Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN GIGI

DAN MULUT PADA SISWA KELAS V SD INPRES BUNG

MAKASSAR 2017

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang

mendukung paradigma sehat dan merupakan strategi pembangunan nasional

untuk mewujudkan Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2015.

Kesehatan tubuh secara keseluruhan banyak dipengaruhi oleh kesehatan dari

gigi dan mulut (Thioriyz E, 2010).

Kesehatan gigi dan mulut bukan hanya seputar napas wangi dan gigi

putih berkilat. Kesehatan organ ini ternyata bisa mempengaruhi kondisi organ

tubuh kita yang lain (Thioriyz E, 2010).

Mulut adalah rongga terbuka tempat masuknya makanan dan cairan.

Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan. Didalam mulut

terdapat gigi, lidah dan ludah. (Yehuda, 2010).

Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh

tersusun, berakar didalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan

menggigit. Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai

1
mulut yang membantu pencernaan makanan. Lidah berfungsi sebagai indra

pengecap atau perasa, mengaduk makanan di dalam rongga mulut, membantu

proses penelanan, membantu membersihkan mulut, membantu berbicara.

Ludah adalah air yang keluar dari mulut yang dihasilkan oleh kelenjar ludah

(Liran, 2013).

Trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak.

Perawatan akibat kerusakan yang luas yang ditimbulkannya masih merupakan

bagian utama dari praktik keperawatan gigi. Tujuan utama perawatan operatif

pada anak ialah mencegah meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi

yang rusak sehingga dapat berfungsi secara sehat, sehingga integritas

lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat di pertahankan (Kopel,

H. M, 2010).

Pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah

satu upaya didalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Peranan rongga

mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia (Thioriyz E,

2010). Dampak yang terjadi bila anak kurang memelihara dan merawat

kesehatan gigi dan mulut yaitu gigi terasa sakit, radang gusi, terdapat karies,

merasa sakit saat mengunyah, terdapat plak, ada bau mulut dan terdapat

radang tenggorokan (Erwana, 2013).

Murid Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu kelompok yang sangat

strategis untuk penanggulangan kesehatan gigi dan mulut. Usia Sekolah

Dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang

anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Proses pendidikan kesehatan gigi

2
dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar

kebutuhan akan kesehatan gigi dan mulut (Ignatia PS, 2013).

Menurut WHO dalam RISKESDAS (2007) diperkirakan bahwa 90%

dari anak sekolah di dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita

karies gigi sedangkan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan

penyakit masyarakat yang diderita oleh 38,5% penduduk Indonesia. Dalam

SKRT tahun 2011 terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12

tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang. Menurut data dari

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi nasional

masalah gigi dan mulut adalah 25,9%, diantaranya sebanyak 14 provinsi

mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas angka nasional yaitu

DKI Jakarta 29,1%, Jawa Barat 28%, Yogyakarta 32,1%, Jawa Timur 27,2%,

Kalimantan Selatan 36,1%, Sulawesi Utara 31,6%, Sulawesi Tengah 35,6%,

Sulawesi Selatan 36,2%, Sulawesi Tenggara 28,6%, Gorontalo 30,1%,

Sulawesi Barat 32,2%, Maluku 27,2%, Maluku Utara 26,9%. Laporan Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2001 menyatakan

bahwa dari sejumlah penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan,

prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang tertinggi meliputi 60%

penduduk. Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup

(Situmorang, 2008 dikutip Muliadi, 2014). Persentase penduduk yang

mempunyai masalah gigi dan mulut menurut Riskasdes tahun 2007 dan 2013

meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%. Persentase penduduk yang menerima

perawatan medis gigi dari seluruh penduduk yang mempunyai masalah

3
kesehatan gigi dan mulut meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1%

pada tahun 2013. EMD (persentase penduduk yang bermasalah gigi dan

mulutnya dalam 12 bulan terakhir dikali persentase penduduk yang menerima

perawatan atau pengobatan gigi dari tenaga medis gigi) meningkat dari tahun

2007 (6,9%) menjadi 8,1% pada tahun 2013 .

Perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi, salah satunya diukur

dengan kebiasaan menyikat gigi. Anak usia sekolah dasar perlu mendapat

perhatian lebih karena rentan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut,

karena pengetahuan anak tentang waktu menyikat gigi yang tepat masih

sangat kurang serta masih belum mampu membiasakan diri untuk melakukan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Menyikat gigi memiliki peran yang

sangat penting dalam pencegahan perkembangan bakteri yang dapat

menyebabkan kerusakan pada gigi (Sampakang T, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari data di SD Inpres Bung

Makassar, jumlah siswa dari kelas I sampai kelas VI sebanyak 208 siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, diketahui bahwa

masalah kesehatan gigi banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah, maka

dari pernyataan itu, peneliti membuat perumusan masalah yaitu faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi

dan mulut pada siswa kelas V SD Inpres Bung Makassar 2017.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan anak dengan kesehatan gigi dan

mulut pada siswa kelas V SD Inpres Bung Makassar 2017.

b. Untuk mengetahui pengaruh peran orang tua dengan kesehatan gigi dan mulut

pada siswa kelas V SD Inpres Bung Makassar 2017.

c. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan menggosok gigi dengan kesehatan gigi

dan mulut pada siswa kelas V SD Inpres Bung Makassar 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Ilmiah

Sebagai bahan bacaan atau kajian pustaka bagi masyarakat dan juga

peneliti selanjutnya dan dapat diaplikasikan dalam masyarakat guna

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.

2. Manfaat Bagi Institusi

Untuk menambah wawasan dan informasi bagi siswa siswi terhadap

penyebab terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut.

