BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute atau relative yang
ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2011). Sedangkan menurut Arisman dan
soegondo (2009) Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. Diabetes mellitus
dibagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) jika insulin tidak
aktif ,glukosa masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa dalam darah meningkat. Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus ) jumlah insulin cukup,mungkin malah lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang sensitif. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang hingga 50-60 % dari normal dan jumlah sel alfa
meningkat baik pada diabetes melitus tipe 1 maupun diabetes mellitus tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat
dan bila kdar itu melewati batas ambang ginjal, glukosa tersebut akan keluar melalui urin. Pada penderita diabetes
mellitus biasanya akan mengalami penurunan dengan cepat, biasanya akan mengalami penurunan nutrisi kurang
dari tubuhnya. (Sujano & Sukarmin,2008).
Jumlah diabetes didunia yang tercatat pada tahun 1990 hanya 80 juta yang secara mencengang dan
melonjak naik ke 110,4 juta di empat tahun kemudian. Dinegara sedang berkembang,hampir seluruh diabetes
tergolong sebagai penyandang diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 40% diantaranya terbukti berasal dari kelompok
masyarakat yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern (Zimmer,1991). Menurut world health
organization (WHO) Indonesia menjadi Negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke 4 di dunia
dengan jumlah kurang lebih 8,6 % pada tahun 1995 Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan
kenaikan 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (Darusman,2009). Prevalensi diabetes mellitus pada tahun
1982 hanya memiliki angka 1,7 % yang selanjutnya persentase tersebut terus menanjak mencapai angka 5,75 % dan
13,6 % ,77 demikian berturut-turut hingga pada tahun 1992 dan 2001 (Farmacia,2003).
Pada tahun 2003, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8
milyar penduduk di dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes mellitus. Di Indonesia penderita diabetes
mellitus pada tahun 2000 jumlah mencapai 8,4 juta jiwa, pada tahun 2003 sekitar 13.797.470 jiwa sedangkan 2005
mencapai 24 juta jiwa. Penelitian epidemiologis di Indonesia menunjukan bahwa prevalensi nasional diabetes
mellitus pada tahun 2007 pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun adalah sebesar 5,7%.
Di Kalimantan selatan, prevalensi diabetes mellitus sebesar 11,1%. Pada tahun 2004-2008 di Kalimantan
selatan di RSUD Ulin Banjarmasin jumlah pasien diabetes mellitus rawat jalan tercatat sebanyak 22.406 orang dan
pasien diabetes mellitus rawat inap sebanyak 2.625 orang.
Pada diabetes mellitus tipe 2 biasanya memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Nutrisi biasanya menjadi
masalah utama sehingga terapi nutrisi diabetes tipe 2 merupakan hal penting. Penurunan berat badan akan
meningkatkan pengendalian glukosa darah . asupan kolesterol pada diabetes mellitus tipe 2 kurang dari 300 mg
sehingga pasien diabetes tipe 2 menghadapi resiko tinggi terkena penyakit atau gangguan kardiovaskular
( Suprajitno,2004).
Latar belakang kami membahas tentang penyakit ini karena sampai sekarang masih banyak penderita
diabetes mellitus. Masyarakat hanya mengetahui penyebab penyakit ini adalah faktor genetik dan pola hidup tapi
ternyata ketidaktahuan dan kurang informasi tentang penyakit tersebut padahal sudah jelas penyakit ini dapat
menimbulkan komplikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit diabetes mellitus, rumusan masalahnya
adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot ?”
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus sesuai standar
keperawatan.
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot beserta keluarganya.
b. Mampu menganalisa data pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
d. Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
e. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot
f. Mengetahui evaluasi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
D. Manfaat
1) Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien
dengan penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
2) Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan
diabetic foot.
3) Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai tingkat asuhan keperawatan dan
tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita diabetes mellitus tipe 2 dan diabetic foot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute
atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak
(Billota,2012). Sedangkan menurut Arisman dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan
soegondo,2009).
Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes bagian
kaki. (Misnadiarly, 1997). Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah
kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat
membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. (Askandar,
2000).
B. Etiologi
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan
terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah
merebak dan menjadi infeksi yang luas. Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan
pada diabetic foot-ulcer. (Sarwono Waspadji,2006).
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki.
Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak
menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Kedua,
sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah. Manifestasi
angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah
(terutama kaki). Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah
putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas
200 mg/dl.
C. Patofisiologi
Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). (Arisman,2011)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Brunner & Suddarth,2002)
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino
dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi,
nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cara cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. (Newsroom,2009)
Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
(Santosa,budi.2007)
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan di pertahankan pada tingkatan yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe II. Namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol menimbulkan masalah
misalnya diabetic foot.(suprajitno,2004)
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes seringkali
menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini,
terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang
signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit
maupun jaringan lain, akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik
dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit
diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor
risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif
yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme
protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang
dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang
menjadi luka, parut, lepuh atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi
dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih
rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih membunuh kuman
berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg/dl. Karena kekurangan suplai
oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena
plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas)
yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan
tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinik
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang berlebihan ( Polidipsi ),
Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat
Badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996). Penyakit pada
penderita diabetes bagian kaki dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
b. Adanya kalus ditelapak kaki
c. Nyeri saat istirahat.
d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
F. Komplikasi
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal.
Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg% (5,5
mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma
kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood)
karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih
tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan
vena (Wahono Soemadji, 2006).
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan meningkatnya
produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis secara
normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan
menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).
c. Penyakit makrovaskuler seperti Penyakit pembuluh darah
d. Ulkus/gangren
e. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi
ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan
dingin, rasa sakit pun berkurang.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai
kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
(Corwin,EJ.2009)
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
I. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri AkutPain level Pain Management
berhubungan denganPain control
Agen Injury Biologis Setelah dilakukanMonitor tanda tanda vital
perawatan selamaObservasi ketidak
2x24 jamnyamanan non verbal
diharapkan nyeriLakukan pengkajian
berkurang denganyang komprehensif
kriteria hasil : (meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
Mampu mengontrolfrekuensi.
nyeri Ajarkan teknik non
Melaporkan bahwafarmakologi misalnya
nyeri berkurangrelakssasi, distraksi,
dengan nafas dalam
menggunakan Kolaborasi dengan
manajemen nyeri tenaga medis untuk
Menyatakan rasapemberian analgesik
nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Intoleransi AktifitasEnergy Activty Therapy
berhubungan denganConservation
Kelemahan umum Monitor tanda-tanda vital
Activty tolerance Bantu klien
mengidentifikasi aktivitas
Setelah diberikanyang mampu dilakukan
asuhan Bantu untuk memilih
keperawatan aktivitas konsisten yang
selama 2x 24 jamsesuai dengan
diharapkan klienkemampuan fisik
meningkatkan ,psikologi dan sosial
ambulasi atauJelaskan pentingnya
aktivitas dengan ROM seperti miring
kriteria hasil : kanan miring kiri dll
kolaborasi dengan
Mampu tenaga medis lainnya
meningkatkan
aktivitas sehari-hari
secara mandiri
Mampu berpindah
dengan atau tanpa
alat bantu
Tanda-tanda vital
normal
3. Resiko InfeksiImmune status Infection control
berhubungan denganKnowledge :
invasi infection control Monitor tanda dan gejala
mikroorganisme infeksi sistemik dan lokal
dalam tubuh Setelah dilakukanGunakan sabun
perawatan selamaantimikroba untuk cuci
2x24 jamtangan
diharapkan resikoInstruksikan pada
infeksi tidak terjadi pengunjung untuk
dengan kriteria hasil mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
Klien bebas dariberkunjung
tanda dan gejalanmeninggalkan pasien
infeksi Tingkatkan intake nutrisi
Menunjukan yang adekuat
kemampuan untukKolaborasi dengan
mencegah tenaga medis lainnya
timbulnya infeksi
Menunjukan
perilaku hidup sehat
Jumlah leukosit
dalam batas normal
4. Ketidakseimbangan Nutritional status :Nutrition Management
nutrisi lebih darifood and fluid
kebutuhan tubuhintake Monitor ttv
berhubungan dengan Dorong pasien untuk
kelebihan intakeSetelah dilakukanmengubah kebiasaan
cairan asuhan makan
keperawatan Monitor jumlah nutrisi
selama 2x24 jamdan kandungan kalori
diharapkan nutrisiKolaborasi dengan ahli
lebih kebutuhangizi untuk menentukan
tubuh tidak terjadijumlah kalori dan nutrisi
dengan kriteria hasil yang dibutuhkan pasien
BB normal sesuai
dengan TB
Mrngerti faktor yang
meningkatkan BB
Memodifikasi diet
untuk mengontroll
berat badan
Tanda tanda vital
normal
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan yang luka
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tanda Tanda Vital
BP : 110/70 mmHg
F : 83x/menit
RR : 21x/menit
T : 36oC
Tingakat Kesadaran
Composmentis
Antropometri
PB/TB : 152 cm
BB : 57 kg
2. Kulit
Keadaan umum kulit klien baik, kulit klien tampak bersih, membran mukosa kering, turgor kulit < 3 detik, adanya
luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan
2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm, tidak ditemukan adanya edema pada kulit.
