Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA PADA

ANAK

A. DEFINISI LEUKIMIA
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa,
dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia
tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum
tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila
ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996).
Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan
pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.

B. ETIOLOGI TERJADINYA LEUKIMIA


Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus
(virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
1
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan
struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen
dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan
tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HLA
( human leucocyte locus A ). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum
genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak
dapat diabaikan.

C. KLASIFIKASI
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan
gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien
menunjukkan tanpa gejala selamabertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4
tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur
2
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.

D. PATOFISIOLOGI
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit
ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja
aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal
dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal
atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan
sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen
makanan metabolik.
E. POHON MASALAH

3
F. TANDA & GEJALA
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.
Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-
kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang
sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi
secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik

G. GAMBARAN KLINIS
1. Anak kelihatan pucat.
2. Demam.
3. Anemia.
4. Perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
5. Kelemahan.
6. Nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan.
7. Purpura.
8. Pembesaran hepar dan lien.
9. Gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas.

4
10. Jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda
meningitis.
11. Peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein.
12. Penurunan glukosa.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan
terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia).
Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri
dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES,
granulosit, pulp cell.
70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan
kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1). 50 –
70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielogenus Akut
(LMA) mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
b. Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang
diploid (2n+a)
c. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
d. Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan
merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar sampai yang
sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan
yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi
berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga diperlukan
pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron
akan terlihat adanya sel patologis.

I. PENATALAKSANAAN
Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
5
1) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
2) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
adalah sebagai berikut:
1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
4) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
2. fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2) Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi
supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
6
Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi
terus menerus.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas.
b. Keluhan utama.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
d. Riwayat kesehatan yang lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
2. Pola kebutuhan
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran
urine.
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi
gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
e. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
f. Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi,
pusing, kesemutan.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
h. Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
i. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan,
perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau
hati.
3. Pemeriksaan fisik
a. Umum
Kesadaran : composmentis sampai koma
Tekanan darah : hipotensi
Nadi : takikardi dan filiformis
Suhu : demam sampai dengan hiperpireksia
Pernafasan : takipnea sesak nafas
b. Fisik
Kepala
- Wajah : pucat
- Mata : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
- Hidung : epitaksis
- Mulut : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
- Leher : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
- Dada : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura

- Abdomen : hepatomegali, spenomefali, limfodenopati


- Skeletal : nyeri tulang dan sendi
- Integumen : purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar
3. Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi

8
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada
darah tepi berupa adanya ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan
darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, Asam urat meningkat,
hipogamaglobinemia
c. Pemeriksaan Sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
terdesa (aplasia sekunder)
d. Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limfe yang terdesa.
e. Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein
f. Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom
Philadelphia atau Phi)

B. DIAGNOSA
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

1) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3) Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5) Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis

9
7) Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia
8) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
9) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia.
11) Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

C. INTERVENSI
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai
berikut (Wong,D.L: 2004)
 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Ras ional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
5. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
6. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
7. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh

8. Berikan antibiotik sesuai ketentuan


10
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktif itas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

 Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya
anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Gunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
11
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar untuk mengontrol perdarahan
Rasional : untuk mencegah perdarahan

 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
o Tidak terjadi kekurangan volume cairan
o Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

 Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek


samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma

12
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang
dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah
(fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah
yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

13
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari
mual dan muntah serta kemoterapi
2. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

 Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia


Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat

14
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi, imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
1. Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan
warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
15
2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
5. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan

 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita leukemia.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik
atau terapi
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak
menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan
anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa
takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
16
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

 Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.


Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi :
1. Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas
perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien
dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya

2. Berikan kontak yang konsisten pada keluarga


Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
3. Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
4. Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang
dialami

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan
dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai

E. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil
yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

17
2. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman
6. Masukan nutrisi adekuat
7. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan
bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
8. Kulit tetap bersih dan utuh
9. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut,
anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan
rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan
berpakaian menarik.
10. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu
bersama anak.
11. Keluarga tetap terbuka untuk konse ling dan kontak keperawatan, keluarga dan
anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan
mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang
adekuat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK
UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 1998,
Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.

Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta.

Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC.

Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.

19
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA PADA ANAK

Kasus
An T 8 tahun datang ke RS dengan keluhan demam tinggi disertai nyeri kepala hasil
anamnesa didapatkan bahwa klien sering berkeringat pada malam hari, lemas, mudah sakit
terutama pilek, mudah pendarahan terutama di gusi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan RR
20x/menit, S 38,7 derajat celcius, N 82 x/menit, TD 120/90 mmHg, leukosit 35.000 sel/tetes
darah, klien tampak lemas dan pucat, bibir kering dan sianosis, akral dingin dan sianosis,
CRT 3 detik.

