Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH AKTIVASI THERMAL TERHADAP KUALITAS

ARANG AKTIF DARI BONGGOL SINGKONG


MENGGUNAKAN AKTIVATOR KALIUM HIDROKSIA
(KOH)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

ZUHROTUL FIKRI ILMA


NIM 201622003

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
BONTANG
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................iv
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
2.1 Bonggol Singkong ...................................................................................................... 4
2.2 Karbonisasi ................................................................................................................ 4
2.3 Aktivasi ...................................................................................................................... 5
2.3.1 Aktivasi Kimia ..................................................................................................... 5
2.3.2 Aktivasi Fisika ..................................................................................................... 7
2.4 Penetapan Kadar Air ................................................................................................. 8
2.5 Karbon Aktif .............................................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................................ 10
METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 10
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 10
3.1.1 Alat ................................................................................................................... 10
3.1.2 Bahan ............................................................................................................... 10
3.2 Rancangan Penelitian.............................................................................................. 11
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 12
3.3.1 Diagram Alir ..................................................................................................... 12
3.3.2 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 12
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................ 16
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................. 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Proses Karbonisasi Secara Singkat ............................................... 5


Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 12

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar Mutu Karbon Aktif .............................................................. 9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman yang telah dikenal di seluruh
pelosok Indonesia. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik
Kalimantan Timur, pada tahun 2015 produksi singkong mencapai 53.966 ton. (BPS,
2015) Sementara itu berat bonggol singkong 10 – 20 % dari berat keseluruhan
tanaman singkong. Sehingga bonggol singkong yang bisa didapatkan sekitar
8.094,9 ton/tahun.

Selama ini tanaman singkong yang kita ketahui hanya dimanfaatkan pada
dagingnya saja, sementara bagian lainnya masih kurang untuk dimanfaatkan. Oleh
karena itu setelah masa panen tanaman singkong, bonggol singkong akan dibuang
begitu saja. Sehingga akan mengakibatkan bahan baku terbuang yang sebenarnya
memiliki manfaat yang lebih.

Kandungan dalam bonggol singkong adalah Selulosa 70 – 80 %, Lignin 15


– 20 %, ADF 15 – 20 %. Bonggol singkong ini berpotensi untuk dijadikan arang
aktif dengan metode pirolisis atau karbonisasi pada suhu tinggi. Karbonisasi adalah
proses pemecahan/peruraian selulosa menjadi karbon pada suhu berkisar 275° C.
(Tutik M dan Faizah H, 2001).

Pengaplikasian arang aktif didalam pengolahan air adalah untuk


menghilangkan bahan pengotor komponen organik. Arang aktif juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk menghilangkan bau dan warna. Selain itu arang
aktif juga dapat digunakan sebagai bahan untuk mengurangi kadar minyak, fenol,
benzena, pestisida, dan detergen (Marsh dan Reinoso, 2006).

1
1.2 Rumusan Masalah

Tanaman singkong kebanyakan hanya dimanfaatkan pada bagian dagingnya


saja. Sementara itu, pada bagian bonggol ubi kayu ini cenderung kurang
dimanfaatkan, dan biasanya hanya dibuang begitu saja setelah masa panen tanaman
singkong.

Dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dengan adanya penelitian ini


yaitu mengurangi limbah organik, dan menjadikan limbah tersebut menjadi suatu
produk yang memiliki nilai jual dan manfaat bagi kehidupan,

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mandiri .P dengan bahan baku yang
sama namun perlakuan berbeda, didapatkan hasil terbaik aktivasi dengan larutan
KOH adalah pada konsentrasi 20% dengan waktu perendaman selama 5 jam,
dengan daya jerap iodin 642,105 mg/g. Oleh karena itu pada penelitian ini untuk
meningkatkan daya serap terhadap iod akan dilakukan penambahan aktivasi fisika.
Karena kenaikan temperatur aktivasi fisika pada kisaran 450OC – 700OC dapat
meningkatkan luas permukaan spesifik dari karbon aktif (Raharjo, 1997).
Penelitian ini akan di fokuskan pada variabel temperatur aktivasi fisika,
dimana semakin besar temperatur maka semakin besar pori yang terbentuk, namun
pada kondisi tertentu kenaikan temperatur justru akan menurunkan volume
mikropori pada arang aktif.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur


aktivasi fisika terhadap peningkatan kualitas arang aktif dari bonggol singkong
dengan aktivator kalium hidroksida agar didapat arang aktif dengan kualitas kadar
air , kadar abu, dan uji serap iod yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