3. Manfaat Bagi Praktis

Untuk menambah pengetahuan peneliti terutama terutama tentang

penyebab dan pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut. Dan data yang

5
sudah ada dapat di jadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terutama

tentang kesehatan gigi.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut

1. Anatomi Gigi dan Mulut

Anatomi gigi dan mulut adalah ilmu yang mempelajari tentang

susunan atau struktur dan bentuk atau konfigsurasi gigi, hubungan antara gigi

yang satu dengan gigi yang lain dan hubungan antara gigi dan jaringan

disekitarnya (Jahan-Parwar, 2011).

a. Gigi

Manusia memiliki dua buah perangkat gigi yang akan tampak pada

periode kehidupan yang berbeda. Perangkat gigi yang tampak pertama pada

anak-anak disebut gigi susu atau deciduous teeth. Perangkat kedua yang

muncul setelah perangkat pertama tanggal dan akan terus digunakan sepanjang

hidup disebut sebagai gigi permanen (Jahan-Parwar, 2011).

Gigi susu berjumlah dua puluh empat buah yaitu empat buah gigi seri

(insisivus), dua buah gigi taring (caninum) dan empat buah geraham (molar)

pada setiap rahang. Gigi permanen berjumlah tiga puluh dua buah yaitu empat

buah gigi seri, dua buah gigi taring, empat buah gigi premolar dan enam buah

gigi geraham pada setiap rahang (Jahan-Parwar, 2011).

Gigi susu mulai tumbuh pada gusi pada usia sekitar 6 bulan dan

biasanya mencapai satu perangkat lengkap pada usia sekitar 2 tahun. Gigi susu

6
akan secara bertahap tanggal selama masa kanak-kanak dan akan digantikan

oleh gigi permanen (Jahan-Parwar, 2011).

Gigi melekat pada gusi (gingiva) dan yang tampak dari luar adalah

bagian mahkota dari gigi. Mahkota gigi mempunyai lima buah permukaan pada

setiap gigi. Kelima permukaan tersebut adalah bukal (menghadap kearah pipi

atau bibir), lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap kearah gigi),

distal (menghadap kearah gigi) dan bagian pengunyah (oklusal untuk gigi

molar dan premolar, insisal untuk insisivus dan caninus). Bagian yang berada

dalam gingiva dan tertanam pada rahang dinamakan bagian akar gigi. Gigi

insisivus, caninus dan premolar masing-masing memiliki satu buah akar,

walaupun gigi premolar pertama bagian atas rahang biasanya memiliki dua

buah akar. Dua buah molar pertama rahang atas memiliki tiga buah akar,

sedangkan molar yang berada di bawahnya hanya memiliki dua buah akar

(Jahan-Parwar, 2011).

Bagian mahkota dan akar dihubungkan oleh leher gigi. Bagian terluar

dari akar dilapisi oleh jaringan ikat yang disebut cementum, yang melekat

langsung dengan ligamen periodontal. Bagian yang membentuk tubuh dari gigi

disebut dentin. Dentin mengandung banyak material kaya protein yang

menyerupai tulang. Dentin di lapisi oleh enamel pada bagian mahkota dan

mengelilingi sebuah kavitas pulpa pusat yang mengandung banyak struktur

jaringan lunak (jaringan ikat, pembuluh darah, dan jaringan saraf) yang secara

kolektif disebut pulpa. Kavitas pulpa akan menyebar hingga ke akar dan

berubah menjadi kanal akar. Pada bagian akhir proksimal dari setiap kanal

7
akar, terdapat foramen apikal yang memberikan jalan bagi pembuluh darah,

saraf dan struktur lainnya masuk ke dalam kavitas pulpa (Marieb and Hoehn,

2010)

b. Mulut

Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari lidah

bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum

keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar

ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang

membatasi rongga mulut (Jahan-Parwar, 2011).

Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara

anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak dan lidah. Pipi membentuk

dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian

eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya,

pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipi berlapis yang

tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan

jaringan ikat tersusun diantara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian

anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir (Jahan-Parwar, 2011).

c. Bibir dan Palatum

Bibir atau disebut juga labia adalah lekukan jaringan lunak yang

mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis

oris dan di lapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada

bagian internal (Jahan-Parwar, 2011).

8
Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas

dan bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar hidung pada

bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas

bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang

dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral

dan ke bagian mandibula pada bagian inferior. Kedua bagian bibir tersebut

secara histologi tersusun dari epidermis, jaringan subkutan, serat otot

orbikularis oris dan membran mukosa yang tersusun dari bagian superfisial

sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang

tersusun atas epitel pipi yang tidak terkeratinasi. Epitel-epitel pada bagian ini

melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna yang khas

pada bagian tersebut. Permukaan bibir bagian dalam dari bibir atas maupun

bawah berlekatan dengan gusi pada masing-masing bagian bibir oleh sebuah

lipatan yang berada dibagian tengah dari membran mukosa yang disebut

frenulum labial. Saat melakukan proses mengunyah, kontraksi dari otot-otot

businator di pipi dan otot-otot orbukularis oris di bibir akan membantu untuk

memosisikan agar makanan berada diantara gigi bagian atas dan gigi bagian

bawah. Otot-otot tersebut juga memiliki fungsi untuk membantu proses

berbicara (Jahan-Parwar, 2011).

Palatum merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi

antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi

rongga mulut. Struktur palatum sangat penting untuk dapat melakukan proses

mengunyah dan bernafas pada saat yang sama. Palatum secara anatomis dibagi

9
menjadi dua bagian yaitu palatum durum (palatum keras) dan palatum mole

(palatum lunak). Palatum durum terletak dibagian anterior dari atap rongga

mulut. Palatum durum merupakan sekat yang terbentuk dari tulang yang

memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk

oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa.

Bagian posterior dari atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum

mole merupakan sekat berbentuk lengkungan yang membatasi antara bagian

orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot yang sama

halnya dengan paltum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa (Jahan-

Parwar, 2011)

d. Lidah

Lidah merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan.

Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu kehamilan.

Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa. Lidah

beserta otot-otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang

menyusun dasar dari rongga mulut (Agave Clinic, 2012).

Lidah dibagi menjadi dua bagian yang lateral simetris oleh septum

median yang berada disepanjang lidah. Lidah menempel pada tulang hyoid

pada bagian inferior, prosesus styloid dari tulang temporal dan mandibula.