A. PENGKAJIAN
I. Identitas klien
Nama : An. T
Umur : 8 thn
Jenis kelamin : laki-Laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Tgl, masuk RS :-
Dx medis : Leukemia
Alamat :-
II. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Demam tinggi disertai nyeri kepala.
2. Riwayat penyakit sekarang : klien datang dengan keluhan demam
tinggi disertai nyeri kepala. Klien mudah sakit terutama pilek. Klien

20
mudah perdarahan terutama di gusi dank lien sering berkeringat pada
malam hari, dan terlihat lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu : pengobatan kanker sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga : adanya gangguan hematologis,
adanya faktor herediter misal kembar monozigot)
5. Riwayat penyakit kebiasaan :-
6. Riwayat penyakit alergi :-
7. Riwayat penyakit kesehatan lain :
No Imunisasi Umur Tanggal pemberian Reaksi
1 BCG 1,5 bulan - Eritema
2 DPT 1 3 bulan - -
DPT 2 5 bulan - Demam
DPT 3 7 bulan - -
3 Polio 1 4 bulan - -
Polio 2 6 bulan - -
Polio 3 8 bulan - -
Polio 4 12 bulan - -
4 Hepatitis B Bayi baru lahir - -
5 Campak 6 bulan - Demam

III. Pemeriksaan fisik


1. Kesadaran : Komposmetis.
2. Keadaan umum : Lemas dan pucat, bibir
kering dan sianosis, akral dingin dan sianosis.
3. Ttd vital TD : 120/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38,7 derajat celcius
4. Fisik
- Wajah : pucat
- Mata : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
- Hidung : epitaksis
- Mulut : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
- Leher : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
- Dada : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura

21
- Abdomen : hepatomegali, spenomefali, limfodenopati
- Skeletal : nyeri tulang dan sendi
- Integumen : purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar

IV. Kebutuhan bio psiko social spiritual


1. Oksigenisasi
Klien mengalami gangguan pada pernafasannya, klien mudah sakit
terutama pilek, RR 20x/menit.
2. Cairan dan Elektrolit
Klien sering berkeringat pada malam hari.
3. Aktivitas/Istirahat
Klien mengalami gangguan pada aktivitasnya. Klien tampak lemas
dan pucat.
4. Nyeri/tidak nyaman
Klien mengeluh nyeri kepala.
5. Neurosensorik
Kesadaran klien komposmentis.
6. Suhu
Klien mengalami demam tinggi, dan klien mudah mengalami
pendarahan terutama di gusi
V. Pemeriksaan penunjang
1. laboratorium : Leukosit 35.000 sel/tetes darah, CRT 3 detik.
2. Radiologi :-
3. Ekg :-

B. DIAGNOSA
I. Analisa data
No Data Masalah Etiologi

22
Ds : kilen mengeluh demam - gangguan rasa nyaman -Nyeri pada kepala
tinggi disertai nyeri pada nyeri
kepala.
- kekurangan volume -Perdarahan
Do : cairan
-klien tampak lemas dan pucat.
-Klien sering berkeringat pada - intoleran aktivitas -Kelemahan umum
malam hari
-Bibir klien kering dan sianosis -resiko terhadap infeksi -Tak adekuat
-Akral dingin dan sianosis pertahanan
-Klien mudah sakit terutama sekunder
pilek
-Klien mudah pendarahan
terutama pada gusi

II. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem
pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan
jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan
pemasukan cairan : mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan :
demam, hipermetabolik
3. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran
organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia;
agen kimia pengobatan antileukemik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
peningkatan laju metabolic