Manfaat yang akan didapatkan pada penelitian yang akan dilakukan ini
adalah meningkatkan nilai ekonomi dari bonggol singkong dengan menjadikannya

2
arang aktif yang memiliki banyak manfaat antara lain dapat menghilangkan bau,
warna, dan rasa pada air. Karena selama ini diketahui bahwa bonggol singkong
belum dimanfaatkan secara maksimal.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bonggol Singkong

Bonggol singkong merupakan bagian yang berada diantara batang dan


umbi, bagian ini mempunyai komposisi yaitu Selulosa 70 – 80 % , Lignin 15 – 20
%, dan ADF 15 – 20 %. Dengan besarnya kandungan selulosa tersebut, bonggol
singkong berpotensi untuk dijadikan arang aktif

2.2 Karbonisasi

Karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal


menjadi karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan
udara yang terbatas atau seminimal mungkin. Sebenarnya teknik pengarangan
sudah dikenal ratusan tahun yang lalu. Hanya saja, arang yang dibuat berasal dari
kayu bakar, bukan dari limbah organik.

Proses karbonisasi atau pengarangan biasanya dilakukan dengan


memasukkan bahan organik ke dalam lubang atau ruangan yang dindingnya
tertutup, seperti di dalam tanah atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah
dimasukkan, bahan disulut api hingga terbakar. Nyala api tersebut dikontrol. Tujuan
pengendalian tersebut agar bahan dibakar tidak menjadi abu, tetapi menjadi arang
yang masih terdapat energi di dalamnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar (Kurniawan dan Marsono, 2008)

4
Sumber : Kurniawan dan Marsono, 2008
Gambar 2. 1 Proses Karbonisasi Secara Singkat

2.3 Aktivasi

Proses aktivasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar


luas permukaan atau diameter pori-pori, sesudah proses karbonisasi berakhir.
Dengan demikian, proses ini akan meningkatkan kemampuan karbon aktif dalam
melakukan penyerapan komponen kimia yang akan melalui pori-pori tersebut. Pada
umumnya, karbon (arang) dapat diaktifkan dengan dua cara, yaitu aktivasi kimia
dan aktivasi fisika.

2.3.1 Aktivasi Kimia

Aktivasi secara kimia dilakukan dengan pengisian bahan kimia seperti


ZnCl2, CaCl2, H3PO4, NaCl, AlCL2, MgCl2, HNO3, HCl, NaOH, H2SO4 , KOH dll.
Semua bahan pengaktif ini umumnya bersifat sebagai pengikat air (Miranti, 2012).
Prinsip kerjanya adalah pengikisan karbon menggunakan bahan kimia untuk
mengintensifkan proses aktivasi tersebut dapat dilakukan dengan pemanasan. Pada
cara ini aktivating yang digunakan reagen sebagai bahan kimia dimana sesudah
proses karbonisasi dilakukan, dengan demikian cara aktivasi ini lebih mudah
dilakukan. Mutu arang aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan baku, bahan
pengaktif dan cara pembuatannya.
a. Konsentrasi Aktivator

Semakin besar konsentrasinya maka semakin kuat larutan mengikat

5
senyawa-senyawa tar pada sisa karbonasi untuk melewati mikro pori-
pori dari karbon sehingga permukaannya menjadi porous
mengakibatkan daja serapnya semakin besar tetapi jika konsentrasinya
terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya sturktur pori yang terbentuk
dari arang aktif sehingga mengakibatkan masih adanya sebagian
kandungan mineral organik yang terdapat dalam arang aktif, hal ini
berarti akan menurunkan kualitas arang aktif (Atmoko, 2012).

b. Waktu Aktivasi

Lamanya perendaman bertujuan untuk menghilangkan atau membatasi


pembentukan lignin, karena adanya lignin yang dapat membentuk
senyawa tar.

c. Ukuran Bahan

Semakin kecil ukuran bahan baku yang diaktifkan makan akan semakin
baik karbon aktif yang dihasilkan karena luas kontak antar bahan baku
dengan larutan aktivasi semakin besar. Pemilahan antara karbon aktif
yang berupa serbukdan granular yang ditentukan oleh ASTM D2652-74
sebagai mesh atau sekitar 0,18 mm (Mars and Rodriguez, 2006).

