Anda di halaman 1dari 20

PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TINJA (PeLET) :

SOLUSI PENGOLAHAN LIMBAH TINJA DAN ENERGI ALTERNATIF


DI KOTA MAKASSAR

Oleh :

ZARAH ARWIENY HANAMI D12113019

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadiratAllah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah
karya ilmiah dengan judul “Pembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET) : Solusi
Pengolahan Limbah Tinja dan Energi Alternatif di Kota Makassar”.

Pada karya ilmiah ini, diharapkan konsep gagasan yang penulis tawarkan
dapat memberikan ide dan solusi baru dalam mengembangkan pengolahan tinja
dan energi terbarukan di Indonesia khususnya di Kota Makassar.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-


pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Meskipun
penulis sadar bahwa dalam karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya. Tak lupa, penulis mengharapkan kritik dan saran bagi para
pembaca untuk kesempurnaan karya ilmiah ini dan untuk yang selanjutnya.

Makassar, September 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di kota-kota di Indonesia


berdampak pada meningkatnyapenggunaan lahan untuk sektor pemukiman yang
diikuti dengan infrastruktur-infrastruktur lainnya, tak terkecuali kota Makassar..
Beberapa dampak dari lonjakan penduduk dan padatnya infrastruktur
adalahkepadatan penduduk bertambah sementara pemukiman layak huni semakin
berkurang jumlahnya.Salah satu masalah dalam pemukiman adalah masalah
sanitasi, termasuk di dalamnya permasalahan pembuangan limbah kotoran
manusia.Selain itu, salah satu permasalahan yang juga timbul ialah meningkatnya
kebutuhan energi.

Wali Kota Makassar Muhammad Ramdhan Pomanto menyebutkan jika


penduduk Makassar mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika melihat
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 dari 1,3 bertumbuh menjadi 1,7
juta jiwa. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar pula kotoran
manusia (tinja) yang dihasilkan setiap harinya.

Di sisi lain, sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi


berbahan fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan sisanya, kurang dari
10%, yang memanfaatkan sumber energi terbarukan. Sebuah ironi mengingat
Indonesia mempunyai potensi yang tinggi akan sumber energi terbarukan, padahal
energi terbarukan diyakini lebih bersih (ramah lingkungan), aman, dan terjangkau
masyarakat. Hal ini dikarenakan penggunaan energi terbarukan lebih ramah
lingkungan karena mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan
lingkungan di banding energi non-terbarukan.Salah satu sumber energi terbarukan
yang memiliki potensi untuk diterapkan dalam mengatasi masalah kebutuhan
energi ialah biogas.
Program pengembangan biogas di Indonesia mulai digalakkan pada awal
tahun 1970.Pengembangan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan limbah dan
biomassa lainnya dalamrangka mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan
minyak tanah. Program tersebuttidak berkembang meluas di masyarakat, hal ini
disebabkan karena masyarakat pada waktu itumasih mampu membeli minyak
tanah dan gas, adanya kebijakan subsidi dari pemerintah,disamping itu sumber
energi lain seperti kayu bakar masih banyak tersedia di lapangan.

Melihat permasalahan sanitasi, pengelolaan tinja dan energi serta potensi


biogas di atas, maka diperlukan suatu inovasi dalam pemanfaatan tinja manusia
sebagai sumber energi terbaharukan, khususnya tinja manusia di kota Makassar
yang dikenal denganPembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET). Pembangkit
Listrik Energi Tinja (PeLET) menggunakan kotoran manusia atau yang biasa kita
sebut tinja.Selain dapat digunakan sebagai pembangkit yang ramah lingkungan,
kotoran atau yang biasa kita sebut tinja ini juga dapat menjadi salah satu solusi
dalam menangani masalah tinja yang ad di perkotaan khususnya di kota-kota
besar, dalam hal ini Kota Makassar.Sehingga, diharapkan selain dapat mengurangi
emisi gas efek rumah kaca juga mengurangi masalah lingkungan dan
meningkatkan nilai dari limbah itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana potensi tinja sebagai energi listrik di Kota Makassar?


2. Bagaimana cara kerja Pembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET)?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan

1. Menghitung potensi biogas di Kota Makassar


2. Mengetahui cara kerja Pembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET)
1.3.2 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini, diharapkan dapat memberikan informasi


mengenai potensi tinja sebagai sumber energi beserta cara kerja dari pada suatu
Pembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET) sebagai Solusi Pengolahan Tinja dan
Energi Terbarukan di Kota Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinja Kotoran Manusia

Ekskreta manusia (human excreta yang terdiri atas feses dan urine)
merupakan hasilakhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
menyebabkan pemisahandan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidakdibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air seni
(urine).Tinja dan urin manusia ini tergolong bahan organik merupakan hasil sisa
perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan.

Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan


kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi
makanan dan perkembangbiakan lalat yang akan menyebabkan timbulnya
penyakit-penyakit yang menyerang kesehatan manusia. Di negara berkembang,
masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial
ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang kurang,
dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke
generasi.Kondisi tersebut terutama ditemukan pada masyarakat di pedesaan dan di
daerah kumuh perkotaan (Persada, 2013).

Menurut McDonald, di daerah tropis pengeluaran tinja berkisar antara


280-350 gram/orang/hari dan urine berkisar antara 600-1.130 gram/orang/hari.
Perkiraan pengeluaran tinja gram/orang/hari menurut M.B. Gotan dapat dilihat
dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pengeluaran Tinja Manusia per hari


gram/orang/hari
Tinja 135-270 35-70
Urine 1.000-1.200 50-70
Total 1.135-1.470 85-140
Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah manusia dapat digunakan
sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan. Nutrisi kotoran manusia
tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun berbeda tentu akibat pola
makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola makan manusia lebih banyak
memilih bahan makanan kurang berserat, protein lebih tinggi dan umumnya
dimasak sebelum dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia
memiliki keunggulan dari segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N)
jauh lebih rendah dari kotoran ternak (C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988
dalam Wendrawan).Berikut tabel yang menunjukkan kada N dan rasio C/N dari
beberapa jenis bahan organik.

Tabel 2.2 Kadar Rasio C/N dan N dari bahan organik


Bahan Organik Rasio C/N Kadar N (%) Kekeringan Bahan
(%)
Kotoran Ayam 15 6,3 25
Kotoran Kuda 25 2,8 -
Kotoran Sapi, 18 1,7 18
Kerbau
Tinja Manusia 6 – 10 5,5 – 6,5 11
Buangan BPH 2 7 – 10 -
Sampah Kota 54 1,05 -
Jerami jelai 68 1,05 -
Sayuran 12 3,6 -
Rumput muda 12 4 -
Sumber :(Sddimension FAO, dalam Suparman, 2013)

2.2 Pengertian Biogas

Gas methan pertama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno
untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Gas methan pertama kali
ditemukan oleh Alessandro Volta (1776), oleh Willam Henry pada tahun 1806
dikembangkan lagi. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan.

Alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada
akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan
oleh Jerman dan Perancis Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China,
Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan
pengembangan alat penghasil biogas . Selain di negara berkembang, teknologi
biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman .

Menurut Setiawan (2005), Gas bio atau sering pula disebut biogas
merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organic seperti kotoran hewan
direndam dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa
oksigen).Sedangkan, Menurut Suparman (2013), Biogas merupakan sebuah proses
produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi
material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas
yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material organik
yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan
bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi
menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini
akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu
penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein,
karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana.

2.2 Pengolahan Biogas

Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan


proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri methan sehingga dihasilkan gas methan. Berikut gambar
diagram alur terbentuknya gas methan.

Pembentukan biogas menurut Suparman (2013) meliputi tiga tahap proses


yaitu:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah
larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana
dengan bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk
monomer).
2. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula
sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan
makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan
gula-gula sederhana tadi yaitu asam asetat, propionat, format, laktat,
alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas
metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan
mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida.

2.3 Konversi Biogas menjadi Listrik

Energi biogas memiliki potensi sebagai energi terbaharukan dan ramah


lingkungan karena populasi manusia akan selalu ada dan cenderung meningkat,
sehingga kotoran atau tinja yang dihasilkanpun akan selalu ada setiap harinya.
Kesetaraan biogas dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 perbandingan hasil pembakaran biogas dengan bahan bakar lain

Hasil Biogas Setara Dengan Bahan Bakar Lain


 Elpiji 0,46 kg
 Minyak Tanah 0,62 Liter
1 m3 Biogas
 Minyak Solar 0,52 Liter
 Bensin 0,80 Liter
 Gas Kota 1,50 m3
 Kayu Bakar 3,50 kg

Sumber :Wahyuni, 2010

Menurut data dari Bappenas dalam satu hari manusia mengeluarkan tinja
sebanyak 125 – 250 gram. Selain itu, Menurut Kadir (2005), rata-rata produksi
kotoran kering pada manusia adalah sebesar 0,07 kg/hari dan setiap kg material
kering mampu menghasilkan biogas sebesar 0,4 m3 /kg.