Sirkulasi : CRT < 2 detik, tidak terdapat nyeri dada dan sesak nafas, ujung ujung jari klien berwarna pink kekuning kuningan
9. Abdomen
a. Inspeksi
Keadaan umum abdomen baik, tidak terdapat benjolan, kulit dalam keadaan bersih
b. Auskultasi
Peristaltik usus 12x per menit
c. Palpasi
Tidak terdapat adanya massa, tidak terdapat benjolan saat diraba, terdapat nyeri tekan pada abdomen area
epigastrium dengan skala nyeri 1-10 = 3 ( nyeri ringan ).
P : mual muntah
Q : Hilang timbul
R : Epigastrium
S : 1-10 = 3 (nyeri ringan)
T : Tidak menentu
d. Perkusi
Terdengar bunyi timpani pada abdomen area umbilikal saat di perkusi
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, klien mengatakan tidak ada memiliki keluhan pada genetalia, klien tidak
terpasang DC.
4444 4444
Dekstra Sinistra
3333 4444
Ekstremitas Bawah
2. Personal Hygiene
Di rumah : Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore
Di Rs : Klien mengatakan hanya di seka keluarga nya 1x sehari pada pagi hari
3. Nutrisi
Di rumah : Klien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 piring nasi dengan lauk ikan dan sayur serta buah buahan dan
minum kurang lebih 1000 cc
Di rs : Klien mengatakan makan bubur kurang lebih 1-2 mangkok kecil sehari dan minum kurang lebih 700 cc
4. Eliminasi ( BAB dan BAK )
Di Rumah : Klien mengatakan BAB 1x sehari , BAK kurang lebih 5-6 kali sehari sebanyak 500 cc , tidak ada gangguan saat
eliminasi
Di Rs : Klien mengatakan selama di RS hanya BAB 1x dan BAK kurang lebih 200 cc
5. Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan
6. Psikososial
Di Rumah : Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.
Di Rs : Hubungan klien dengan keluarga baik, hubungan dengan tenaga kesehatan baik, hubungan dengan orang lain baik.
7. Spiritual
Klien beragama islam, Klien dan keluarga percaya pada Tuhan akan kesembuhan penyakitnya.
E. DATA FOKUS
Data Objektif
1. Inspeksi :
a) Klien tampak lemah
b) Klien tampak berbaring ditempat tidur
c) Klien tampak meringis kesakitan
d) Klien terpasang infus pada ekstremitas atas dekstra
e) Klien tampak memegangi perutnya
f) Membran mukosa kering
g) Klien tampak sulit menggerakan kaki kanannya
h) Tampak adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra areametatarsal dengan luas luka masing -
masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm dan 1,5 cm
i) Luka tampak penuh puls dan jaringan nekrotik
j) Tampak adanya kantung mata
2. Palpasi :
a) Terdapat nyeri tekan pada abdomen area epigastrium dengan skala nyeri 1-10 = 3 ( nyeri ringan )
b) Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal dengan skala nyeri 1-10 = 6 ( nyeri sedang )
c) N : 83x/m
3. Perkusi
a) Suara nafas normal ( vesikuler )
b) Terdengar bunyi timpani pada abdomen area umbilikal
4. Auskultasi
Peristaltik usus 12x/menit
Data Subjektif
a) Klien mengatakan kepalanya pusing serta sakit kepala
b) Klien mengatakan badan lemas
c) Klien mengatakan nyeri pada abdomen area epigastrium
d) Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas bawah dekstra area metatarsal
e) Klien mengatakan masih mual muntah
f) Klien mengatakan adanya luka ekstremitas bawah dekstra area metatarsal
g) Klien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur
h) Klien mengatakan susah tidur dan hanya tidur di RS 1 - 2 jam pada malam hari
i) keluarga klien mengatakan terlambat membawa pasien ke rumah sakit sehingga lukanya membesar dan tidak
memberikan suntikan insulin lagi ( novoravid ) yang dibeli dirumah sakit.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Gula darah sewaktu 519* Mg/dl 76-125
Kamis 9 Juni 2016
G. TERAPI FARMAKOLOGI
N Nama obat Cara Waktu Dosis Efek samping Indikasi
o pemberian pemberian
1 Lansoprazol iv 09.00- 2x1 Mulut kering, Menurunkan
21.00 angioedema, asam lambung
ruam kulit, jika penggunaan
fotosensitivitas, oral tidak bisa.
