Anda di halaman 1dari 8

“ Pengembangan Kompetensi Guru Menuju Pelaksanaan dan Tanggung Jawab

Sebagai Guru Profesional ”

Disusun oleh :
Dwita Rizqi Firamadhani ( 1610211036 )
FKIP - Pendidikan Biologi – Universitas Muhammadiyah Jember

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikatakan
bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”. Dalam tugas pokok guru tersebut terkandung makna, bahwadalam proses
pembelajaran guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran melalui tugasnya
mengajar. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai bagi peserta
didik, dilakukan lewat tugas guru membimbing, mendidik, mengarahkan dan melatih.
Sedangkan hasil proses pembelajaran yang telah berlangsung (dilaksanakan), diketahui
melalui pelaksanaan tugas guru menilai dan mengevaluasi peserta didik.

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 10 seorang guru dikatakan kompeten
apabila ia telah menguasai empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

1. Kompetensi Pedagogik
Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik. Kompetensi
pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran
peserta didik. kompetensi pedagogik ini meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Menurut UU NO 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara mandiri
dan berkelanjutan.
3. Kompetensi Sosial
Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi sosial
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pengajaran
secara luas dan mendalam (UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Menurut Munandar,K,dkk (2016) Model learning cycle (siklus belajar) sebagai
transformasi pedagogik konten mikrobiologi terintegrasi TIK untuk meningkatkan
profesionalisme Mahasiswa Calon
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang semakin maju
dan pesat, menuntut setiap guru untuk dapat menguasai dan memanfaatkannya dalam
rangka memperluas atau memperdalam materi pembelajaran, dan untuk mendukung
pelekasanaan pembelajaran, seperti penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Perubahan-perubahan tersebut berhubungan dengan kompetensi atau keterampilan
abad 21 (Partnership for 21st Century Skills, 2007), yang meliputi: 1) Learning and
Innovation Skills, meliputi: i) Keterampilan kreativitas dan inovasi, ii) Berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, iii) Keterampilan Komunikasi dan kolaborasi, 2)
Information, Media, and Technology Skills, meliputi: i) literasi informasi, ii) literasi media,
dan iii) literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan 3) Life and Career Skills,
meliputi: i) Fleksibilitas dan adaptabilitas, ii) Inisiatif dan diarahkan sendiri, iii)
Keterampilan sosial dan lintas budaya, iv) Produktivitas dan akuntabilitas, dan v)
Kepemimpinan dan responsibilitas.

Kompetensi atau keterampilan abad 21 tersebut di atas, akan terwujud dalam


berbagai bentuk kecakapan yang lebih khusus yang harus dimiliki seseorang yang hidup
pada abad tersebut. Kecakapan hidup dan karir terdiri atas: kemampuan beradaptasi, lentur,
berinisiatif dan mandiri, produktif dan akuntabel serta memiliki karakteristik
kepemimpinan yang bertanggngjawab. Kecakapan pembelajaran dan inovasi seseorang
dituntut untuk mampu berpikir kritis, menyelesaikan masalah, mampu berkomunikasi dan
berkolaraborasi. Jadi manusia yang berhasil di masa depan adalah orang yang mandiri
sekaligus mampu berkolaborasi. Dari segi kemampuan penguasaan informasi,
media dan teknologi, mengandung makna melek informasi, melek media, dan melek
teknologi informasi (Ibrahim,2013).

Dari perubahan yang berdasar kompetensi atau keterampilan yang diperlukan


masyarakar di abad 21, siswa sebagai generasi yang akan berkompetisi di abad tersebut
perlu dibekali dengan tidak hanya core subject bidang ilmu (The Partnership for 21 Century
Skills,2008), tetapi juga dibekali: 1) Global Awareness (Kesadaran global), 2) Creativity
and Innovation Skills (Keterampilan Kreativitas dan Inovasi), dan 3) Information
literacy (Literasi Informasi) (Lee & Atkinson, 2006), melalui pembelajaran yang mengarah:
1) Berpikir kritis dan membuat penilaian, 2) Pemecahan yang kompleks, multidisiplin,
masalah terbuka, 3) Kreativitas dan pemikiran kewirausahaan, 4) Berkomunikasi dan
berkolaborasi, 5) Memanfaatkan inovatif pengetahuan, informasi dan peluang, dan 6)
Mengambil alih tanggung jawab keuangan, kesehatan dan kemasyarakatan (The
Partnership for 21st Century Skills, 2008).