Sehingga rata-rata kotoran kering manusia di suatu kota dapat dihitung


dengan;
𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑛 × 0,07…………………………………………...……(2.1)

Dengan n adalah jumlah penduduk di suatu kota. Setelah diperoleh jumlah


total kotoran/tinja kering, maka didapatkan biogas dengan rumus:

𝐵𝑖𝑜𝑔𝑎𝑠 = 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 0,4 ……………………………………….…(2.2)

Serta menurut Sorensen (2007), bahwa 1 Kg gas metana setara dengan


6,13 x 107 J, sedangkan 1 kWh setara dengan 3,6 x 107J. Massa jenis gas metan
0,656 kg/m3. Sehingga 1m3 gas metana manghasilkan energi listrik sebesar 11,17
kWh. Di mana kandungan metana dalam biogas dapat dilihat pada tabel di bawah
ini

Tabel 2.4 Kandungan Biogas

No Jenis Gas Volume (%)


1 Methan (CH4) 40 – 70
2 Karbondioksida (CO2) 30 – 60
3 Hidrogen (H2) 0–1
4 Hidrogen Sulfida (H2S) 0–3

Sumber: http://energi.lipi.go.id

Sehingga dengan mengambil 70% kandungan metana dalam biogas maka


diperoleh total energi listrik yang dihasilkan dengan rumus:

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝐵𝑖𝑜𝑔𝑎𝑠 × 11,17 𝐾𝑊ℎ × 0,7…………………………….(2.3)

2.4 Manfaat Biogas

Manfaat dan Kelebihan yang dimiliki Biogas menurut Suparman (2013)


ialah :

a. Energi biogas sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga


akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
b. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya
duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan
biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di
udara.
c. Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan
material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa mengakibatkan racun
yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan
meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari
limbah.
d. Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion
dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial
ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat
dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk
cair dan pupuk padat
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang di


butuhkan sesuai dengan yang diteliti, dengan menggunakan alat bantu yang disebut
instrumen pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung
untuk data primer dan tidak langsung untuk data sekunder.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara tidak


langsung dengan memanfaatkan data sekunder menggunakanmetode dokumentasi
(Studi kepustakaan). Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mencari informasi atau data-data dari literature berupa buku,
jurnal dan artikel-artikel online. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan
waktu sehingga memberi peluang kepada penulis untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi di waktu silam.

3.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan telah


terkumpul. Setelah dikumpulkan, data diolah dengan menyeleksi data-data yang
dianggap berhubungan dengan penelitian kemudian disatukan sebelum dilakukan
tahapan analisis.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif


kualitatif, yaitu hasil penelitian serta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan
ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil
suatu kesimpulan
3.4 Kerangka Berpikir

Start Kesimpulan dan Saran Finish

Identifikasi Masalah:
Analisis :
Pencemaran Kualitas Udara
di Terminal Malengkeri Deskriptif Kualitatif
Deskriptif Kuantitatif

Pengumpulan Data:
Data Primer dari hasil survey
dan observasi lapangan Pengolahan Data
Data Sekunder dari jurnal,
buku, dan artikel online
BAB IV
PEMBAHASAN

Ide yang kami paparkan pada karya ilmiah ini merupakan salah satu
metode untuk mengubah tinja rumah tangga dan beberapa fasilitas umum ( seperti
hotel, rumah makan, dan lain-lain) menjadi salah satu sumber energi untuk
Pembangit Listrik Energi Tinja (PeLET) skala perkotaan dengan system
penampungan tinja terpusat. Sistem ini dimulai dari pengaliran tinja dari
pembuangan setiap rumah tangga atau gedung-gedung yang terhubung oleh sistem
perpipaan yangmenuju pembuangan tinja terpusat atau tangki septik komunal.
Kemudian dari pembuangan tinja terpusat tersebut kemudian akan dibawa menuju
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang akan menghasilkan energi listrik.
IPLT yang kami maksud yaitu IPLT yang dimiliki kota Makassar sebanyak 1 unit
terletak di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Instalasi IPLT ini dibangun
tahun 1990. Terletak kurang lebih 20 km dari pusat kota Makassar. Terlebih
sejauh ini di Kota Makassar belum ada perusahaan swasta yang melakukan jasa
penyedotan tinja, maka dari itu untuk membantu proses pengolahan lumpur tinja
tersebut dibuatlah perencanaan Pembangit Listrik Energi Tinja (PeLET) ini.
Berikut skema pembuangan lumpur tinja dari sumber melalui system perpipaan
yang terhubung ke pembuangan tinja terpusat.