sindrom Refluks
Stevens- esofagitis,
Johnson, hipersekresi
peningkatan patologis yang
enzim berhubungan
hati,kerusakkan dengan sindrom
hepatoselular Zollinger-Ellison
berat yang atau lainnya
menyebabkan
2 Ondansetron iv 09.00- 3x8mg Konstipasi, sakit Mual dan
17.00- kepala, rasa muntah karena
01.00 panas atau kemoterapi,
kemerahan radioterapi atau
pada kepala dan pasca operasi
epigastrium.
3 Novoravid SC 09.00- 3x1 10ui Hipoglikemia Pengobatan
17.00- diabetes melitus
01.00
4 Levemir SC 22.00 10ui Hipoglikemia, Diabetes Melitus
reaksi pada
tempat injeksi.
5 Infus RL 20 iv Panas, infeksi Mengembalikan
tpm pda tempat keseimbangan
penyuntikan, elektrolit pada
trombosis vena dehidrasi.
atau flebitis
yang meluas
dari tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.
6 Antrain iv 09.00- 3x500mg Reaksi Antrain dapat
21.00- hipersensitivitas meringankan
01.00 : reaksi pada rasa sakit,
kulit misal terutama nyeri
kemerahan kolik dan sakit
setelah operasi
7 Cefoperazone iv 09.00- 2x1 gr Gangguan sel Infeksi saluran
21.00 cerna,mual, napas,
muntah Infeksi saluran
Reaksi kulit kemih
H. ANALISA DATA
DO :
Klien tampak meringis
kesakitan
Klien tampak lemah
Terdapat nyeri tekan
pada ekstremitas
bawah dekstra
areametatarsal denga
n skala nyeri 1-10 = 6
( nyeri sedang )
DS :
Klien mengatakan
adanya luka pada kaki Kerusakan Integritas Gangguan sirkulasi
sebelah kanan Jaringan
DO : NANDA Tahun
Adanya luka yang 2012-2014
masih basah pada Hal 561
ekstremitas bawah
dekstra
areametatarsal denga
n luas luka masing
masing 3 cm dan 2 cm
dengan kedalaman
2,5 cm dan 1,5 cm
Luka tampak penuh
puls dan jaringan
nekrotik
DS :
Klien mengatakan
tidak bisa bangun dari
tempat tidur
DO :
Klien tampak lemah Hambatan Mobilitas Fisik Tidak Bugar
Klien tampak Fisik
berbaring ditempat
tidur NANDA Tahun
Aktivitas klien dibantu 2012-2014
keluarga Hal 304
Tampak adanya luka
yang masih basah
pada ekstremitas
bawah dekstra
areametatarsal denga
n luas luka masing
masing 3 cm dan 2 cm
dengan kedalaman
2,5 cm dan 1,5 cm
Klien tampak sulit
menggerakan kaki
kanannya dengan
skala otot 3333
Ekstremitas Atas
Dekstra Sinistra
4444 4444
3333
4444
Dekstra
Sinistra
Ekstremitas
Bawah
DS :
Klien mengatakan
pusing serta sakit
kepala
Klien mengatakan
susah tidur dan hanya Gangguan Pola Kebisingan
tidur di RS 1 - 2 jam NANDA Tahun
pada malam hari 2012-2014
Klien mengatakan Hal 300
badan lemas
DO :
Adanya kantung mata
Klien ditempatkan
diruangan dengan 7
pasien lain
didalamnya
DS :
Klien mengatakan
tidak pernah
melakukan kontrol ke
poli setelah keluar
rumah sakit 7 bulan Ketidakefektifan konflik pengambilan
yang lalu manajemen regimen keputusan
Keluarga klien tidak terapeutik keluarga
memberikan suntikan
insulin lagi ( novoravid NANDA Tahun
) yang dibeli dirumah 2012-2014
sakit Hal 246
Keluarga klien
mengatakan
membersihkan luka
pada kaki klien
dengan larutan air
biasa yang dicampur
“daun insulin” yang
ditumbuk halus.
