Anda di halaman 1dari 46

PREMIUM, PERTALITE, PERTAMAX,

PERTAMAX PLUS, DAN AVGAS

Disusun Oleh :

Zuhrotul Fikri Ilma


201622003

LOGO
www.themegallery.com
KLASIFIKASI BENSIN

Premium

Pertalite
AVGAS

Pertamax
Plus
Pertamax
BENSIN
Salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan
untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga atau empat.
Bensin merupakan campuran senyawa-senyawa
hidrokarbon yang terdiri dari isomen-isomer heptana
(C7H16) dan oktana (C8H18).
KUALITAS
BENSIN

Kualitas bensin dapat ditentukan berdasarkan jumlah ketukan dan


dinyatakan dengan bilangan oktan. Semakin sedikit ketukan, semakin
baik mutu bensin, dan semakin tingi nilai oktannya.
Ketukan adalah suatu perilaku yang kurang baik dari bahan bakar,
yaitu pembakaran yang terlalu dini sebelum piston berada pada posisi
yang tepat. Ketukan menyebabkan mesin menggelitik, mengurangi
efesiensi bahan bakar dan merusakSARAN
mesin
BILANGAN OKTAN

Bilangan yang menunjukkan jumlah isooktan dalam bensin.


Bilangan oktan merupakan ukuran kemampuan bahan bakar
mengatasi ketukan ketika terbakar dalam mesin. Bensin
merupakan fraksi minyak bumi yang mengandung senyawa
n±heptana dan isooktan.
Misalnya, bensin premium yang beredar di pasaran dengan
bilangan oktan 80 berarti bensin tersebut mengandung 80%
isooktan dan 20% n±heptana
PREMIUM
Premium atau biasa disebut bensin merupakan BBM jenis
distilat yang memiliki warna kekuningan yang jernih. Premium
mengandung RON 88, yang merupakan kadar paling rendah
di antara BBM kendaraan bermotor yang dipasarkan SPBU
Pertamina di Indonesia

Dari Segi teknologi


Penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi akan
menyebabkan knocking. Premium di dalam mesin kendaraan
akan terbakar dan meledak tidak sesuai gerakan piston.
Knocking menyebabkan tenaga mesin berkurang sehingga
terjadi pemborosan atau inefisiensi. Kandungan RON dalam
premium adalah RON 88.
Dari Segi Ekonomi
knocking berkepanjangan mengakibatkan kerusakan pada
piston sehingga komponen tersebut lebih cepat
diganti, Dibanderol dengan harga paling murah (di Subsidi
oleh Pemerrintah)

Dari Segi Polusi yang dihasilkan


Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah besar. (Gas ini
dihasilkan dari reaksi pembakaran dalam mesin yang nantinya
dilepaskan ke udara sebagai polusi udara)
PERTALITE

Pertalite merupakan BBM baru yang diluncurkan Pertamina di


akhir Juli 2015 untuk memenuhi Surat Keputusan Dirjen Migas
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 313
Tahun 2013 tentang Spesifikasi BBM RON 90. Dari sisi
teknologi, sebenarnya kendaraan roda empat di Indonesia
rata-rata bisa mengonsumsi BBM RON 90-92.

Dari Segi teknologi


Pembakaran Lebih sempurna ketimbang premium karena
memiliki RON 90.
Dari Segi Polusi yang dihasilkan
Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah sedikit. (Gas ini
dihasilkan dari reaksi pembakaran dalam mesin yang nantinya
dilepaskan ke udara sebagai polusi udara)

Dari Segi Ekonomi


Dibanderol dengan harga lebih murah dari pertamax dan
Lebih mahal dari Premium namum Lebih bagus pada mesin
(dibanding Premium), BBM jenis Pertalite tidak disubsidi oleh
pemerintah sehingga harganya mengikuti harga internasional.
PERTAMAX