Gambar.4.1 Skema Pembuangan Tinja Terpusat


Berawal dari perhitungan menurut Kadir (2005), yang mengatakan bahwa
“Rata-rata produksi kotoran kering pada manusia adalah sebesar 0,07 kg/hari dan
setiap kg material kering mampu menghasilkan biogas sebesar 0,4 m3 /kg serta
menurut Sorensen, bahwa 1 Kg gas metana setara dengan 6,13 x 107 J, sedangkan
1kWh setara dengan 3,6 x 107J. Massa jenis gas metan 0,656 kg/m3. Sehingga
1m3 gas metana manghasilkan energi listrik sebesar 11,17 kWh.” Maka dari itu,
kami mengajukan ide Pembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET) skala perkotaan
dengan system terpusat di Kota Makassar.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar pada Tahun
2012 mengatakan bahwa jumlah penduduk di Kota Makassar 1.369.606 jiwa.
Dengan data tersebut kita bisa menghitung proyeksi potensi biogas dan potensi
listrik dari tinja yang dihasilkan oleh sejumlah penduduk yang disebuutkan
sebelumnya. Berikut tabel proyeksi potensi biogas dan potensi listrik di Kota
Makassar menggunakan PeLET.

Tabel 4.1Proyeksi Potensi Biogas dan Potensi Listrik

No Asumsi Potensi
1 Jumlah Penduduk 1.369.606 jiwa
2 Potensi Tinja Kering 95872.42 kg/hari
3 Potensi Biogas 38.348,968 m3
4 Potensi Listrik 299,85 MWh

Potensi listrik sebesar 299,85 MWh setara dengan 299.850 KWh

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar pada tahun
2012 mengatakan bahwa Kota Makassar memiliki penduduk sebanyak 1.369.606
jiwa. Sejumlah penduduk tersebut tertera pada Tabel 4.1 dapat menghasilkan
potensi biogas sebanyak 38.348,968 m3 . Berdasarkan data tersebut kita bisa
menghitung berapa perbandingan hasil pembakaran biogas dengan bahan bakar
lain menurut Wahyuni (2010) pada Tabel 4.2 dengan potensi biogas berdasarkan
jumlah penduduk yang telah disebutkan sebelumnya tertera pada tabel berikut.
Tabel.4.3 Perhitungan 38.348,968 m3 Biogas Setara dengan Bahan Bakar Lain

Setara dengan Bahan Bakar 1 m3 38.348,968 m3


Elpiji 0,46 kg 17.640,52 kg
Minyak Tanah 0,62 Liter 23.776,36 Liter
Minyak Solar 0,52 Liter 19.941,46 Liter
Bensin 0,80 Liter 30.679,17 Liter
Gas Kota 1,50 m3 57.523,45 m3
Kayu Bakar 3,0 kg 134.221,9 kg

Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan dalam hal sanitasi di Kota
Makassar adalah kurang baiknya pengelolaan pembuangan tinja yang menjadi
maslaah klasik selama ini. Hal ini menyebabkan bocornya pipa atau tangki septik
yang menyebabkan pencemaran pada air tanah. Permasalahan pembuangan tinja
yang hampir terjadi di seluruhkota-kota dengan padat infrastruktur, seperti
Makassar dapat diatasi denganmerancang sistem pembuangan tinja secara
terpusat. Tinja manusia dari setiap rumah, gedung atau fasilitas umum lainnya
dihubungkan dengan pipapembuangan terpusat yang kemudian berujung pada
pusat pengolahan tinja. Dipusat pengolahan tinja tersebut, limbah tinja diproses
agar didapatkan biogassebagai bahan baku pembangkitan energi listrik serta air
bersih. Berikut skema dari gagasan pada karya tulis pada Gambar 4.2 dan skema
pengolahan tinja menjadi energi listrik pada Gambar 4.3.
Gambar.4.2. Skema Pengolahan Limbah Tinja di Perkotaan

Gambar 4.3 Skema Pengolahan Limbah Tinja menjadi Energi Listrik

.
Belum lengkapnya data mengenai tingkat pencemaran air tanah di Kota
Makassar membuat banyak pihak yang tidak memperhatikan masalah pengolahan
tinja dan akibat yang ditimbulkan oleh kebocoran tangki septik.Hal tersebut justru
membuat ide yang kami buat ini bisa membantu Kota Makassar mencegah
pencemaran air tanah yang mungkin saja bisa terjadi.