DO :
Tampak adanya luka
yang masih basah
pada ekstremitas
bawah dekstra
areametatarsal denga
n luas luka masing
masing 3 cm dan 2 cm
dengan kedalaman
2,5 cm dan 1,5 cm,
Luka tampak penuh
puls dan jaringan
nekrotik
I. INTERVENSI
Dx
No Hari/Tanggal NOC NIC
Keperawatan
1 Senin 13 JuniNyeri Akut b.dPain Level Pain Management
2016 Agen InjuryPain Control Monitor tanda-tanda vital
Biologis Confort level Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukansecara komprehensif,
asuhan keperawatantermasuk lokasi, durasi,
selama 1 x 15 menitfrekuensi, kualitas
diharapkan nyeriAjarkan teknik relaksasi,
teratasi dengandistraksi
kriteria hasil : Berikan posisi yang
Mampu mengontrolnyaman
nyeri ( tahuKolaborasi dengan dokter
penyebab nyeri,dalam pemberian
mampu analgetik
menggunakan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan.
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri ( skala,
intesitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan raa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2 Senin 13 JuniKerusakan Wound healing Presure : ulcer prevention
2016 Integritas primary andwound care
Jaringan b.dsecondary Anjurkan pasien untuk
gangguan intention menggunakan pakaian
sirkulasi yang longgar
Setelah dilakukanJaga kulit agar tetap
asuhan keperawatanbersih dan kering
selama 3x24 jamMonitor status nutrisi
kerusakan integritaspasien
jaringan teratasiBerikan posisi yang
dengan kriteriamengurangi tekanan luka
hasil : Observasi luka : lokasi,
Tidak ada tanda-dimensi, kedalaman luka,
tanda infeksi jaringan nekrotik
Ketebalan danKolaborasi dengan ahli gizi
tekstur jaringanpemberian diet
normal TKTP( tinggi kalori tinggi
Menunjukkan protein )
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidera
berulang
Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan kulit
J. IMPLEMENTASI
Nomor
N Hari/Tangg
Pukul Diagnos Implementasi Evaluasi Paraf
o al
a
1 Senin 1310.00 1 Memonitor tanda-tanda S : Klien Mengatakan
Juni 2016 Wita vital masih nyeri pada
Melakukan pengkajiankakinya
nyeri secaraO :
komprehensif, KU lemah
termasuk lokasi,Klien tampak
durasi, frekuensi,meringis kesakitan
kualitas BP : 110/80 mmHg
Mengajarkan teknikF : 84x/m
relaksasi, distraksi RR : 21x/m
Memberikan posisiT : 36,6oc
yang nyaman A : Masalah belum
Berkolaborasi denganteratasi
dokter dalamP : Intervensi
pemberian analgetik dilanjutkan
Monitor tanda-tanda
vital
Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif,
termasuk lokasi,
durasi, frekuensi,
kualitas
Ajarkan teknik
relaksasi, distraksi
Berikan posisi yang
nyaman
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgetik
P : Intervensi
dilanjutkan
Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
Ciptakan lingkungan
yang nyaman
Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
4. Kolaborasi
pemberian obat tidur
Catatan Perkembangan
Selasa, 14 15.00
S :Klien mengatakan pusing dan susah untuk tidur
Juni 2016 wita
O:
Adanya kantung mata
Klien ditempatkan diruangan dengan 7 pasien lain didalamnya
A : Gangguan pola tidur b.d Kebisingan
P:
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
Kolaborasi pemberian obat tidur
I:
Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Menciptakan lingkungan yang nyaman
Memonitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
Berkolaborasi pemberian obat tidur
E : S : Klien mengatakan sudah bisa tidur tadi malam
O : Tampak adanya kantung mata
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4. Kolaborasi pemberian obat tidur
Rabu, 15 21.00
S : Klien mengatakan nyeri pada kaki sudah mulai berkurang
Juni 2016 Wita O :
KU lemah
Klien tampak tenang
BP : 120/80 mmHg
F : 84x/m
RR : 21x/m
T : 36,6oc
A : Nyeri Akut b.d Agen Injury Biologis
P:
Monitor tanda-tanda vital
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, du
kualitas
Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
Berikan posisi yang nyaman
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
I:
Memonitor tanda-tanda vital
( BP : 110/80 F :84x/m RR : 20x/m T : 36,6 oc )
melakukan pengkajian nyeri
( Skala nyeri 1-10 = 3 ( nyeri ringan ) )
Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