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
TANGGAL KEPERAWATAN
21, januari 2016 Resiko tinggi Setelah diberikan tindakan 1. Pantau suhu Rasional : untuk
infeksi keperawatan selama 3 x 24 dengan teliti mendeteksi
berhubungn jam diharapkan pasien 2. Tempatkan anak kemungkinan
dengan bebas dari infeksi. dalam ruangan infeksi
23
menururnnya Dengan kriteria hasil : khusus
sistem pertahanan a. Normotermia 3. Anjurkan semua Ras ional : untuk
tubuh sekunder pengunjung dan meminimalkan
gangguan b. Hasil kultur negatif staff rumah sakit terpaparnya anak
untuk dari sumber
pematangan SDP, c. Peningkatan menggunakan infeksi
peningkatan penyembuhan teknik mencuci
jumlah limfosit tangan dengan Rasional : untuk
immatur, baik meminimalkan
imunosupresi, 4. Evaluasi keadaan pajanan pada
peneknan anak terhadap organisme infektif
sumsum tulang. tempat-tempat
munculnya Rasional : untuk
infeksi seperti intervensi dini
tempat penusukan penanganan
jarum, ulserasi infeksi
mukosa, dan
masalah gigi Rasional : rongga
5. Inspeksi membran mulut adalah
mukosa mulut. medium yang
Bersihkan mulut baik untuk
dengan baik pertumbuhan
6. Berikan periode organisme
istirahat tanpa
gangguan Rasional :
7. Berikan diet menambah energi
lengkap nutrisi untuk
sesuai usia penyembuhan dan
regenerasi seluler
8. Berikan antibiotik
sesuai ketentuan

Rasional : untuk
mendukung
pertahanan alami
tubuh

Rasional :
diberikan sebagai
profilaktik atau
mengobati infeksi
khusus

21, januari 2016 Resiko tinggi Setelah diberikan tindakan 1. Berikan Rasional : untuk
kekurangan keperawatan selama 3 x 24 antiemetik awal mencegah mual
volume cairan jam diharapkan volume sebelum dan muntah
berhubungan cairan terpenuhi dimulainya
kemoterapi Rasional : untuk
dengan kehilangan Kriteria hasil :
2. Berikan mencegah
berlebihan :
a. Volume cairan adekuat antiemetik secara episode berulang
muntah, teratur pada
perdarahan,diare ; b. Mukosa lembab waktu dan Rasional : karena
penurunan
24
pemasukan c. Tanda vital stabil : TD program tidak ada obat
cairan : 90/60 mmHg, nadi 100 kemoterapi antiemetik yang
mual,anoreksia ; x/menit, RR 20 x/mnt 3. Kaji respon anak secara umum
peningkatan terhadap anti berhasil
d. Nadi teraba emetic
kebutuhan cairan :
4. Hindari Rasional : bau
demam, e. Haluaran urin 30 memberikan yang menyengat
hipermetabolik ml/jam makanan yang dapat
beraroma menimbulkan
f. Kapileri refill <>
menyengat mual dan muntah
5. Anjurkan makan
dalam porsi kecil Rasional : karena
tapi sering jumlah kecil
6. Berikan cairan biasanya
intravena sesuai ditoleransi
ketentuan dengan baik

Rasional : untuk
mempertahankan
hidrasi

21, januari 2016 Nyeri Setelah diberikan tindakan 1. Mengkaji tingkat Rasional : informasi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 nyeri dengan memberikan data dasar
dengan agen jam diharapkan nyeri skala 0 sampai 5 untuk mengevaluasi
fisikal seperti teratasi kebutuhan atau
keefektifan Rasional : untuk
pembesaran Kriteria hasil : intervensi meminimalkan rasa
organ/nodus
2. Jika mungkin, tidak aman
limfe, sumsum a. Pasien menyatakan
gunakan
tulang yang nyeri hilang atau
prosedur-prosedur Rasional : untuk
dikemas dengan terkontrol (misal menentukan kebutuhan
sel leukemia; agen pemantauan suhu perubahan dosis. Waktu
b. Menunjukkan perilaku
kimia pengobatan non invasif, alat pemberian atau obat
penanganan nyeri
antileukemik akses vena
c. Tampak rileks dan 3. Evaluasi Rasional : sebagai
mampu istirahat efektifitas analgetik tambahan
penghilang nyeri
dengan derajat Rasional : untuk
kesadaran dan mencegah kambuhnya
sedasi nye

4. Lakukan teknik
pengurangan
nyeri non
farmakologis
yang tepat
5. Berikan obat-obat
anti nyeri secara
teratur

21, januari 2016 Intoleransi Setelah diberikan tindakan 1. Evaluasi laporan Rasional : menentukan
aktivitas keperawatan selama 3 x 24 kelemahan, derajat dan efek