Pertamax merupakan BBM yang dibuat menggunakan


tambahan zat aditif. Sekadar diketahui, pertamax pertama
kali diluncurkan tahun 1999 sebagai pengganti premix 98
karena unsurnya MTBE yang berbahaya bagi lingkungan.
Pertamax sangat disarankan pada kendaraan bermotor yang
diproduksi setelah 1990, terutama kendaraan yang
menggunakan teknologi catalytic converters (pengubah
katalitik) dan electronic fuel injection (EFI).
Dari Segi teknologi
Pertamax dapat menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi
sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston.
Hasilnya, tenaga mesin yang menggunakan pertamax lebih maksimal.
Pembakaran pada Pertamax Lebih sempurna ketimbang Premium dan
Pertalite karena memiliki kadar RON 92.

Dari Segi Ekonomi


BBM jenis Pertamax tidak disubsidi oleh pemerintah sehingga
harganya mengikuti harga internasional

Dari Segi Polusi yang dihasilkan


Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit.
PERTAMAX PLUS

Pertamax plus merupakan jenis BBM yang telah memenuhi


standar performa International World Wide Fuel Charter
(IWWFC). Pertamax plus biasanya digunakan pada
kendaraan yang memiliki rasio kompresi minimal 10,5, serta
menggunakan teknologi electronic fuel injection (EFI), catalytic
converters, variable valve timing intelligent (VVTI), VTI dan
turbochargers.
Dari Segi teknologi
Pembakaran Paling sempurna karena memiliki RON 95, Pertamax
plus bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi
sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston,
Pertamax Plus dapat membersihkan timbunan deposit pada fuel
injector, inlet valve, dan ruang bakar, timbunan ini dapat
menurunkan performa mesin kendaraan, Pertamax Plus juga dapat
melarutkan air di dalam tangki mobil sehingga dapat mencegah
karat dan korosi pada saluran dan tangki bahan bakar.
Dari Segi Ekonomi
BBM jenis Pertamax tidak disubsidi oleh pemerintah sehingga
harganya mengikuti harga internasional
Dari Segi Polusi yang dihasilkan
Menghasilkan NOx dan Cox paling sedikit dibandingkan jenis
BBM lain.
SPESIFIKASI BENSIN 88 DAN 90
Jenis Bensin
Bensin 88 Bensin 90
Karakteristik Satuan
Batasan Metode Uji Batasan Metode Uji
Min Maks ASTM Lain Min Maks ASTM Lain
Angka Oktan
RON 88 - D 2699 90 - D 2699
Riset

Stabilitas
menit 360 - D 525 360 - D 525
Oksidasi

D 2622 / D 2622 /
Kandungan
%m/m - 0,05 D 4294 / - 0,05 D 4294 /
Sulfur
D 7039 D 7039

- 0,013 - Injeksi timbal


Kandungan
g/L Injeksi timbal tidak D 3237 tidak dijinkan D 3237
Timbal
diijinkan - Dilaporkan

Kandungan
D 3831 /
Logam (Besi, mg / L Tidak terlacak UOP 391 Tidak terdeteksi D 3831 IP 74
D 5185
Mangan)
D 4815 /
Kandungan
%m/m - 2,7 D 6839 / - 2,7 D 4815
Oksigen
D 5599

D 1319 /
Kandungan
%v/v D 6839 / D 1319
Olefin
D 6730

D 1319 /
Kandungan
%v/v D 6839 / D 1319
Aromatik
Dilaporkan D 6730 Dilaporkan

D 5580 /
Kandungan D 6839 /
%v/v D 4420
Benzena D 6730 /
D 3606
Destilasi :
10 % vol. °C - 74 D 86 - 74
Penguapan

50 % vol.
°C 75 125 88 125
Penguapan
D 86
90 % vol.
°C - 180 - 180
Penguapan

Titik Didih
°C - 215 - 215
Akhir

Residu % vol - 2 - 2

Sedimen mg / L - 1 D 5452 - 1 D 5452

Unwashed mg / 100
- 70 D 381 - 70 D 381
Gum mL
mg / 100
Washed Gum - 5 D 381 - 5 D 381
mL

