Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pekerjaan konstruksi baik itu membangun suatu gedung, jalan,
jembatan ataupun Pekerjaan konstruksi lainnya sangat membutuhkan alat-alat yang
dapat mendukung pekerjaan tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan
konstruksi tidak hanya alat-alat ringan yang sudah biasa digunakan dalam
membangun konstruksi sederhana tetapi untuk konstruksi yang dirancang tidak
sederhana sangat memerlukan alat-alat berat.Alat-alat berat mempunyai faktor
efektifitas dan efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang
dilakukan secara manual. Alat-alat berat ini tidak dapat begitu saja didistribusikan
ke lapangan karena membutuhkan alat berat lainnya yang berfungsi sebagai alat
pengangkut.
Tidak hanya alat-alat berat saja yang harus diangkut ke lapangan tetapi bahan-
bahan bangunan ataupun material membutuhkannya. Pemilihan alat angkut sangat
berpengaruh terhadap barang yang akan diangkutnya, kondisi medan yang akan
dilalui ke lapangan, dan juga tergantung pada fungsi dari alat angkut
tersebut. Dalam pekerjaan konstruksi, alat berat dibedakan berdasarkan beberapa
klasifikasi, salah satunya berdasrkan klasifikasi fungsional dan klasiikasi operasional
alat berat.
Berdasarkan klasifikasi fungsional alat berat dibedakan sebagai alat
pengolahan lahan, alat penggali, alat pengangkut material, alat pemindah material,
alat pemadatan, alat pemroses material, dan alat penempatan akhir material.
Sedangkan berdasarkan klasifikasi operasional alat berat dibedakan menjadi: alat
dengan penggerak dan alat statis. Contoh alat berat yaitu : excavator, Dump Truck,
Trailer, bulldozer, scaper , Dumper, dan alat-alat lain. Alat angkut khusus tersebut
mempunyai fungsi, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-beda. Adapun yang
dijelaskan dalam makalah ini adalah mengenai excavator/Backhoe.

A. Tujuan
- Memahami jenis – jenis alat berat.
- Mengetahui fungsi apa saja yang terdapat di alat berat tersebut.
- Memahami kegunaan dari alat berat.

B. Batasan Masalah
- Pada pembahasan kali ini hanya membahas alat berat excavator / backhoe.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
Excavator / backhoe adalah alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
galian tanah. serta meratakan dinding tebing tanah/menggaruk terutama pada perbukitan. Sebagian
besar excavator dilengkapi dengan arms hidrolik dan kabel yang terdapat dibagian depan lengan
berfungsi untuk menggerakan bucket agar dapat mengangkat, meletakan dan mengeruk material .
Kebanyakan pompa hidrolik dikendalikan dari gearbox power

Excavator/Backhoe mampu menggali segala jenis tanah kecuali batuan yang


harus dihancurkan terlebih dahulu Sesuai dengan namanya, alat ini dibuat agar
dapat berfungsi sebagai penggali maupun pemuat tanah tanpa harus banyak
berpindah tempat dengan menggunakan tenaga power take off dari mesin yang
dimilikinya.
1. Bagian – bagian excavator/ backhoe

Gambar 2 Bagian – bagian excavator

Secara garis besar bagian excavator/ backhoe ada 3 bagian utama yaitu Bagian
atas yang (dapat berputar) disebut superstructure, Bagian bawah (untuk gerak maju,
mundur/berjalan) disebut Undercarriage Attachment unit, adalah perlengkapan
yang diganti sesuai kebutuhan (bucet, Arm,Boom, Arm Cylinder, attachment hoist
cylinder dll.

Struktur bawah adalah penggerak utama yang dapat crawler (rantai) atau wheel
mounted (roda karet) merupakan bagian untuk berjalan. Khusus pada excavator
wheel mounted dimaksudkan agar memiliki kecepatan gerak atau berpindah dari
suatu tempat ketempat lain dengan relative lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan crawler excavator, sehingga wheel excavator besar memiliki dua
mesin penggerak, yang pertama sebagai mesin penggerak travelling unit
kendaraannya (truck) dan lainnya merupakan mesin penggerak alat excavator
seperti revolving unit maupun penggerak attachment unit dalam melakukan
fungsinya sebagai alat penggali, pengangkat maupun pemuat. Sedang bagian
revolving unit merupakan bagian untuk berputar mendatar.
1. Pengendali attachment
Pengendalian attachment unit dari excavator dapat dibedakan dengan dua macam
cara, yaitu :
a. Pengendalian dengan Cable controlled
b. Pengendalian dengan Hydraulic controlled