Bahan baku berkarbon, seperti kokas migas (petroleum), serbuik


gergaji, lignit batu bara, gambut, kayu, arang betok dan biji buah-buahan
dapat digunakan untuk membuat arang aktif. Sifat-sifat bahan jadinya
tidak hanya tergantung pada bahan baku yang digunakan, tetapi juga
cara aktivasi. Karbon aktif untuk penghilang warna biasanya digunkan
dalam bentuk serbuk. Jadi,bahan baku untuk jenis ini haruslah tanpa
struktur atau mempunyai struktur yang lemah. Untuk menghasilkan
jenis ini, dapat digunakan serbuk gergaji atau lignit. Karbon adsorben
uap digunakan dalam bentuk granul kertas dan biasanya dibuat dari
batok kelapa, biji buah, atau batu bara dan arang kayu yang dibuat brikat

6
(bata). Sifat fisiknya yang paling penting ialah luas permukaan (Austin,
1984 dalam Putriani, 2017).

2.3.2 Aktivasi Fisika

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa


organik dengan bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring, 2003). Metode aktivasi
secara fisika antara lain denganmenggunakan uap air, gas karbondioksida, oksigen
dan nitrogen. Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga
yang ada pada arang sehingga memperluas permukaanya, menghilangkan
konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar dan hidrokarbon-
hidrokarbon pengotor pada arang.

Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonasi dalam


sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.
Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi valume, memperluas diameter pori
yang terbentuk selama karbonasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang baru
pada batas tertentu.

Reaksi yang terjadi pads proses ktivasi adalah endoterm, sehingga aktivasi
yang terjadi menjadi kurang efektif Akibat panas yang terbentuk menjadi
berkurang. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan membakar gas-gas yang terbentuk (Kienle, 1986).

Selama pengaktifan dengan gas-gas pengoksida, lapisa-lapisan karbon


kristalit yang kurang teraturakan mengalami pergeseran yang mengakibatkan
permukaan kristalit atau celah mejadi terbuka sehingga gas-gas pengaktif yang
lembam dapat mendorong residu-residu hidrokarbon seperti senyawa tar, fenol,
methanol dan senyawa lain yang menempel pada permukaan arang. Cara yang
sangat efektif untuk mendesak residu-residu tersebut adalah dengan mengalirkan
gas pengoksida pada materi permukaan karbon (Pari dan Sudrajat, 2011).

7
2.4 Penetapan Kadar Air

Pada umumnya, penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan


dalam oven bersuhu 105-110˚C sampai diperoleh berat yang konstan. Selisih berat
sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.

Untuk bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa yang
mudah menguap (Volatile) digunakan distilasi dengan pelarut tertentu yang berat
jenisnya lebih ringan daripada air (Iskandar, 2015)

2.5 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah bahan padat berpori-pori yang merupakan hasil


pembakaran dari bahan yang mengandung karbon. Karbon aktif merupakan bentuk
arang yang sudah melalui proses aktivasi dengan menggunakan gas CO2, uap air,
atau bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka. Dengan demikian, daya
absorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau.
Karbon aktif memiliki kandungan air 5-15%, abu 2-35%, dan sisanya terdiri
atas karbon. Karbon aktif berbentuk amorf yang terdiri atas pelat-pelat datar dan
tersusun dari atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar
dengan satu atom C pada setiap sudutnya. Pelat tersebut bertumpuk-tumpuk satu
dengan yang lain, dan yang tertinggal pada permukannya membentuk kristal
dengan sisa hidrokarbon, ter, dan senyawa lainnya (Winarno, 2014)

8
Berdasarkan standar karbon aktif yang mengacu pad SNI 06-3730-1995,
persyaratan karbon aktif adalah sebagai berikut :
Uraian Persyaratan Kualitas
Butiran Serbuk
Bagian yang hilang pada Maks. 15% Maks. 25%
pemanasan 950°C
Kadar air Maks. 4,5% Maks. 15%
Kadar abu Maks. 2,5% Maks. 10%
Bagian yang tidak 0 0
mengarang
Daya serap terhadap I2 Min. 750 mg/g Min. 750 mg/g
Karbon aktif murni Min. 80% Min. 65%
Daya serap terhadap Min. 25% -
benzena
Daya serap terhadap biru Min. 60 mg/g Min. 120 mg/g
metilen
Berat jenis curah 0,45 – 0,55 g/ml 0,3 – 0,35 g/ml
Lolos mesh 325 - Min. 90%
Jarah mesh 90% -
Kekerasan 80% -
Sumber : Anonim, 1995

Tabel 2. 1 Standar Mutu Karbon Aktif

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Gelas Kimia 50 mL, 250 mL


2. Pipet Ukur 10 mL, 50 mL
3. Bulp
4. Ayakan 100 mesh
5. Alat pirolisis
6. Oven
7. Furnace
8. Neraca Digital
9. Botol Aquades
10. Buret 50 mL
11. Gegep
12. Cawan Petridish dan Crucible
13. Spatula
14. Kaca arloji