Setiap bagian lateral dari lidah memiliki komponen otot-otot ekstrinsik dan

intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot

genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah

(menempel pada tulang yang ada disekitar bagian tersebut) dan masuk kedalam

10
jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi untuk

menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang berlawanan dan

menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Pergerakan lidah karena otot

tersebut memungkinkan lidah untuk memposisikan makanan untuk dikunyah,

dibentuk menjadi massa bundar, dan dipaksa untuk bergerak ke belakang mulut

untuk proses penelanan. Selain itu, otot-otot tersebut juga membentuk dasar

dari mulut dan mempertahankan agar posisi lidah tetap pada tempatnya. Otot-

otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam jaringan ikat lidah.

Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat berbicara dan menelan.

Otot tersebut terdiri atas otot longitudinalis superior, otot longitudinalis

inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae. Untuk menjaga

agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar lidah tetap

pada tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual, yaitu

lipatan membran mukosa yang berada pada bagian tengah sumbu tubuh dan

terletak dipermukaan bawah lidah, yang menghubungkan langsung antara lidah

dengan dasar dari rongga mulut. Pada bagian dorsum lidah (permukaan atas

lidah) dan permukaan lateral lidah, lidah ditutupi oleh papilla (Agave Clinic,

2012).

2. Kesehatan Gigi dan Mulut

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat

perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi. (Gede YI,

2011).

11
Pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

diberikan sejak usia dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan

pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang

dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi

dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah (Gede YI, 2011).

a. Tumbuh Kembang Gigi Anak Usia 10 – 12 Tahun

1) Pertumbuhan Gigi Geligi

Terbentuknya benih gigi pada janin seperti halnya organ tubuh lain

telah dimulai sejak usia kandungan 4-5 bulan. Setelah bayi lahir, erupsi atau

pertumbuhan gigi susu yang pertama terjadi pada usia 6-8 bulan. Gigi susu

(decidui) adalah penuntun jalan bagi gigi tetap (permanen) yang kuat dan

sehat (Marieb and Hoehn, 2010).

2) Gigi tetap atau gigi permanen

Semua gigi susu akan lepas dan akan digantikan oleh 32 gigi tetap/

gigi permanen, ini terjadi secara bertahap dalam masa anak berusia 6 tahun

sampai 14 tahun. Gigi terakhir (moral 3) akan bererupsi pada masa usia 17

sampai 21 tahun. Berdasarkan bentuk :

a) Gigi seri (incisivus) berfungsi menggigit atau memotong makanan

b) Gigi taring (caninus) berfungsi merobek atau mencabik makanan

c) Geraham depan (premoral) dan geraham belakang (molar) berfungsi

mengunyah atau melumatkan makanan

12
d) Perkembangan dan perubahan gigi pada manusia

Tingkat perkembangan Perubahan


Bayi Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5
bulan. Makanan yang padat dapat
dterima mulut pada usia 5 – 6 bulan.
Mengunyah dimulai usia 6 – 8 bulan.
18 bulan – 6 tahun Dua puluh gigi susu telah ada. Usia 2
tahun anak mulai menggosok gigi dan
belajar praktik hygiene dari orang tua.
Karies gigi menjadi masalah jika
mengabaikan hygiene gigi. Pada usia 6
tahun, gigi “bayi” mulai tanggal dan
digantikan gigi permanen.
6 – 12 tahun Gigi susu digantikan gig permanen.
Gigi permanen ada pada usia 12 tahun
kecuali geraham kedua dan ketiga.
Pilihan makanan tertentu sangat terlihat
pada usia ini. Karies dan
ketidakteraturan gigi dalam jarak gigi
adalah masalah kesehata yang sangat
penting.
12 -18 tahun Semua gigi permanen telah ada. Praktek
hygiene cenderung meningkat karena
peningkatan citra tubuh.
18 – 40 tahun Geraham ketiga terlihat. Praktik
hygiene mulut dan nutrisi yang baik
diperlukan untuk menghindari masalah
ditahun yang akan dating.
Kehamilan Perubahan dalam hormone seks
perempuan yang memperbesar reaksi
iritasi pada plak gigi, yang
menyebabkan gingivitis dan
meningkatkan resiko penyakit
periodontal hebat.
40 – 65 tahun Walaupun kehilangan gigi biasa karena
penyakit periodontal, menurun, sekitar
separuh orang berusia 55 tahun telah
kehilangan beberapa atau semua gigi
mereka karena perawata gigi yang
buruk. Karies akar gig dan kangker
mulut terjadi dengan frekuensi yang
lebih tinggi.
65 tahun atau lebih Gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih
kering, dan berwarna lebih gelap. Gig
menjadi tidak rata, bergerigi, dan patah

13
setelah bertahun – tahun digosok dan di
asa. Gusi kehilangan vaskularitas dan
elastisitas jaringan yang menyebabkan
gigi palsu kurang pas. Kebiasaan makan
sering berubah, dan malnutrusi dapat
menjadi masalah. Penurunan sensitifitas
rasa, penipisan mokosa dan penurunan
masa dan kekuatan otot mastikasi juga
terjadi.

3. Penyakit Pada Gigi dan Mulut

a. Plak dan Kalkulus

Plak gigi merupakan komunitas mikroorganisme yang ditemukan pada

permukaan gigi sebagai biofilm, tertanam dalam matriks polimer host dan

asal bakteri. Plak terjadi secara alami dan kontribusi (seperti mikroflora pada

situs lain didalam tubuh) untuk perkembangan normal dari fisiologi dan

pertahanan host. Reli gen bakteri plak memiliki hubungan yang harmonis

dengan host. Mereka menggunakan nutrisi endogen (misalnya, protein saliva

dan glikoprotein, seperti mucin) untuk pertumbuhan mereka, dari adanya

produksi asam yang sedikit, dan kehadiran mereka membantu menyingkirkan

mikroorganisme eksogen (resistensi kolonisasi) (Philip DM, 2014).