D 5191 / D 5191 /
Tekanan Uap kPa 45 69 45 69
D 323 D 323

Berat Jenis D 4052 / D 4052 /


kg / m3 715 770 715 770
(15°C) D 1298 D 1298

Korosi Bilah
menit Kelas I D 130 Kelas I D 130
Tembaga

Sulfur
% massa - 0,002 D 3227 - 0,002 D 3227
Mercaptan

Penampilan
- Jernih dan terang Jernih dan terang
Visual

Bau - Dapat dipasarkan Dapat dipasarkan


Warna - Kuning Hijau

Kandungan
g / 100 L - 0,13 - 0,13
Pewarna
SPESIFIKASI BENSIN 91 DAN 95
Jenis Bensin

Bensin 91 Bensin 95
Karakteristik Satuan
Batasan Metode Uji Batasan Metode Uji

Min Maks ASTM Lain Min Maks ASTM Lain

Angka Oktan D 2699 – D 2699 –


RON 91 - 95 -
Riset 86 86

Stabilitas D 525 – D 525 –


menit 480 - 480 -
Oksidasi 99a 99a

Kandungan D 2622 – D 2622 –


%m/m - 0,05 - 0,05
Sulfur 98 98

Kandungan D 3237 – D 3237 –


g/L - 0,013 0,013
Timbal 97 97

Kandungan
D 3831 – D 3831 –
Logam (Besi, mg / L - - Tak terdeteksi
94 94
Mangan)
Kandungan D 3231 – D 3231 –
mg / L - - Tak terdeteksi
Phospor 99 99

ICP – AES (merujuk


pada metode in-
Kandungan
mg / kg - - house dengan Tak terdeteksi
Silikon
batasan deteksi = 1
mg / kg)

Kandungan D 4815 – D 4815 –


%m/m - 2,7 - 2,7
Oksigen 94a 94a

Kandungan D 1319 – D 1319 –


%v/v - -
Olefin 99 99

Kandungan D 1319 – D 1319 –


%v/v - 50 - 40
Aromatik 99 99

Kandungan D 4420 – D 4420 –


%v/v - 5 - 5
Benzena 94 94
Destilasi :
10 % vol. °C - 70 - 70
Penguapan

50 % vol.
°C 77 110 77 110
Penguapan
D 86 – D 86 –
99a 99a
90 % vol.
°C 130 180 130 180
Penguapan

Titik Didih
°C - 215 - 205
Akhir

Residu % vol - 2 - 2

D 5452 – D 5452 –
Sedimen mg / L - 1 - 1
97 97

Unwashed mg / 100 D 381 – D 381 –


- 70 - 70
Gum mL 99 99
mg / 100 D 381 – D 381 –
Washed Gum - 5 - 5
mL 99 99

D 5191 – D 5191 –
Tekanan Uap kPa 45 60 99 / D 45 60 99 / D
323 323

D 4052 – D 4052 –
Berat Jenis
kg / m3 715 770 96 / D 715 770 96 / D
(15°C)
1298 1298

Korosi Bilah D 130 – D 130 –


menit Kelas I Kelas I
Tembaga 94 94

Uji Doctor Negatif IP 30 Negatif IP 30

Sulfur
% massa - 0,002 D 3227 - 0,002 D 3227
Mercaptan

Penampilan
- Jernih dan terang Jernih dan terang
Visual

Warna - Biru Kuning

Kandungan
g / 100 L - 0,13 - 0,13
Pewarna
SPESIFIKASI GASOLINE
SEBAGAI BAHAN BAKAR

Sifat Pembakaran

Sifat Penguapan

Sifat Kestabilan
& Kebersihan

Sifat Korosifitas
Sifat Pembakaran

Pembakaran yang sempurna adalah pembakaran yang


menghasilkan CO2 dan uap air (H2O), apabila
menghasilkan CO (carbon monoksida) maka
pembakaran tersebut dikatakan tidak sempurna.

