Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL

MANAJEMEN PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT


DIARE

Di Susun Oleh :

“Kelompok 8”

Aisyah (14.IK.373)
Annisa Aryati (14.IK.375)
Beatricia Indra Junita (14.IK.380)
Devi Agustin (14.IK.384)
Muhammad Rizki Alfian (14.IK.404)
Desliana Panjaitan (13.IK.295)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
Manajemen Penatalaksanaan Diare

Penyakit diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas


pada anak dibawah 5 tahun diseluruh dunia. Terjadi 800.000 kematian disetiap
tahunnya di kelompok usia ini di Negara berkembang yang berpenghasilan
menengah ke bawah. Lebih dari 580 ribu episode parah diare terjadi setiap
tahunnya, sebagian besar yang mengakibatkan dehidrasi (Zwisler, 2013). Dari
tahun 2000 hingga 2013, jumlah tahunan total kematian akibat diare dikalangan
anak-anak di bawah 5 tahun menurun lebih dari 50 persen, dari lebih 1,2 juta
menjadi kurang dari 0,6 juta (UNICEF, 2014). Penyebab kematian akibat diare
adalah tatalaksana yang tidak tepat baik dirumah maupun di sarana kesehatan.
Diare itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air
bear dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapa berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Penyebab klinis diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering
ditemukan dilapangan ataupun secara klinis diare yang disebabkan oleh infeksi
dan keracunan (DEPKES RI, 2011).
Manajemen diare pada pediatrik yang pertama adalah terapi rehedrasi
oral (ORT), kemudian dengan terapi intravena (IVT) pemberian normal saline
atau dering laktat dapat diberikan sebagai bolus awal, diikuti oleh 5% dextrose
normal saline ½ untuk terapi pemeliharaan, semua klien yang dengan diare berat
(> 10% dehidrasi) maka harus diberikan terapi intravena (IVT) dengan cepat
sementara diare ringan maupun sedang dapat diberikan ORT, jika kandungan
kadar natrium dan glukosa osmolaritasnya rendah (245 mOsm/L) larutan
rehidrasi oral dapat mempercepat absorbsi cairan, mengurangi muntah,
mengurangi kebutuhan cairan intravena dibandingkan dengan osmolaritas
standar (310 mOsm/L). Untuk pemberian oralit polimer digunakan dosis 75 ml/kg
selama 4 jam pertam. Pemberian suplemen zink dosis rendah (10-20 mg/ hari
selama 10-14 hari) pemberian zink menunjukkan penurunan 23% angka
kematian dan penurunan risiko rawat inap pada klien dengan diare, untuk
mengurangi angka kematian anak di Negara berkembang, pemberian rutin obat
antibiotik tidak dianjurkan pada kasus diare akut Tetapi antibiotik diindikasikan
pada diare dengan gejala seperti diare ada darah, kolera atau diare dengan
disertai penyakit lain, pemberian obat anti-diare seperti Racecadotril (acetorphan)
dapat mengurangi sekresi usus, menurunkan durasi tinja, pemberian obat
Diosmectite telah terbukti menurunkan durasi diare dan gejala diare. berair
terutama karena rotavirus, pemberian probiotik juga telah terbukti sangat efektif
dalam membatasi durasi diare (Pour, Koyfman, Runyon, 2013).
Penelitian yang dilakukan Mulyani at al (2015) mengatakan probiotik
sudah digunakan secara luas pada kasus diare akut pada anak akan tetapi
masih belum direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). Namun
dimana dalam penelitian ini membandingkan 3 macam pemberian terapi yaitu
yang pertama pemberian rehidrasi dan zink, kedua rehidrasi dan zink dan
probiotik, ketiga rehidrasi dan zink. Dosis probiotik yang diberikan pada anak usia
0-6 bulan adalah 2 kali sehari ½ sachet, dan untuk usia 6 bulan dapat diberikan 2
kali sehari 1 sachet. Maka hasilnya pun didapatkan bahwa pemberian
suplementasi probiotik lebih baik untuk penurunan diare pada anak di
bandingkan hanya memberikan rehidrasi dan zink saja dalam tatalaksana diare
akut pada anak.
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang berperan sebagai strain
non patogenik dari organisme yang dapat memodifikasi mikroba di usus,
menyebabkan perubahan structural (ekologi usus) dan fungsional (ekologi usus)
yang menguntungkan dalam usus. Probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan
tubuh dan mencegah penyakit yaitu sebagai penghalang kolonisasi
mikroorganisme pathogen

Referensi

DepKes RI, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta

Mahapatra, et al. 2015. Predictors of rational management of diarrhea un an


endemic setting:observation from India. Plos Ine Journal:1-13

Mulyani, et al. 2015. Efektifitas pemberian probiotik terhadap durasi diare anak di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Pharmaciana. 6(1):
71-78

Pour, Koyfman, Runyon. 2013. Emergency centre management of paediatric


diarrheea: An Overview. African Journal Of Emergency Medicine. 3: 75-82.

Anda mungkin juga menyukai