3.1.2 Bahan

1. Bonggol Singkong
2. KOH 20 %
3. Larutan iodin 0,1 N
4. Natrium Thiosulfat 0,1 N
5. Larutan kanji 1%
6. Aquades
7. Indikator Universal

10
3.2 Rancangan Penelitian

a. Variabel Tetap

- Massa Bahan Baku : 1500 gram


- Waktu Karbonisasi : 120 menit
- Suhu Karbonisasi : 450˚C
- Konsentrasi KOH : 20 %
- Ukuran Karbon Aktif : 100 mesh
- Waktu Perendaman : 5 jam
- Waktu Aktivasi Fisika : 2 jam

b. Variabel Berubah

- Temperatur Aktivasi : 500˚C, 600˚C, 700˚C, 800˚C, 900˚C

c. Variabel Respon

- Kadar air dari karbon aktif (Gravimetri, ASTM D-3173)


- Kadar abu dari karbon aktif (Gravimetri, ASTM D-3174)
- Daya Serap I2 dari karbon aktif (Titrasi Iodimetri, SNI No. 06-3730-1995)

11
3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Diagram Alir

Pembersihan Bonggol Singkong dari Kotoran

Pengeringan Bonggol Singkong dibawah sinar matahari

Karbonisasi selama 120 menit dengan suhu 450˚C

Penyeragaman ukuran menjadi 100 mesh

Aktivasi menggunakan KOH 20 % selama 5 jam

Pencucian dengan aquades

Aktivasi Fisika 500˚C, 600˚C, 700˚C, 800˚C, 900˚C


( 2 jam )

Uji kadar air, kadar abu, dan daya serap terhadap iodin

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

3.3.2 Prosedur Penelitian

a) Prosedur Preparasi Bahan

1. Membersihkan bonggol singkong dari kotoran


2. Mengeringkan bonggol singkong di bawah sinar matahari sampai
kering

12
b) Prosedur Utama

1. Memasukkan bonggol singkong yang telah dikeringkan ke dalam alat


pirolisis sebanyak 1500 gram
2. Menunggu proses karbonisasi selama 120 menit dengan suhu 450˚C
3. Mengambil arang dari alat pirolisis, dan menimbang massa yang
dihasilkan
4. Menggerus arang yang telah ditimbang hingga berukuran kecil dan
mengayak arang hingga lolos 100 mesh
5. Mengambil 20 gram arang yang dihasilkan dan memasukkan kedalam
gelas kimia 250 mL, rendam dengan KOH 20% selama 5 jam
6. Mencuci arang yang telah diaktivasi dengan menggunakan aquades
sampai pH netral.
7. Mengeringkan arang aktif dengan menggunakan oven pada suhu
105˚C selama 1 jam.
8. Kemudian arang aktif di aktivasi fisika pada suhu 500˚C, 600˚C,
700˚C, 800˚C, dan 900˚C selama 2 jam.
9. Melakukan uji kadar air, kadar abu, dan daya serap iodin arang aktif

c) Prosedur Analisa

1) Prosedur Analisa Kadar Air (ASTM D – 3173)

1. Menaikkan suhu oven hingga 105-110°C.


2. Menimbang petridish kosong + tutupnya, mencatat data.
3. Menimbang sampel ± 1 gram kedalam cawan petridish, meletakkan di
atas tray.
4. Memasukkan tray beserta sampel tersebut kedalam oven, dan
meletakkan tutup cawan petridish di luar.
5. Memanaskan selama 1 jam.
6. Mengeluarkan tray beserta sampel dari oven, dan menutup kembali
dengan penutup cawan petridish yang sesuai,

13
7. Mendinginkan tray beserta sampel di dalam desikator selama ± 5 menit.
8. Menimbang kembali cawan petridish beserta sampel yang telah
didinginkan.
9. Mencatat data analisa pada lembar kerja proximate analysis.
10. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :
𝑚 −𝑚
% Moisture = 𝑚2 −𝑚3 × 100% ……………………………....... (3.1)
2 1

Keterangan:
m1 = massa cawan petridish kosong (gram)
m2= massa cawan petridish + sampel sebelum pemanasan (gram)
m3 = massa cawan petridish + sampel setelah pemanasan (gram)

2) Prosedur Analisa Kadar Abu (ASTM D - 3174)

1. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan, dan nomor crucible pada lembar
kerja proximate analysis.
2. Menimbang crucible kosong, mencatat data.
3. Menimbang sampel ± 1 gram ke dalam crucible, meratakannya lalu
meletakkan di atas tray.
4. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel di dalam furnace pada suhu
400-450 °C selama 1 jam, kemudian dilanjutkan pada suhu 750 °C selama
3 jam. Mengeluarkan crucible dari furnace dan mendinginkan di dalam
desikator selama 5-10 menit.
5. Menimbang crucible yang berisi residu.
6. Membersihkan residu di dalam crucible dengan menggunakan kuas kering.
7. Menimbang crucible kosong setelah pemanasan.
8. Mencatat data analisa pada lembar kerja proximate analysis.