Pembakaran yang sempurna, yaitu : jika pembakaran yang


dinyalakan oleh busi merambat lancar keseluruh ruang
pembakaran untuk menghasilkan tenaga dan tidak
menimbulkan ketukan ( knocking ) dalam mesin. Mutu
pembakaran ditentukan oleh angka oktan riset.
Angka oktan riset
( research octane number )

Kualitas anti ketuk yang dimiliki bahan bakar.


Ketukan disebabkan pembakaran tidak
sempurna. Makin tinggi angka oktana, maka
mutu lebih baik

Angka oktan ditentukan dengan uji


standar ASTM D-2699, menggunakan
mesin
CFR F-1( Cooperative Fuel Research ).

Angka oktan ditentukan dengan membandingkan


ketukannya dengan tendensi ketukan antara
camp. Isooktan dan normal heptana yang telah
diketahui angka oktannya yaitu dengan
membandingkan pembacaan knock meter dari
contoh dan pembacaan knock meter dari dua
campuran pembanding yang mengapit.
Sampel yang akan diuji terlebih dahulu didinginkan pada temperature 2 – 10 °C. Mesin
CFR dihidupkan dan dibiarkan untuk pemanasan hingga suhu 120 °F. Kemudian sampel
dimasukkan kedalam tangki bahan bakar dan tombol detonasion meter diubah ke posisi operate.
Lalu atur level fuel untuk mencapai maksimum knock intensity fuel ratio dengan cara
memvariasikan ketinggian karburator. Bila knock meter sudah menunjukkan di angka 50, baca
micrometer dan konversikan ke equivalen ON dengan menggunakan table maka perkiraan ON
dari sampel di dapat. Kemudian buat dua larutan standar menggunakan n-heptan dan iso-oktan
sebagai pembanding. Larutan standar diuji untuk mendapatkan angka knock meter maksimal
dengan rasio kompresi yang telah diketahui dan di atur. Pengujian pada sampel dilakukan dengan
patokan pembacaan knock meter dari larutan standar. Kemudian buat pembacaan knock meter
pada sampel yang diuji sama dengan pembacaan larutan standar dengan cara memvariasikan
rasio kompresi. Apabila sudah sama maka konversikan pembacaan rasio kompresi menggunakan
tabel hubungan rasio kompresi ON.
Sifat Penguapan

Diharapkan bahan bakar akan teruapkan sempurna dan


terdistribusi merata didalam ruang bakar → pembakaran
sempurna yang mengakibatkan mudahnya starting,
pemanasan pendahuluan dan akselerasi.

Bahan bakar sukar menguap


→ mesin sulit dihidupkan
timbulkan karbon deposit
Bahan bakar mudah menguap
→ vapor lock
pembentukan butir es dlm karburator
PENGUJIAN SIFAT PENGUAPAN

Distilasi ASTM D-86 Distilasi RVP ASTM D-323


Distilasi ASTM D-86

10% volume 90% volume


penguapan penguapan
Distilasi pada 10% Temperatur yang didapat
50% volume pada uji distilasi 90%
volume penguapan
penguapan volume penguapan diatur
memegang peranan
Temperatur 50% volume untuk distribusi bahan
dalam kemudahan
penguapan bahan bakar bakar ke setiap silinder
menghidupkan mesin motor. Makin tinggi
bensin dimaksudkan untuk
pada kondisi dingin. temperatur 90% volume
kecenderungan
Makin rendah temperatur penguapan pada uji
pemanasan motor
10% volume penguapan distilasi, makin tidak
(warm up). merata distribusi bahan
pada uji distilasi, makin
mudah motor dinyalakan bakar di setiap silinder
pada kondisi dingin dan motor
sebaliknya.
Distilasi RVP ASTM D-323