( Mengajak klien berbicara untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
Memberikan posisi yang nyaman
( Klien tampak berbaring )
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
( Inj. Antrain 1 Ampul )
E : S : Klien mengatakan nyeri pada kaki kanannya sudah berkurang
O:
Klien tampak lemah
Klien tampak tenang
Klien tampak berbaring ditempat tidur
Klien tampak memegangi kakinya
BP : 110/80 mmHg
F : 84x/m
RR : 20x/m
T : 36,6oc
A : Masalah belum teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor tanda-tanda vital
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, du
kualitas
Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
Berikan posisi yang nyaman
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik apabila nyeri tida
Rabu, 15 21.00
S : Klien mengatakan masih ada luka pada kaki sebelah kanan
Juni 2016 witaO :Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas ba
area metatarsal dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm den
2,5 cm dan 1,5 cm, dan berkurangnya pus.
A : Kerusakan integritas jaringan b.d Gangguan Sirkulasi
P : Intervensi dilanjutkan
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Monitor status nutrisi pasien
Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi pro
I:
Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
( Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar )
Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering
( Melakukan tindakan dressing luka )
Memonitor status nutrisi pasien
(memonitor intake nutrisi klien)
Memberikan posisi yang mengurangi tekanan luka
( menganjurkan pasien posisi yang nyaman )
Mengobservasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekroti
(luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman 2,5 cm d
berkurangnya pus)
Berkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP
E : S : Klien mengatakan masih ada luka pada kaki sebelah kanan
O : Adanya luka yang masih basah pada ekstremitas bawah dekstra a
dengan luas luka masing masing 3 cm dan 2 cm dengan kedalaman
cm, dan berkurangnya pus.
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Monitor status nutrisi pasien
Berikan posisi yang mengurangi tekanan luka
Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik
Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP( tinggi kalori tinggi pro
Rabu, 15 21.00S : Pasien mengatakan masih belum bisa berjalan
Juni 2016 wita O :
Klien tampak lemah
Klien tampak berbaring ditempat tidur
Aktivitas klien masih dibantu keluarga dan perawat
A : Hambatan mobilitas fisik b.d fisik tidak bugar
P : Intervensi dilanjutkan
I :
Memonitor tanda tanda vital
( BP : 110/80 F :84x/m RR : 20x/m T : 36,6 oc )
Mengajarkan dan Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berja
terhadap cedera
Mengajarkan keluarga pasien untuk teknik ambulasi
Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika dip
E:
S : Klien mengatakan masih belum bisa berjalan dan berdiri
O:
Klien tampak terbaring ditempat tidur
Klien hanya dapat duduk ditempat tidur
Klien masih dibantu oleh keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah latihan ROAM
Ajarkan dan Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berja
terhadap cedera
Ajarkan keluarga pasien untuk teknik ambulasi
Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika dip
S : Klien mengatakan masih susah tidur
Klien mengatakan tidur malam kurang lebih 5 jam
O:
Tampak adanya kantung mata
Klien ditempatkan diruangan kelas III dengan 5 pasien lain didalamnya
A : Gangguan pola tidur b.d kebisingan
P:
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur
I:
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dan tidur efektif
Ciptakan lingkungan yang nyaman
( Lingkungan yang kondusif dan mematikan lampu )
Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari
E:
S : Klien mengatakan masih susah tidur dan hanya dapat tidur 5 jam
O: Adanya kantung mata
Klien dapat tidur dari hari biasanya
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dan tidur efektif
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus dan
Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito & suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005- 2006. Jakarta: Prima Medika