Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT dipermulaan dan akhir perbuatan yang baik, telah
menurunkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga tugas mata kuliah
“ Kemuhammadiyahan “ yang diberikan dosen kami telah dapat terselesaikan Insya Allah
dengan baik dan lancar. Kami ucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, baik terlibat secara langsung maupun tidak
langsung.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa mahasiswi STIKes
Muhammadiyah Palembang atau bagi siapapun kedepannya. Kami mohon maaf jika terjadi
banyak kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja karena kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Wassalamu alaikum Wr.Wb

Palembang, Juni 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusam Masalah
3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
1. Sejarah Berdirinya NU ( Nahdatul Ulama)
2. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
3. Perbedaan NU dan Mammadiyah.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi islam di Indonesia. Keduanya
mempunyai pandangan yang berbeda,Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan
bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Muhammadiyah didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18
November 1912.
Kedua organisasi memiliki berbagai perbedaan pandangan. Dalam masyarakat
perbedaan paling nyata adalah dalam berbagai masalah furu’ (cabang). Misalnya
Muhamadiyah melarang (bahkan membid’ahkan) bacaan Qunut di waktu Shubuh, sedang
NU mensunahkan, bahkan masuk dalam ab’ad yang kalau tidak dilakukan harus
melakukan sujud syahwi, dan berbagai masalah lain.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah NU itu ?
b. Bagaimana Sejarah Muhammadiyah itu ?
c. Apa Perbedaan NU dan Muhammadiyah ?

3. Tujuan
a. Mengetahui Sejarah NU
b. Mengetahui Sejarah Muhammadiyah
c. Mengetahui Perbedaan NU dan Muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman


Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Persyarikatan
Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan
ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Pada masa kepemimpinan
Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan
seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang.
Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922.
Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat
dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus
gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah
inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

Bidang Akidah, Akidah merupakan dasar pokok keyakinan beragama. Oleh sebab itu
ia menjadi titik awal dalam bahasan tentang keimanan.
Pambahasan akidah ini umumnya meliputi persoalan sebagai berikut ;
1. Ilahiyyah, yaitu segala hal yang membahas tentang ilah (Allah) seperti wujud Allah,
kehendak Allah, ketentuan Allah.
2. Nubuwwah, yaitu pembahasan mengenai segala sesuatu yang berkenaan dengan nabi dan
Rasul, termasuk pembahasan mengenai kitab-kitab Allah, dan mukjizat.
3. Ruhaniyyah, yaitu pembahasan yang berhubungan dengan alam metafisik.
4. Syam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala yang dapat diketahui lewat syam’i
(mendengar berita dari dalil naqli berupa Al-qur’an dan sunah Rasul).

Secara historis aqidah islam yang berkembang dikalangan umat islam ada dua kelompok ;
1. Aqidah salaf, aqidah yang dibangun semata-mata berdasarkan wahyu, yaitu Al-qur’an dan
as-sunnah, tanpa ada tambahan filosofis.
2. Aqidah islam yang dibangun atas campur tangan pemikiran filosofik

2. Sejarah Berdirinya NU ( Nahdatul Ulama)


Nahdlatul Ulama (NU), adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar di
Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi. Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni
mazhab Wahabi di Mekkah, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman,
menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut. Dengan
sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam
di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan
sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah
yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Didorong oleh minatnya yang gigih untuk
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban,
maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite
Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan
tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan
niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan
mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama,
yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan
peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.
Berbagai komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc,
maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih
sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi
dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang
bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diwujudkan dalam khittah NU,
yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam
bidang sosial, keagamaan dan politik.
Paham keagamaan, NU menganut paham Ahlussunah waljama’ah, sebuah pola pikir
yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur’an, sunnah, tetapi
juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir
semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu
Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung
mengikuti mazhab: imam Syafi’i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi,
imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU
berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-
Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk
menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode
berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan
NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran
dan dinamika sosial dalam NU
3. Perbedaan NU dan Muhammadiyah
Secara Garis Besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama tidak ada
perbedaannya, Rukun Iman dan Rukun Islam sama, Jumlah Rakaat shalat yang wajib
selama 24 jam sama 17 rakaat. Yang membedakan Muhammadiyah dengan nahdhatul
Ulama hanya dalam mengerjakan sunah-sunah. Sunnah tentu Boleh tidak dikerjakan
dan jika dikerjakan mendapatkan ganjaran pahala dan Jika kelompok Organisasi lain
tidak mengerjakan kenapa harus dipersoalkan.

