Oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Pada karya ilmiah ini, diharapkan konsep gagasan yang penulis tawarkan
dapat memberikan ide dan solusi baru dalam mengembangkan pengolahan tinja
dan energi terbarukan di Indonesia khususnya di Kota Makassar.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.1 Tujuan
Ekskreta manusia (human excreta yang terdiri atas feses dan urine)
merupakan hasilakhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
menyebabkan pemisahandan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidakdibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air seni
(urine).Tinja dan urin manusia ini tergolong bahan organik merupakan hasil sisa
perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan.
Gas methan pertama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno
untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Gas methan pertama kali
ditemukan oleh Alessandro Volta (1776), oleh Willam Henry pada tahun 1806
dikembangkan lagi. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan.
Alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada
akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan
oleh Jerman dan Perancis Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China,
Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan
pengembangan alat penghasil biogas . Selain di negara berkembang, teknologi
biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman .
Menurut Setiawan (2005), Gas bio atau sering pula disebut biogas
merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organic seperti kotoran hewan
direndam dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa
oksigen).Sedangkan, Menurut Suparman (2013), Biogas merupakan sebuah proses
produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi
material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas
yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material organik
yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan
bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi
menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini
akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu
penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein,
karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana.
Tabel 2.3 perbandingan hasil pembakaran biogas dengan bahan bakar lain
Menurut data dari Bappenas dalam satu hari manusia mengeluarkan tinja
sebanyak 125 – 250 gram. Selain itu, Menurut Kadir (2005), rata-rata produksi
kotoran kering pada manusia adalah sebesar 0,07 kg/hari dan setiap kg material
kering mampu menghasilkan biogas sebesar 0,4 m3 /kg.
Sumber: http://energi.lipi.go.id
Identifikasi Masalah:
Analisis :
Pencemaran Kualitas Udara
di Terminal Malengkeri Deskriptif Kualitatif
Deskriptif Kuantitatif
Pengumpulan Data:
Data Primer dari hasil survey
dan observasi lapangan Pengolahan Data
Data Sekunder dari jurnal,
buku, dan artikel online
BAB IV
PEMBAHASAN
Ide yang kami paparkan pada karya ilmiah ini merupakan salah satu
metode untuk mengubah tinja rumah tangga dan beberapa fasilitas umum ( seperti
hotel, rumah makan, dan lain-lain) menjadi salah satu sumber energi untuk
Pembangit Listrik Energi Tinja (PeLET) skala perkotaan dengan system
penampungan tinja terpusat. Sistem ini dimulai dari pengaliran tinja dari
pembuangan setiap rumah tangga atau gedung-gedung yang terhubung oleh sistem
perpipaan yangmenuju pembuangan tinja terpusat atau tangki septik komunal.
Kemudian dari pembuangan tinja terpusat tersebut kemudian akan dibawa menuju
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang akan menghasilkan energi listrik.
IPLT yang kami maksud yaitu IPLT yang dimiliki kota Makassar sebanyak 1 unit
terletak di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Instalasi IPLT ini dibangun
tahun 1990. Terletak kurang lebih 20 km dari pusat kota Makassar. Terlebih
sejauh ini di Kota Makassar belum ada perusahaan swasta yang melakukan jasa
penyedotan tinja, maka dari itu untuk membantu proses pengolahan lumpur tinja
tersebut dibuatlah perencanaan Pembangit Listrik Energi Tinja (PeLET) ini.
Berikut skema pembuangan lumpur tinja dari sumber melalui system perpipaan
yang terhubung ke pembuangan tinja terpusat.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar pada Tahun
2012 mengatakan bahwa jumlah penduduk di Kota Makassar 1.369.606 jiwa.
Dengan data tersebut kita bisa menghitung proyeksi potensi biogas dan potensi
listrik dari tinja yang dihasilkan oleh sejumlah penduduk yang disebuutkan
sebelumnya. Berikut tabel proyeksi potensi biogas dan potensi listrik di Kota
Makassar menggunakan PeLET.
No Asumsi Potensi
1 Jumlah Penduduk 1.369.606 jiwa
2 Potensi Tinja Kering 95872.42 kg/hari
3 Potensi Biogas 38.348,968 m3
4 Potensi Listrik 299,85 MWh
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar pada tahun
2012 mengatakan bahwa Kota Makassar memiliki penduduk sebanyak 1.369.606
jiwa. Sejumlah penduduk tersebut tertera pada Tabel 4.1 dapat menghasilkan
potensi biogas sebanyak 38.348,968 m3 . Berdasarkan data tersebut kita bisa
menghitung berapa perbandingan hasil pembakaran biogas dengan bahan bakar
lain menurut Wahyuni (2010) pada Tabel 4.2 dengan potensi biogas berdasarkan
jumlah penduduk yang telah disebutkan sebelumnya tertera pada tabel berikut.
Tabel.4.3 Perhitungan 38.348,968 m3 Biogas Setara dengan Bahan Bakar Lain
Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan dalam hal sanitasi di Kota
Makassar adalah kurang baiknya pengelolaan pembuangan tinja yang menjadi
maslaah klasik selama ini. Hal ini menyebabkan bocornya pipa atau tangki septik
yang menyebabkan pencemaran pada air tanah. Permasalahan pembuangan tinja
yang hampir terjadi di seluruhkota-kota dengan padat infrastruktur, seperti
Makassar dapat diatasi denganmerancang sistem pembuangan tinja secara
terpusat. Tinja manusia dari setiap rumah, gedung atau fasilitas umum lainnya
dihubungkan dengan pipapembuangan terpusat yang kemudian berujung pada
pusat pengolahan tinja. Dipusat pengolahan tinja tersebut, limbah tinja diproses
agar didapatkan biogassebagai bahan baku pembangkitan energi listrik serta air
bersih. Berikut skema dari gagasan pada karya tulis pada Gambar 4.2 dan skema
pengolahan tinja menjadi energi listrik pada Gambar 4.3.
Gambar.4.2. Skema Pengolahan Limbah Tinja di Perkotaan
.
Belum lengkapnya data mengenai tingkat pencemaran air tanah di Kota
Makassar membuat banyak pihak yang tidak memperhatikan masalah pengolahan
tinja dan akibat yang ditimbulkan oleh kebocoran tangki septik.Hal tersebut justru
membuat ide yang kami buat ini bisa membantu Kota Makassar mencegah
pencemaran air tanah yang mungkin saja bisa terjadi.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik ialah:
5.2 Saran
Suparman. (2013). Limbah Kotoran Hewan & Manusia Sebagai Energi Alternatif
Masa Depan. Malang: Department of Elektrical Engineering Brawijaya
University.