Titik Didih Akhir Kandungan Residu


Pengujian titik didih akhir
bahan bakar (Residue)
Tekanan Uap Reid
dimaksudkan untuk Kandungan residu
mengetahui adanya (Reid Vapour Pressure)
dalam bahan bakar
fraksi berat yang Tekanan uap (RVP) mogas
dibatasi maksimum
tercampur dengan bahan bahan bakar bensin
bakar . Bila titik didih 2% volume agar
dimaksudkan agar tidak
akhir melewati batas pada aplikasinya
tersebut, maka fraksi terjadi pembentukan es
tidak terjadi
berat bahan bakar ini pada karburator (icing
pengotoran yang
akan jatuh kedalam carburator), vapor lock
karter, sehingga merusak berlebihan di ruang
pelumas. bakar motor
Ringkasan metode Distilasi Ringkasan metode RVP
ASTM D-86 ASTM D-323

100 ml contoh yang sudah didinginkan Sampel yang telah didinginkan dimasukkan
dimasukan ke dalam labu distilasi (flask), kedalam liquid chamber pada vapour
panaskan dibawah kondisi tertentu, pressure apparatus, kemudian rangkaian
sehingga mendidih. Uap minyak yang apparatus di rendam dalam sebuah bath
terjadi didinginkan dalam media pendingin pada temperature 37.8 °C (100 °F)
kemudian dibaca temperature secara sampai diperoleh tekanan konstan (tetap).
sistematis setiap 10% volume kondensat Catat tekanan ini dan dilaporkan sebagai
yang tertampung dalam gelas penampung
Reid Vapour Pressure (RVP).
(gelas ukur) sampai final boiling point.
Sifat Kestabilan & Kebersihan

Sifat kestabilan
Senyawa olefin dan nitrogen dalam penimbunan merupakan penyebab
terjadinya gum ( getah ), sedang logam Fe & Cu merupakan katalis
yang dapat mempercepat terbentuknya gum.
Dalam pemakaian gum akan mengendap pada saluran bahan bakar
sehingga dapat mengganggu aliran bahan bakar.
Sifat kebersihan
Salah satu sifat kebersihan yang berhubungan dengan keselamatan
dalam pemakaian, yaitu : tidak boleh korosif yang dapat menimbulkan
keausan dan kerusakan pada mesin.
PENGUJIAN SIFAT KESTABILAN

Existent gum
(getah purwa)
• GASOLINE YG MENGANDUNG GETAH
PURWA TINGGI MENGHASILKAN
ENDAPAN PADA SISTEM INDUKSI DAN
MELEKAT PADA KATUP MASUKNYA
BAHAN BAKAR
• NAMUN TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN
ANTARA GETAH PURWA DENGAN
ENDAPAN
Ukur contoh bahan bakar sebanyak 50 ml ± 0.5 ml dengan gelas ukur, pindahkan ke
dalam gelas beker yang telah diketahui beratnya dan ditimbang. Tempatkan gelas
beker yang berisi contoh pada penangas penguapan. Jaga suhu dan kecepatan alir
udara atau steam selama penguapan selama 30 menit ± 0.5 menit. Ke dalam gelas
beker yang berisi residu, tuangkan 25 ml n-heptana, aduk selama 30 detik, diamkan
campuran ini selama 10 menit ± 1 menit. Buang larutan n-heptana, hati-hati jangan
sampai padatan residu terikut. Ekstrak untuk kedua kalinya dengan 25 ml n-heptana
(dengan cara yang sama). Bila residu hasil ekstrak berwarna, ekstrak untuk ketiga
kalinya. Tempatkan residu dalam beker gelas diatas penangas pada suhu 160
sampai 165 °C. Diamkan beker sampai kering selama 5 menit ± 0.5 menit.
Pindahkan beker gelas yang berisi residu dan dinginkan, pindahkan ke timbangan
dan biarkan selama 2 jam. Catat berat penimbangan dan berikut perhitungannya.
PENGUJIAN SIFAT KESTABILAN