Dalam acara Meninggal Dunia Organisasi Islam terbesar di indonesia Nahdhatul


Ulama mengadakan acara Haulan 1-3 hari, 7 hari, 25 hari, 40 hari dan 1 tahun.
Acara haulan ini diyakini Umat Nahdhatul Ulama sebagai sunnah dan bukan wajib
maka bila organisasi Islam yang lain tidak melaksanakan haulan tersebut bukanlah
menjadi persoalan yang serius bila kita merasa lebih mementingkan kerukunan Islam
dan kerukunan beragama.

Muhammadiyah dan NU adalah organisasi, bukan masalah fiqh. Hanya dalam


konteks Indonesia, Muhammadiyah dan NU adalah mewakili 2 golongan besar umat
Islam secara fiqh juga Muhammadiyah mewakili kelompok “modernis” (begitu
ilmuwan menyebut), yang sebenarnya ada beberapa organisasi yang memiliki
pandangan mirip seperti Persis (Persatuan Islam), Al-Irsyad, Sumatra Tawalib. Sedang
NU (Nahdhatul Ulama) mewakili kelompok “tradisional”, selain Nahdhatul Wathan,
Jami’atul Washliyah, Perti, dll.
Di sisi lain NU (Nahdhatul Ulama, didirikan antara lain oleh KH Hasyim
Asy’ari, 1926), lahir untuk menghidupkan tradisi bermadzhab, mengikuti ulama.
Sedikit banyak kelahiran Muhammadiyah memang memicu kelahiran NU. Berbeda
dengan Muhammadiyah, pengaruh NU sangat nampak di kalangan pedesaan.
Kedua organisasi memiliki berbagai perbedaan pandangan. Dalam masyarakat
perbedaan paling nyata adalah dalam berbagai masalah furu’ (cabang). Misalnya
Muhamadiyah melarang (bahkan membid’ahkan) bacaan Qunut di waktu Shubuh,
sedang NU mensunahkan, bahkan masuk dalam ab’ad yang kalau tidak dilakukan harus
melakukan sujud syahwi, dan berbagai masalah lain.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Nahdlatul Ulama (NU), adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar di Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan
ekonomi. etelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab
1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais
Akbar.
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Pada masa kepemimpinan
Ahmad Dahlan (1912-1923), Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
Secara Hukum Pemerintah Republik Indonesia dan MUI (Mejelis Ulama Indonesia)
Organisasi Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama telah diakui sebagai ajaran yang benar,
sayangnya ada sebagian masyarakatnya yang kurang cerdas berpikir karena perbedaan dalam
menjalankan sunah-sunah Rasullulah SAW yang tidak prinsipil bisa dibesar-besarkan
menjadi sebuah permusuhan dengan menjelek-jelekan organisasi Islam yang lain.

Marilah mulai sekarang kita sebagai umat islam berprasangka baik terhadap umat
Islam yang lain. carilah kesamaan-kesamaanya bukan membesar-besarkan perbedaanya
padahal perbedaan tersebut hanya dalam hukum sunah-sunahnya saja.
Umat yang baik kalau merasa sunah-sunah itu adalah dari Rasulullah SAW kerjakan dengan
ikhlas dan sabar Allah SWT pasti akan memberikan ganjaran pahala.
Biarkan orang lain tidak mengerjakan sunah tersebut karena sunah hanya sebagai anjuran,
lebih baik kita gigih berjuang kepada umat Islam yang lain untuk mengerjakan hukum-hukum
Agama yang wajib, Insya Allah Hukum-Hukum sunahnya Rasulullah SAW akan ikut
sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA

http//id.wikipedia.org/wiki/nahdatul ulama dan muhammdiyah


http://soni69.tripod.com/fiqh/muhammadiyah dan nu.htm
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=724
Sutarmo. Muhammadiyah gerakan Sosial Keagamaan Modernis. Suara Muhammadiyah.
Jogyakarta ; 2005

Anda mungkin juga menyukai