25
berhubungan jam diharapkan pasien perhatikan ketidakmampuan
dengan mampu mentoleransi ketidakmampuan
kelemahan umum, aktivitas untuk Rasional : menghemat
peningkatan laju berpartisipasi energi untuk aktifitas
Kriteria hasil : dala aktifitas dan regenerasi seluler
metabolik
sehari-hari atau penyambungan
a. Peningkatan toleransi 2. Berikan jaringan
aktivitas yang dapat lingkungan
diukur tenang dan perlu Rasional :
istirahat tanpa mengidentifikasi
b. Berpartisipasi dalam
gangguan kebutuhan individual
aktivitas sehari-hari
3. Kaji kemampuan dan membantu
sesuai tingkat untuk pemilihan
kemampuan berpartisipasi
pada aktifitas Rasional :
c. Menunjukkan
yang diinginkan memaksimalkan
penurunan tanda
atau dibutuhkan sediaan energi untuk
fisiologis tidak toleran intervensi tugas perawatan diri
misal nadi, pernafasan 4. Berikan bantuan
dan TD dalam batas dalam aktif itas
normal sehari-hari dan
ambulasi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Anak T
Dx Medis : ALL
Umur : 8 tahun
Ruang : III 9 RB4
No Dx Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
1 I 22/01/2016 Memantau tanda-tanda vital TD: 110/80 MMHG
09.00 HR: 96 x/i
RR: 28 x/i
T: 36,80C
2 II 11.00 Memasang infus dengan Pasien kooperatif
tehnik aseptik

18.00 Memberikan diet M I


Memberi injeksi
3 III 09.30 Mengajak px bercerita atau Pasien mau bercerita
26
berkomunikasi kooperatif

Membantu klie makan Pasien makan habis ½ porsi

Membantu px dalam latihan


gerak secara perlahan-lahan
4 I 23//1/2016 Memantau tanda vital TD: -
08.00 HR: 96 x/i
Membantu anak dalam belajar RR: 26 x/i
T: 36,50C
Membantu anak dalam makan
buah Anak tidak mau makan buah
10.00

11.00
5 II 09.00 Perawatan infus Pasien kooperatif

12.00 Memberi Diet M I

18.00 Memberi injeksi

19.00 Membersihkan gigi klien

21.00 Mengingat anak dalam


kebersihan diri
Menjelaskan kepada anak dan
keluarga dalam kebersihan diri
6 III 09.30 Mengajak px dalam bercerita Pasien kooperatif.
tentang penyakitnya Mendengarkan cerita yang
diceritakan
12.30 Membantu klien dalam BAK

14.30 Mendemonstrasikan latihan

27
moblisasi

18.00 Memberikan diet M I

20.00 Membantu anak dalam BAB Anak berdoa sebelum tidur

21.00 Mengajari anak dalam berdoa


sebelum tidur
7 I 7/2/08 Memantau tanda vital TD: -
08.00 HR: 94 x/i
Membantu anak dalam RR: 26 x/i
bermain T: 36,50C

Memberi diet M I Anak kooperatif


10.00
Mengambil spesimen darah
arteri 3 cc
12.00
Perawatan infus
13.00
Mengoff infus

14.00

18.00
8 II 09.00 Observasi pasien dalam Anak kooperatif
ruangan

10.30 Pemberian injeksi

11.00 Bantu pasien dalam perawatan


gigi

13.30 Memberikan penjelasan

28
kepada anak cara-cara
membersihkan diri

16.00 Membantu pasien dalam


mandi dan menggosok gigi

E. EVALUASI KEPERAWATAN
HARI / NO DX EVALUASI SUMATIF TTD
TANGGAL
I S:
Ibu mengatakan anak sudah mulai lincah

O:
Kulit anak pucat
Konjungtiva pucat
Hb: 8,5 gr%

A:
Masalah belum teratasi

P:
R/T dilanjutkan
 Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak
 Pantau tanda-tada vital
 Berikan transfusi darah
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

II S:
Anak mengatakan lemah badannya

O:
Anak pucat, diet habis ¾ porsi, Hb: 8,5 gr%, leukosit 5,7.103/mm

A:
Infeksi tidak terjadi

P:
R/T dilanjutkan
 Tempatkan px di kamar khusus
29
 Lakukan tindakan dengan tehnik aseptik dan aseptik yang tinggi
 Lakukan kebersihan mulut secara rutin
IV S:
Anak R masih kelihatan lemah

O:
Anak tampak pucat, konjungtiva pucat, bibir pucat
A:
Masalah belum teratasi

P:
R/T dilanjutkan
 Bantu anak R dalam aktifitas sehari-hari
 Evaluasi laporan kelamahn, perhatikan ketidak mampuan dalam
beraktifitas

30

Anda mungkin juga menyukai