Induced Period
• Penetapan stabilitas gasoline
pada kondisi kecepatan oksidasi
• Indikasi kecenderungan gasoline
untuk dapat membentuk gum
(getah purwa) dalam penimbunan
• Terbentuknya gum sangat
bergantung pada kondisi
penimbunan dan jenis gasoline
Masukan sampel yang sudah di dinginkan hingga 15 – 25 °C ke
oksidasi bomb sebanyak 50 ml pada tekanan 100 psi (689 kPa). Sampel
dalam bomb kemudian dipanaskan pada suhu antara 98 dan 102 °C (208 dan
216 °F). Tekanan dicatat pada interval tertentu atau dicatat terus-menerus
sampai mencapai break point. Waktu yang diperlukan sampel untuk mencatat
titik ini dicatat sebagai periode induksi pengamatan (observed induction period)
pada suhu pengujian. Kemudian periode induksi pada 100 °C dapat dihitung.
PENGUJIAN SIFAT KEBERSIHAN

Digunakan untuk meyakinkan tidak adanya timbal


Kandungan Timbal
seperti yang di persyaratkan peraturan gasoline
(Pb), ASTM D - 3237
bebas timbal

oxygenate—adalah suatu oxygen yang mengandung


Kandungan Oksigen,
senyawa organic yang dapat digunakan sebagai
ASTM D – 4815
bahan bakar atau bahan bakar pengganti contoh
berbagai jenis. alcohols and ethers

 Berat cairan per unit volume pada 15 º C dan 101,325 kPa


dengan satuan kg/m 3.
Density  Diperlukan untuk konversi volume terukur ke volume atau massa
atau keduanya.
 Indikator mutu yg penting bagi bahan bakar otomotif, aviasi dan
bahan bakar kapal karena density berpengaruh terhadap
penyimpanan, penanganan dan pembakaran.

Kandungan Untuk mengontrol kandungan senyawa aromatic di dalam gasoline,


Aromatic, ASTM karena senyawa aromatic dapat menghasilkan uap benzene yang
D – 1319 sangat berbahaya bagi kesehatan (karsinogen) dan dapat
meningkatkan emisi gas buang CO di udara
Sifat Korosifitas

• Pada pembakaran bahan bakar,


senyawa sulfur teroksidasi oleh
oksigen → oksida sulfur.
• Oksida sulfur bereaksi dengan
uap air menghasilkan asam
sulfat.
• Asam sulfat dapat bereaksi
dengan logam, terutama dalam
gas buang.
Pengujian sifat
korosifitas
Kandungan sulfur Doctor test