Prinsip kerja cable controlled Excavator / Backhoe dioperasikan dengan


menempatkan boom pada sudut yang diinginkan, kemudian menarik kabel
pengangkat (arm cylinder) bersamaan dengan mengulir kabel penarik (attachment
hoist cylinder) dimana bucket telah ditempatkan pada posisi yang diinginkan. Ujung
bebas boom diturunkan dengan melepaskan tegangan pada kabel pengangkat
sehingga gigi bucket tentang bahan yang akan digali. Jika bucket telah terisi, maka
kabel penarik akan digulung. Bucket diangkat dengan manaikan boom, dan
kemudian berputar ke tempat pembuangan tanah atau sebuah truk.
Prinsip kerja pengendalian hidrolik adalah berdasarkan kerja hidrolis yaitu
menggunakan media cairan (minyak pelumas) yang dimampatkan dengan membuka
dan menutup katup katup kompresi sehingga mempunyai tenaga dorong yang besar.
Kelebihan kendali Hidrolis adalah :
 Kecepatan operasional (waktu siklus lebih cepat)
 Efisiensi tinggi
 Ketepatan dan ketelitian dalam menggali lebih baik
 Control penuh terhadap attachment
A. Biaya Kepemilikan dan Pengopersian Alat Berat
Alat berat yang dimiliki sendiri oleh suatu perusahaan konstruksi akan sangat
menguntungkan dalam memenangkan tender proyek konstruksi dan menyelesaikan
proyek yang dikerjakan karena biaya pemakaian akan menjadi lebih kecil. Akan
tetapi dalam kepemilikan alat perlu pertimbangan apakah suatu perusahaan akan
menggunakan alat tersebut secara continue atau tidak. Jika alat digunakan secara
continue maka kepemilikan alat akan optimal tapi jika tidak digunakan terus
menerus akan menjadi beban bagi perusahaan. Pertimbangan lain yang perlu
diperhatikan adalah pada umumnya suatu alat tidak bekerja sendiri namun bekerja
dengan alat lain dalam satu kelompok. Jadi perusahaan konstruksi perlu analisis
untuk melihat lebih menguntungkan mana antara memiliki alat atau sewa.
1. Sumber Alat berat
Dalam dunia konstruksi alat berat yang dipakai dapat berasal dari berbagai
sumber yaitu:
- Alat berat yang dibeli kontraktor
Perusahaan konstruksi alat berat sebagai asset perusahaan. Keuntungan dari
pembelian ini adalah biaya pemakaian per jam kecil jika alat tersebut digunakan
secara optimal. Selain itu dalam proses tender kadang pemilik proyek melihat
bonafiditas suatu kontraktor berdasarkan kepemilikan alat.
- Alat berat yang disewa- beli oleh kontraktor
Pengadaan alat juga dapat berasal dari perusahaan leasing alat berat. Yang dimkasud
dengan sewa beli adalah pengadaan alat dengan pembayaran pada perusahaan
leasing dalam jangka waktu yang lama dan diakhir masa sewa beli tersebut alat
menjadi milik pihak penyewa. Sewa beli alat umumnya dilakukan dalam jangka
waktu yang lama. Biaya pemakaian umumnya lebih tinggi daripada memiliki alat
tersebut namaun terhindar dari resiko investasi alat yang besar diawal.
- Alat berat yang disewakan kontraktor
Perusahaan konstruksi juga dapat mengadakan alat berat dari perusahaan
penyewaan. Alat berat yang disewa biasanya dalam jangka waktu yang tidak lama.
Biaya pemakaian dengan metode sewa biasanya harganya sangat tinggi namun pihak
kontraktor terbebas dari biaya investasi yang besar diawal.
2. Biaya Alat berat
Biaya alat berat merupakan biaya yang harus dikeluarkan setiap alat berat
beroperasi . Adapun biaya utama ini meliputi biaya kepemilikan (owning cost) dan
biaya operasi (operating cost).
Owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama
alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri. Biaya ini
harus diperhitungkan karena alat semakin lama akan berkurang hasil produksinya,
bahkan pada waktu tertentu alat sudah tidak dapat diproduksi lagi dan hal ini
disebut depresiasi, biaya tersebut meliputi :
- Biaya penyusutan alat
Nilai penyusutan adalah nilai dari suatu alat berat yang telah berkurang akibat
nilai sisa dari alat tersebut. Nilai sisa adalah harga alat bekas sesudah umur
ekonomis (10% dari harga alat)
Operating cost adalah biaya operasi alat yaitu biaya-biayayang dikeluarkan
selama alat tersebut digunakan. Biaya operasi ini meliputi:
- Bahan bakar : Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya
mesin yang digunakan disamping kondisi medan yang ringan atau berat yang
menentukan. Pabrik alat biasanya memberikan prakiraan konsumsi bahan bakar
sesuai daya mesin alat yang dinyatakan dalam liter/jam atau gallon/jam. Perlu
diperhatikan bahwa selama pengoperasian alat mesin tidak selalu bekerja 100%
misalnya saja pada alat gali, pemakaian tenaga mesin 100% hanya pada waktu
menggali dan mengangkat tanah saja, sedang pada waktu bucket kosong mesin tidak
menggunakan tenaga penuh. Efisiensi kerja operator dalam satu jam kerja juga tidak
penuh 100% misalnya hanya 50 menit/jam saja, hal ini disebut dengan operating
factor, yang semakin besar operating factor maka makin besar pula tenaga mesin
bekerja untuk lebih jelasnya, maka rumus penggunaan bahan bakar perjam adalah:

Bensin : BBM = 0.06 x HP x eff


Surya: BBM = 0.04 x HP x eff

- Minyak Pelumas : Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada
besarnya bak karter (crank case) dan lamanya periode pengganti minyak pelumas,
biasanya antara 100 sampai 200 jam pemakaian. Untuk kebutuhan minyak pelumas,
minyak hidrolis, gemuk dan filter biasanya pembuat memberikan prakiraan yang
dinyatakan dalam liter/jam tergantung kondisi medan. Kondisi medan terbagi
menjadi 3 yaitu :
· Ringan : Gerakan – gerakan teratur dan banyak istirahat, tidak membawa muatan
penuh
· Sedang : Gerakan-gerakan teratur muatan tidak penuh
· Berat : Bekerja terus menerus dengan tenaga mesin penuh.
Apabila dari pabrik tidak memberikan prakiraan konsumsi minyak maka dapat
dihitung dengan rumus:
Keterangan : q : Kebutuhan minyak (gallon/jam)
HP : Daya mesin ( tenaga kuda )
C : Kapasitas bak karter ( galon)
t : waktu pemakaian ( jam )

- Biaya ban : Biaya ban tergantung dari harga ditempat alat yang bersangkutan
dioperasikan dan prakiraan umur ban menurut pengalaman atau menuurut
rekomendasi pabrik pembuatnya. Besarnya biaya penggantian ban ditentukan
dengan rumus berikut:

- Penggantian suku cadang : Suku cadang yang dimaksud adalah bajak, ujung mata
pisau pada buldoser dan alat-alat khusus lainnya yang kerusakannya lebih cepat
disbanding suku cadang yang lain, waktu kerusakan tidak tentu, tergantung
pemakaian dan medan kerja. Untuk menghitung biaya suku cadang khusus ini tidak
termasuk dalam pos perbaikan dan pemeliharaan tapi dihitung dalam pos tersendiri.
- Gaji Operator : Untuk menghtung gaji atau upah operato, factor yang
mempengaruhi adalah kecakapan dan pengalaman operator, kemampuan pemilik
alat dan kondisi social Negara yang bersangkutan.

A. Waktu siklus dan kerja excavator


Gerakan yang diperlukan dalam pengoperasian backhoe adalah :
Ada 6 gerakan dasar excavator yang mencakup gerakan-gerakan pada masing-
masing bagian yaitu:
 Gerakan boom : merupakan gerakan boom yang mengarahkan bucket
menujutanah galian.
 Gerakan bucket menggali: merupakan gerakan bucket saat menggali
material
 Gerakan bucket membongkar: merupakan gerakan bucket yang arahnya
berlawanan saat menggali
 Gerakan lengan: merupakan gerakan mengangkat lengan dengan radius
sampai 100°
 Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan agar bagian atas
backhoe dapat berputas sampai 360°
 Gerakan stuktur bawah: digunakan untuk berpindah tempat jika area
selesai digali.

Keenam gerakan tersebut merupakan lamanya waktu siklus, namun demikian


kecepatan waktu siklus ini tergantung pada besar kecilnya ukuran backhoe, makin
kecil backhoe maka waktu siklus akan lebih cepat karena lebih gesit, berlainan
dengan backhoe yang berukuran besar. Demikian juga dengan kondisi kerja, akan
mempengaruhi kelincahan daripada backhoe, seperti : Pada penggalian tanah liat,
penggalian parit dan lainnya. Tanah yang sulit digali maka waktu pengisian bucket
yang diperlukan akan menjadi lama, juga pada pekerjaan penggalian parit yang
dalam jarak pembuangan yang jauh, maka bucket harus bergerak lebih jauh, dengan
demikian maka waktu siklus juga akan menjadi lama, demikian pula pembuang
tanah atau pemuat tanah dari backhoe ke truk yang berada sebidang akan
mempengaruhi waktu siklus.

B. track shoe Pemilihan


Biasanya excavator bekerja pada kondisi yang berbeda-beda, seperti pada tanah
perkerasan, tanah lembek atau lunak, permukaan berbatu dan lain-lainnya,
berdasarkan pengalaman hal ini akan menimbulkan permasalahan terhadap
penggunaan trackshoe. Jika trackshoe bekerja pada tanah permukaan yang keras
maka trackshoe bagian bawah akan mengalami kerusakan atau aus dengan sangat
cepat, sehingga perlu dilakukan pemilihan trackshoe yang benar-benar tepat Untuk
penggunaan umum sebaiknya menggunakan tipe “triple gouser section” (roda
kelabang dengan tiga lapisan/bagian), karena memiliki traksi yang baik dan
memberikan kerusakan yang minimum terhadap permukaan tanah maupun
jalan.Dibanding dengan jenis double grouser section. Untuk penggunaan traksi yang
maksimum biasanya digunakan jenis single grouser section.Lebar trackshoe
biasanya berkisar antara 18”, 20”, 22”, 24”, 28”, 30”, 32”, 36”, dan 40”.
A. Menghitung produktivitas Backhoe
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas backhoe
1. Faktor Kondisi pekerjaan
Kondisi dan jenis tanah
 Tipe dan ukuran saluran (jika membuat saluran)
 jarak pembuangan
 Kemampuan operator
 Job management/pengaturan operational dan sebagainya

2. Faktor kondisi mesin


 Attachment yang cocok untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan
 Kapasitas bucket
 Waktu siklus banyak dipengaruhi oleh kecepatan travel dan sistem hidrolis

Kapasitas pengangkatan
3. Pengaruh kedalaman pemotongan dan sudut swing
Faktor dalamnya pemotongan dan faktor swing dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam pemotongan atau cutting yang diukur dari permukaan dimana excavator
berada mempengaruhi kesulitan dalam pengisian bucket secara optimal dengan
sekali gerakan mungkin diperlukan beberapa kali gerakan untuk dapat mencapai isi
bucket yang optimal. Tentu saja kondisi ini mempengaruhi lama siklus. Menghadapi
kondisi demikian, maka operator mempunyai beberapa pilihan :
 Mengisi bucket sampai penuh dengan beberapa kali gerakan, atau
 Mengisi dan membawa material seadanya dari hasil satu gerakan.

Namun pilihan tersebut membawa konsekwensi produktivitas menjadi berkurang


sehingga efek ini perlu diperhitungkan.
Gambar 6. Jangkauan kerja excavator
Cara penggunaan tabel :
Misal ukuran bucket 1 CuYd, dalam maksimum 10 feet (jarak dari permukaan
dimana shovel bekerja sampai dasar tebing), sudut swing 75 derajat, jenis tanah
lempung berpasir. Tentukan faktor swing dan kedalaman galian.
Pada tabel 1. kedalaman optimum yang dapat dicapai untuk bucket ukuran di 1 CuYd
pada lajur lumpur berpasir diperoleh angka 6.0, berarti kedalaman pemotongan
yang optimum adalah : = 6/10 x 100% = 60%. Selanjutnya pada tabel 2 dibawah
faktor swing dan kedalaman dicari angka 60%, tarik horizontal kekanan, dibawah
angka 75, terdapat angka 0,96 jadi faktor swing dan kedalaman adalah 0,96.
Tabel 2. Pengaruh Faktor Swing dan Faktor Kedalamannya
Sumber : Peurfoy, 1985

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi shovel adalah : faktor kondisi


pekerjaan dan faktor pengisian bucket.

Tabel 4. Faktor Pengisian Bucket


Bahan Faktor Pengisian
pasir kerikil 0,90-1,00
Tanah biasa 0,80-0,90
Tanah liat keras 0,65-0,75
Tanah liat basah 0,50-0,60
Batu pecahan baik 0,60-0,75
Batu pecahan kurang baik 0,40-0,50
Sumber : Rochmanhadi, 1985

Produksi Kerja Backhoe atau Excavator


1. Kapasitas Produksi

dimana : Q = Produksi per-jam (m3/jam)


q = Produksi per siklus (m3)
Cm = Watu siklus (detik)
E = Efisiensi kerja
Produksi per-siklus (q) = q1 x K
Dimana : q1 = Kapasitas ujung menurut spesifikasi
K = Faktor bucket, lihat tabel

Tabel 5. Faktor Bucket


Kondisi Pemuatan Faktor
Ringan Menggali dan memuat stockpile atau material yang telah dikeruk 1,0-0,0
oleh excavator lain, yang tidak membutuhkan gaya gali dan dapat
dibuat munjung dalam bucket
Sedang Menggali dan memuat stockpile lepas dari tanah yang lebih sulit 0,8-0,6
untuk digali dan dikeruk tetapi dapat dimuat hampir munjung.
Pasir kering, tanah berpasir, tanah campuran tanah liat, tanah liat,
gravel yang belum disaring, pasir yang telah memadat dan
sebagainya, atau menggali dan memuat gravel langsung dari bukit
gravel asli.
Agak Menggali dan mengambil batu-batu pecah, tanah liat yang keras, 0,6-0,5
sulit pasir campur kerikil, tanah berpasir, tanah koloidal liat, tanah liat
dengan kadar air tinggi yang telah di stockpile oleh excavator
lainnya.
Sulit untuk mengisi bucket dengan material tersebut.
Sulit Bongkahan, batuan besar dengan bentuk tak teratur dengan 0,5-0,4
ruangan diantaranya batuan hasil ledakan, batuan bundar, pasir
campur tanah liat, tanah liat yang sulit untuk dikeruk dengan
bucket.
Sumber : Rochmanhadi, 1985

1. Waktu siklus
Cm = Waktu gali + (Waktu putar x 2) + waktu buang
2. Waktu Gali (detik)
Waktu gali biasanya tergantung pada kedalaman gali
Tabel 6. Waktu Gali
Kondisi Gali / Ringan Sedang Agak sulit Sulit
Kedalaman bisa (detik) (detik) (detik) (detik)
0-2 m 6 9 15 26
2-4m 7 11 17 28
4 - lebih 8 13 19 30
Sumber : Rochmanhadi, 1985

Waktu putar tergantung dari sudut putar dan kecepatan putar


Tabel 7. Waktu putar (detik)
Sudut Putar Waktu Putar
45 – 90 (derajat) 4-7
90 – 180 (derajat) 5-8
Sumber : Rochmanhadi, 1985

Waktu buang tergantung daripada kondisi pembuangan material (detik)


- Pembuangan kedalam Dumptruck = 4 - 7 detik
- Ketempat pembuangan = 3 – 6 detik

dimana : A = produksi per-jam (m2/jam)


Cm = Waktu siklus
E = Efisiensi kerja

a. Waktu Siklus
Waktu siklus = Waktu perapihan + waktu travel
Tabel 9. Kecepatan Perapihan Medan
Panjang tebing Kecepatan perapihan
0-0,5 0,2
0,5-1 0,1
1-2 0.08
2-4 0.05
4 - lebih 0.02
Sumber : Rochmanhadi, 1985

a. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja berkisar antara 0.2 – 0.4

Peranan Teknologi dalam perhitungan kerja excavator /Backhoe


— Selain dari segi produktifitas dan kapasitas, faktor lain dalam inovasi
excavator/backhoe adalah perkembangan teknologi. Perkembangan
teknologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu perkembangan fungsional dan
perkembangan ekonomis.
 - Perkembangan fungsional mengklik peningkatan fingsi dari bagian-bagian
peralatan sehingga yang diperoleh menjadi lebih baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
 — Perkembangan ekonomis menekankan adanya perubahan dalam
pembiayaan, dimana peralatan yang baru dapat menghemat pengeluaran biaya
oprasional dan pemeliharaan.

Yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian backhoe adalah :


1. Mobilisasi shovel ke lokasi kerja
2. Kondisi lokasi dan jenis pekerjaan
3. Waktu yang tersedia dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Pengadaan suku cadang
5. Jangkauan attachment dari backhoe
Waktu siklus
Pengisian bucket = 7 detik
Mengangkat beban & swing = 10 detik
Dumping (pembuangan) = 5 detik
Swing kembali = 5 detik

Waktu tetap, percepatan dan lain lain 4 detik


Jumlah = 31 detik = 0.5 menit
Banyaknya trip = 60/0,5 = 120 trip/jam
Produksi teoritis = 1,39 BCY/trip x 120 trip per-jam = 166,8 BCY

Faktor Koreksi :
Efisiensi kerja = 50 min/jam = 0,84
Kondisi kerja & tata laksana sedang = 0,65
Faktor swing dan kedalaman galian, tanah biasa = 9,7 feet
Kedalaman optimum = 6,0/9,7 x 100% = 60%
Swing 90 derajat = 0,91
Faktor pengisian = 0,85
Faktor koreksi total = Fk: 0,84 x 0,65 x 0,91 x 0,85 = 0,42
Sehingga produksi perjam = 166,8 BCY/jam x 0,42 = 70,06 BCY/jam

2. Pekerjaan tanah dengan menggunakan Type Backhoe : PC 200-6 (Komatsu) tanah


biasa dengan sweel 20,5 %.

- Waktu siklus Data:


1. Kedalam galian: 3 m
2. Kondisi galian : sedang
3. Sudut swing bucket : 90 – 180 derajat
4. Tempat pembuangan : Dump Truck
— Efisiensi Pekerjaan :
1. Kondisi alat: Sangat baik
2. Pemeliharaan alat : Baik sekali
3. Operator : Terampil
4. Kondisi cuaca: Terang, segar

- Spek Backhoe Jenis PC 200-6 (Komatsu):


1. Kapasitas : 19 ton
2. Kapasitas bucket : 0,8 m3
3. Lebar bucket : 1, 45 m

- Bucket Factor
1. Tanah biasa: (0.8 s / d 0.9) diambil 0.8

- Siklus Waktu
1. Waktu gali : 11 detik
2. Waktu putar : 6 detik
3. Waktu buang : 5 detik

— Efisiensi Pekerjaan :
1. Kondisi alat: 0.83
2. Operator: 0.80
3. Kondisi cuaca: 0.90

P = 3600 / C x S x V x B x E

 Siklus Waktu (C)


C = t1 + 2t2 + t3
C = 11 + 2x6 + 5
C = 28 detik

- Ayunan Dept Factor (S)


Kedalaman optimum = Kedalam galian x 100 %
Kedalaman galian max. backhoe

Kedalam galian = 3 m
Kedalaman galian max. Backhoe = 2.08 m
Kedalam optimal = 145%
Swing dept factor = 0,795 (sudut diambil 120°)

- Volume Bucket (V)


Kapasitas ember = 0,80 m 3 , yang munjung +/- 1 m 3
Sweel = 20,5%
Jadi, kapasitas bucket = 1/1,205 = 0.83 m3

- Bucket Isi Factor (B)


Material tanah biasa = 0.80 - 0.90 (diambil 0.80)

— Efisiensi Pekerjaan (E)


Efisiensi Pekerjaan = 0.83 x 0.80 x 0.90
Efisiensi Pekerjaan = 0.60

— Jadi Produktivitas Backhoe


P = 3600 / C x S x V x B x E
P = 3600/28 x 0795 x 0.83 x 0.80 x 0.60
P = 40,72 M 3 / Jam

BAB III KESIMPULAN


Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas backhoe
sangat dipengaruhi oleh :
1. Jenis excavator/backhoe yang dipakai
2. Kondisi tanah yang digali
3. Kedalaman galian
4. Sudut ayunan bucket
5. Tempat pembuangan
6. Kondisi alat dan perawatan alat
7. Keterampilan operator
8. Kondisi cuaca

Anda mungkin juga menyukai