Oleh karena itu perguruan tinggi (terutama LPTK) harus mempersiapkan


siswa/mahasiswa untuk memahami dan menangani isu-isu global. Guru dan dosen harus
memeriksa kembali kurikulum dan strategi mengajarnya, sehingga semua siswa/mahasiswa
dapat berkembang dalam masyarakat global dan saling tergantung. John Dewey
mengatakan “If we teach today as we taught yesterday, then we rob our children of
tomorrow” (Kemendikbud, 2010). Oleh karena itu, calon guru harus dibekali dengan
mengubah bagaimana mereka membimbing siswa dalam belajar (pedagogi). Guru
yang disiapkan dengan baik dan guru yang mempunyai motivasi merupakan variabel yang
paling penting di dalam suksesnya pembelajaran (Kemendikbud, 2010). Untuk itu
memerlukan perubahan dalam pedagogi yang digunakan dalam sistem pendidikan saat ini.

Pengembangan profesi guru secara berkesinambungan, “dimaksudkan untuk


merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu
hasil belajar siswa” (Danim, 2010 : 5). Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru untuk
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional di satuan pendidikan,
menjadi kebutuhan yang amat mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda. Hal ini mengingat
perkembangan atau kenyataan yang ada saat ini maupun di masa depan.

Peningkatan kompetensi keguruan, semakin dibutuhkan mengingat terjadinya


perkembangan dalam pemerintahan, dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi.
Pemberlakukan sistem otonomi daerah itu, juga diikuti oleh perubahan sistem pengelolaan
pendidikan dengan menganut pola desentralisasi. “Pengelolaan pendidikan secara
terdesenralisasi akan semakin mendekatkan pendidikan kepada stakeholders pendidikan di
daerah dan karena itu maka guru semakin dituntut untuk menjabarkan keinginan dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan melalui kompetensi yang
dimilikinya” (Saud, 2009 : 99).

Pada lembaga pendidikan, cara yang populer untuk pengembangan kemampuan


profesional guru adalah dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam
rangka penyegaran (refreshing) maupun peningkatan kemampuan (up-grading). Cara lain
baik dilakukan sendiri-sendiri (informal) atau bersama-sama, seperti : on the job training,
workshop, seminar, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi, dan sebagainya
(Saud, 2009 : 103).

Pengembangan profesional dan kompetensi guru, bisa juga dilakukan melalui cara
informal lainnya, seperti “melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah” (Saud,
2009 : 104). Dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, pengembangan profesionalisme dan
kompetensi guru, dapat dikembangkan melalui berbagai alternatif seperti yang ditawarkan
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional, sebagai berikut. :

1. Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru


2. Program penyetaraan dan sertifikasi
3. Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi
4. Program supervisi pendidikan
5. Program pemberdayaan MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran )
6. Simposium guru
7. Program pelatihan tradisional lainnya
8. Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah
9. Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah
10. Melakukan penelitian ( khususnya Penelitian Tindakan Kelas )
11. Magang
12. Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan
13. Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi
14. Menggalang kerjasama dengan teman sejawat (Saud, 2009 : 105 – 111

