Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah akuntansi sektor publik dengan judul “PERBENDAHARAAN
NEGARA”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Sistem Anggaran & Perbendeharaan Negara di Universitas Riau.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini,khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami,sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

Pekanbaru, Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 4

1.5 Metode Penulisan .......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perbendaharaan Negara ............................................................... 5

2.2 Ruang Lingkup dan Azaz Umum .................................................................. 6

2.3 Pejabat Perbendaharaan Negara .................................................................... 7

2.4 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara .............................. 10

2.5 Pengelolaan Uang, Piutang dan Utang dan Investasi ................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 15
3.2 Kritik dan Saran ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebut


bahwa Perbendahraan negara adalah “ pengelola dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi, dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan didalam APBN dan
APBD”.
Pengertian Ruang Lingkup dan Azaz umum perbendaharaan negara Undang-undang tentang
perbendaharaan negara ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan
hak dan kewajiban negara, yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
negara.

Dari pengertian diatas terdapat kewenangan pejabat Perbendaharaan negara,


pelaksanaan pendapatan dan belanja negara atau daerah pengelolaan investasi dan barang
milik negara atau daerah pertanggungjawaban APBN atau APBD, pengendalian intern
pemerintah, penyelesaian kerugian negara atau daerah serta pengelolaan keuangan badan
layanan umun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat kami rumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari perbendaharaan negara ?

2. Bagaimanakah ruang lingkup perbendaharaan negara?

3. Bagaimanakah azaz umum perbendaharaan negara?

4. Siapa sajakah yang menjadi pejabat perbendaharaan negara?

5. Bagaimanakah pelaksanaan anggaran perbendaharaan negara?


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian perbendaharaan negara

2. Untuk mengetahui ruang lingkup perbendaharaan negara

3. Untuk mengetahui azaz umum perbendaharaan negara


4. Untuk mengetahui pejabat perbendaharaan negara

5. Dan untuk mengetahui pelaksanaan anggaran

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai
Perbendaharaan Negara

2. Menjadikan sarana dalam belajar

1.5 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini pemakalah menggunakan metode kepustakaan. Metode
studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca tentang perbendaharaan negara

BAB II
PERBENDAHARAAN NEGARA

2.1 Pengertian Perbendaharaan Negara


UU No 1/2014 tentang Pembendaharaan Negara dimaksudkan untuk memberikan
landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara. Dalam Undang-undang
Pembendaharaan Negara ini ditetapkan bahwa Pembendaharaan Negara adalah pengelolaan
dan pertanggung jawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan negara yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Selanjutnya dalam UU Pembendaharaan Negara yang dimaksud dengan:
a) Pebendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan
APBD.
b) Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) untuk menampung seluruh penerimaan
negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
c) Rekening Kas Umum Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruh penerimaan
negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.
d) Kas Daerah adalah tempat penyimpana uang daerah yang ditentukan oleh
gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar
seluruh pengeluaran daerah.
e) Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpana uang daerah
yang ditentukan oleh gubernur/ bupati/ walikota untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan .
f) Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat
atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uangkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau akibat yang lainnya yang syah.
g) Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah
atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya
yang syah.
h) Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat atau
kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang syah.
i) Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerah atau
perundang-undangan yang berlaku, perjanjian atau berdasarkan sebab lainnya yang syah.
j) Barang Milik Negara adalah barang semua baran yang dibeli atau diperolah atas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang syah.
k) Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementrian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.
l) Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan tas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga
atau barang-barang negara/daerah.
m) Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum negara.
n) Bendahara Penerimaaan adalah orang yang ditunjuk unruk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatusahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementrian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
o) Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatusahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementrian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
2.2 Ruang Lingkup dan Azaz Umum
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup seperti tertuang dalam pasal 2 UU perbendaharaan Negara adalah,
perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1, meliputi:
a. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara
b. Pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah
c. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran Negara
d. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah
e. Pengelolaan kas
f. Pengelolaan piutang dan utang Negara/daerah
g. Pengelolaan investasi dan barang milik Negara/daerah
h. Penyelanggaraan akuntansi dan system informasi manajemen keuangan
Negara/daerah
i. Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
2. Azas Umum