Kalkulus adalah plak gigi yang termineralisasi dan hal tersebut dapat

terjadi fase cairan plak yang jenuh dengan komponen kalkulus. Air liur dan

plak biasanya jenuh sehubungan dengan berbagai kalsium fosfat, kecuali bila

fermentasi karbohidrat yang dikonsumsi dan dengan demikian banyak orang

yang rentan terhadap kalkulus, meskipun pada tingkat yang berbeda. Tingkat

kejenuhan cairan plak meningkat ketika pH meninggi (Philip DM, 2014)

14
b. Karies

Karies adalah istilah untuk penyakit infeksi. Karies biasa terjadi

dimana saja, salah satunya karies yang terjadi pada gigi yang di sebut dengan

karies gigi (Ilyas M, 2011).

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi baik pada

email, dentin maupun pada sementum, yang di sebabkan oleh aktivitas suatu

jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Gejala klinis

penyakit ini yaitu terjadinya demineralisasi jaringan tersebut yang diikuti oleh

kerusakan bahan organiknya, proses ini mengakibatkan invasi bakteri ke

dalam pulpa. Bakteri-bakteri ini tidak hanya dapat mentoleransi lingkungan

asam tetapi juga memproduksi rantai asam organik. Beberapa jenis

karbohidrat dan makanan yaitu, sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh

bakteri ini dan membentuk lingkungan asam (pH<5) dalam rongga mulut

dalam tempo 1-3 menit. Jika kondisi ini sering terjadi, dapat mengakibatkan

demineralisasi dan jika tidak diimbangi oleh proses remineralisasi maka pada

akhirnya menimbulkan karies gigi. Karies gigi bukan hanya pada permukaan

email gigi tetapi, jika lebih ke dalam dapat mengenai dentin gigi maupun

pulpa gigi. Jika proses karies telah mencapai pulpa gigi maka lama kelamaan

terjadi kematian pulpa, kemudian diikuti oleh kerusakan daerah apikal gigi,

yang disebut periodontitis (Ilyas M, 2011).

Peningkatan kejadian karies dihubungkan peningkatan konsumsi

gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada anak-

anak dan prevalensinya meningkat sejalan dengan pertambahan usia anak.

15
Survei epidemologi terbaru yang dilakukan di Negara Timur Tengah

menunjukkan bahwa karies pada anak relatif lebih tinggi oleh pengaruh diet.

(Ilyas M, 2011).

Awal perjalanan penyakit karies dimulai dengan bercak berwarna

cokelat atau putih. Semua gigi yang memiliki bercak kecokelatan atau

keputihan dipemukaan emailnya dapat di diagnosis terkena karies. Karena

meskipun belum nampak secara fisik lubang besar pada gigi, gigi telah positif

terkena karies. Karies adalah penyakit, bukan kondisi lubang pada gigi (Ilyas

M, 2011).

Ada empat faktor penyebab karies, yaitu gigi yang rentan,

mikroorganisme, substrat dan waktu. Karies akan timbul jika keempat faktor

penyebab tersebut bekerja secara bersamaan. Selain faktor langsung didalam

mulut yang berhubungan dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor tidak

langsung yang disebut risiko luar, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut (Ilyas M, 2011).

Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat (seperti sukrosa)

dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun hingga

4,5-5,0 dalam waktu 1–3 menit. Kemudian, pH akan kembali normal pada pH

sekitar 7 dalam waktu 30–60 menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi

secara terus menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada

permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini sangat disukai oleh Sterptococcus

mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab

16
utama dalam proses terjadinya karies. Menurut penelitian, Streptococcus

mutans berperan dalam permulaan terjadinya karies gigi. Sedangkan

Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies.

Pertama kali akan terlihat bercak putih (white spot) pada permukaan email

kemudian proses ini berjalan secara perlahan sehingga lesi kecil tersebut

berkembang, dan dengan adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut

pada dentin disertai kematian odontoblas (Marieb and Hoehn, 2010).

c. Radang mulut

Radang mulut adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada rongga

mulut. Penyebabnya adalah kebersihan rongga mulut itu sendiri, gigi palsu

yang kurang pas, makanan atau minuman yang pedas dan panas, reaksi alergi

atau terjadinya infeksi (Philip DM 2014).

Penyebab infeksi pada peradangan rongga mulut biasanya dapat

diobati dengan pemberian obat. Untuk peradangan mulut akibat masalah

sistemik, seperti AIDS, leukemia, dan anemia diperlukan pengobatan oleh

dokter spesialis. Peradangan akibat luka bakar mulut kecil dari minuman

panas atau makanan panas biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam

seminggu atau lebih (Philip DM 2014).

Pada masalah kronis stomatitisaphthous perlu terlebih dahulu

memperbaiki setiap vitamin B12, zat besi atau kekurangan folat.

4. Teknik Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Beberapa cara sederhana yang biasa dilakukan untuk menjaga

kesehatan gigi dan mulut :

17
a. Bersihkan gigi secara teratur

Gigi dibersihkan supaya tidak ada plak yang terbentuk dan menjadi

tempat tinggal bakteri pembentuk lubang gigi. Harus teratur dan tepat dalam

pengguaannya (Marieb and Hoehn, 2010).

b. Bersihkan mulut secara menyeluruh

Besihkan mulut secara menyeluruh berhubungan dengan faktor

bakteri dalam pembentukan lubang gigi. Menyikat gigi sebenarnya hanya

membersihkan ¼ atau 25% dari keseluruhan bagian gigi dan mulut. pipi,

lidah dan jaringan lunak lainnya yang biasa berpotensi sebagai tempat tinggal

bakteri jahat dalam rongga mulut kalau tidak dibersihkan secara teratur.