Sistem pembuangan tinja tersebut bermanfaat untuk mengatasi


permasalahan sanitasi didaerah padat infrastruktur ataupun pada kota yang pada
masa akan datang menjadikota yang padat infrastruktur. Salah satunya adalah
Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di bagian timur Indonesia.
Penyediaan jalur pipa pembuangan tinja secaraterpusat sekaligus sebagai proyeksi
kepadatan infrastruktur pada masa yang akandatang. Jika ada pembangunan
rumah atau gedung yang baru, maka saluransanitasinya tinggal dihubungkan
dengan jalur pembuangan tersebut. PeLET ini dapat mengatasi masalah
pembuangan tinja yang banyakdijumpai di kota dengan padat infrastruktur.
Dengan implementasi PeLET ini,manfaat lain yang akan didapat adalah berupa
energi listrik bertenaga biogas, kompos cair dan organik, sertaair bersih dari hasil
pengolahan limbah tinja tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik ialah:

1. Kota Makassar dengan jumlah penduduk sekitar 1.369.606 jiwa


memiliki potensi dalam pemanfaatan tinja sebagai energi. Berdasarkan
hasil perhitungan, diperoleh bahwa dalam sehari, kota Makassar dapat
menghasilkan biogas sebesar 38.348,968 m3 yang setara dengan ±300
MWh.
2. Pembangkit Listrik Energi Tinja (PeLET) bekerja dengan
memanfaatkan tinja manusia yang telah terkumpul pada instalasi
pengolahan limbah tinja terpadu kemudian di olah menjadi biogas
didala biodigester dengan prinsip fermentasi. Setelah itu diperolehlah
biogas yang kemudian dikonversi menjadi energi listrik yang
kemudian akan disuplai ke pemukiman penduduk di kota Makassar itu
sendiri.

5.2 Saran

Dari hasil dan pembahasan, disarankan untuk melanjutkan


penelitian ini dengan melakukan kajian lebih lanjut yang lebih
komprehensif mengenai pengolahan tinja kotoran manusia sebagai sumber
energi serta diharapkan pemerintah Kota Makassar dapat menjadikan
karya tulis ini sebagai acuan dalam pengembangan pengelolaan limbah
tinja manusia di Kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. 1982. Energi. Jakarta: UI Press.

Panjaitan, SusiIrmalawati. (2014).“Analisis Perhitungan Daya yang dihasilkan


dari Kotoran Sapi yang diolah menjadi Biogas di Daerah Pinggiran Kota
Batam.”[Pdf].(https://www.academia.edu/3441345/Analisis_Perhitungan
_Daya_yang_Dihasilkan_dari_Kotoran_Sapi_yang_Diolah_Menjadi_Bio
gas_di_Derah_Pinggiran_Kota_Batam

Persada, Awang dkk. 2013. Tugas 3 Teknik Lingkungan. Di akses di


https://www.academia.edu/8194993/TUGAS_3_TEKNIK_LINGKUNG
AN

Setiawan, A. I. 2005. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Edisi Revisi. Penerbar


Swadaya. Jakarta.

Sorentson, Bent. 2007. Renewable Energy Conversion, Transmission, and


Storage. Academic press.

Suparman. (2013). Limbah Kotoran Hewan & Manusia Sebagai Energi Alternatif
Masa Depan. Malang: Department of Elektrical Engineering Brawijaya
University.

Wahyuni M.P., Sri., 2010, Biogas, Penebar Swadaya, Jakarta.

Wendrawan, Fahmi Tri. “Prospek Pemanfaatan Limbah Kotoran Manusia di


Asrama TPN-IPB Sebagai Penghasil Energi Alternatif Biogas”. [Pdf]
Diakses di
http://ipb.ac.id/lombaartikel/pendaftaran/uploads/tpb/teknologi-dan-
energi/PROSPEK_PEMANFAATAN_LIMBAH_KOTORAN_MANUSI
A_DI_ASRAMA_TPB-
IPB_SEBAGAI_PENGHASIL_ENERGI_ALTERNATIF_BIO_GAS1.p
df

Anda mungkin juga menyukai