Dalam pasal 3 dalam UU Perbedaan Negara disebutkan,


a. Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan
penerimaan dan pengeluaran Negara

b. Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi pemerintah Daerah untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah

c. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia

d. Semua pengeluaran Negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan
program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN

e. Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan
program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD

f. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga
disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah

g. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan APBN/APBD


dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga

2.3 Pejabat Perbendaharaan Negara


1) Pengguna Anggaran
a. Menteri/ Pimpinan Lembaga adalah pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi
kementerian negara/lembaga yang di pimpinnya, yang berwenang:
(1) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
(2) Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang;
(3) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara
(4) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;
(5) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
(6) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran
b. Gubernur/Bupati/Walikota, selaku Kepala Pemerintahan Daerah, berwenang:
(1) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD
(2) Menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara
Pengeluaran
(3) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah
(4) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah
(5) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah
(6) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran
c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna
Barang bagi satuan kerja perangkat daerah yang di pimpinnya, berwenang:
(1) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
(2) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja
(3) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
(4) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
(5) Mengelola utang dan piutang
2) Bendahara Umum Negara/ Daerah
a. Menteri keuangan adalah Bendahara Umum Negara, berwenang:

1) Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara

2) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

3) Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara

4) Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara


5) Menunjuk bank dan/ atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara
6) Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara

b. Kepala Satuan Kerja Keuangan Daerah adalah Bendahara Umum Daerah,


berwenang :

1) Menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksana APBD

2) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

3) Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD


4) Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah

5) Melaksanakan pemungutan pajak daerah

3) Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran


a) Menteri/ Pemimpin Lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota mengangkat Bendahara
Penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan pada kantir/satuan kerja dilingkungan kementrian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah

b) Menteri/ Pemimpin Lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota mengangkat


Bendaharawan Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja pada kantor/ satuan kerja di lingkungan kementrian negara/
lembaga/ satuan kerja perangkat daerah

c) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran adalah Pejabat Fungsional

d) Jabatan Bendahara Penerimaan/ Bendahara Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh


kuasa pengguna anggaran atau kuasa bendahara umum daerah

e) Bendahara Penerimaan/ Bendahara Pengeluaran dilarang melakukan, baik secara


langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan, dan
penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/ penjualan tersebut.

2.4 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


a. Tahun Anggaran,meliputi masa tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.

b. APBN/APBD dalam satu tahun anggaran meliputi :

1) Hak pemerintah pusat/pemerintah daerah uyang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih.

2) kewajiban pemerintah pusat/ pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

3) penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
4) semua penerimaan dan pengeluaran negara/ daerah dilakukan melalui rekening kas umum
negara/daerah

c. Dokumen Pelaksanaan Anggaran

1) Setelah APBN ditetapkan, menteri keuangan memberitahukan kepada semua menteri


negara/pimpinan lembaga agar menyampaikan semua dokumen pelaksanaan anggaran untuk
masing-masing kementrian negara/lembaga yang disusun berdasarkan alokasi anggaran yang
ditetapkan oleh Presiden.

2) Dalam dokumen tersebut diuraikan : sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, dan
rincian kegiatan, anggaran yang disediakan, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan
kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.

3) Pada dokumen pelaksanaan anggaran dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan
Layanan Umum dalam lingkungan kementrian negara yang bersangkutan.

4) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disyahkan oleh Menteri Keuangan


disampaikan kepada kementrian negara/ pimpinan lembaga, kuasa bendaharaan umum
negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

5) Untuk APBD yang telah ditetapkan, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah memberitahukan
kepada semua Kepala Satuan Kerja Daerah agar menyampaikan dokumen pelaksanaan
anggaran untuk masing-masing satuan perangkat kerja daerah, dan seterusnya prosedurnya
seperti pada pelaksanaan APBN diatas.

d. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan


1) Setiap kementrian negara/ lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai
sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan sumber pendapatan yang menjadi
wewenang dan tanggung jawabnya.

2) Penerimaan harus disetor seluruhnya keKas Negara/ Daerah pada waktunya yang
selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3) Setiap penerimaan tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.

4) Penerimaan berupa komisi,potongan,ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
atau pengadaan barang atau jasa oleh negara atau daerah adalah hak negara/daerah.
e. Pelaksanaan Anggaran Belanja
1) Pengguna Anggaran atau kuasa pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana
tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disyahkan.

2) Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut, Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran


berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan.

3) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak menguji, membebankan pada mata


anggaran yang telah disediakan, danmemerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban
APBN/APBD.

4) Pejabat yang menada tangani atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat
bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD betanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari pengguna surat bukti dimaksud .

5) Pembayaran atas taguhan yang menjadi beban APBN/APBD dilakukan oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah.

6) Dalam melaksanakan pembayaran tersebut, Bendara Umum Negara/Daerah /Kuasa


Bendahara Umum Negara berkewajiban untuk meneliti kelengkapan perintah pembayaran
yang diterbitkan, menguji kebenaran perhitungan tagihan tersebut,menguji ketersediaan dana
yang bersangkutan,memerintahkan pencairan dan sebagai dasar pengeluaran negara, menolak
pencairan dana,apabila perintah pembayaran yang diterbitkan tidak memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
7) Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang atau jasa
diterima.

8) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementrian negara/lembaga/satuan kerja perangkat


daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat disediakan uang
persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

9) Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelola


setelah:

a) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna


Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
b) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran.

c) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan..


2.5 Pengelolaan Uang, Piutang dan Utang, dan Investasi

1. Pengelolaan Uang

Pengelolaan Kas umum Negara/Daerah

Mentri keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) berwenang mengatur dan
menyelenggarakan rekening pemerintah. Dalam rangka penyelenggaraan rekening
pemerintah dimaksud menteri keuangan membuka Rekening Kas Umum Negara (RKUN).

Uang negara disimpan dalam RKUN pada bank sentral. Uang negara dimaksud adalah uang
milik negara yang meliputi rupiah dan valuta asing.

Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara, BUN dapat membuka
rekening Penerimaan dan Penggeluaran pada bank umum. Dalam hal tertentu, BUN dapat
membuka rekening oada lembaga keuangan lainnya. Pembukaan Rekening pada Bank
umumdimaksud dilakukan dengan mempertimbangkan asas kesatuan kas dan asas kesatuan
perbendaharaan, serta optimalisasi pengelolaan kas.

Pelaksanaan Penerimaan Negara/Daerah oleh kementrian Negara/Lembaga/Satuan kerja


Perangkat Daerah

Mentri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening untuk


keperluan pelaksanaan penerimaan dilingkungan kementrian negara/lembaga yang
bersangkutan setelah memperoleh persetujuan dari Bendahara Umum Negara (BUN).
Pembukaan rekening dapat dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat lain yang
ditunjuk.

Mentri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara


dilingkungan kementrian negara/lembaga. Dalam rangka pengelolaan kas, BUN dapat
memerintahkan pemindahbukuan dan penutupan rekening dimaksud.

Pengelolaan Uang Persediaan untuk Keperluan Kementrian Negara/lembaga/satuan Kerja


Perangkat Daerah
Mentri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan
pengeluaran dilingkungan kementrian negara/lembaga yang bersangkutan setelah mendapat
persetujuan dari mentri keuangan selaku Bendahara Umum Negara(BUN).

Mentri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus


dipertanggung jawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran kemnetrian negara/lembaga.
Dalam rangka pegelolaan kas, BUN dapat memerintahkan pemindahbukuan/ penutupan
rekening dimaksud.

2. Pengelolaan Piutang dan Utang

Pengelolaan Piutang

Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah


Daerah/BUMN/BUMD sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalam UU tentang APBN.

Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada lembaga asing sesuai
dengan yang tercantum/ditetapkan dalam UU tentang APBN. Tata cara pemberian pinjaman
atau hibah dimaksud dengan peraturan pemerintah.

Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan,belanja,dan kekayaan


negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang negara/daerah diselesaikan
seluruhnya dan tepat waktu. Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan tepat
waktu,diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Piutang negara/daerah jenis tertentu mempunyai hak mendahulu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan piutang negara/daerah jenis
tertentu antara lain piutang pajak dan piutang yang diatur dalam UU tersendiri.

Pengelolaan Utang

Mentri keungan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Mentri Keuangan untuk
mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun luar
negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan UU APBN. Utang/hibah dimaksud
dapat diterus pinjamkan kepada pemerintah Daerah/BUMN/BUMD. Biaya berkenaan dengan
proses pengadaan utang atau hibah dimaksud dimaksud dibebankan pada Anggaran Belanja
Negara.

Tata cara pelaksanaan utang negara/daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pengelolaan Investasi

Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat


ekonomi,sosial dan manfaat dalam bentuk saham,surat hutang,investasi langsung.

Investasi diatur dengan peraturan pemerintah. Penyertaan modal pemerintah pusat pada
perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Penyertaan modal
pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan
daerah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

UU No 1/2014 tentang Pembendaharaan Negara dimaksudkan untuk memberikan


landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara. Dalam Undang-undang
Pembendaharaan Negara ini ditetapkan bahwa Pembendaharaan Negara adalah pengelolaan
dan pertanggung jawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan negara yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

Fungsi perbendaharaan negara tersebut meliputi :

Perencanaan kas yang baik

Pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan

Pencarian sumber pembiayaan yang paling murah

Pemanfaatan dana yang menggangur (idle cash) untuk meningkatkan nilai tambah sumber
daya keuangan

3.2 Kritik dan Saran


Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu ,kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Renyowijoyo. Muindro, 2013, “Akuntansi Manajemen Sektor Publik”,Mitra Waca Media

Anda mungkin juga menyukai