Gunakan bantuan benang gigi (dental floss), pembersih lidah, dan obat kumur

sebagai alat bantu pembersihan gigi dan mulut selain dengan menyikat gigi

(Agam Ferry Erwan, 2013).

c. Kurangi makanan manis

Makanan manis berhubungan dengan faktor gula dalam pembentukan

lubang gigi. Makanan manis dapat menjadi sumber makanan bagi bakteri

pembentuk lubang gigi (Agam Ferry Erwan, 2013).

Dengan mengurangi sumber tenaga, berarti bisa mengurangi aktivitas

bakteri dalam proses pelubangan. Minimal bilas dengan cara berkumur

setelah makan manis, dengan air bening, bukan air putih karena air putih itu

susu (Agam Ferry Erwan, 2013).

18
d. Rutin kontrol ke dokter gigi

Kontrol ke dokter gigi berhubungan dengan faktor waktu. Dengan

memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara teratur ke dokter gigi maka

waktu yang diperlukan untuk bakteri melakukan aksinya bisa dihentikan.

Misalnya butuh sekitar tujuh bulan untuk pembentukan karang gigi, tetapi

dengan mengontrol kesehatan gigi per enam bulan, kita mendahului satu

bulan lebih cepat dan memaksa bakteri untuk mengulang prosesnya dari awal

lagi. Waktu juga bisa sebagai hasil akumulasi kolaborasi bakteri dan gula

serta gigi dalam proses pelubangan seiring waktu (Agam Ferry Erwan, 2013).

e. Cara menyikat gigi yang benar

Cara menyikat atau membersihkan gigi yang tepat dan efektif dengan

menggunakan 4 tepat dan 5 sempurna, (drg. Agam Ferry Erwan, 2013) :

2) Tepat alat

Tepat alat adalah harus benar dalam memilih alat yang digunakan

untuk membersihkan gigi, yaitu sikat gigi. Kriteria sikat gigi yang baik :

a) Gagang sikat harus lurus, supaya memudahkan mengontrol gerakan

penyikatan. Kalau tidak, nanti bisa mengarah ke tidak tepat cara.

b) Kepala sikat tidak lebar dan membulat supaya tidak melukai jaringan lunak

lain seperti pipi, saat menyikat gigi bagian belakang.

c) Bulu sikat dipilih yang lembut agar tidak melukai gusi dan mudah masuk ke

sela-sela gigi.

3) Tepat cara

Berikut adalah gerakan menykat gigi yang tepat :

19
a) Gerakan untuk bagian luar gigi depan adalah ke atas dan ke bawah, jangan

digososk dengan gerakan menyamping bolak-balik karena bisa menyebabkan

gusi menjadi “rusak”.

b) Bagian luar gigi belakang jangan digosok dengan gerakan naik turun, tetapi

dengan gerakan maju-mundur atau memutar. Gerakan naik turun tidak efektif

membersihkan gigi belakang bagian luar.

c) Untuk bagian dalam dari gigi depan dan belakang harus disikat dengan

gerakan menarik.

4) Tepat waktu

Menyikat gigi pada pagi hari dilakukan setelah sarapan bukan saat

mandi pagi, kecuali kalau mandi paginya setelah sarapan. Ggi harus

dibersihkan pada malam hari sebelun tidur. Sisa makanan yang dibiarkan

selama 12 jam lebih tanpa sempat dibersihkan sama dengan mengundang

bakteri bertamu dan membuat lubang di gigi. Waktu menyikat gigi pada

malam hari adalah sebelum tidur, bukan setelah makan malam.

5) Tepat target

Meliputi tepat membersihkan daerah yang perlu dibersihkan. Gigi

bukan Cuma bagian depan dan bagian luar saja. Gigi juga ada bagian

belakang dan bagian dalam. Bagian-bagian ini kadang terlewat atau sengaja

lupa dibersihkan.

6) Lima sempurna

Setelah 4 tepat, saatnya untuk 5 sempurna gunakan alat bantu. Daerah

gigi dan mulut yang perlu dibersihkan dengan menggunakan alat bantu

20
seperti pembersih lidah, obat kumur, dan dental floss (benang gigi) dilakukan

pada gigi, pipi, lidah dan langit-langit.

5. Cara mengatasi dan mencegah gusi berdarah

Gusi berdarah harus segera mungkin diatasi sebelum berkembang

menjadi hal yang serius, yaitu peradangan jaringan pendukung gigi.

Peradangan jaringan pendukung gigi mengakibatkan hal-hal yang kurang baik

diantaranya, gigi tanggal atau terlepas dengan sendirinya (Agam Ferry Erwan,

2013).

Langkah awal yang dilakukan adalah rajin dan rutin membersihkan

plak yang mungkin menempel pada gigi. Plak adalah penyebab utama secara

umum dari gusi berdarah. Cara pencegahannya yaitu dengan sikat gigi secara

teratur, minimal dua kali sehari dengan cara dan teknik yang tepat.

Selanjutnya harus periksa ke dokter gigi untuk memastikan apakah ada plak

yang telah mengeras menjadi karang gigi atau belum. Meskipun karang gigi

di anggap sebagai penyebab periodontitis (peradangan jaringan pendukung

gigi), tidak tertutup kemungkinan karang gigi menjadi akibat peradangan gusi

(gingivitis) yang menyebabkan perdarahan gusi (Agam Ferry Erwan, 2013).

Jangan membersihkan karang gigi dengan metode self-sercice

(bersihkan sendiri) menggunakan pengungkit seperti tusuk gigi, korek api

batangan. Hal tersebut akan menyebabkan periodontitis atau peradangan

jaringan pendukung gigi timbul menyertai peradangan gusi (drg. Agam Ferry

Erwan, 2013).

21
6. Ciri – Ciri Gigi Sehat

Gigi putih belum tentu merupakan sebuah tanda bahwa gigi tersebut

sehat, berikut adalah beberapa kriteria dari gigi sehat, (Agam Ferry Erwan,

2013), yaitu :

1) Tidak terasa sakit, radang gusi, dan karang gusi

2) Tidak ada karies

3) Saat mengunyah tidak terasa nyeri

4) Leher gigi tidak kelihatan

5) Gigi tidak goyang

6) Tidak terdapat plak

7) Warna gigi putih kekuningan

8) Tidak terdapat karang

9) Mahkota gigi utuh

10) Tidak ada bau mulut

11) Tidak ada radang tenggorokan

12) Tidak terdapat stomatitis

B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan

Mulut

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap

obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

22
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dengan telinga. (Notoatmodjo, 2004)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative. Kedua aspek

ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan

aspek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang positif terhadap

obyek tertentu (Notoatmodjo, 2004).