• Dalam pengujiannya dinyatakan • Uji kualitatif untuk menentukan


dalam sulfur total ada/tidaknya senyawa sulfur dalam
• Dapat menyebabkan bau yg tidak bentuk merkaptan
menyenangkan, ikut membentuk • Disebut uji doctor karena
gum dan sludge dalam menggunakan larutan doctor, yaitu :
penyimpanan dan dalam campuran plumbit dan sedikit
pembakaran akan menimbulkan sulfur bebas.
asap dan menyebabkan korosi
• Penambahan sulfur bebas berfungsi
• Sulfur bersifat sbg penghambat untuk memperbesar konsentrasi
oksidasi dalam minyak lumas, dan sulfur dalam contoh sehingga
sbg penghambat korosi dalam mudah terendapkan
lumas gear
•10 ml contoh ditempatkan dalam tabung reaksi yang tertutup dan ditambahkan 5 mL larutan plumbit dan kocok
kuat-kuat selama 15 detik. Amati warna yang terbentuk
•20 ml contoh ditempatkan dalam corong pemisah yang bertutup. Tambahkan larutan kadmium klorida, kemudian
kocok kuat-kuat selama 15 detik. Diamkan agar terjadi dua lapisan yang terpisah. Ambil 10 ml lapisan atas,
masukkan ke dalam tabung reaksi bertutup dan amati warna yang terbentuk
•Bila test yang kedua ini tidak terbentuk endapan hitam, tambahkan sedikit sulfur bebas (jangan berlebihan), kocok
selama 15 detik dan diamkan selama 1 menit agar terbentuk endapan berwarna hitam. Pisahkan endapan dan
kedalam lapisan atasnya tambahkan larutan kadmium klorida baru dan kocok lagi. Pisahkan endapannya. Ulangi
pekerjaan ini secara berulang-ulang sampai tidak terbentuk endapan hitam. Tambahkan ke dalam cairan terakhir
dengan sedikit sulfur bebas (jangan berlebihan), kocok selama 15 detik dan diamkan selama 1 menit agar terbentuk
endapan. Amati warna endapan yang terbentuk
•10 ml contoh bahan bakar ditempatkan dalam tabung reaksi yang bertutup dan ditambahkan 2 ml larutan kalium
iodida dan 2 tetes larutan asam asetat dan dua tetes larutan amilum, dan kocok kuat-kuat selama 15 detik. Amati
terbentuk warna biru atau tidak. Bila dalam pengamatan terjadi warna biru, maka contoh bahan bakar mengandung
peroksida.
Pengujian sifat
korosifitas
Copper Strip Lempengan tembaga yang telah digosok silicon
Corrosion carbide grit paper dicelupkan ke dalam 30 ml
sampel dan dipanaskan pada suhu 50 ± 1 °C (122
± 2 °F) dan dengan waktu 3 jam ± 5 menit. Pada
 Merupakan uji kualitatif, sifat
akhir pengujian lempengan tembaga diambil, dicuci
korosif disebabkan oleh sulfur
dengan iso octane lalu dikeringkan dan warnanya
bebas dan senyawa sulfur reaktif
dibandingkan dengan korosi bilah tembaga standar
(merkaptan, hidrogen sulfida)
ASTM (ASTM Copper Strip Corrosion Standards).
 Senyawa sulfur tersebut reaktif
terhadap tembaga menghasilkan
noda dari kupri merkaptida yg
berwarna merah kecoklatan
 Sifat korosifitas tidak tergantung
dari total sulfur namun tergantung
dari jenis senyawanya
Pengujian sifat
korosifitas
Mercaptan Sulphur

 Merupakan uji kuantitatif


merkaptan ditetapkan dengan
metode potensiometri
 Keberadaan hidrogen sulfida
(H2S) akan mengganggu, oleh
karena itu H2S dalam pengujian
ini harus dihilangkan dahulu
 Menyebabkan bau dan
mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap elastomer sistem bahan
bakar dan korosif terhadap
komponen sistem bahan bakar
•Hilangkan kandungan H2S dalam contoh dengan menambahkan 5 ml contoh ke dalam larutan
CdSO4.
•Kocok dengan seksama bila terbentuk endapan kuning berarti ada kandungan H2S dengan cara
ambil sejumlah contoh yang cukup untuk digunakan 3-4 kali pemeriksaan dan tempatkan
dalam corong pemisah yang telah di isi dengan sejumlah larutan CdSO4 (1.5 kali jumlah
contoh) dan kocok dengan seksama. Pisahkan cairan yang mengandung endapan kuning.
Ulangi ekstraksi tersebut dengan menambah larutan CdSO4 dan pisahkan lagi endapannya. Cuci
contoh dengan 25-35 ml aquadest sebanyak 3 kali. Pisahkan ai bekas cuciannya dan saring.
•Ambil contoh yang bebas H2S antara 25-35 ml masukan ke dalam beaker gelas 300 ml yang
telah mengandung pelarut titrasi.
•Lakukan titrasi dengan menggunakan potensiometer dengan titran larutan AgNO3 0.001 N.
Lakukan titrasi sampai terjadi infleksi dan lanjutkan sampai pembacaan pada ± 330 mv dan
catat volume titrasi yang digunakan.
AVGAS (AVIATION GASOLINE)
Avgas merupakan bahan bakar penerbangan, untuk pesawat dengan
tenaga mesin torak (piston engine) yang mempunyai baling-baling.
Melihat kegunaannya avgas merupakan bahan bakar yang membutuhkan
safety tinggi. beberapa sifat yang harus diperhatikan antara lain :
1. octane number
2. water content
3. volatility
4. pour point
5. spesific gravity
SEKIAN TERIMA KASIH

WASSALAMUALAIKUM 

Anda mungkin juga menyukai