14
9. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :
𝑚 −𝑚
% Ash Content = 𝑚3 −𝑚4 × 100%……………………………....... (3.2)
2 1

Keterangan :
m1 = massa cawan sebelum pemanasan (gram)
m2 = massa cawan + sampel sebelum pemanasan (gram)
m3 = massa cawan + sampel setelah pemanasan (gram)
m4 = massa cawan setelah pemanasan (gram)

3) Prosedur Analisa Daya Serap Karbon Aktif terhadap Iodin (SNI No. 06-

3730-1995)

1. Menimbang karbon aktif sebanyak 0,5 gram dan mencampurkan karbon


aktif yang telah ditimbang dengan 50 mL larutan iodin 0,1 N.
2. Mengaduk larutan yang telah di beri arang aktif dengan stirrer selama ± 15
menit.
3. Menyaring larutan menggunakan kertas saring Whatman No. 42.
4. Memipet 10 mL larutan sampel dan menitrasi dengan larutan Natrium
Thiosulfat 0,1 N hingga larutan mulai terlihat keruh.
5. Menambahkan larutan kanji 1 % ke dalam larutan sampel sebagai indikator
hingga larutan sampel berwarna biru tua.
6. Menitrasi kembali larutan sampel hingga berubah warna menjadi bening.
7. Menghitung daya serap karbon aktif tehadap iodin menggunakan rumus
berikut:
𝑉× N
(10 − ) × 12,69 × fp
Daya serap iodin = N Iod …………..… (3.4)
𝑊
Ket: V = Larutan Natrium Thiosulfat yang diperlukan (mL)
N = Normalitas larutan Natrium Thiosulfat (N)
W = Massa sampel karbon aktif awal (gram)
fp = Faktor pengenceran

15
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini nantinya akan dimulai pada bulan oktober sampai dengan bulan
november 2018. Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Riset dan
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang. Kemudian
untuk pengambilan sampel berupa bonggol singkong akan dilakukan di beberapa
kebun yang ada di daerah Bontang. Analisa sampel hasil penelitian seperti analisa
kadar abu, analisa kadar air, dan daya serap terhadap iod akan dilakukan di
Laboratorium Tribhakti Inspektama.

3.5 Rincian Anggaran

Jumlah
Nama Bahan Satuan Bahan Harga Total
Bonggol singkong KG 1 Rp300 Rp300
KOH 20% ML 100 Rp3.400 Rp340.000
Natrium Thiosulfat
0,1 N KG 1 Rp84.500 Rp84.500
Kanji KG 1 Rp9.000 Rp9.000
Aquades L 1 Rp16.000 Rp16.000
Indikator Universal KTK 1 Rp110.000 Rp110.000
TOTAL Rp559.800

16
DAFTAR RUJUKAN

BPS Kaltim, 2015. Statistik. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur.
Tutik, M. dan Faizah H, 2001. Aktivasi arang tempurung kelapa secara kimia
dengan larutan kimia ZnCl2, KCl, dan HNO3. Jurusan Teknik Kimia UPN.
Yogyakarta.
Iskandar, S. (2015). Ilmu Kimia Teknik. Yogyakarta: Deepublish.
Janick, J. (1994). Holticultural Review. Canada: John Wiley 7 Sons, Inc.
Kurniawan, O., Marsono. (2008). Superkarbon. Depok: Penebar Swadaya.
Marsh, H., & Reinoso, F. R. (2006). Activated Carbon. New York: Elsevier Science
& Technology Books.
Septian M, K. (2018). Pengaruh konsentrasi activator kalium hidroksida (KOH)
terhadap kualiras arang aktif dari bonggol singkong. Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda. Samarinda.

Putra Mandiri Betan. (2018). Pengaruh waktu aktivasi terhadap peningkatan


kualitas arang aktif dari limbah bonggol singkong dengan proses
karbonasi menggunakan alat pirolisis. Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Samarinda. Samarinda
Standar Nasional Indonesia. (1995). Arang Aktif Teknis (SNI 06-3730-1995).
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
Winarno, F. G. (2014). Kelapa Pohon Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

17

Anda mungkin juga menyukai