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia

dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan

serta larangan yang harus d jauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi

keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

diberikan pada anak usia sekolah. Pengetahuan siswa sangat penting dalam

mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidaknya kebersihan

gigi dan mulutnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun

secara terencana yaitu salah satunya melalui proses pendidikan (Notoatmodjo,

2010).

23
b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Pengetahuan yang

cukup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu

(Notoadmodjo, 2004) :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suau kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

24
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-

penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2004) adalah sebagai

berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhaasil maka dicoba kemungkinan yang lain, sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan

dan berbagai prinsip orang lain yang menerima dan mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyain otoritas, tanpa menguji terlebih

25
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun pelaksanaan sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau di

sebut metodologi penelitian. Menurut (Notoadmodjo, 2004), perilaku adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung

maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi

perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.Interest (merasa tertarik)

dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.

b) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik

buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti

sikap responden sudah lebih baik lagi.

c) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

d) Adaption dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut (Notoatmodjo 2004), menyimpulkan bahwa pengabdopsian

perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan,

kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( ling

26
lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan

dan kesdaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan

berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek

fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai

gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagian

yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman keyakinan, sarana

fisisk dan sosial budaya.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidkan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan (Notoadmodjo, 2004).

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Pendidikan dapat mempengarugi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan. Pada umunya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi (Notoadmodjo, 2004).

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

27
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umum

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunya pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Notoadmodjo, 2010).

c) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaa masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa (Notoadmodjo, 2010).

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok (Notoadmodjo, 2004).

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi (Notoadmodjo, 2004).

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau diukur,

selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-

28
masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 (Notoadmodjo,

2004).

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100%

dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sm = Skor tertinggi maksimum

Sp = Skor yang didapat

Misalnya : jumlah jawaban benar Responden A = 15. Jumlah soal 20 (nilai

maksimal 20). Maka nilai prosentase Responden A =

15
X 100% = 75%
20

prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan

sebagai berikut :

a. Baik : Nilai = 76-100%

b. Cukup : Nilai = 56-75%

c. Kurang : Nilai = 40-55%

d. Tidak baik : Nilai < 40%

29
2. Peran Orang Tua Dalam Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak

Peran merupakan kemampuan individu untuk mengontrol atau

memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Orang tua adalah guru yang

paling utama dan yang pertama memberikan pendidikan kepada anaknya dan

bertanggungjawab penuh terhadap proses pertumbuhannya. Perkembangan

seorang anak dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan peran orang tua. Agar

proses tumbuh kembang anak berjalan optimal, maka perlu diterapkan pola

asuh, asih, asah dalam setiap aktivitas merawat dan mengasuhnya (Prasasti,

2016). Beberapa metode yang dapat dilakukan orang tua kepada anak, yaitu :

a. Pendidikan melalui pembiasaan

Dengan dilakukan setiap hari anak-anak mengalami proses

internalisasi, pembiasaan, dan akhirnya menjadikan bagian dari hidupnya

b. Pendidikan dengan keteladanan

Anak-anak khususnya usia dini, selalu meniru apa yang dilakukan

orang disekitarnya. Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang

secara visual dapat dilihat, diamati, dirasakan sendiri oleh anak, sehingga

mereka ingin menirunya.

c. Pendidikan melalui nasihat dan dialog

Orang tua diharapkan mampu menjelaskan, memberikan pemahaman

yang sesuai dengan tingkat berpikir mereka.

d. Pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman

Metode ini secara tidak langsung juga menanamkan etika perlunya

menghargai orang lain. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak

30
sangat diperlukan pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun.

Peran aktif orang tua yang dimaksud adalah membimbing, memberikan

pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak (Rejeki,

2011).

Dalam hal ini khususnya peran orang tua terhadap anaknya dalam hal

kesehatan gigi dan mulut. Pada anak usia prasekolah, pemeliharaan kesehatan

gigi mereka masih bergantung kepada orang tua sebagai orang terdekat anak.

Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seorang

anak. Orang tua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi anaknya

tersebut. Peran orang tua sangat berpengaruh dalam merawat dan memelihara

kesehatan gigi anak secara teratur seperti menyikat gigi, memperhatikan pola

makan dan melakukan pemeriksaan secara rutin ke klinik gigi (Khotimah,

2013).

Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat

dilaksanakan dan merupakan peran dari orang tua adalah :

a. Membersihkan gigi

Yang paling penting dalam mencegah gigi berlubang adalah dengan

menghilangkan penyebab utamanya yaitu plak. Setelah dibersihkan, plak

akan muncul kembali karena bakteri di dalam mulut kita tidak akan bisa

hilang 100%. Sehabis makan makanan yang manis, anak dibiasakan

berkumur dengan air putih, selain itu rutinitas menyikat gigi sangat

diperlukan untuk mengendalikan pembentukan plak yang ada di dalam mulut.

Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat gigi yang

31
ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Pilihlah sikat gigi

yang berbulu lunak untuk mencegah terjadinya iritasi, baik pada gigi maupun

untuk mencegah terjadinya iritasi pada gigi maupun gusi.38 Bagian kepala

sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut anak.

Biasakan anak-anak menggosok giginya secara teratur sejak dini,

terutama sehabis makan dan sebelum tidur malam. Karena pada waktu tidur

di malam hari itulah proses karies paling mudah terjadi. Untuk anak-anak 3

sampai 6 tahun menggunakan pasta gigi sejumlah seukuran kacang polong.

Gosoklah gigi dengan pasta berfluoride pada semua gigi dan pada semua

permukaan gigi selama antara satu setengah sampai dua menit (Sumerti,

2013).

b. Diet sehat anak

Anak-anak membutuhkan gigi yang sehat untuk mengunyah makanan

mereka, berbicara dan memiliki senyum yang indah. Keluarga adalah faktor

utama yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. Orang tua dan

saudara yang lebih tua merupakan model bagi anak yang lebih muda terhadap

kebiasaan makannya. Kebiasaan makan, makanan favorit dan makanan yang

tidak disukai anak sejak usia dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit

dihilangkan. Diet yang baik sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Hampir semua makanan, termasuk susu memiliki

beberapa jenis gula yang dapat menyebabkan kerusakan gigi. Berikut hal-hal

yang dapat dilakukan dalam melakukan diet sehat untuk anak :

32
1) Buah-buahan dan sayur-sayuran. Gabungan ini harus setengah dari apa yang

anak makan setiap hari.

2) Hindari mengisi botol dengan cairan seperti air gula, jus atau minuman

ringan.

3) Jika anak menggunakan dot, sediakan satu yang bersih - tidak dicelupkan

kedalam gula atau madu sebelum memberikannya kepada anak.

4) Jangan membiasakan anak minum susu botol sampai terlelap tidur. Hal ini

menyebabkan terjadinya proses karies.

5) Jaga makanan manis dalam jumlah minimum, khususnya permen yang

lengket atau permen kunyah dan buah kering (kismis).

6) Hindari makan kudapan yang manis dengan sering.

c. Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi

Saat gigi pertama anak muncul, itulah saatnya membawa ke dokter

gigi. ADA (American Dental Association) merekomendasikan bahwa

kunjungan ke dokter gigi pertama berlangsung setiap enam bulan sekali

setelah gigi pertama muncul agar anak nyaman dengan kebiasaan baik untuk

kesehatan mulut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pengasuhan :

a. Pekerjaan/pendapatan keluarga

Pekerjaan anggota keluarga adalah satu sumber penghasilan bagi

keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual 20

keluarga. Orang tua, terutama ibu yang memiliki peran ganda sering kali

dihadapkan pada konflik antara kepentingan pekerjaan dan keberadaannya

33
dalam keluarga. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan menyita waktu sering

kali menghambat pemenuhan kebutuhan untuk kebersamaan dalam keluarga,

merawat, dan mengasuh anak.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak

baik yang primer maupun yang sekunder.

b. Usia

Usia antara 17 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki

mempunyai alasan kuat dalam kaitannya dengan kesiapan menjadi orang tua.

Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan.

Apabila terlalu muda atau terlalu tua mungkin tidak dapat menjalankan peran

tersebut secara optimal.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan

anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan

sebagainya.

d. Jumlah anak dalam keluarga

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial

ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih

sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat.

Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang,

34
jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang

dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang

dan perumahan pun tidak terpenuhi.

3. Kepatuhan Merawat Gigi dan Mulut

a. Definisi

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

pasrah tujuan yang telah ditentukan. Dengan definisi sepeti itu, kepatuhan

memiliki nada yang cenderung menipulatif atau otorider dimana

penyelenggaraan perawatan kesehatan atau pendidik dianggap sebagai tokoh

yang berwenang, dan konsumen atau peserta didi dianggap bersikap patuh.

Istilah itu belum dapat diterima dengan baik dalam keperawatan, mungkin

karena adanya falsafah yang menyatakan bahwa klien berhak untuk tidak perlu

mengikuti rangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh professional perawat

kesehatan (Susan, 2011)

e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Patuh adalah perubahan tingkah laku ( Carpenito, 2000 ) yang

dipengaruhi oleh :

1) Pola kepatuhan umum

2) Stabilitas dan pengaruh keluarga

3) Persepsi kerentanan diri sendiri terhadap penyakit

4) Persepsi bahwa penyakit serius

5) Tindakan yang manjur

6) Srategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan

35
Berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah

(Susan, 2011 ) :

1) Dukungan profesional kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan

kepatuhan. Contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah

dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting

karena komunikasi yang baik yang diberikan profesional kesehatan baik dokter

ataupun perawat dapat menambahkan kepatuhan bagi pasien.

2) Dukungan social

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional

kesehatan yang dapat mengakibatkan keluarga pasien untuk menunjang

peningkatan kesehatan maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

3) Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan gigi

diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari terjadinya

karies gigi. Dengan menggosok gigi secara teratur dan kontrol secara teratur

ke dokter gigi.

f. Kepatuhan dalam merawat gigi dan mulut pada anak

Perawatan gigi dan mulut merupakan salah satu intervensi

keperawatan yang penting. Kesehatan mulut akan mempengaruhi tingkat

kesehatan dan kecepatan pemulihan. Menggosok gigi, lidah, dan penggunaan

benang gigi (flossing) tidak cukup untuk mencapai kesehatan mulut.

36
Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga

kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai

kesehatan gigi disbanding orang dewasa. Secara umum keadaan kebersihan

mulut akan lebih buruk dan anak lebih banyak mengkomsumsi makanan dan

minuman yang menyebabkan kerusakan pada gigi disbanding orang dewasa.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan anak

dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut (ghofur, Abdul, 2012):

1) Jenis makanan

Jenis makanan yang dipilih dipengaruhi oleh media massa dan

lingkungan (guru dan teman sebaya. Iklan makanan di televise menonjolkan

karakteitik makanan meliputi rasa renyah, manis dan coklat sehingga mereka

ingin mencoba.

2) Perilaku

Perilaku meliputi setiap sikap anak untuk menjaga kesehatan gigi dan

mulut, bila anak malas menggosok gigi maka sisa makanan yang menempel

di gigi akan berkembang menjadi bakteri yang akan menyebabkan kerusakan

gigi. Frekuensi menggosok gigi anak biasanya kurang sesuai dar anjuran 2

kali per hari. Fenomena gigi berlubang dipengaruhi oleh frekuensi gosok gigi

dan jenis makanan anak usia sekolah dasar.

Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,

pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan

gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang

mengabaikan kondisi kesehatan gigi dianggap tidak terlalu penting. Padahal

37
manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi

terutama pada anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia

ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang (ghofur, Abdul, 2012).

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau

belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di

mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah

anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

Peran merupakan kemampuan individu untuk mengontrol atau

memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan

atau pasrah tujuan yang telah ditentukan.

38
B. Pola Pikir Varibel Penelitian

Pada penelitian ini faktor-fakor yang mempengaruhi kesehatan gigi

dan mulut pada siswa digambarkan dalam kerangka berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan anak

Peran orang tua


Kesehatan gigi
dan mulut
Kepatuhan merawat
gigi dan mulut

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan Variabel

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektef

1. Kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi kesehatan gigi dan mulut pada anak

yang diamati pada saat penelitian

Kriteria objektif :

Bersih : jika tidak terdapat plak, kalkus, dan karies

Tidak bersih : jika terdapat plak, kalkus, dan karies

2. Pengetahuan siswa adalah segalah sesuatu yang diketahui oleh siswa sekolah

dasar kelas V tentang kesehatan gigi dan mulut.

Kriteria objektif :

Cukup : bila responden menjawab benar dengan skor ≥ 3

Kurang : bila responden menjawab salah dengan skor ≤ 3

39
3. Peran orang tua adalah memberi motivasi pada anak untuk memperhatikan

kesehatan gigi dan mulut.

Kriteria objektif :

Cukup berperan : bila responden menjawab dengan skor ≥ 6

Kurang berperan : bila responden menjawab dengan skor ≤ 6

4. Kepatuhan adalah kebiasaan anak untuk merawat atau menjaga kebersihan

gigi dan mulut.

Kriteria objektif :

Patuh : bila responden menjawab dengan skor ≥ 3

Tidak patuh : bila responden menjawab dengan skor ≤ 3

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan kesehatan gigi dan mulut pada

siswa di kelas V SD Inpres Bung Makassar.

2. Ada pengaruh antara peran orang tua dengan kesehatan gigi dan mulut pada

siswa di kelas V SD Inpres Bung Makassar.

3. Ada pengaruh antara kepatuhan merawat gigi dan mulut dengan kesehatan

gigi dan mulut pada siswa di kelas V SD Inpres Bung Makassar.

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

desriptif survey dengan pendekatan cross sectional study yaitu untuk

40
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

pada siswa kelas V SD Inpres Bung Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Bung Makassar.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data awal ini dilakukan pada tanggal 09 Januari 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wilaya generalisasinyang terdiri

atas: objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang di tetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas V SD Inpres Bung, yang berjumlah 34 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti atau sebagaian

jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan

sampel penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel Total Sampling.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34 sampel (Setiadi, 2013).

D. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang di peroleh peneliti melalui pengumpulan data secara

langsung dengan pembagian angket (kuesioner) tentang pengetahun

41
kesehatan gigi dan mulut dengan skala ordinal terdiri dari 6 pertanyaan

dengan pilihan jawaban selalu di beri skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah.

Dan untuk peran orang tua dan kepatuhan merawat gigi dan mulut juga

menggunakan skala ordinal. Peran orang tua terdiri dari 6 pertanyaan, dengan

jawaban diberi skor 2 jika selalu, skor 1 jika kadang-kaddang dan skor 0 jika

tidak pernah. Kepatuhan merawat gigi dan mulut terdiri dari 6 pertanyaan

dengan jawaban selalu di beri skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mencari referensi dari berbagai

media baik dari buku maupun dari internet. Terlebih lagi dari pihak Sekolah

Dasar Inpres Bung Makassar.

E. Pengolahan Data

Data diolah secara manual dan dianalisis dengan menggunakan

komputer dengan memakai program SPSS.

F. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat dan

analisa bivariat :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dar hasil

penelitian, tujuan dari analisa ini hanya untuk menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2004).

Dalam tahap ini data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dalam

bentuk master tabel, selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabel

42
distribusi. Analisa data yang digunakan analisa univariat, analisa ini

dilakukan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariate dilakukan untuk melibatkan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen yaitu

pengetahuan, peran orang tua dan kepatuhan membersihkan gigi dan mulut

menggunakan uji chi square sedangkan variabel dependen kebersihan gigi

dan mulut menggunakan uji fisher exact. Dalam penelitian kesehatan uji

signifikan dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan (α) = 0,05 dan

95% confidence interval dengan ketentuan bila :

a. P.value < 0,05 berarti hipotesis diterima (P.value < α). Uji statistik

menunjukan adanya hubungan yang signifikan.

b. P.value ≥ 0,05 berarti hipotesis ditolak (P.value ≥ α). Uji statistik menunjukan

tidak adanya hubungan signifikan.

G. Penyajian Data

Data yang diolah selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi

disertai dengan narasi.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek antara

lain menjamin kerahasiaan identitas , hak privasi dan martabat responden.

Dalam melakukan penelitian ini mendapat izin dari Kepala Sekolah SD

43
Inpres Bung Makassar, untuk melakukan suatu penelitian, khususnya pada

siswa kelas V SD Inpres Inpres Bung Makassar.

Setelah mendapat izin, barulah melakukan penelitian dengan

menekankan etika yang meliputi :

1. Informed Concent ( Lembaran Persetujuan )

Lembaran persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden

yang diteliti memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian, dengan

tujuan supaya responden dapat mengerti maksud dan tujuan peneliti. Bila

dalam penelitian, responden menolak atau tidak bersedia maka peneliti tidak

akan memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonymity ( Tampa Nama )

Untuk menjaga kerahasiaan subyek atau responden, peneliti tidak

akan mencantumkan nama subyek atau responden, pada lembar pengumpulan

data yang diisi responden atau subyek, tetapi lembar tersebut diberi kode atau

inisial.

3. Confidentiality ( kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

44

Anda mungkin juga menyukai