perbaikan tanah lempung desa Jono, kecamatan Tanon, kabupaten Sragen dengan
menambahkan kapur 8% dan abu ampas tebu dengan variasi 0%, 3%, 6 %, 9 %,
12%, 15% dari berat sample, menjadikan nilai batas cair (LL), nilai batas plastis
(PL), nilai indeks plastisitas (PI) dan nilai persentase butiran halus semakin
menurun. Sedangkan nilai batas susut (SL) semakin meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik fisis tanah setelah diperbaiki menjadi semakin
baik.

2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO tanah lempung Jono, Tanon, Sragen setelah


diperbaiki menjadi semakin baik dari kelompok A-7-5 menjadi kelompok A-2.
Dengan demikian maka kualitas tanah sebagai subgrade setelah diperbaiki
berubah dari ’buruk sampai sedang’ menjadi ’baik sampai sangat baik’. Nilai CBR
rendaman tanah setelah diperbaiki meningkat dari 2 % (poor) menjadi 11%
(medium) sehingga memenuhi syarat jika digunakan sebagai subgrade
jalan.Akibat pengaruh penambahan abu ampas tebu bersama kapur, karakteristik
fisis dan kuat dukung tanah menjadi lebih baik dan memenuhi syarat jika
digunakan sebagai subgrade jalan.

3. Nilai CBR rendaman tanah setelah diperbaiki meningkat dari 2 % (poor) menjadi
11% (medium) sehinggamemenuhi syarat jika digunakan sebagai subgrade jalan.

4. Akibat pengaruh penambahan abu ampas tebu bersama kapur, karakteristik fisis
dan kuat dukung tanah menjadilebih baik dan memenuhi syarat jika digunakan
sebagai subgrade jalan.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 14


3.2 SARAN
1. Penggunaan abu ampas tebu dan kapur dapat dipertimbangkan sebagai bahan
stabilisasi pada tanah jenis lempung yang memiliki indeks plastisitas tinggi

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan variasi campuran abu ampas tebu dan
kapur yang lebih tinggi untuk mengetahui nilai puncak dari tanah yang digunakan
sebagai subgrade jalan.

3. Untuk mendukung penelitian yang telah dilakukan, maka perlu untuk melakukan
penelitian yang sama dengan menggunakan bahan stabilisasi yang berbeda agar
menambah pengetahuan mengenai bahan stabilisasi apa saja yang dapat
digunakan untuk stabilisasi tanah.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 15


DAFTAR PUSTAKA

Takaendengan, Prescilia Pretty, (2013)Jurnal Pengaruh Stabilisasi Semen Terhadap Swelling


Lempung Ekspansif, Universitas Sam Ratulangi, Kediri.

Jurnal Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

Palar, Hariman, (2013) ,Jurnal Pengaruh Pencampuran Tras dan Kapur Pada Lempung
Ekspansif Terhadap Nilai Daya Dukung, Universitas Sam Ratulangi, Kediri.

Susanto, Agus, (2013), Jurnal Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula (Abu Ampas Tebu) Untuk
Memperbaiki Karakteristik Tanah Lempung Sebagai Subgrade Jalan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Wiqoyah, Q. (2003). Stabilisasi Tanah Lempung Tanon Dengan Penambahan Kapur Dan
Tras. Tesis, S2 Teknik Sipil, Universitas Gagjah Mada, Yogyakarta.
Hardiyatmo, H. C (1992). Mekanika Tanah II. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

STABILISASI TANAH - Sakinatun Najmi Sibarani | 16

Anda mungkin juga menyukai