Pengembangan profesi dan kompetensi guru berkelanjutan, semakin penting dan


wajib apabila dikaitkan dengan peningkatan jenjang karier dalam jabatan fungsional guru
itu sendiri. Tanpa mengikuti pengembangan diri secara berkelanjutan, sulit dan bahkan
tidak mungkin bagi guru untuk menapaki jabatan fungsional yang lebih tinggi. Lebih-lebih
setelah lahir dan diberlakukannya Peraturan Menteri (Permen) PAN dan Reformasi
Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Dalam peraturan tertulis ini ditegaskan, bahwa guru yang akan naik pangkat atau
menduduki jabatan fungsional dari Guru Pertama Golongan IIIb hingga Guru Utama
Golongan IVe harus menulis publikasi ilmiah dan karya inovatif, bahkan guru yang ingin
naik jabatan fungsional atau pangkat dari Guru Madya Golongan IVc ke Guru Utama
Golongan IVd harus melakukan presentasi ilmiah atas karya inovatif yang telah
dihasilkannya.

Pengembangan profesional dan kompetensi guru akan sangat berarti atau bernilai
guna apabila dilaksanakan terkait langsung dengan tugas dan tanggung jawab utamanya.
Pelaksanaan pengembangan tersebut “ideal dilakukan atas dasar prakarsa pemerintah,
pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, guru secara pribadi,
dan lain-lain” (Danim, 2010 : 4).

Di samping itu, dapat juga dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga


Kependidikan (LPTK) dan pengguna jasa guru (lihat Saud, 2009 : 121 – 127). Dari
kesemua itu, yang paling berperan penting dalam pelaksanaan pengembangan tersebut
adalah guru itu sendiri (guru sebagai pribadi). Tuntutan untuk meningkatkan kompetensi
guru bila tidak dibarengi dengan kemauan, tekad dan kreativitas yang tumbuh dari diri
sendiri, maka akan sia-sia, tidak bermanfaat.
KESIMPULAN

Tugas dan tanggung jawab utama guru di suatu satuan pendidikan, mencakup
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik. Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pokok tersebut,
guru juga dituntut untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab lainnya.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional, guru
dituntut memiliki dan menguasai kemampuan (kompetensi) beserta dengan aspek-aspek
yang ada di dalamnya sebagai indikator pencapaian kinerja. Kompetensi tersebut harus
dikembangkan secara berkelanjutan. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan budaya yang semakin maju dan pesat. Di samping itu, didorong juga
oleh meningkatnya kebutuhan dan tuntutan peserta didik dan masyarakat dalam
memenangkan persaingan, diterapkannya sistem otonomi daerah, perubahan dalam sistem
pengelolaan sekolah dan kurikulum pendidikan, serta untuk kelangsungan peningkatan
jenjang karier dalam jabatan fungsional guru.

Pelaksanaan pengembangan profesi dan kompetensi guru seyogyanya difasilitasi


oleh pemerintah (pusat dan daerah), penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, dan
guru secara pribadi. Dalam pelaksanaan pengembangan tersebut sangat tergantung dari
adanya kemauan, tekad dan kreativitas yang tumbuh dari diri guru itu sendiri. Untuk
menunjang tumbuhnya kreativitas dari diri guru, perlu didukung dan dimotivasi oleh
pempinan di satuan pendidikan di mana guru itu melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas


(SMA)/Madrasah Aliyah(MA). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Munandar,K,dkk.2016.Hypothetical Model Of Learning Cycle As Pedagogical


Transformation In Biology Learning To Improve Professionalism Of Biology Teacher
Candidates.Article in Internasional Conference on Education (IECO)FKIP UM
Jember,2017.
Munandar,K,dkk.,2016. (Learning Cycle Model For Transformation Pedagogic
Biology Education Students: A Hypothetical Model To Enhance Professionalism
Prospective Teachers). Article in Seminar Nasional UMM,2016
Trianto. 2006. Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru
dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka
Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran
Negara RI Tahun 2005 Nomor 157).

Saud, Udin Saefudin, (2009), Pengembangan Profesi Guru, Penerbit : CV. Alfabeta,
Banudng.

Sudjana, Nana, (2005), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Penerbit : Sinar Baru
Algensindo, Bandung.

Danim, Sudarwan, (2010), Karya Tulis Inovatif Sebuah Pengembangan Profesi Guru,
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai